Abstract
The purpose of this study is to explore how the meaning of death for subjects who are single
elderly women. For humans, death has a double meaning that can be interpreted as a positive
thing if humans do good things during their lifetime and can also be interpreted as a negative
thing if humans commit bad deeds during their lifetime. This study used a qualitative approach
with phenomenology methods. The participant of this study was a single elderly woman. The
results in this study indicate that the subject means death as a positive thing, namely by getting
closer to the Creator.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana makna kematian bagi subjek yang
merupakan wanita lansia yang melajang. Bagi manusia kematian memiliki makna ganda yaitu
dapat dimaknai sebagai hal yang positif jika manusia melakukan hal yang baik semasa hidupnya
dan dapat pula dimaknai sebagai hal yang negatif jika manusia melakukan perbuatan buruk
semasa hidupnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
fenomenologi. Subjek penelitian ini adalah seorang wanita lanjut usia yang melajang. Hasil
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa subjek memaknai kematian sebagai hal yang positif
yaitu dengan lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
241
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2018, Vol. 5, No. 2, Hal. : 241-252
242
Makna Kematian pada Wanita Lansia yang Melajang (Fahmi Mahmudayati Pratiwi, Irfan Fahmi, Anwar Supenawinata)
ketika manusia mulai memaknai sebuah hal yang positif maupun negatif. Atau juga
kematian sebagai suatu pemusnahan segala manusia dapat memaknai kematian sebagai
hal maka manusia mulai berpikir untuk suatu kepunahan (extinction) atau hal
meninggalkan suatu hal yang dapat menjadi lainnya (Cicirelli, 2001).
suatu manfaat bagi keturunannya. Manusia Faktor sosiokultural. Sosiokultural
juga melakukan hal ini yaitu meninggalkan merupakan hal yang sangat memengaruhi
warisan atau hartanya untuk keturunannya perilaku maupun cara berpikir manusia.
selain ingin membahagiakan keturunannya Makna kematian dapat diperkuat oleh
tujuan lain yaitu agar manusia dapat selalu faktor sosiokultural yang mana faktor ini
dikenang walaupun setelah kematiannya. akan membentuk pemaknaan tersendiri
Kematian sebagai kepunahan khususnya makna mengenai kematian
(extinction). Kematian dimaknai oleh ma- dalam diri individu. Dari situasi itulah
nusia sebagai suatu kepunahan. Kepunahan seseorang terbawa untuk memaknai kemati-
memiliki arti hilangnya segala hal yang an seperti yang lingkungannya ajarkan
dimiliki manusia di dunia. Kematian juga (Corwin, 2005).
dimaknai oleh manusia sebagai suatu Faktor religiusitas. Manusia membu-
ganjaran atau hukuman bagi manusia dari tuhkan rasa aman dan nyaman namun
perbuatannya selama masa hidupnya. beberapa orang mendapatkan rasa nyaman
Kematian juga dimaknai sebagai rasa dan aman ketika seseorang mulai mening-
kehilangan bagi manusia. Kehilangan hal katkan kegiatan religius. Pengertian tentang
yang disukai dan memusnahkan harapan perasaan tentram dan berkurangnya rasa
dan cita-cita seseorang selama di dunia takut akan kematian cenderung menyertai
(Cicirelli, 2001). kepercayaan dan agama yang konservatif
(Hurlock, 1998).
Faktor Makna Kematian
Faktor usia. Manusia mulai dapat Makna Kematian dalam Perspektif
memaknai kematian dalam dirinya ketika ia Islam
memasuki masa remaja. Makna kematian Islam menjelaskan bahwa kematian
berubah seiring rentang kehidupan manusia bukanlah akhir dari segalanya dan setelah
karena selama rentang kehidupan manusia kematian terdapat kehidupan baru yang
akan banyak mendapatkan pengalaman akan dijalani manusia dengan berbagai
dalam hidupnya. Manusia yang telah macam kenikmatan maupun kenistaan atau
memasuki usia lanjut akan merasakan takut siksaan. Dalam Islam makna kematian
akan kematian dibanding manusia pada mempunyai peranan besar dalam meman-
usia remaja (Neimeyer & Moore, 1989). tapkan aqidah. Tanpa adanya kematian
Faktor gender. Gender dapat membe- manusia tidak akan berpikir tentang apa
dakan makna kematian bagi individu. sesudah kematian, dan manusia tidak akan
Namun makna kematian bagi pria maupun mempersiapkan diri menghadapinya
wanita cenderung berbeda jika pria di masa (Shihab, 2001).
