Anda di halaman 1dari 10

Nama Mahasiswa : A Mursal

NIM : 0106519045
Kelas : Rombel B
Program Studi : Bimbingan dan Konseling
Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
Matakuliah : Teori Pendekatan Konseling
Dosen Pengampu : Mulawarman, Ph.D, dan
Prof. Dr. DYP Sugiharto, M.Pd. Kons.

Setelah mengerjakan tes pemahaman konseling eksitensial humanistik maka, kerjakan tugas-
tugas berikut ini:

1. Menurut saudara apa yang bisa dipahami dari konsep-konsep teori konseling eksistensial-
humanistik?
2. Salah satu hal yang mendasar dalam teori dan pendekatan eksistensial humanistik adalah
perihal transendensi. Bagaimana saudara memahami konsep tersebut?
3. Menurut teori eksistensial humanistik "keberadaan"manusia dapat dilihat dalam 4
dimensi umwelt, (b) mitwelt, (c) dimensi psikis eigenwelt, dan überwelt. jelaskan
dimensi-dimensi tersebut (ekplorasi dan gunakan referensi yang telah direkomendasikan).
4. Analisislah kasus andien dengan menggunakan teori konseling pendekatan eksistensial
humanistic.

Jawaban :

1. Konsep-konsep awal pemikiran eksistensial humanistic ini banyak


dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran filsuf ternama pada masa itu, yang
berpandangan bahwa kehidupan manusia ini bukan hanya sebatas memuaskan
rasa senang saja akan tetapi juga manusia harus memikirkan atau
mengkhawatirkan kehidupan mereka pada saat ini dan saat yang akan datang.
Menurut Kierkegaard, seorang filsuf dan teolog Kristen dari Denmark ia percaya
bahwa kecemasan individu itu dapat didik untuk menjadi diri sendiri, tanpa
merasakan kecemasan dalam hidup, manusia akan menjalani kehidupannya seperti
berjalan sambil tidur. Menurut Heidegger ia berpikir bahwa manusia itu adalah
makhluk yang otentik makhluk yang apa adanya yang seharusnya dapat
menentukan pilihan dalam hidpunya sendiri tanpa dipengaruhui orang lain untuk
merasakan bahagia, manusia juga adalah makhluk yang penuh rasa empati namun
takut akan kematian dan rasa bersalah dalam dirinya, berangkat dari beberapa
pemikiran para filsuf eksistensial ternama ini pendekatan eksistensial humanistic
dapat digunakan untuk mengembangkan tekad individu yang lebih positif tentang
bagaimana ia ingin menjadi diri sendiri dan meningkatkan kemampuan mereka
untuk melihat bahkan melampaui masalah hidup yang setiap hari demi hari
muncul disekitar keberadaan manusia.

2. Transendensi yang saya pahami adalah merupakan muara dari sebuah


proses eksistensial humanistik yang mana pada tahap ini seorang
individu/manusia harus mampu untuk melenyapkan sifat-sifat keegoisan yang ada
pada dirinya untuk mencapai tujuan hidup yang bahagia, serta dapat melampaui
kemampuan yang menentukan sebuah pilihan bagaimana ia harus hidup dan
bertanggung jawab atas pilihannya guna menjadi diri yang bermakna bagi orang
lain, Viktor Frankl pernah mengatakan “semakin besar individu berserah diri dan
mengabdi pada sebuah tujuan maka ia semakin manusiawi dan semakin
mengaktualisasikan dirinya”.

