Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fungsi sistem jantung adalah mengantarkan oksigen, nutrien, dan substansi lain ke
jaringan dan membuang produk sisa metabolisme seluler melalui pompa jantung, sistem
vaskular sirkulasi, dan integrasi sistem lainnya. (misalnya sistem pernapasan, pencernaan,
dan ginjal) (McCance dan Huether, 1994).
1.2 Masalah
a) Bagaimana Fisiologi dari Kardiovaskuler dan pernafasan?
b) Apa sajakah Pendekatan keperawatan dalam pemenuhan Kebutuhan Oksigen?
c) Sebutkan factor –faktor yang mempengaruhi oksigenasi?
d) Apa saja perubahan dari fungsi pernafasan?
e) Bagaimana proses keperawatan oksigenasi?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui fisiologi dari Kardiovaskuler dan Pernafasan.
b. Untuk mengetahui Pendekatan keperawatan dalam pemenuhan Kebutuhan
Oksigen.
c. Mengetahui factor –faktor yang mempengaruhi oksigenasi.
d. Mengetahui perubahan dari fungsi pernafasan.
e. Mengetahui bagaimana proses keperawatan dari oksigenasi.

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Fisiologi Kardiovaskuler dan Pernapasan


Fungsi sistem jantung adalah mengantarkan oksigen, nutrien, dan substansi lain ke
jaringan dan membuang produk sisa metabolisme seluler melalui pompa jantung, sistem
vaskular sirkulasi, dan integrasi sistem lainnya. (misalnya sistem pernapasan, pencernaan,
dan ginjal) (McCance dan Huether, 1994)
Struktur dan Fungsi
Ventrikel kanan memompa darah melalui sirkulasi pulmonar, sedangkan ventrikel kiri
memompa darah ke sirkulasi sistemik yang menyediakan oksigen dan nutrien ke jaringan dan
membuang sampah dari tubuh. Sistem sirkulasi mensuplai gas pernapasan, nutrien, dan
produk sampah antara darah dan jaringan.
Pompa Miokard
Kerja pompa jantung sangat penting untuk mempertahankan aliran oksigen.
Efektifitas pompa yang menurun, seperti yang terjadi pada penyakit arteri koroner dan
kondisi kardiomiopati, menyebabkan volume curah jantung menurun, volume darah yang
dikerluarkan dari ventrikel menurun. Pendarahan dan dehidrasi menurunkan kefektifan
pompa dengan menurunkan volume darah yang dikeluarkan dari ventrikel.
Kamar jantung diisi selama diastole dan dikosongkan selama sistole. Kefektifan
keadaan diastolik dan sistolik dalam siklus jantung dapat dikaji dengan memantau tekanan
darah klien.
Serabut otot jantung (miokard) memiliki kontraktil yang memungkinkan akan
meregang selama proses pengisian darah. Pada jantung yang sehat, regangan ini secara
proporsional berhubungan dengan kekuatan kontraksi. Saat miokard meregang, maka
kekuatan kontraksi berikutnya akan meningkat. Peristiwa ini dikenal dengan hukum jantung
Frank-Starling (Starling). Pada jantung yang mengalami gangguan, hukum Starling tidak
berlaku karena tegangan miokard diluar batas fisiologis jantung. Respons kontraktil yang
berikutnya mengakibatkan insufisiensi semprotan vertikular (volume) dan darah mulai
terkumpul di paru-paru (gagal jantung kiri) atau sirkulasi sistemik (gagal jantung kanan)