tuanya ia mulai memikirkan kematian Al-Ghazali (2003) menjelaskan bahwa
anak-anaknya dan kematian teman terdapat dua arti akan kematian dalam
sebayanya. Berbeda dengan wanita selain Islam karena mati menurutnya merupakan
memikirkan akan kematiannya wanita juga persoalan yang dahsyat sehingga jika
lebih memikirkan kematian suaminya. seorang mengingat kematian akan sangat
Wanita lebih cenderung memikirkan me- besar manfaatnya. Arti penting akan kema-
ngenai kematian lebih banyak dibanding tian menurut Al-Ghazali (2003) yaitu: (1)
pria (Hurlock, 1998). Benci pada dunia. Manusia terkadang lupa
Faktor pengalaman. Dari pengalaman bahwa hidup di dunia hanya sementara
yang telah dilaluinya manusia akan dapat sehingga terlalu mencintai kehidupan dan
memaknai kematian dan dapat menjadikan dunianya. Jika manusia mengingat arti akan
243
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2018, Vol. 5, No. 2, Hal. : 241-252
244
Makna Kematian pada Wanita Lansia yang Melajang (Fahmi Mahmudayati Pratiwi, Irfan Fahmi, Anwar Supenawinata)
245
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2018, Vol. 5, No. 2, Hal. : 241-252
“Saya suka berpikir mau kemana saya kaya begini. Rizki, jodoh, bagja, cilaka itu
sekarang ini. Jika dulu saya hanya mikirin kan sudah diatur oleh Allah” (PMOD.B.
uang, uang, uang, tapi sekarang sudah tidak 1b).
mikirin kaya gitu lagi” (PMOD.A.2a). “Ya sedih banget ngeliat temen-temen
“Kita memang mencari tabungan di saya yang sudah mendahului itu karena
akhirat, memang mencari tabungan di akhi- sudah tidak bisa komunikasi, kadang juga
rat itu caranya macem-macem dengan cara kangen dengan candaan temen-temen. Kan
kita ke masjid mengaji” (PMOD. A.3a). makanya harus terus menyiapkan bekal
Afterlife. Subjek yakin bahwa setelah karena saya juga gak tau saya di menit
manusia meninggal manusia akan dihidup- mana di hari apa ya saya meninggal nanti”
kan kembali. Dari situasi itulah awal (PMOD.B.2b).
kehidupan baru dimulai. Mengingat kema- Warisan. Kematian dimaknai sebagai
tian bagi subjek membuat hidupnya lebih suatu kehilangan akan hal yang dimiliki
fokus khususnya dalam hal beribadah. selama di dunia. Selain itu manusia
“Tetapi terkadang saya suka tidak berlomba-lomba meninggalkan harta dan
fokus ketika shalat tetapi kan saya mencoba perbuatan baik selama hidupnya yang
sedikit-sedikit karena ketika meninggal bertujuan agar selalu dikenang setelah
nanti yang dihisab pertama kali itu kan meninggal.
shalat ibu. Jadi ibu harus mencoba lebih Sampai saat ini subjek sudah membagi
khusyuk ketika shalat karena ibu mengang- harta yang akan dibagi pada keponakan
gap ibu sedang berdialog pada Allah” yang diasuhnya sejak kecil. Walaupun
(PMOD.B.2b.). subjek belum memahami bagaimana
”Enggak ya enggak hilang, karena kan pembagian warisan yang baik karena
disana kita hidup kembali” (PMOD.B.2b). subjek hidup sendiri maka ia membagi
Bagi subjek, kehidupan setelah kemati- harta yang dimiliknya pada keponakan
an merupakan awal kehidupan baru yang ataupun saudara terdekat jika meninggal
ditentukan oleh sikap dan perbuatan nanti.
manusia selama di dunia. Kehidupan sete- “Saya itu masih gambling ya hukum
lah kematian akan dirasakan baik jika antara hukum Islam atau hukum Negara ya
manusia melakukan hal yang baik selama untuk saudara-saudara itu ya harta yang
di dunia begitu juga sebaliknya. harus dibagi” (PMOD.C.2c).