3. Eksistensialis mengidentifikasi empat cara berada di dunia. Manusia


ada di Umwelt, Mitwelt, Eigenwelt, danÜberwelt secara bersamaan. The Umwelt
mengacu pada dunia biologis atau lingkungan. Mitwelt berarti "withworld" dan
menyangkut bidang hubungan manusia. Eigenwelt adalah "dunia-sendiri" dan
mengacu pada hubungan yang dimiliki individu dengan diri mereka sendiri. The
Überwelt mengacu pada hubungan seseorang dengan nilai-nilai spiritual atau
agama. Tiga yang pertama diperkenalkan oleh Binswanger; yang terakhir baru-
baru ini ditambahkan oleh van Deurzen. Para penulis ini menegaskan bahwa
lingkungan menyediakan batasan dan karenanya, merupakan faktor penting dalam
Dasein, seseorang berada pada saat tertentu. Akan tetapi, yang lebih penting
dalam pandangan eksistensialis adalah bahwa lingkungan lebih berpengaruh
daripada kekuatan sebab akibat, lebih memengaruhi daripada menentukan
keberadaan individu. Seseorang tidak dibentuk oleh lingkungannya melainkan
secara subyektif mempersepsikan dan secara kreatif menggunakan lingkungan
dalam perjuangan eksistensi. Dalam Fall (2017) mendeskripsikan 4 dimensi
sebagai berikut :
a) Umwelt (Sharf, 2012) adalah apa yang secara umum kita pikirkan sebagai
dunia, benda, lingkungan, dan makhluk hidup. Semua hewan dan manusia
memiliki Umwelt yang mencakup dorongan, naluri, dan hukum dan siklus
alami seperti tidur dan bangun, hidup dan mati. The Umwelt adalah "dunia
terlempar" tempat individu dan hewan dilemparkan ke dalamnya. Contoh
dari faktor-faktor yang tidak terkendali tersebut adalah badai, banjir,
penyakit, dan penuaan. Eksistensialis tidak mengabaikan Umwelt, tetapi
mereka juga tidak memandangnya sebagai satu-satunya cara.
(Binswangwer, 1963) dalam Fall (2017) menambahkan umwelt adalah
"dunia sekitar", terdiri dari dunia alam fisika, kimia, biologi, dan ekologi.
Ini mencakup kebutuhan, insting, genetika, dan neurokimiawi biologis
setiap orang. Setiap manusia memahami dalam dunia fisik melalui
tindakan hubungan seksual atau fertilisasi in vitro diikuti oleh biologi
kehamilan dan kelahiran yang rumit. Umwelt terus menjadi penting di
sepanjang kehidupan ketika seseorang menyadari bahwa keberadaan di
dunia fisik terikat oleh batas-batas kelahiran, kematian, dan berbagai
hukum fisik sepanjang hidup.
b) Mitwelt (Sharf, 2012) mengacu pada hubungan timbal balik yang hanya
dimiliki oleh manusia. Hubungan naluriah yang dimiliki hewan dalam
kawin atau naluri kawanan milik Umwelt. Bagi manusia, makna hubungan
dengan orang lain tergantung pada seberapa banyak dari diri seseorang
masuk ke dalam hubungan itu. Seperti yang dinyatakan May: "Inti dari
hubungan adalah bahwa dalam perjumpaan kedua orang diubah" (1958b,
hlm. 63). May mengacu pada kesadaran timbal balik satu sama lain dalam
pertemuan manusia. Ketika orang diperlakukan sebagai objek (objek
ejekan atau objek seks), orang tersebut tidak manusiawi dan diperlakukan
sebagai instrumen (Umwelt), cara memenuhi kebutuhan orang lain.
(Binswangwer, 1963) dalam Fall (2017) mitwelt adalah "dengan dunia",
adalah dunia interaksi sosial dengan orang lain. Saat lahir, seorang bayi
mulai mengalami Mitwelt ketika seseorang bergantung pada orang lain
untuk memberikan perawatan dan makanan. Bertambahnya usia, seseorang
biasanya membentuk persahabatan, hubungan intim, dan hubungan kerja,
biasanya sambil mempertahankan ikatan dengan keluarga dan leluhur.
Hubungan-hubungan ini tidak didefinisikan oleh variabel eksternal atau
ukuran objektif tetapi, sebaliknya, ditentukan oleh pandangan subjektif
masing-masing orang. Mitwelt termasuk pengaruh penting budaya pada
bagaimana seseorang menganggap makna pengalaman dan pada kode
moral yang diinternalisasi
c) Eigenwelt (Sharf, 2012) "dunia miliknya", lebih dari sekadar pengalaman
subyektif; ini adalah kesadaran diri dari mana kita melihat dunia. Tersirat
dalam pengamatan "Itu adalah matahari terbenam yang indah" adalah
ungkapan "untuk saya" atau "Saya percaya" atau "Saya melihat" (itu
adalah matahari terbenam yang indah). Seperti Mei (1958b) tunjukkan,
bahasa-bahasa Timur, seperti Jepang, memasukkan referensi ke diri
("untuk saya") yang tidak disebutkan dalam bahasa-bahasa Barat. Jelas,
pertanyaan tentang mengetahui sendiri itu sendiri adalah pertanyaan yang
sulit untuk dipahami, seperti halnya konsep kesadaran dan kesadaran diri.
(Binswangwer, 1963) dalam Fall (2017) eigentwelt adalah "dunia sendiri,"
mengacu pada dunia batin seseorang atau hubungan seseorang dengan diri
sendiri; itu juga bisa dipahami sebagai perasaan "ke-aku-an" atau identitas.
Ini mencakup bagaimana setiap individu memandang diri sendiri serta
bagaimana seseorang memandang hubungan seseorang dengan dunia luar.
Dalam upaya yang tak terelakkan untuk mengatasi ketiadaan makna,
seseorang menghubungkan makna dengan pengalaman, dengan demikian
mengembangkan suka dan tidak suka yang unik, pendapat, dan nilai-nilai.
Semua atribusi ini membentuk lingkungan "saya": perasaan saya tentang
siapa saya, apa yang bermakna dan penting bagi saya — perasaan saya
tentang diri saya sendiri.
d) Überwelt ditambahkan oleh van Deurzen-Smith (1997, 1998; Cooper,
2003) untuk menekankan pentingnya kepercayaan tentang dunia.
Seringkali kepercayaan ini bersifat religius atau spiritual. Misalnya, perang
sering kali dilancarkan berdasarkan konflik kepercayaan, seperti konflik
antara Katolik dan Protestan di Irlandia Utara. Überwelt adalah dunia yang
ideal, seperti yang diinginkan individu di dunia.
ANALISA KASUS ANDIEN

