PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan manusia yang dianggap
menua didalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu peristiwa yang akan dialami
oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang dan berlangsung secara terus menerus
Secara fisiologis lansia akan mengalami penurunan kondisi fisik/ biologis, kondisi
psikologis, serta perubahan kondisi sosial. Salah satu ciri fase ini, biasanya usia lanjut
merenungkan hakikat hidupnya dengan lebih intensif serta mencoba mendekatkan dirinya
pada Tuhan. Selain itu, secara umum telah diindentifikasi bahwa usia lanjut pada
psikologis, sosial, dan ekonomi. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh
Kematian merupakan hal yang niscaya dan tidak bisa dihindari dalam kehidupan
manusia. Eksistensi manusia bersifat nyata, konkrit, dan absolut tapi kematian juga nyata
dan tidak terelakkan. Kematian adalah salah satu dari perjalanan hidup manusia sebagai
makhluk yang diciptakan Allah Swt. Menurut Islam, kematian merupakan terlepasnya roh
dari tubuh manusia dan tidak kembali lagi (Gladys, dkk 2013).
dalam dirinya, serta kepedihan dan ketakutan. Hal ini disebabkan anggapan mereka bahwa
1
mati adalah akhir dari segala kesenangan dan kenikmatan yang dirasakannya di dunia. Jika
dilihat secara psikologis, sesungguhnya setiap manusia itu menolak kematian. Sakit dan
celaka adalah jembatan menuju kematian oleh karena itulah setiap orang akan dibayangi
rasa takut pada situasi yang tidak nyaman, semua orang akan berusaha menghindari jalan
kearah gerbang kematian. Terlebih lagi manusia yang menjalani usia lanjut, karena
manusia usia lanjut merupakan manusia yang sudah tidak produktif lagi sehingga mereka
berpikir bahwa sekarang mereka pada sisa-sisa umur menunggu kematian atau kehidupan
baru selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
Sesuai dengan judul makalah ini maka penulis membuat batasan masalah seputar
“Psikologi kematian ” yang akan membahas beberapa poin pada bab selanjutnya antara
lain yaitu pengertian psikologi kematian, perspektif mengenai kematian, terapi ketakutan
terhadap kematian, ciri- ciri fisik menjelang kematian, sebab- sebab ketakutan terhadap
2
BAB II
PEMBAHASAN
Mega (2013) mengatakan bahwa secara medis kematian dapat dideteksi yaitu
kematian sampai abad moderen ini masih sangat terbatas. Tidak ada seorangpun yang tahu
kapan dia akan mati. Karena itu tidak sedikit pula yang merasa gelisah dan stress akibat
sesuatu hal yang misterius ini. Dimensi psikologis dari kematian menekankan pada
dinamika psikologi individu yang akan mati maupun orang- orang di sekitar si mati baik
kelezatan duniawi, dia adalah pemisah antara manusia dan pengaruh kenyamanan hidup
orangorang yang lalai. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al- Qur’an “Dimana
saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng
yang tinggi dan kokoh” (Annisa:4:78). Maut juga disebut sebagai pengancam hidup bagi
manusia, sehingga kebanyakan dari individu takut akan kematian itu sendiri.
dideteksi yaitu ditandai dengan berhentinya detak jantung seseorang. Namun pengetahuan
tentang kematian sampai abad moderen ini masih sangat terbatas. Tidak ada seorangpun
yang tahu kapan dia akan mati. Karena itu tidak sedikit pula yang merasa gelisah dan stress
akibat sesuatu hal yang misterius ini. Dimensi psikologis dari kematian menekankan pada
3
dinamika psikologi individu yang akan mati maupun orang- orang di sekitar si mati baik
Berdasarkan ketiga pendapat ahli diatas mengenai psikologi kematian, maka dapat
disimpulkan bahwa secara medis kematian dapat dideteksi yaitu ditandai dengan
berhentinya detak jantung seseorang, dan kematian juga sebagai pemutusan segala
kelezatan duniawi, dia adalah pemisah antara manusia dan pengaruh kenyamanan hidup
orang- orang yang lalai sehingga dimensi psikologis dari kematian menekankan pada
dinamika psikologi individu yang akan mati maupun orang- orang di sekitar si mati baik
permanen dari fungsi integratif manusia secara keseluruhan (Hasan dalam Della 2009).