“Itu kan awal dari kehidupan ya maka- “Itu ya yang saya pikirkan tapi kalau
nya itu dengan kematian itu kita harus balik harta warisan saya ngebaginya itu saya
gitu kematian itu kan awal hidup yang akan masih gambling ya karena saya sendiri jadi
datang sehingga untuk menjemput kemati- saya masih bingung ngebaginya gimana.
an atau untuk menjalani kematian itu kita Tapi kalau buat adik-adik saya itu sudah ya
harus baik gitu ya harus berbuat baik sesuai saya bagi” (PMOD.C.2c).
agama kita aja, tapi untuk kehidupan ini. “Kalau ya amal ibadah kita di dunia
Nah, kehidupan yang akan datang itu ter- sesuai dengan yang dianjurkan Alquran ya.
gantung dari hidup yang sekarang ini Itu setau saya ya misalnya melakukan hal
makanya ini harus baik karena itu awal yang baik gitu ya. Misalnya saya nyapuin
untuk menginjak ke kehidupan yang akan solokan orang, bersihin halaman orang”
datang” (PMOD.B.1b). (PMOD.C.1c).
“Di bayangan saya, saya harus masuk “Kan kalau untuk saudara mah sama
surga. Di bayangan saya hidup di sana itu aja ya kaya saya menyekolahkan,
nanti senang gitu segala macam ada, walau- membayar biaya kuliah sampai selesai,
pun dengan kekurangan saya seperti ini. makan, pakaian ya kan itu sudah sama aja,
Karena Allah Maha Mengetahui kan telah masuk ke ITB masuk ke Padjadjaran kan
menetapkan ya kamu kaya begini, kamu itu ya” (PMOD.C.2c).
246
Makna Kematian pada Wanita Lansia yang Melajang (Fahmi Mahmudayati Pratiwi, Irfan Fahmi, Anwar Supenawinata)
“Dari situ ya saya bisa jadi bermanfaat makhluk hidup sudah pasti diambil kembali
bagi orang lain walaupun saya sudah tua. sama yang punya. Kalau hukuman kan
Itulah hidup saya sekarang dinikmati, mungkin hanya apa ya kaya orang tua
disyukuri. Terimakasih Ya Allah masih menghukum anaknya. Karena kan Allah
bisa bersih-bersih rumah sendiri tanpa Maha Kasih Masa Sayang ya jadi itu bukan
minta bantuan orang lain” (PMOD.C.1c). hukuman” (PMOD.D.2d).
“Walaupun tapi gini kan kalau sudah Bagi subjek jika semasa di dunia
meninggal itu kan orang itu memang terus manusia berbuat baik maka manusia akan
terkenang tapi kan yang buruknya suka mendapatkan ganjaran yang setimpal
terkenang ya. Tapi kalau saya inginnya ya setelah kematiannya namun sebaliknya jika
keburukan saya terhapus ya, bukan manusia hanya berbuat hal buruk selama
terhapus ya tapi saya sebisa saya buat yang masa hidupnya maka akan mendapatkan
bisa terkenang itu yang baiknya saya ya hukuman di kehidupan setelah kematian.
kaya misalnya di keluarga gitu ya. Jadi “Kematian hanya salah satu jalan
pokoknya harus yang baik ya supaya untuk bertemu Allah. Kalau ya kalau kita
harum, eh bukan harum ya apa ya, gini baik di dunia bener kalau yang
misalnya meninggal tapi terkadang orang dicantumkan dalam Alquran dan sunnah
jarang ya ingat yang jeleknya sering itu Rasul itu kita laksanakan” (PMOD.D.2d).
mengingat hal yang baik ya” (PMOD. C.