Andien adalah siswi kelas XII SMA di salah satu sekolah favorit di Semarang. Andien
datang untuk konseling pertama kalinya tatkala ia mengalami kekecewaan ketika hasil ujian
semesternya tidak sesuai seperti yang ia harapkan. Berikut adalah data ringkasan yang secara
singkat diperoleh konselor selama proses wawancara konseling dengan Andien.

a. Sejarah Psikososial

Andien merupakan anak tunggal dari keluarga yang kaya dan terpandang di
daerahnya. Ia tumbuh dan dibesarkan di keluarga yang sangat menyayanginya, terutama
ayahnya, yang bersifat permisif dan mengizinkan apapun yang dilakukan olehnya. Ketika
kecil Ayahnya selalu menuruti keinginan Andien. Sedangkan Ibu Andien bersikap sebaliknya
yang mempunyai sifat otoriter, kaku, dan over protective dengan seringkali menuntut dan
mengatur perilakunya. Andien memandang Ibunya sebagai sosok dengan ekspektasi yang
tinggi. Terkadang ia merasa takut jika tidak dapat memenuhi semua tuntutan dan harapan
Ibunya. Walaupun demikian ia tetap menjadi anak yang patuh dan rajin, baik di rumah
maupun disekolah. Hal itu turut membentuk perilakunya yang selalu ingin menjadi juara dan
tampil menonjol di semua bidang. Dalam pikirannya, Andien meyakini bahwa hidupnya tak
akan sukses bila tidak memenuhi semua tuntutan dari Ibunya. Menurutnya sempurnanya
hidup adalah dengan mematuhi apa yang diinginkan orang tuanya .

b. Identifikasi Masalah
Secara umum Andien merasa tidak puas dengan prestasinya yang ia capai di kelas
XII ini. Walaupun ia tetap memperoleh nilai yang tinggi di kelasnya, namun ia kecewa
karena tidak dapat menjadi yang terbaik di kelasnya, ia hanya mendapatkan peringkat 2
dalam rangking ujian. Ia berpikir sudah melakukan yang terbaik namun hasil yang ia
dapatkan tidak sesuai dengan harapannya. Memang dalam hal ini Andien cukup sulit
untuk membagi waktu belajar nya dengan waktu organisasi. Dimana sebenarnya pun
dalam berorganisasi ia meyakini akan mendukung preatasi dan yang bisa dibanggakannya
kepada orang tua. Ia sangat berharap menjadi juara kelas agar mendapat pujian dan
pengakuan dari orang lain, terkhusus orangtuanya. Ia tahu orangtuanya, terlebih Ibunya
berharap tinggi padanya. Setelah penerimaan nilai ujian itu, tidak henti-hentinya ia
menyalahkan diri sendiri, menyalahkan keadaan yang ia alami. Bahkan karenanya Andien
mengungkapkan pula beberapa keluhan psikosomatik, seperti tidak dapat tidur nyenyak,
kecemasan, pusing, dan sakit kepala. Ia mudah menangis jikalau mengingat
kegagalannya, sering merasa tertekan, dan tidak menyukai dirinya sendiri. Ia merasa telah
gagal dan telah mengecewakan kedua orang tuanya. Andien juga kebingungan akan
bagaimana masa depannya ketika semua hal tersebut tidak berjalan secara efektif. Padahal
beberapa kali Andien memiliki kemampuan untuk menyelesaikan beberapa masalahnya
sendiri dengan melihat lebih fokus pada prioritas dan konsistensi mengerjakan tugas
hingga selesai. Namun lambat laun justru Andien membebani dirinya dengan hal-hal yang
bukan prioritasnya
c. Data Lanjutan Proses Konseling
Melalui cerita dengan konselor sekolahnya, Andien menyadari bahwa ia telah
membatasi dan berlebihan menyalahkan dirinya sendiri. Sebagaimana keluarganya yang
mempunyai harapan yang tinggi, ia juga menyadari bahwa ia terlampau takut apabila
tidak mencapai harapannya, serta tidak dapat menerima kenyataan yang ada. Ia juga
merasa dengan ia bercerita dan mengungkapnya kepada konselor membantunya dapat
melihat lebih baik ke arah dirinya sendiri. Andien lebih jujur melihat permasalahan yang
ia hadapi. Pada titik ini Andien menyadari bahwa ada hal yang dapat disyukuri. Ia
menyadari bahwa ia tidak mempunyai pengertian yang baik tentang apa yang dia
inginkan untuk dirinya sendiri, dan juga bahwa ia biasa hidup dari apa yang diinginkan
oleh orang lain. Andien telah menerima kenyataan dan berusaha meningkatkan
prestasinya lagi. Hal itu membuatnya lebih tenang dan optimis dalam belajar