Al- qur’an merupakan media terbaik yang paling representatif dalam mengungkapkan
perspektif Islam mengenai kematian dan pasca kematian. Al- qur’an memberikan
perhatian yang cukup berpengaruh pada masalah ini dalam kehidupan individu dan
masyarakat (bangsa). Bahkan al- qur’an sering menyandingkan antara keimanan pada
Allah dalam keimanan pada hari akhir, sehingga sekali lagi, mengesankan bahwa
keimanan pada Allah saja belum cukup bagi individu dalam mewujudkan
kesempurnaan mental, ketenangan jiwa, dan kesalehan moral serta perilaku tanpa
4
2. Kematian dalam Persfektif Psikologi
Psikologi sebagai sebuah ilmu yang mengkaji pikiran, perasaan, dan perilaku
seseorang melihat kematian sebagai suatu peristiwa dahsyat yang sesungguhnya sangat
kematian sebagai sebuah malapetaka. Namun ada pandangan yang sebaliknya bahwa
hidup di dunia hanya sementara, dan ada kehidupan lain yang lebih mulia kelak, yaitu
kehidupan di akhirat. Maut merupakan luka paling parah untuk narsisisme insani.
terdekat dan yang paling dicintai. Rasa kehilangan bersifat individual, karena setiap
individu tidak akan merasakan hal yang sama tentang kehilangan. Sebagian individu
akan merasa kehilangan hal yang biasa dalam hidupnya dan dapat menerimanya
dengan sabar. Individu yang tidak dapat menerima kehilangan orang yang disayang
Kematian juga disikapi manusia mengenai dirinya. Sadar bahwa suatu saat
dirinya juga akan mengalami kematian. Masing- masing mulai menakar diri.
Menginvetarisasi semua aktivitas dan lakon hidup. Mengingat kebaikan dan keburukan
yang sudah pernah dilakukan. Khawatir akan balasan yang akan diterima dihari
kebangkitan. Perasaan seperti ini sering dirasakan dan menghantui manusia yang
terjadi semacam kecemasan batin. Sebagai suatu ilmu pengetahuan empiris psikologi
terikat pada pengalaman dunia. Psikologi tidak melihat kehidupan manusia setelah
5
masalah kematian dan apa makna kematian bagi manusia itu sendiri (Boharudin dalam
Pamungkas 2014).
Salah satu peristiwa hidup yang dihadapi remaja adalah kematian anggota
keluarga dicintai atau kematian sendiri yang akan datang kepada mereka yang
mengancam jiwa. Kematian bukan masalah yang biasa bagi remaja. Koocher dan
Gudas (1992) dengan tepat menyatakan bahwa asumsi remaja tentang kematian yakni
tidak nyamannya remaja dengan kematian, bukan realitas kemampuan remaja untuk
kematian.
mereka takut untuk mengenang kematian dan merasa bahwa kematian itu sebagai hal
yang menakutkan. Tapi jika melihat dari sisi positif pengalaman remaja tentang
kematian maka remaja mampu memahami kematian dan lebih mengakui kebesaran
Allah sebagai pemilik semesta alam dan lebih mendekatkan diri pada sang Khalik.
Wicaksono 2015 menyatakan bahwa ada beberapa terapi yang bisa dilakukan oleh
Cara pertama untuk mengubah rasa takut yang destruktif adalah mendekatkan diri
kepada Allah, dengan cara ini mampu memberikan ketenangan pada seseorang.
Mendekatkan diri kepada Allah juga bermakna memperbanyak ibadah dan kebaikan
6
yang dilakukan. Mendekatkan diri kepada Allah juga bisa ditempuh melalui ilmu
tasawuf. Ilmu tasawuf memiliki inti yang terletak pada wilayah bathin atau berada
pada dimensi spiritualitas. Lalu bagaimana paham tasawuf dalam mendekati Tuhan?
