Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur penting bagi pertahanan


hidup dan kesehatan manusia.setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang sama
dan pemenuhan dasar tersebut merupakan faktor penting dalam menentukan
tingkat kesehatan seseorang. Dalam makalah ini akan membahas mengenai
kematian, dimullai dari definisi, kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan,
ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya
akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau
karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan. Setelah kematian, tubuh makhluk
hidup mengalami pembusukan.

Kematian juga merupakan realitas yang sering terjadi dalam lingkungan


asushan keperawatan. Sebagaian besar perawat berinteraksi dengan klien dan e.
Ketika seseorang mengalami penyakit terminal, perawat dapat mengingat tentang
kematian mereka sendiri. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi
mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya
selama menjelang kematian. Perawat menggunakan pengetahuan tentang konsep
kehilangan dan duka cita untuk secara kreatif menerapkan intervensi untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, dan memberikan dukungan kepada
klien yang menjelang kematian.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum:

Mahasiswa mampu untuk memahami konsep kematian.

2. Tujuan khusus:

a) Mahasiswa mampu mengetahui definisi kematian.

1
b) Mahasiswa mampu memahami konsep kematian dan pandangan
masyarakat terhadap kematian.

c) Mahasiswa dapat mengetahui tentang tanda-tanda kematian.

d) Mahasiswa mampu mengetahui respon saat menjelang kematian.

1.3 Metode Penulisan

Metode penulisan yang di gunakan oleh penulis dalam penulisan mekalah


ini adalah metode narasi dengan memaparkan tentang komunikasi pada lansia.

1.4 Manfaat Penulisan

Dengan membaca makalah ini diharap pembaca dapat mengetahui dan


memahami konsep kematian.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kematian

Secara etimologi death berasal dari kata deeth atau deth yang berarti
keadaan mati atau kematian. Sedangkan secara defenitif, kematian adalah
terhentinya fungsi jantung dan paru-paru secara menetap, atau terhentinya kerja
otak secara permanen. Ini dapat dilihat dari tiga sudut pandang tentang defenisi
kematian, yakni kematian jaringan, kematian otak yang disebabkan kerusakan
otak yang tidak dapat pulih dan kematian klinik, yakni kematian orang tersebut .

2.2 Pandangan Masyarakat Mengenai Kematian

Seiring waktu, pandangn masyarakat tentang kematian telah


mengalami perubahan. Dahulu kematian cenderung dianggap sebagai hal
yang menakutkan dan tabu. Kini,kematian telah dipandang sebagai hal yang
wajar dan merupakan proses normal kehidupan.

Dulu Sekarang

 Tragis dan memilukan  Menjadi hal yang patut di


bicarakan
 Tabu untuk dibicarakan
di bicarakan
 Menimbulkan sindrom
kesedihan dan ketakutan  Merupakan proses alami
kehidupan
 Selamanya tidak disukai
 Tidak menakutkan
 Anak-anak tidak perlu
mengetahuinya  lebih rasional dan bijak dalam
menghadapinya

 Merupakan proses yang


progresif dan sesuatu yang
harus dihadapi.

3
2.3 Tanda-Tanda Kematian

2.3.1 Mendekati Kematian

A. Penurunan fungsi otot.

 Gerakan ekstermitas berangsur-angsur menghilang, khususnya pada kaki


dan ujung kaki.

 Sulit berbicara, Tubuh semakin lemah.

 Aktivitas saluran pencernaan menurun, sehingga perut membuncit.

 Otot rahang dan muka mengendur.

 Rahang bawah cenderung turun.

 Sulit menelan, refleks gerakan menurun.

 Mata sedikit terbuka.

B. Sirkulasi melemah.

 Suhu tubuh pasien tinggi, tetapi kaki, tangan, dan ujung hidung terasa
dingin dan lembap.

 Kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak kebiruan, kelabu ,atau pucat.

 Nadi mulai tidak teratur,lemah dan cepat.

 Peredaran darah perifer terhenti.

C. Kegagalan fungsi sensorik

 Sensasi nyeri menurun atau hilang.

 Pandangan mata kabur/berkabut.

 Kemampuan indera berangsur-ansur menurun.

 Sensasi panas ,lapar ,dingin ,dan tajam menurun.

4
D. Penurunan/kegagalan fungsi pernapasan

 (deathrattle) bunyi nafas terdengar kasar.

 Pernapasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut

2.3.2 Saat kematian

 Terhentinya pernapasan ,nadi, tekanan darah, dan fungsi otak (tidak


berfungsinya paru, jantung dan otak)

 Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal.