Berdasarkan informasi kasus diatas berikan analisis kasus dengan kriteria sebagai
berikut:
a) Ketajaman intepretasi dikaitkan dengan pendekatan yang dipakai (konsep dasar,
hakikat manusia, dengan asumsi perilaku bermasalah),
b) Kemungkinan langkah treatment atau intervensi pada kasus tersebut

Jawaban :

a) Ketajaman Interpretasi
 Konsep Dasar
Eksistensial humanistic merupakan pendekatan yang berlawanan dari
psikoanalisis, Pendekatan ini memandang bahwa tugas manusia sebenarnya
adalah bagaimana ia memaknai kehidupannya, serta mampu menanggung segala
bentuk peristiwa dalam hidupnya. Sumber makna dari kehidupan manusia yaitu,
dalam bekerja (melakukan sesuatu yang menurutnya penting); dalam cinta (peduli
dan empati pada oranglain); keberanian pada saat sulit dalam hidup (tetap
bermakna dan bermartabat walaupun sedang menderita). Dalam kasus andin hal
yang dapat di pahami berdasarkan konsep dasar eksistensial humanistic adalah
kesediaan diri seorang andin untuk dapat mamknai kehidupannya dengan
menerima keadaan dirinya saat ini, menerima semua potensi yang ia miliki dan
usaha usaha yang telah ia lakukan untuk dikembangkan bukan untuk disesali
dalam keterpurukan, sehingga ia mampu melampaui batasan batasan dalam hidup
yang ia jalani demi membahagiakan dirinya beserta kedua orang tuanya yang ia
sayangi.

 Hakikat Manusia
Dalam pendekatan eksistensial humanistik teori ini memandang bahwa
manusia itu adalah makhluk otentik, makhluk yang penuh potensi, makhluk yang
bertanggung jawab atas pilihannya, dan manusia adalah makhluk yang bebas
tanpa harus di intervensi oleh orang lain dalam menentukan kebahagiaan
hidupnya.