yang maha kasih. Cinta merupakan tema dan jalan pendekatan pada Tuhan yang
paling disenangi oleh para sufi. Banyak puisi-puisi cinta yang menggelorakan cintanya
pada Tuhan...” Untuk mampu mendekati Allah, maka langkah pertama yang harus kita
ambil adalah mencintai Allah yang maha indah. Dengan kecintaan inilah timbul
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan adanya beberapa alasan seseorang takut
akan kematian, salah satunya adalah mereka belum atau tidak tahu apa yang akan
terjadi setelah datangnya kematian. Namun hal itu bisa dimaklumi, karena informasi
yang didengar memang sering menjelaskan kematian hanya dari sisi yang
menyakitkannya saja, tidak dijelaskan definisi kematian dari sisi yang menyenangkan.
memahami bahwa kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, karena mau atau
tidak mau ia merupakan sesuatu yang tak terelakkan dan pasti. Bahkan jika kita mau
menengok, bagi kaum sufi kematian merupakan sesuatu yang dinanti-nantikan karena
Dari sudut pandang agama semua yang kita miliki hanyalah berfungsi sebagai fasilitas
instrumental untuk sesuatu yang lebih maknawi. Dalam terminologi agama, yaitu
kualitas iman yang kemudian teraktualisasikan ke dalam amal shaleh. Jadi ketika kita
7
memiliki semua fasilitas instrumental, sejak dari harta, jabatan dan bahkan ilmu, kalau
tidak membuahkan amal kebajikan bagi sesama manusia sebagai aktualisasi rasa
syukur dan pengabdian pada Tuhan, maka sesungguhnya kita telah tertipu oleh
pandangan hidup yang berskala pendek atau duniawi. Dengan melepaskan diri dari
jeratan tali dunia, maka seseorang akan lebih enteng dalam menjalani hidup. Kematian
yang menghadang pun akan santai saja menghadapinya karena tidak adanya yang
membelenggu diri.
4. Pencarian makna
Pemaknaan hidup seseorang erat kaitannya dengan penghayatan agama yang ia miliki.
Komaruddin Hidayat menegaskan bahwa hidup menjadi bermakna selama kita beri
makna, namun hanya sebatas kehidupan dunia ini. Kebanyakan masalah masyarakat
modern muncul, salah satu penyebabnya adalah keringnya makna dalam kehidupan.
kenyamanan dan kenikmatan. Pandangan kaum hedonis ini hanya memberikan harga
dan makna hidup sebatas pada capaian nikmat fisik yang jelas tidak sejalan dengan
ajaran agama. Berdekatan dengan pandangan hedonisme adalah paham nihilisme yang
menyatakan bahwa manusia tak ubahnya seperti hewan ataupun benda lain yang
seseorang akan merasa enteng dalam menjalani kehidupan. Selain itu semangat hidup
juga akan bertambah karena merasa bahwa hidupnya benar-benar bernilai. Ada
beberapa hal yang perlu dimaknai untuk memberikan terapi terhadap ketakutan akan
a. Memaknai kelahiran
8
b. Memaknai kepemilikan
d. Memaknai keabadian
Sebelum kematian datang terdapat ciri- ciri fisik yang ada pada seseorang menurut
Karena aliran darah bermasalah, kulit akan terlihat seperti berbintik-bintik dan
mengalami perubahan warna. Bintik dan warna kebiruan pada kulit yang terlihat di
bagian atas tubuh, yaitu dari pinggul hingga kepala, mencirikan tanda kematian yang
lebih dekat dibandingkan dengan perubahan yang terlihat di bagian bawah tubuh. Jika
Anda melihat ciri ini, usahakan untuk memberikan perawatan pada kulit yang terkena,
misalnya dengan memberikan pelembap. Selain itu, Anda juga bisa menanyakan
apakah orang terkasih Anda mengalami ketidaknyamanan tertentu sehingga Anda bisa
itu, kondisi ini juga membuat seseorang merasa mengantuk terus menerus dan
terkadang mengalami disorientasi (linglung). Jika orang terkasih Anda mengalami hal
ini, maka biarkan ia beristirahat. Namun, tetap pantau kondisinya, siapa tahu ia
membutuhkan pertolongan.
9
Dalam kondisi ini seseorang terkadang mengalami takikardia, atau detak jantung di
atas normal saat beristirahat. Jika orang normal berdetak 60-100 kali per menit, maka
orang yang mengalami takikardia umumnya lebih dari 100 detak per menit. Selain itu,
kondisi ini juga mengakibatkan seseorang mengalami hipotensi atau tekanan darah
(mengompol). Anda perlu menjaga orang terkasih Anda agar tetap bersih dan kering.