1c). Makna Kematian Bagi Subjek
Extinction. Kematian dimaknai seba- Berdasarkan hasil wawancara yang
gai suatu konsekuensi yang harus dihadapi telah dilakukan oleh peneliti, bagi subjek
oleh setiap manusia atas segala perbuatan- dengan statusnya yang lajang dapat mem-
nya selama hidupnya. Kematian bagi buat dirinya lebih fokus dalam menjalani
subjek memusnahkan raga manusia dan ibadah yang bertujuan untuk menambah
segala hal yang ada di dunia tetapi di lain bekal menghadapi kematian yang tidak
hal ketika manusia mati maka hal-hal baik dapat diketahui kapan akan datang
maupun buruk akan dibawa dan hal itu padanya. Hidup sendirian dapat membuat
yang menjadikan bekal manusia. Selain dirinya fokus memikirkan apa yang ingin
membagi harta untuk saudara terdekat, bagi dilakukannya. Saat ini fokus subjek
subjek warisan juga dapat berupa hanyalah melakukan hal yang dapat
membiayai pendidikan keponakan- membantu lingkungan sekitarnya atau
keponakannya hing-ga tuntas. Baginya hal dapat bermanfaat bagi orang lain. Karena
itu sama saja seperti membagi harta yang subjek merasa di usianya yang lanjut saat
dimilikinya. ini sudah tidak mampu lagi melakukan
“Saya mati berarti berakhir segalanya. aktivitas seperti sebelum masa pensiunnya
Kalau mati kan berakhir segala-galanya sehingga subjek hanya ingin bermanfaat
kan. Makanya saya lebih baik lagi saya bagi lingkungan sekitarnya. Bekal
harus terarah hidup lagi hidup saya” menghadapi kematian bagi subjek tidak
(PMOD.D.3d). hanya mengaji dan shalat tetapi juga
“Iya kematian itu perpisahan ya. membantu orang lain. Selain itu, subjek
Berpisah dengan orang yang hidup ya. Tapi merasakan ketenangan ketika ia dapat
di lain pihak akan bertemu dengan Allah” membantu dan bermanfaat bagi orang lain.
(PMOD.D.1d). Kematian bagi subjek dapat mengubah
“Enggak ya harapan manusia enggak tingkah lakunya seiring dengan bertambah-
hilang, karena kan di sana kita hidup nya usia maka subjek mulai dapat
kembali” (PMOD.D.3d). memahami kematian sebagai suatu evaluasi
“Kematian itu bukan hukuman ya. Itu diri baginya. Karena di masa mudanya
mah sudah dari sananya bahwa semua subjek merasa tidak mengenal mengenai
247
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2018, Vol. 5, No. 2, Hal. : 241-252
agama maka di usianya yang lanjut saat ini kematian baginya yang hidup sendiri di
subjek mulai memperbaiki diri yaitu usianya yang telah lanjut merupakan suatu
dengan mendekatkan diri pada Allah Swt., dorongan bagi dirinya untuk dapat
diantaranya mengikuti pengajian baik di menjalani hidup lebih baik. Bagi subjek E
lingkungan rumahnya, maupun di luar dengan statusnya yang lajang dapat
lingkungan rumahnya. Baginya dengan membuat dirinya lebih fokus dalam
mendekatkan diri pada Allah Swt. menjadi- menjalani ibadah yang tujuannya untuk
kan dirinya tenang ketika mengingat me- bekal setelah kematian datang padanya.
ngenai kematian yang dirasakan semakin Saat ini fokus E hanyalah melakukan hal
dekat. yang dapat membantu lingkungan
Terkadang subjek merasakan kurang sekitarnya atau dapat bermanfaat bagi
fokus dalam beribadah disebabkan suatu orang lain. Karena, E merasa di usianya
masalah kecil sehingga terkadang membuat yang lanjut saat ini sudah tidak mampu lagi
subjek menunda kewajibannya dalam melakukan aktivitas seperti sebelum masa
beribadah tetapi ketika subjek mulai pensiunnya sehingga E hanya ingin
mengingat bahwa kematian dapat datang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.
