Anda di halaman 1dari 20

MODUL 2

PERKULIAHAN

ETIK UMB
BAB II
Potensi Diri
Pokok-Pokok Bahasan Bab II:

Pertemuan 3
Fakultas Program Studi Kode MK Disusun Oleh
Online
Ilmu komunikasi Penyiaran U001700009 Drs. Yasan Endrawan, MM

Modul online ini dipergunakan sebagai


Materi perkuliahan Mata Kuliah Etik
UMB di Universitas Mercu Buana
SUPLEMEN 2

MENGENAL DIRI
PENGANTAR

Jika seseorang tidak dapat atau tidak percaya

terhadap dirinya sendiri, tentu sajua

tidak ada orang lain yang mau

mempercayai dirinya (Ted W. Engstron).

Manusia adalah makhluk yang tak pernah berhenti berpikir. Dari berpikir itulah
manusia menjadi ada, sebagaimana dikatakan filosof Rene Descartes: “Aku berpikir, maka
aku ada” (Hadiwijono, 1994). Berpikir merupakan proses kreatif untuk menemukan berbagai
hal, berbagai realitas kehidupan, termasuk untuk memikirkan siapa manusia itu sendiri.
Namun demikian, penelaahan terhadap siapa manusia belum pernah usai, semakin
manusia berpikir tentang dirinya, maka semakin menemukan “lorong gelap” yangb tak
berkesudahan. Banyak para pemikir yang berpendapat bahwa manusia selamanya akan
menjadi misteri, atau manusia adalah rahasia Tuhan.

Sejatinya, memahami diri sendiri telah diupayakan manusia sejak ribuan tahun yang
lalu. Hal demikian dapat ditelusuri dari sepenggal sajak kuno berikut:

Aku datang – entah dari mana,

Aku ini – entah siapa,

Aku pergi – entah ke mana,

Aku akan mati – entah kapan,

Aku heran bahwa aku bergembira… (Hamersma, 1981:9).

Etik UMB
2015
2 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
Bait sajak di atas melukiskan upaya manusia untuk mengenal dirinya sendiri dengan
berbagai keterbatasan yang ada pada diri manusia itu sendiri. Pengenalan diri akan
menimbulkan rasa menghargai diri sendiri, dan menyayangi diri sendiri sehingga terbentuk
citra diri yang positif.

Menurut Muslimin (2004:226), mengenal diri amatlah penting yang memungkinkan


kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan diri, serta bagaimana menempatkan diri di
tengah-tengah masyarakat. Mengenal diri diharapkan menjadi semacam jembatan yang
akan mengantarkan seseorang kepada gerbang kesukesan. Salah satu cara untuk
mengenal diri (siapa diri kita) yaitu melalui komunikasi. Feedback (umpan balik) yang
diberikan pihak lain amat berguna untuk mengetahui diri kita yang sesungguhnya.

Pada suplemen 1 (satu) etik ini, kita akan mendiskusikan tentang mengenal diri dari
berbagai aspeknya. Suplemen ini diharapkan akan menambah pokok bahasan pertama
dalam buku Etika Membangun Sikap Profesionalisme Sarjana (Buku wajib UMB).

MENGENAL DIRI

Secara sederhana, mengenal diri berarti tahu tentang dirinya sendiri yang pada
gilirannya akan melahirkan konsep diri. Konsep diri memiliki pengaruih besar dalam hidup
seseorang. Konsep diiri yang baik akan berakibat baik (positif) terhadap dirinya sendiri, dan
sebaliknya apabila konsep dirinya buruk (negatif) berakibat buruk pula terhadap dirinya
(Triwidodo, 2004:40).

Untuk mampu mengenal diri, terlebih dahulu kita harus mengatahui diri (self). Diri
adalah komposisi pikiran dan perasaan yang menjadi kesadaran seseorang mengenai
eksistensi individualitasnya, pengamatannya tentang apa yang merupakan miliknya,
pengertiannya mengenai siapakah dia itu, dan perasaannya tentang sifat-sifatnya,
kualitasnya, dan segala miliknya. Diri seseorang adalah jumlah total dari apa yang bisa
disebut kepunyaannya (Sobur, 2003:499).

Dari definisi di atas, ternyata diri memiliki pengetian yang luas dan mendalam,
terutama yang berkaitan dengan dimensi atau kualitas kejiwaan seseorang. Namun
demikian, meskipun diri lebih berorientasi psikis, tetpai secara keseluruhan dapat
dikemukakan bahwa diri meliputi totalitas fisik dan psikis (jasmani dan rohani).

Etik UMB
2015
3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
Dalam karyanya yang terkenal Principles of Psychology, William James 1980 (dalam
Sarwono, 1997), mengemukakan bahwa diri (self) adalah segala sesuatu yang dapat
dikatakan orang tentang dirinyan sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan fisiknya
psikisnya saja, melainkan juga tentang anak-istri, rumah, pekerjaan, nenek moyang,
temaqn-teman, milik, dan uangnya. Kalau semua bagus, ia merasa senang dan bangga.
Akan tetapi, apabila ada yang rusak, kurang baik, hilang, ia merasa putus asa, kecewa, dan
lain-lain.