Pakaikan popok untuk menghindari penggantian celana yang terlalu sering yang
Pada kondisi ini, biasanya orang yang sakit keras akan mengalami penurunan
selera makan dan minum. Hal ini akan berakibat pada penurunan berat badan dan
dehidrasi. Jika seseorang mengalami hal ini, jangan memaksanya untuk makan
atau minum. Akan tetapi, tetap pantau asupan makanan dan cairan agar tetap
tercukupi.
Biasanya seseorang di situasi ini akan mengalami beberapa kesulitan saat makan
seperti makanan tidak ditelan, tersedak, dan batuk-batuk setelah makan. Solusinya,
Anda bisa memberi orang terkasih Anda makan makanan lunak atau makanan
10
Biasanya, muncul bercak kehijauan atau merah gelap yang terdapat di belakang
lengan atau kaki. Anda perlu menjaga sprei tetap bersih dan kering untuk menjaga
kebersihan kulitnya. Selain itu, Anda juga bisa mengoleskan lotion yang
dianjurkan dokter untuk meringankan gejala ini. Luka dekubitus yaitu titik nyeri
yang muncul pada tubuh akibat tekanan yang terlalu besar yang terjadi pada satu
area tertentu.
Biasanya ditandai dengan suara napas yang berisik walaupun tidak sedang
mengalami batuk. Tidur dengan posisi memiringkan kepala bisa menjadi salah satu
solusi. Anda juga bisa menaruh bantal kecil yang empuk di belakang leher untuk
3. Dugaan bahwa jika badan rusak dan susunannya hancur maka zatnya akan hancur dan
jiwanya akan rusak, serta dugaan bahwa alam akan selalu abadi, sedangkan ia tidak
berada di dalamnya.
4. Dugaan bahwa kematian adalah penderitaan besar yang berbeda dengan penderitaan
6. Kebingungan dan ketidaktahuan atas apa yang akan ia berikan setelah kematian.
11
7. Menyesali uang dan simpanan yang ia tinggalkan. Ini biasanya dikarenakan seseorang
terlalu mencintai apa yang ia miliki tanpa menyadari semua itu hanyalah titipan
semata.
Dari beberapa sebab diatas maka dapat disimpulkan bahwa kematian itu pasti akan
datang, dan datangnya kematian seseorang tidak ada satu orangpun yang mengetahuinya
karena kematian merupakan rahasia Allah yang telah dituliskan di lauhil mahfudz.
Manusia hanya bias berusaha, beramal dan berbuat baik dalam menjemput kematiannya
agar menjadi kematian yang husnul khotimah. Sebab- sebab ketakukan dalam
menghadapi kematian secara garis besar alasannya adalah belum siap dengan amal yang
dipersiapkannya didunia sehingga membuat ia menjadi takut dan menyesali segala apa
Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan ruhaniah menurut Tasmara dalam Gladys (2013)
1. Memiliki visi.
Visi adalah cara pandang ke masa deoan yaitu bagaimana kita melihat gambaran diri
kita di masa depan. Visi merupakan komitmen yang kemudian yang kemudian
menjadikan pertemuan dengan Sang Pencipta sebagai visi dan tujuan hidupnya.
pengawasan Nya, dan menjadi pribadi yang senantiasa ingat akan keberadaan Allah
12
3. Mengingat Tuhan dan berdoa
Dengan selalu mengingat Tuhan, kita selalu ingat tujuan hidup kita dan kemana kita
akan kembali. Pada hakikatnya dia adalah harapan yang dimiliki seorang hamba
4. Sabar
Sabar adalah memegang teguh harapan dan tidak keluar dari jalur yang ditempuh
untuk menuju cita-cita dan apabila menemui hambatan, akan mencari jalan dan
Orang-orang yang bertaqwa akan selalu menunjukkan sikap yang cendering mengarah
pada kebaikan dan kebenaran. Mereka merasa bahwa setiap hari bahkan setiap detik
6. Berjiwa besar
Orang yang berjiwa besar memiliki keberanian untuk memaafkan dan melupakan
kesalahan yang telah dilakukan oleh orang lain dengan tulus dari hati nuraninya.