2
Fisiologi Pernapasan
Sebagian besar Sel dalam tubuh mempeeroleh energi dari reaksi kimia yang
melibatkan oksigen dan pembuangan karbondioksida. Pertukaran gas pernapasan terjadi
antara udara dilingkungan dan darah. Terdapat tiga langkah dalam proses oksigenasi, yaitu :
ventilasi, perfusi, dan difusi. Supaya pertukaran gas dapat terjadi, organ, saraf, dan otot
pernapasan harus utuh dan sistem saraf pusat mampu mengatur siklus pernapasan.
Struktur dan Fungsi
Pernapasan dapat berubah karena kondisi atau penyakit yang mengubah struktur dan
fungsi paru. Otot-otot pernapasan, ruang pleura, dan alveoli sangat penting untuk ventilasi,
perfusi, dan pertukaran gas pernapasan.
Ventilasi
Ventilasi merupakan proses untuk menggerakkan gas ke dalam dan luar paru-paru.
Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan persarafan yang
utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf
frenik, yang keluar dari medulla spinalis paada vertebra servikal keempat.
Kerja Pernapasan
Pernapasan adalah upaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan membuat paru
berkontraksi. Kerja pernapasan ditentukan oleh tingkat kompliansi paru, tahanan jalan napas,
keberadaan ekspirasi yang aktif dan penggunaan otot-otot bantu pernapasan.
Kompliansi merupakan kemampuan paru distensi atau mengembang sebagai respon
terhadap peningkatan tekanan intraalveolar. Kompliansi menurun sebagai penyakit, seperti
edema pulmonar, interstisial, fibrosis pleura dan kelainan struktur traumatik atau kongenital,
seperti kifosis atau fraktur iga.
Surfaktan merupakan zat kimia yang diproduksi di paru oleh sel tipe dua alveolar
yang mempertahankan tegangan permukaan alveoli dan mencegahnya dari kolaps.
Tahanan jalan nafas merupakan perbedaan tekanan antara mulut dan alveoli terkait
dengan kecepatan aliran gas yang diinspirasi.

3
2.2 Pendekatan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigen (Difusi, ventilasi,
transportasi, dan respirasi dalam sel)

Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :

1. Ventilasi
Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau
sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara
atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume
paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat

2. Difusi

Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler
paru-paru.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke
darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis
dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini
kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi
sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli
dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
f. Waktu adanya udara di alveoli

3. Transportasi
Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan
sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan
berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai
oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)

4
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Oksigenasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :

1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi
cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek.
Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang
berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak
diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan
pola napas.

2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin
rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya
individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga
kedalaman pernapasan yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan
mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan
mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat.
Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya
meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga
mengurangi kebutuhan akan oksigen.

3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung,
demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat
yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.

4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem
kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.
Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya
terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi
oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida
maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.

5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi
pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik,
perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.

6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan


Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.

5
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian jalan
napas.
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi
sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau transpor gas
oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih bagian-
bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak
adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang
berakumulasi didalam darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa
yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang
adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia
hanya selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut
biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.

7. Perubahan pola nafas


Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit
perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang
terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung
meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan
berdiri seperti pada penderita asma.

8. Obstruksi jalan napas


Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di
sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi : hidung, pharing, laring
atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena lidah yang
jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk
disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran
napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan
intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi
sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

9. Faktor Fisiologis

Setiap kondisi yang mempengaruhi fungsi kardiopulmonar secara langsung akan


mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Klasifikasi umum
gangguan jantung meliputi ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia
miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer. Gangguan pernapasan
meliputi hiperventilasi, hipoventilasi, dan hipoksia. Dalam faktor fisiologis juga meliputi :

a) Penurunan kapasitas pembawa oksigen


b) Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
c) Hipovolemia
d) Peningkatan laju metabolisme
e) Kondisi yang mempengaruhi gerak dinding dada, terdiri dari ;
 Kehamilan
 Obesitas
 Kelainan Muskuloskeletal

6
 Konfigurasi struktural yang abnormal
 Trauma
 Penyakit otot
 Penyakit sistem persarafan
 Perubahan sistem saraf pusat
 Pengaruh penykit kronik

2.4 Perubahan Fungsi Pernapasan

Perubahan dalam fungsi pernapasan disebabkan penyakit dan kondisi-kondisi yang


mempengaruhi ventilasi atau transpor oksigen. Ketiga perubahan primer tersebut adalah
hiperventilasi, hipoventilasi, dan hipoksia.

