Disusun Oleh :
ZUMARDI AZZRA ( 821181012 )
LANDASAN TEORI
Reaksi Loss And Griefing akan dipengaruhi oleh 3 faktor utam yaitu biologi,
psikologi dan social budaya. Yang mempengaruhi reaksi tergantung :
3. Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang
berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari
tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang. Kematian
juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada,
kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak
emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang
mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri
sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan
dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap,
sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang
misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon
pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang
sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.
Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
detak jantung cepat, menangis, gelisah.
Fase anger / marah
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan
mengepal.
d. Perilaku agresif.
3. Fase bergaining / tawar- menawar.
a. Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit
bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.
Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah,
akhirnya saya harus operasi “.
5. Tanda dan gejala yang terjadi pada klien dengan loss and griefing
Beberapa tanda dan gejala yang ditemukan pada klen dengan kehilangan adlah
ungkapan kehilangan, menangis, gangguan tidur, kehilangan nafsu makan ,
susah konsentrasi, beberapa karakteriksik griefing atau berduka yang
bekepanjangan diantara wakti denial yang lama, depresi adanya gejala fisik
yang berat, keinginan untuk bunuh diri. ( kraus et al, 2009).
B. Konsep Kematian
Secara etimologi yaitu keadaan mati atau kematian. Sementara secara
definitive. Kematian adalah terhentinya fungsi jantung dan paru-paru secara
menetap, atau terhentinya kerja otak secara permanen. Kematian merupakan
peristiwa alamiah yang dihadapi oleh manusia. Pemahaman akan kematian
memengaruhi sikap dan tingkah laku seorang terhadap kematian. Beberapa
konsep tentang kematian sebagai berikut :
Mati sebagai terhentinya darah yang mengalir. Konsep ini bertolak dari
criteria mati berupa terhentinya jantung. Dalam PP Nomor 18 tahun 1981
dinyatakan bahwa mati adalah berhentinya fungsi jantung dan paru-paru.
Namun criteria ini sudah ketinggalan zaman. Dalam pengalaman kedokteran,
tekhnologi resusitasi telah memungkinkan jantung dan paru-paru yang semula
terhenti dapat dipulihkan kembali.
Mati sebagai saat terlepasnya nyawa dari tubuh. Konsep ini menimbulkan
keraguan karena, misalnya pada tindakan resusitasi yang berhasil, keadaan
demikian menimbulkan kesan seakan-akan dapat ditarik kembali.
Hilangnya kemampuan tubuh secara permanen. Konsep inipun
dipertanyakan karena organ-organ berfungsi sendiri-sendiri tanpa terkendali
karena otak telah mati. Untuk kepentingan transplantasi, konsep ini
menguntungkan. Namun, secara moral tidak dapat diterima karena
kenyataannya organ-organ masih berfungsi meskipun tidak terpadu lagi.
Hilangnya manusia secara permanen untuk kembali sadar dan melakukan
interaksi sosial. Bila dibandingkan dengan manusia sebagai makhluk sosial,
yaitu individu yang mempunyai kepribadian, menyadari kehidupannya,
kemampuan mengingat, mengambil keputusan dan sebagainya, maka
penggerak dari otak, baik secara fisik maupun sosial, makin banyak
dipergunakan. Pusat pengendali ini terletak dalam bidang otak. Oleh karena
itu, jika batang otak telah mati, dapat diyakini bahwa manusia itu secara fisik
dan sosial telah mati. Dalam keadaan sperti ini, kalangan medis sering
menempuh pilihan tidak meneruskan resusitasi, DNR (do not resusciation).
Dying dan death (menjelang ajal dan mati), dua istilah yang sulit untuk
dipisahkan satu dan yang lain, serta merupakan suatu fenomena tersendiri.
Dying lebih kearah suatu proses. Sedangkan death merupakan akhir dari
hidup.Terdapat kontroversi kecil tentang arti dari death. Kebanyakan orang
lebih menerima bahwa berhentinya pernapasan dan denyut jantung serta
ketidak mampuan reflex corneal merupakan data/tanda yang cukup bagi death.
Tetapi tidak selamanya demikian.Sekarang lebih mungkin untuk
memperhatikan respirasi dan sirkulasi seseorang dengan menggunakan obat-
obatan, mesin, organ tiruan, dan transplantasi.
C. Definisi berduka
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka.
Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk
mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana
intervensi untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan
mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang
perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan
memberikan dukungan dalam bentuk empati.
b. Teori Kubler-Ross
Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak
untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti
“Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!”
umum dilontarkan klien.
Kemarahan (Anger)
Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau
jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari
pendapat orang lain.
Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya
melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
Penerimaan (Acceptance)
c. Teori Martocchio
d. Teori Rando
Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien
secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan
mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan
mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari
dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka
D. Aplikasi Proses Keperawatan dalam Berduka
https://www.academia.edu/37283353/Askep_kehilangan_dan_berduka_pdf
Mubarak, Iqbal Wahit dkk. 2015. Ilmu Dasar Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta
Selatan
https://bidanfriskasari.wordpress.com/2014/10/17/konsep-kehilangan-dan-berduka/
Yosep, Iyus, S.Kep, M.Si. revisi april 2009,2010. Keperawatan Jiwa , Bandung: PT
Refika Aditama
http://eprints.undip.ac.id/47270/1/bagian_awal-bab_3.pdf