Orang yang cerdas secara ruhaniah memiliki sikap pemaaf sehingga dirinya selalu
berhati-hati untuk tidak mengeluarkan kata yang menunjukkan sikap benci, dendam,
lingkungan. Sehingga hatinya terbuka untuk menerima kehadiran orang lain dan
merasa terpanggi untuk melayani. Dengan melayani orang lain, berarti ia mengasah
13
G. Faktor Penyebab Kematian
Kematian dapat terjadi kapan saja disepanjang kehidupan manusia antara lain
sebagai berikut:
1. Kanak kanak
Pada usia kanak kanak kematian dapat disebabkan karena beberapa hal seperti karena
2. Remaja
Pada usia ini kematian dapat terjadi disebabkan karena beberapa faktor diantaranya
3. Dewasa
Pada usia ini kematian juga dapat terjadi disebabkan karena beberapa faktor
diantaranya adalah kecelakaan, bunuh diri, serangan berbagai penyakit seperti kanker,
4. Usia lanjut
Pada usia ini, seseorang pasti mengalami kecemasan akan datangnya kematian. Diusia
ini juga kematian dapat terjadi disebabkan karena beberapa faktor seperti serangan
Dari kelima faktor penyebab kematian diatas, maka secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa terkadang disetiap fase memiliki faktor penyebab kematian yang sama
dan kadang berbeda. Hal ini dikarenakan kita sebagai manusia tidak bisa memilih akan
meninggal dengan faktor tertentu, melainkan semuanya telah ditentukan oleh Allah yang
maha mengetahui apa yang terbaik untuk setiap hambanya. Terkadang ketika manusia
berada pada fase kanak- kanak, remaja dan dewasa memiliki faktor penyebab meninggal
dengan cara yang berbeda- beda seperti kecelakaan, sakit, bunuh diri dan lain sebagainya.
14
H. Sikap Terhadap Kematian Dalam Beberapa Fase Dalam Hidup
kematian.
4. Remaja: memiliki pandangan yang lebih abstrak dan filosofis mengenai kematian
5. Dewasa awal: belum ada bukti seseorang mengembangkan orientasi yang khusus
mengenai kematian
6. Dewasa menengah: lebih sadar mengenai kematian dan kecemasan karena kematian
kematian, maka dapat disimpulkan bahwa setiap fase memiliki konsep atau sikap yang
berbeda- beda seperti pada tahap fase bayi, pada tahap ini bayi akan dengan suka rela
menerima apa yang telah ditentukan oleh Allah swt tanpa bisa bersikap apa –apa,
sedangkan berbeda dengan sikap pada fase perkembangan anak-anak tentunya walaupun
belum memiliki konsep mengenai kematian tetapi cenderung menyalahkan diri sendiri.
Sedangkan akan berbeda dengan fase dewasa dan usia lanjut, pada usia ini seseorang
15
I. Sikap Remaja Terhadap Kematian
Nurhidayati (2014) menjelaskan bahwa kematian salah satu atau ke dua orangtua
kehilangan perhatian dan kasih sayang, kehilangan model, kehilangan rasa aman,
kehilangan teman berbagi, kehilangan keutuhan keluarga, dan kehilangan arah. Pasca
kematian orangtua remaja membutuhkan fgur pengganti. Adapun fgur pengganti orangtua
yang diperoleh remaja adalah pengasuhan dari keluarga terdekat, ayah tiri atau ibu tiri.
Figur pengganti yang berfungsi dengan baik, akan memperoleh perilaku sosial yang
transendental lebih banyak dialami daripada kesedihan sebagai pengalaman negatif saja.