kapan saja subjek mulai fokus kembali Kematian bagi E dapat mengubah
dalam beribadah. Subjek juga memaknai tingkah lakunya seiring dengan bertambah-
kematian merupakan suatu awal kehidupan nya usia maka E mulai dapat memahami
baru yaitu setiap manusia yang mengalami kematian sebagai suatu evaluasi diri
kematian maka mereka akan hidup kembali baginya. Karena di masa mudanya E
di dunia yang indah. merasa tidak mengenal mengenai agama
Subjek terkadang merasa tidak tenang maka di usianya yang lanjut saat ini E
jika harta yang dimilikinya seperti uang dan mulai memperbaiki diri yaitu dengan
property yang ia miliki saat ini dapat mendekatkan diri pada Allah Swt.
membuat kericuhan diantara sanak saudara- diantaranya mengikuti pengajian di ling-
nya ketika ia meninggal nanti. subjek kungan rumahnya, maupun pengajian di
memaknai kematian sebagai suatu jalan luar lingkungan rumahnya. Baginya dengan
atau suatu cara untuk bertemu Allah Swt. mendekatkan diri pada Allah Swt. menja-
Ketika merasakan takut saat mengingat dikan dirinya tenang ketika mengingat
kematian subjek akan membayangkan mengenai kematian yang dirasakan
bahwa kehidupan setelah kematian semakin dekat.
merupakan suatu kehidupan yang indah Terkadang E merasakan kurang fokus
sehingga ketakutan tersebut sedikit demi dalam beribadah disebabkan suatu masalah
sedikit menghilang. Sehingga makna kecil sehingga terkadang membuat E
kematian bagi subjek bukanlah suatu menunda kewajibannya dalam beribadah
hukuman atau pemusnahan. Istilah tetapi ketika E mulai mengingat bahwa
pemusnahan ketika manusia meninggal kematian dapat datang kapan saja E mulai
bagi subjek merupakan hal yang benar, fokus kembali dalam beribadah. E juga
tetapi bukan berarti musnah segala hal yang memaknai kematian merupakan suatu awal
telah dilakukan seseorang ketika di dunia. kehidupan baru yaitu setiap manusia yang
Bagi subjek kematian hanyalah mengalami kematian maka mereka akan
memusnahkan hal yang dimiliki di dunia hidup kembali di dunia yang indah. Tetapi
seperti harta misalnya tetapi amalan yang sebelum manusia memulai kehidupan yang
telah dilakukan tidaklah musnah ketika baru bagi E harus melalui suatu kematian
seseorang mengalami kematian. terlebih dahulu. Baginya kehidupan setelah
kematian dapat dirasakan indah jika
Pembahasan
seseorang berbuat baik dan mengamalkan
Berdasarkan hasil wawancara yang
segala perintah Allah Swt. dengan baik
telah dilakukan oleh peneliti, makna
248
Makna Kematian pada Wanita Lansia yang Melajang (Fahmi Mahmudayati Pratiwi, Irfan Fahmi, Anwar Supenawinata)
namun sebaliknya jika seseorang tidak makna kematian E lebih dominan pada
melaksanakan perintah agama maka motivation yaitu memaknai kematian
seseorang akan merasakan kehidupan yang sebagai dorongan untuk hidup lebih baik.
buruk setelah kematian. Kematian memiliki makna ganda
E terkadang merasa tidak tenang harta menurut Cicirelli (2001) yaitu: (a) positif:
yang dimilikinya seperti uang dan rumah manusia akan menganggap kematian
yang dimilikinya saat ini dapat membuat sebagai suatu hal yang baik bagi dirinya
kericuhan diantara sanak saudaranya. Dari jika selama hidupnya melakukan hal yang
situasi itulah E sebelum menginjak masa baik; (b) negative: manusia akan
pensiunnya mulai membuat surat wasiat menganggap kematian merupakan hal yang
yang berisi pembagian harta yang dimiliki- menakutkan karena telah melakukan
nya pada saudara terdekat dan keponakan- banyak hal buruk semasa hidupnya. Dari
nya. Bagi E dengan menulis wasiat dan pemaparan E memaknai kematian sebagai
membagi harta yang dimiliki pada hal yang positif walaupun di masa mudanya
saudaranya dapat menjadikan ketenangan E tidak mengenal agama tetapi saat ini E
ketika meninggal nanti. sangat giat dalam kegiatan keagamaan yang
E memaknai kematian sebagai suatu bertujuan untuk membayar perbuatan
jalan atau suatu cara untuk bertemu Allah negatifnya di masa muda.