KONSEP DIRI

Setelah seseorang mengenal dirinya sendiri, maka akan sampai kepada apa yang
disebut dengan konsep diri (self cocept). Diri adalah suatu susunan konsep hipotetis yang
merujuk kepada perangkat kompleks dari karakteristik proses fisik, perilaku, dan kejiwaan
seseorang.

Menurut Calhoun (1990), sekurang-kurangnya kita dapat melihat lima aspek dari diri,
yaitu:

1. Tentang fisik diri, tubuh dan semua aktivitas biologis yang berlangsung di dalamnya.
2. Suatu area luas yang bisa kita sebut diri sebagai proses: suatu aliran akal pikiran,
emosi, dan perilaku kita yang konstan.
3. Diri sosial, yaitu suatu konsep yang penting bagi ahli-ahli sosial. Diri sosial terdiri dari
akal pikiran dan perilaku yang kita ambil sebagai respons secara umum terhadap
orang lain dan masyarakat.
4. Konsep diri, yaitu suatu pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang dirinya
masing-masing. Konsep diri anda adalah apa yang terlintas dalam pikiran anda
masing-masing saat anda berpikir tentang ”saya”.
5. Citra diri, apa yang anda inginkan.

Prinsip konsep diri adalah pandangan saya yang menyeluruh tentang diri saya
sendiri: who am I. Konsep diri mengarah kepada kesadaran tentang diri sendiri,
keberadaannya, fungsi dari keberadaan itu sendiri. Konsep diri yang baik menjadikan

Etik UMB
2015
4 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
seseorang menjadi mandiri. Kemandirian adalah wujud kematangan pribadi seseorang,
yang tahu siapa dan apadia sebenarnya.

TABEL

ANALISIS SWOT

WHO AM I SIAPAKAH SAYA

My Strengths are.... Kakuatan saya adalah.....

My Weaknesses are..... Kelemahan saa adalah....

My Oportunities are..... Kesempatan saya aalah....

My Treats are.... Kendala saya adalah....

Secara detail, konsep diri akan menentukan:

1. Siapa pribadi itu menurut pikirannya sendiri


2. Apa yang dapat dilakukan oleh pribadi itu menurut pikirannya sendiri.
3. Dapat menjadi apa pribadi itu menurut pikirannya sendiri.
4. Siapa pribadi itu dalam kenyataannya (Irawati, 2003:9).

Konsep diri tidak dibawa manusia sejak lahir, melainkan diajarkan melalui proses
sosial di masyarakat. Konsep diri diperoleh melalui hubungan antarsesama. Kita
mengetahui bahwa kita ini dan itu, atau pintar – bodoh, karena umpan balik dari orang lain.
Konsep diri ada dan berkembang melalui proses interaksi (Syam, 2009:54).

PEMBUKAAN DIRI (SELF DISCLOSURE)

Etik UMB
2015
5 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
Pembukaan diri (self disclosure) adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita
terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu
yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut
(Supratiknya, 1995:14).

Tanggapan terhadap orang lain atau terhadap kejadian tertentu lebih melibatkan
perasaan. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap
sesuatu yang telah dikatakan dan dilakukannya, atau perasaan kita terhadap kejadian-
kejadian yang baru saja kita saksikan.

Pembukaan diri memiliki dua sisi, yaitu bersikap terbuka kepada yang lain dan
bersikap terbuka bagi yang lain. Kedua proses yang dapat berlangsung secara serentak itu
apabila terjadi pada kedua belah pihak akan membuahkan relasi yang terbuka antara kita
dengan orang lain.

Manfaat Self Disclosure

Menurut Johnson (Supratiknya, 1995:15), manfaat dan dampak pembukaan diri


terhadap hubungan antarpribadi adalah:

1) Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang.
2) Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, semakin orang lain tersebut
menyukai diri kita. Akibatnya, ia akan semakin membuka diri kepada kita.
3) Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung memiliki
sifat-sifat sebagai berikut: kompeten, tebuka, fleksibel, adaptif, dan intelegen,
yakni sebagai dari ciri-ciri orang yang masak dan bahagia.
4) Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang memungkinkan
komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun dengan orang lain.
5) Membuka diri berarti bersikap realistik. Maka, pembukaan diri kita haruslah jujur,
tulus dan autentik.