a) Hiperventilasi
Merupakan suatu kondisi ventilasi, yang berlebihan, yang dibutuhkan untuk
mengeliminasi karbondiaksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme selular.
Ini disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidakseimbangan asam-basa, dan
hipoksia yang terkait dengan embolus paru atau syok.
b) Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebtuhan oksigen tubuh atau
mengeliminasi karbondioksida secara adekuat.
c) Hipoksia
Merupakan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan. Ini
disebabkan akibat defisiensi penghantar oksigen di selular. Hipoksia dapat disebabkan oleh :
1) Penurunan kadar hemoglobin dan penurunan kapasitas darah yang membawa
oksigen
2) Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
3) Ketidakmampuan jaringan untuk mengambil oksigen dari darah
4) Penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah
5) Perfusi darah
6) Kerusakan ventilasi
d) Sianosis
Merupakan suatu perubahan warna kulit dan membran mukosa menjadi kebiruan
akibat adanya hemoglobin yang tersaturasi di kapiler, merupakan tanda hipoksia tahap lanjut.

2.5. Proses Keperawatan Oksigenasi


Pengkajian
Pengkajian keperawatan tentang fungsi kardiopulmonar klien harus mencakup
data yang dikumpulkan dari sumber-sumber berikut ini :
1.Riwayat Keperawatan fungsi kardiopulmonar normal klien dan fungsi

7
kardiopulmonar saat ini, kerusakan fungsi sirkulasi dan fungsi pernapasan pada masa
yang lalu serta tindakan klien yang digunakan untuk mengoptimalkan oksigenasi.
2. Pemeriksaan fisik status kardiopulmonal klien, termasuk inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi.
3. Peninjauan kembali hasil pemeriksaan laboratorium dan hasil pemeriksaan
diagnostic, termasuk hitung darah lengkap, elektrokardiogram (EKG), dan
pemeriksaan fungsi pulmonar, sputum, dan oksigenasi, seperti arteri gas darah
(AGD) atau oksimetri nadi.
Diagnosa Keperawatan
Klien yang mengalami perubahan tingkat oksigenasi dapat memiliki diagnosa
keperawatan yang awalnya dari kardiovaskular atau pulmoner. Setiap diagnosa keperawatan
harus didasarkan pada batasan karakteristik dan melibatkan etiologi terkait. Label diagnostic
divalidasi dengan menggunakan batasan karakteristik atau tanda dan gejala.
Perencanaan
Klien yang mengalami kerusakan oksigenasi membutuhkan rencana asuhan
keperawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi aktual dan potensial
klien. Sasaran individual berasa;l dari kebutuhan yang berpusat pada klien. Perawat
mengidentfikasi hasil akhir khusus dari asuhan keperawatan yang diberikan. Rencana
tersebut meliputi satu atau lebih sasaran yang berpusat pada klien berikut ini :
1. Klien mempertahankan kepatenan jalan napas.
2. Klien mempertahankan dan meningkatkan ekspansi paru
3. Klien mengeluarkan sekresi paru
4. Klien mencapai peningkatan toleransi aktivitas
5. Oksigenasi jaringan dipertahankan atau ditingkatkan
6. Fungsi kardiopulmonar klien diperbaiki dan dipertahankan

Implementasi
Intervensi keperawatan untuk meningkatkan dan mempertahankan oksigenasi
tercakup dalam domain keperawatan : pemberian dan pemantauan intervensi dan program
yang terapeutic. Hal ini meliputi tindakan keperawatan mandiri, seperti perilaku peningkatan
kesehatan dan upaya pencegahan, pengaturan posisi, teknik batuk, dan intervensi mandiri
seperti terapi oksigen, teknik inflasi paru, hidrasi, fisioterapi dada dan obat-obatan.