 Hilangnya kontrol atas kandung kemih akibat peredaran darah yang


terhambat.

 Hilangnya kemampuan pancaindera, hanya indera pendengaran yang


paling lama berfungsi ( Stevens,dkk 2000)

 Adanya garis datar pada mesin elektroensefalografi menunjukkan


terhentinya aktifitas listrik otak untuk penilaian pasti suatu kematian.

2.3.3 Setelah kematian

 Tubuh menjadi kaku 2-4 jam setelah kematian.

 Suhu tubuh perlahan-lahan turun.

 Perubahan warna kulit pada daerah yang tertekan, jaringan melunak dan
bakteri sangat banyak.

2.4 Respon menjelang kematian

Respon psikologis yang mungkin munculn pada klien menjelang ajal


adalah ansietas. Respon tersebut antara lain:

 Kekhawatiran tentang dampak kematian pada diri orang terdekat.


 Ketidak berdayaan terhadap isu yang berhubungan dengan kematian.

5
 Perasaan takut kehilangan kemampuan fisik dan mental apabila
meninggal.
 Kesedihan yang mendalam.
 Perasaan takut dalam menjalani proses menjelang ajal.
 Kekhawatiran tentang beban kerja pemberi asuhan akibat sakit terminal
dan ketidakmampuan diri.
 Kekhawatiran tentang pertemuan dengan sang pencipta atau perasaan ragu
tentang keberadaan Tuhan.
 Gambaran negatif tentang kematian atau pikiran tidak menyenangkan
tentang kejadian yang berhubungan dengan kematian atau proses
menjelang ajal.
 Ketakutan terhadap kematian yang ditunda.
 Ketakutan terhadap kematian dini karena hal itu mencegah upaya
pencapaian tujuan hidup yang penting.

2.5 Perawatan Setelah Kematian


Di sebagian besar negara, dokter bertanggung jawab untuk mencatat
kematian dalam catatan medis dengan menuliskan waktu kematian dan tindakan
yang dilakukan. Dokter mungkin membutuhkan izin dari keluarga untuk
melakukan otopsi. Otopsi diperlukan dalam situasi kematian yang tidak wajar.
Dalam hal ini perawat mungkin menjadi orang yang paling tepat untuk merawat
tubuh klien setelah kematian karena hubungan terapiutik perawat-klien yang telah
terbina selama masa sakit. Dengan demikin perawat lebih sensitif dalam
menangani tubuh klien dengan bijak. Setelah kematian tubuh mengalami berbagai
perubahan fisik. Tubuh klien harus di tangani secepat mungkin setelah kematian
untuk mencegah kerusakan jaringan atau perubahan bentuk tubuh. Jika keluarga
meminta donasi organ, maka tindakan yang sesuai harus dilakukan dengan segera.
Perawat memberi kesempatan kepada keluarga untuk melihat tubuh klien.
Kesempatan ini digunakan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada orang
yang mereka cintai. Perawat harus meluangkan waktu sebanyak mungkin dalam
membantu keluarga yang berduka dan memberi tawaran untuk pelayanan
dukungan lainya.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital,


akhir dari kehidupan. Secara biologis yaitu terhentinya fungsi jantung dan paru-
paru secara menetap, atau terhentinya kerja otak secara permanen, Juga
merupakan realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan.
Ketika seseorang mengalami penyakit terminal, Perawat menggunakan
pengetahuan tentang konsep kehilangan, duka cita dan kematian untuk secara
kreatif menerapkan intervensi dalam pemberian asuhan keperawatan saat
menjelang kematian, saat kematian dan setelah kematian. Perasaan pribadi, nilai
dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung
klien dan keluarganya selama proses tersebut. Oleh karena itu, perawat dapat
memberikan pelayanan yang optimal bagi klien, mendukung dan membantu
keluarga yang berduka, sehingga meringankan beban keluarga yang ditinggalkan.

3.2 Saran

1. Perawat di harapkan dapat bersikap bijaksana dalam pemberian asuhan


keperawatan sebelem kematian,saat kematian,dan setelah kematian.

2. Perawat dapat memberikan dukungan dan membantu keluarga yang


berduka demi tujuan meringankan beban keluarga yang di tinggalkan
klien.

7
Daftar Pustaka

Perry,Potter. 2005. Fundamental keperawatan, Volume 4. Jakarta: EGC.

Perry,Potter. 2009. Fundamental keperawatan, Edisi 7 Buku 1 . Jakarta: Salemba


Medika.

http://www.scribd.com/doc/15584906/KDM-Konsep-kematian

Anda mungkin juga menyukai