responden yang lebih besar dan memperhatikan latar belakang budaya baik jawa, melayu,
minang, dan batak untuk lebih mendekati kontekstual kondisi remaja di Pekanbaru yang
Dari pemaparan diatas didapatkan kesimpulan bahwa tidak semua remaja yang
orangtua tunggal tidak mendapatkan fgur pengganti, akan tetapi mereka mendapatkan
dukungan langsung dari keluarga. Dukungan langsung dari keluarga akan sangat
membantu remaja dalam mengatasi rasa kehilangan pasca kematian orangtua. Adapun
dukungan langsung yang diberikan keluarga seperti, perhatian yang lebih dari pada
sebelumnya, motivasi serta nasehat-nasehat yang akan dapat membantu remaja dalam
16
J. Sikap Lansia Terhadap Kematian
Rini (2017) menjelaskan bahwa kualitas hidup pada lanjut usia menggambarkan
fase kehidupan yang dimasuki lanjut usia. Kualitas hidup individu yang satu dengan yang
lain akan berbeda, hal itu tergantung pada defnisi atau interpretasi masing-masing
individu tentang kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup yang tinggi menggambarkan
bahwa individu memasuki fase integritas dalam tahap akhir hidupnya, begitu juga dengan
kualitas hidup yang rendah berdampak pada keputusasaan yang dialami oleh lanjut usia.
kualitas hidup juga berkaitan erat dengan kebahagiaan, kepuasan hidup dan kesejahteraan
Sedangkan Alma (2017) berpendapat bahwa lanjut usia harus bisa menyesuikan
diri dan menerima segala perubahan yang terjadi dalam tubuhnya, baik itu perubahan fsik
dan perubahan psikologis. penerimaan ini bisa dilakukan oleh lanjut usia dengan
menyadari dan lebih peka dengan segala perubahan tersebut, seperti kesadaran akan udara
yang masuk dan mengalir dalam tubuh, kesadaran akan indra dan organ yang ada dalam
mengalami bermacam-macam masalah kesehatan. Hal ini disebabkan oleh fungsi organik
dan sistemik lansia yang menurun seiring dengan pertambahan usia yang dialami. Salah
satu hal yang sering dialami lansia adalah penyakit kronis. Penyakit kronis adalah
pengalaman sakit yang dialami secara terusmenerus selama enam bulan atau lebih
(Sarafino & Smith, 2011). Durasi penyakit kronis yang relatif lama membuat penyakit
kronis rentan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan penderitanya, baik aspek fisik,
psikologis, maupun sosial. Hal ini menyebabkan penderita penyakit kronis biasanya juga
17
K. Tahap- Tahap Menjelang Kematian
Kubler Rose dalam Wicaksono 2015 menyatakan bahwa ada beberapa tahap
menerima nasibnya, perasaan dan rasa sakit pada fisik mulai hilang perlahan karena
dapat disimpulkan bahwa seseorang akan melakukan berbagai upaya atau penolakan
sesuai dengan apa yang ia kehendaki, walaupun mereka tau bahwa kematian merupkan
suatu hal yang sudah pasti tetapi sebagai manusia biasa terkadang kita tidak menyadari
akan sikap kita dalam menghadapi kematian seperti terkadang sebagai manusia tidak
menyadari dirinya melakukan penolakan dan isolasi, marah, menawar, defresi, menerima.
Sebelum seseorang berada pada tahap menerima segala upaya atau penolakan sering
terjadi tanpa disadari atau tidak. Sebenarnya hal inilah yang akan membuat seseorang
tersebut mudah mengalami frustasi dan defresi karena tidak bisa menerima ketentuan
18
L. Kesadaran Menjelang Kematian
2. Dapat menyelesaikan beberapa recana dan proyek, melakukan pengaturan bagi orang
pemakamannya
4. Paham apa yang terjadi dengan tubuhnya dan apa yang dilakukan oleh para staf medis
terhadap tubuhnya.
maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang dengan sadar menyadari bahwa dirinya
akan meninggal maka akan memanfaatkan sisa waktu yang ia miliki dengan
menggunakannya untuk berbuat amal sholih. Dengan seperti itu ia bisa mempersiapkan
dirinya meninggal sesuai dengan keinginannya dalam arti tetap sesuai dengan kehendak
Allah tetapi ia telah berusaha untuk berbuat sebaik- baiknya agar akhir dari kehidupannya
juga bisa dengan cara yang baik sesuai dengan apa yang telah dikehendakinya sesuai
19
M. Jenis Duka Cita
keterpisahan (separation anxiety), putus asa, kesedihan, dan kesepian, yang menyertai
kehilangan sesorang yang kita cintai. Ada beberapa jenis duka cita diantaranya yaitu
sebagai berikut:
Dukacita terhadap orang yang meninggal, yang secara sosial merupakan kehilangan
Berdasarkan kedua jenis duka cita yaitu dukacita yang berkepanjangan dan duka cita
disenfranchised maka dapat disimpulkan bahwa duka cita bersifat multidimensional dan
dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Proses duka cita itu naik-turun, bukan tahapan
yang teratur dan jelas, melibatkan perubahan emosi yang berlangsung cepat, menghadapi
pribadi, menciptakan pola-pola perilaku yang baru, dan membentuk persahabatan dan
20
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pada bagian ini, penulis akan menyimpulkan beberapa hal terkait dengan judul makalah
yaitu “Psikologi Kematian” sekaligus sebagai jawaban terhadap rumusan masalah yang telah
a. Psikologi kematian yaitu dapat dideteksi yaitu ditandai dengan berhentinya detak
jantung seseorang, dan kematian juga sebagai pemutusan segala kelezatan duniawi,
dia adalah pemisah antara manusia dan pengaruh kenyamanan hidup orang- orang
yang lalai sehingga dimensi psikologis dari kematian menekankan pada dinamika
psikologi individu yang akan mati maupun orang- orang di sekitar si mati baik
b. Cara mengurangi ketakutan terhadap kematian yaitu dengan cara mendekatkan diri
kepada Allah, menambah wawasan tentang kematian, mampu melepaskan diri dari
c. Ciri- ciri perubahan fisik menjelang kematian yaitu aliran darah melambat,
menurunnya aliran darah seberal otak, penurunan outfut jantung dalam volume cairan
pembuluh darah, penurunan fungsi pada sistim kemih, perubahan selera makan.
d. Sebab- sebab ketakutan terhadap kematian yaitu tidak mengetahui hakikat dari
kematian, tidak mengetahui nasib jiwa setelah kematian, dugaan bahwa jika badan
rusak dan susunannya hancur maka zatnya akan hancur dan jiwanya akan rusak, serta
dugaan bahwa alam akan selalu abadi, sedangkan ia tidak berada di dalamnya, dugaan
mendapatkan siksaan setelah kematian, kebingungan dan ketidaktahuan atas apa yang
akan ia berikan setelah kematian, dan menyesali uang dan simpanan yang ia
tinggalkan. Ini biasanya dikarenakan seseorang terlalu mencintai apa yang ia miliki
B. Penutup
dan menambah khasanah keilmuan kita semua. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh pembaca. Sebagai mana pepatah
mengatakan “No Body Perpect in This World”, begitu juga dengan makalah ini. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini agar
menjadi lebih sempurna dari saat ini sebagai bahan pelajaran yang bisa bermanfaat untuk
pembaca dan kita semua. Atas perhatian dan dukungannya penulis selaku penyusun
22
DAFTAR PUSTAKA
Della, Agustina. 2009. The Relationship of Spiritual Intelligence with Readiness in Facing
Death in the Elderly. International Journal of Psycology. ISSN 2009 – 8884, NO. 1,
57 – 70.
Gladys, Djemi, at all. 2013. Medicolegal Aspects of Management of Death In the city of
Manado. International Journal e-Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013,
hlm. 111-117.
Mega, Herdina. 2013. Komarudin's Concept of Strength Therapy for Death. International
Journal of Islamic Psychology. Oktober 2013. ISSN 2088-6306 Vol. 1, No. 2.
Nada, shobah. 2015. Preparation for Facing Death: A Psychological Phenomenology Study
in Middle Adult Mothers. International Journal of Development. ISSN: 2104-1994
Volume: 7, Nomor 1, Mei 2013: 1-6.Accredited : 97/DIkti/Kep/ 2004.
Nurhidayati. 2014. The factor of happiness in the Reality Job. International journal of
psycology. JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014. Vol 4
Pamungkas, dkk. 2014. The Relationship Between Religiosity and Social Support with Anxiety
Facing Close to Older Age In the elderly, Jebres Surakarta. International Journal of
Psychology Religion. Universitas Sebelas Maret. . ISSN 2085-8307 Vol. 1, No. 5.
Wicaksono, Wahyu. 2015. Fear of death in terms of wisdom and religious orientation in the
late adolescence period with a student status. International Journal of Psycology.
ISSN 0215 – 8884 2003, NO. 1, 57 – 65.
23