8
Evaluasi
Intervensi dan terapi keperawatan dievaluasi dengan membandingkan kemajuan
pencapaian klien terhadap tujuan intervensi dan hasil akhir yang diharapkan dari rencana
asuhan keperawatan. Setiap tujuan dan kategori intervensi memiliki kriteria evaluasi.
Apabila tindakan keperawatan yang dilakukan untuk meningkatkan oksigenasi tidak
berhasil, maka perawat harus segera memodifikasi rencana asuhan keperawatan. Intervensi
yang baru kemudian dikembangkan. Perawat tidak perlu ragu untuk memberi tahu dokter
tentang status oksigenasi klien yang memburuk. Pemberitahuan yang cepat dapat
menghindari situasi kedaruratan atau bahkan menghindari perlunya resusitasi jantung paru.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Fungsi sistem jantung adalah mengantarkan oksigen, nutrien, dan substansi lain ke
jaringan dan membuang produk sisa metabolisme seluler melalui pompa jantung, sistem
vaskular sirkulasi, dan integrasi sistem lainnya.
Sebagian besar Sel dalam tubuh mempeeroleh energi dari reaksi kimia yang
melibatkan oksigen dan pembuangan karbondioksida. Pertukaran gas pernapasan terjadi
antara udara dilingkungan dan darah
3.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa harus mampu belajar mandiri dan aktif mencari sumber-
sumber informasi untuk menambah ilmu, pengalaman serta kita mampu mencapai tujuan
kurikulum agar menjadi pemikir kritis. Selain itu, mahasiswa juga akan memperoleh
pengalaman dalam bersosialisasi maupun bekerja di luar kurikulum seperti magang
kerja, aktivitas pengabdian masyarakat, berorganisasi serta mengikuti pertemuan-
pertemuan ilmiah dalam konteks lokal maupun nasional, ataupun dikaitkan dengan
program belajar seperti praktek kerjalapangan, kuliah kerja nyata atau melakukan
penelitian bersama. Itu sebabnya banyak keuntungan yang kita dapatkan dari belajar
mandiri.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. ^ (en) Cooperation of liver cells in health and disease.. Medical University of


Gdansk, Department of Histology and Immunology; Kmieć Z.. Diakses pada 30 Juli
2010
2. ^ (en) Insulin Action in Hyperthyroidism: A Focus on Muscle and Adipose Tissue..
Hellenic National Center for Research, Prevention, and Treatment of Diabetes
Mellitus and Its Complications, et al; Mitrou P, Raptis SA, Dimitriadis G.. Diakses
pada 7 Agustus 2010
3. ^ (en) Glucagon deficiency reduces hepatic glucose production and improves
glucose tolerance in adult mice.. Department of Pathology and Laboratory Medicine,
Children's Hospital of Philadelphia; Hancock AS, Du A, Liu J, Miller M, May CL..
Diakses pada 7 Agustus 2010
4. ^ (en) Hypothalamic integration of portal glucose signals and control of food intake
and insulin sensitivity.. Inserm U855, Institut national de la santé et de la recherche
médicale, faculté de médecine Laennec; Delaere F, Magnan C, Mithieux G.. Diakses
pada 7 Agustus 2010
5. ^ (en) The effect of prednisolone and a protein-deficient diet on plasma albumin
and fibrinogen in a turpentine-induced acute-phase reaction in rats. Department of
Internal Medicine, University of Berne; Ballmer PE, Studer H.. Diakses pada 2
Agustus 2010
6. ^ (en) Molecular mechanisms of liver regeneration and protection for treatment of
liver dysfunction and diseases.. Department of General Surgery, Hokkaido University
School of Medicine; Fujiyoshi M, Ozaki M.. Diakses pada 30 Juli 2010
7. ^ (en) The role of cytokines in liver failure and regeneration: potential new
molecular therapies.. The Goldyne Savad Institute for Gene Therapy, Hadassah
Hebrew University Hospital,; Galun E, Axelrod JH.. Diakses pada 30 Juli 2010
8. http://iwansain.wordpress.com/2007/08/22/kebutuhan-oksigenasi/

11
12

Anda mungkin juga menyukai