 Asumsi Perilaku Bermasalah


Pada kasus andin yang menjadi permaslahan besar adalah terkekangnya
kebebasan dirinya untuk memilih jalan kebahagiaan dimana ia selalu diintervensi
oleh keotoriteran seorang ibu yang memaksa ia untuk selalu berprestasi dan
menjadi yang terbaik di sekolah. Ia selalu membayangkan kecemasan dan rasa
bersalah karna tidak dapat memenuhi keinginan ibunya tersebut yang membuat ia
merasa tertekan dalam menjalani kehidupan saat ini. Ketidakmampuan dirinya
untuk membuat sebuah keputusan hidup yang tepat membuat ia mengarahkan
dirinya kepada sebuah keterpurukan.
Hal ini sangatlah tidak baik jika secara terus menerus ia lakukan, andin
membutuhkan sebuah tindakan intervensi yang tepat yang dapat mengembalikan
keyakinan dirinya akan makna dari sebuah kehidupan, melalui sebuah terapi yang
dilakukan oleh seorang helper professional dapat menjadi salah satu rujukan agar
ia mampu mengekspresikan perasaan-perasaaan negatifnya saat ini yang
tersembunyi untuk dapat menentukan kehidupan dirinya yang lebih baik.
b) Langkah Treatment
Langkah yang dapat di tempuh konselor dalam menangani sebuah kasus
melalui pendekatan pendekatan teori konseling umumnya adalah dimulai dengan
penerimaan diri seorang konselor/helper terhadap klien yang bermasalah, tidak
memandang diri klien secara subyektif dan tanpa keraguan, langkah kedua adalah
memberikan rasa hormat kepada klien agar ia merasa diterima dan merasa akan
dibantu sepenuhnya oleh konselor, langkah ketiga konselor memahami dengan sangat
permasalahan yang dihadapi oleh klien dan menentukan intervensi apa yang dapat ia
berikan untuk menangani masalah klien, kemudian konselor harus memberikan
dorongan dorongan positif yang memotivasi klien bahwa masalah masalah yang ia
hadapi selalu memiliki jalan keluar. Sehingga klien dapan menemukan kebermaknaan
dalam kehidupannya dan bersyukur kepada sang pencipta atas apa yang telah ia dapati
selama ini.
Eksistensialis menekankan dialog hubungan sebagai dorongan utama untuk
perubahan, dan oleh karena itu tahapan terapi dan tekniknya berfokus pada
pembentukan dan pengembangan hubungan.
Dialog ini dirancang untuk menciptakan ruang di mana klien dapat
menjelajahi masalah kehidupan. DeurzenSmith (2010) mencatat beberapa elemen
penciptaan dialog ini yang menyerupai elemen teknik konselor yang menggunakan
teori lain, tetapi dengan putaran eksistensial yang unik.
1. Penggunaan keheningan. Dalam konseling eksistensial, persetujuan
berdasarkan informasi tentang proses terapeutik menyediakan dialog tentang
harapan klien dan konselor dalam sesi terapi. Setelah keduanya menyetujui
aturan dasar, terapis eksistensial memungkinkan untuk periode diam,
mengundang klien untuk mengambil langkah untuk berbagi dan bekerja.
“Keheningan yang ramah akan menjadi salah satu intervensi paling signifikan
yang akan digunakan psikoterapis eksistensial” (Deurzen-Smith, 2010, hal.
231). Dari perspektif eksistensial, terlalu mengandalkan interpretasi yang
kompleks dan pertanyaan sering mengarahkan klien ke arah yang tidak
relevan. Terapis eksistensial menyediakan ruang bagi klien untuk
mengeksplorasi.
2. Pertanyaan konstruktif. Deurzen-Smith (2010) menjelaskan prinsip operasi
yang digunakan konselor eksistensial dalam mengajukan pertanyaan: "Kami
mengajukan pertanyaan yang tersirat dalam kata-kata klien, yang sudah
tertanam dalam apa yang mereka katakan" (hal. 234). Dalam arti tertentu,
pertanyaan-pertanyaan ini adalah pengamatan terhadap pola klien (sangat
mirip dengan respons reflektif dalam pendekatan teoretis lainnya) dengan
tanda tanya di bagian akhir untuk menunjukkan sifat tentatif dari pengamatan.
Penggunaan pertanyaan secara konstruktif mensyaratkan bahwa konselor
mendengarkan di antara dialog dialog klien dan merumuskan pertanyaan
untuk membuat konten ini lebih eksplisit.
3. Interpretasi. Terapis eksistensial sering membuat interpretasi. Interpretasi
adalah alat untuk menghubungkan berbagai bagian dialog klien dengan cara
yang mendorong pertumbuhan. Tugas konselor eksistensial adalah untuk
menafsirkan elemen-elemen dialog klien dengan cara-cara yang kemungkinan
akan dirasakan bermakna oleh klien.

Teknik yang dijelaskan di sini menggambarkan secara singkat beberapa


metode eksistensial yang digunakan konselor untuk berinteraksi dengan klien. Selain
itu, May dan Yalom (2000) menggambarkan situasi batas, di mana seseorang
didorong ke dalam pertemuan dengan satu atau lebih dari makna kehidupan.
Kebanyakan orang yang mencari konseling terlibat dalam situasi batas: kematian,
biasanya berupa beberapa jenis kehilangan; keputusan kritis; hubungan yang
terganggu; atau rasa tidak berarti dalam hidup. Yalom (1980) merinci proses
menjelajahi makna keberadaan karena mereka bermanifestasi dalam hubungan
terapeutik dan dalam kehidupan klien.
Daftar Pustaka :

Fall, K. A., Holden, J. M., & Marquis, A. (2017). Theoretical Models Of Counseling and
Psychotherapy. New York: Taylor & Francis Group.

Sharf, R. S. (2012). Theories of Psychotherapy and Counseling: Concepts and Cases. USA:
Brooks/Cole.

Anda mungkin juga menyukai