Swt. Ketika merasakan takut saat Faktor yang membedakan makna
mengingat kematian, E akan kematian bagi setiap individu menurut
membayangkan bahwa kehidupan setelah Neimeyer dan Moore dalam Cicirelli
kematian merupakan suatu kehidupan yang (2001) yaitu: (a) faktor gender; (b) faktor
indah sehingga ketakutan tersebut sedikit pengalaman; (c) faktor sosiokultural; (d)
demi sedikit menghilang. Sehingga makna faktor religiusitas; (e) faktor usia. Dari hasil
kematian bagi E bukanlah suatu hukuman pemaparan E faktor yang membuat dirinya
atau pemusnahan. Istilah pemusnahan memaknai kematian sebagai suatu motivasi
ketika manusia meninggal bagi E maupun suatu hal yang positif yaitu di
merupakan hal yang benar, tetapi bukan usianya yang lanjut ia merasakan
berarti musnah segala hal yang telah ketenangan ketika mendekatkan diri pada
dilakukan seseorang ketika di dunia. Bagi E Allah Swt. serta lingkungan yang mem-
kematian hanyalah memusnahkan hal yang bawanya untuk lebih rajin dalam mengikuti
dimiliki di dunia seperti harta misalnya kegiatan keagamaan di lingkungan
tetapi amalan yang telah dilakukan tidaklah rumahnya.
musnah ketika seseorang mengalami
kematian. Simpulan dan Saran
Dari hasil pemaparan E, sesuai dengan
Simpulan
teori Cicirelli (2001) bahwa makna Berdasarkan pembahasan sebelumnya
kematian bagi individu memiliki empat dapat diambil simpulan dari penelitian ini
aspek yaitu: (a) motivation: kematian bahwa: berdasarkan keempat aspek
dimaknai sebagai suatu dorongan yang personal meaning of death subjek memak-
membuat manusia bertindak lebih baik nai kematian sebagai dua aspek yaitu
untuk kehidupan dan kematiannya; (b) motivation dengan subjek memaknai
afterlife: kematian dimaknai sebagai awal kematian sebagai suatu hal yang dapat
kehidupan baru bagi manusia; (c) legacy: menjadikan dirinya lebih tekun beribadah
kematian dimaknai dapat meninggalkan hal dan legacy yaitu subjek telah membagi
yang dapat dikenang; (d) extinction: seluruh harta yang dimilikinya untuk sanak
kematian dimaknai sebagai suatu pemus- saudara terdekatnya secara sah di hadapan
nahan ruh dan konsekuensi dari segala notaris yang bertujuan agar ketika ia
perbuatan manusia. Dari keempat aspek menghadapi kematiannya nanti harta yang
249
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2018, Vol. 5, No. 2, Hal. : 241-252
250
Makna Kematian pada Wanita Lansia yang Melajang (Fahmi Mahmudayati Pratiwi, Irfan Fahmi, Anwar Supenawinata)
doi.org/10.1080/07481188908252301
Putra, B. S., Arifin, B. S., & Hermawati, N.
(2016). Mortality salience dengan
kebahagian pada masa dewasa awal.
Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi,
04(01), 100–112.
Santrock, J. W. (2011). Life span
development (terjemahan) jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Shihab, Q. (2001). Perjalanan menuju
keabadian, kematian surga, dan ayat-
ayat tahlil. Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, Q. (1996). Wawasan Alquran.
Bandung: Mizan Media Utama.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
251
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2018, Vol. 5, No. 2, Hal. : 241-252
252