Etik UMB
2015
6 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
FAKTOR PENGHAMBAT MENGENAL DIRI

Sangat mungkin tidak semua orang dapat mengenal dirinya sendiri. Artinya, terdapat
sejumlah faktor yang menghambat untuk mengenal diri, di antaranya:

1. Indiferentisme, yaitu sikap hidup yang apatis, dingin, tidak perduli, acuh tak acuh.
Manusia yang dihinggapi indiferentisme memandang bahwa hidup ini tak ada
bedanya: sedih-gembira, baik-buruk, dan lain-lain. Ia apatis terhadap diri dan
lingkungannya.
2. Perasaan malu. Memiliki perasaan malu adalah ciri manusia berbudaya, karena
malu merupakan salah satu sendi dari etika. Bahkan agama menyebut, bahwa malu
sebagian dari iman. Namun persoalannya, apabila seseorang meiliki sikap malu
yang berlebihan sehingga menyudutkannya dalam pergaulan. Ketika ras malu
tersebut melampaui batas-batas kewajaran, maka ia cenderung tidak bisa
menampilkan dirinya sendiri, ia akan kehilangan konsep diri dan citra diri.
3. Mencintai orang lain secara salah. Mencintai sesama adalah perbuatan mulia.
Tetapi apabila mencintai orang lain secara berlebihan (filantrofis) akan merusak
yang bersangkutan. Apalagi jika mencintai orang lain atas dasar ingin dipuji dan
dipuja. Sikap berlebihan dalam mencintai orang lain akan membawa dampak buruk
terhadap perkembangan diri.
4. Selalu cemas apa yang akan dikatakan orang lain terhadap dirinya. Sikap ini akan
menjadi penghambat serius untuk mengaktualisasikan diri. Orang yang memiliki
selalu cemas kerapkali tidak bisa menerima keadaan apabila orang lain
mengkonseptualisasikan dirinya berbeda dengan keinginannya. Orang ini lebih
mementingkan rasa aman sehingga ia memiliki hambatan untuk mengungkapkan
dirinya.
5. Enggan menolong orang lain. Di samping ada orang yang suka atau gemar
menolong orang lain, ada juga orang yang justeru enggan menolong orang lain.
Sikap ini pada akhirnya membentuk citra diri negatif yang sudah barang tentu akan
merugkan dirinya. Orang disekelilingnya akan berpendapat bahwa orang yang yang
enggan menolong orang lain memiliki konsep diri yang negatif.

Etik UMB
2015
7 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
MENGARAHKAN DIRI MENUJU PENGEMBANGAN DIRI

Sejatinya, pengembangan diri merupakan kebutuhan setiap orang untuk


memperoleh masa depan yang lebih baik. Mengarahkan diri merupakan proses
pengembangan diri secara sadar dengan menyingkirkan segenap rintangan yang
menghalangi pengembangan diri dan memutuskan masukan mana yang baik bagi dirinya
(Triwidodo, 2004:67).

Menurut Irawati (2003:2), pengembangan diri paling tidak akan menyadarkan


seseorang kepada hal-hal berikut:

1. Agar mengetahui kekuatan-kekuatan diri dengan lebih baik, dan


mengoptimalkannya untuk keberhasilan.
2. Agar mengetahui kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam diri sendiri.
3. Agar lebih memahami, menyadari tentang apa yang sebetulnya kita miliki.
4. Agar kita memahami arti motivasi guna mewujudkan cita-cita yang kita inginkan.
5. Agar kita mengetahui makna displin dalam kehidupan kita.
6. Agar kita memahami makna kepercayaan diri dalam kehidupan pribadi kita.
7. Agar kita memahami makna taku dan kuatir dalam menghadapi kenyataan hidup
hari ini dan masa dean, dan berusaha utuk mengatasinya.
8. Agar kita dapat memahami dampak stres dalam kehidupan.
9. Agaqr kita dapat mengerti dampak prokrastinasi (perbuatan yang tidak efisien dan
efektif).
10. Agar diperoleh pemahaman tentang arti dan makna kreativitas dalam meniti karir,
dan peningkatan kualitas kemampuan intelektual.
11. Agar kita dapat memahami dan memaknai mengani ketangguhan diri dalam
mencapai keberhasilan hidup.
12. Agar kita dapat memahami arti dan makna penyesuaian diri di dalam lingkungan
kerja, dan lingkungan sosial di mana kita berada.
13. Dengan mempelajari pengembangan diri, kita mampu bersaing dengan diri kita
sendiri, bukan dengan orang lain.

Idealnya, pengembangan diri harus dilakukann secara terencana dan terarah


sehingga seseorang mencapai kepribadian yang terbaik. Pengembangan diri pada dasarnya
bukan bersifat fisik, melainkan lebih bersifat psikis.

Etik UMB
2015
8 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
Pengembangan diri dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan potensi diri. Setiap orang memiliki potensi diri yaqng telah
dianugrahkan oleh Tuhan. Namun demikian, potensi tersebut tidak akan berkembang
apabila yang bersangkutan tidak berusaha engembangkannya secara optimal.
2. Berpikir positif. Berpikir positif berarti kita memulai sesuatu dengan energi positif,
sehingga besar kemungkinan apa yang dipikirkan secara positif akan mencapai
keberhasilan.
3. Menumbuhkan kreativitas. Kreativitas perlu ditumbuhkan dan dikembangkan
sehingga mencapai kreativitas yang positif dan bermanfaat. Diri kita akan menjadi
tangguh dalam mengejar kesuksesan apabila kita kreatif.
4. Sebelum bertindak, pikirkan kemungkinan terburuk yang mungkin saja terjadi. Kita
sebaiknay tidak berpikir bagaimana nanti, tetapi sebaiknya nanti bagaimana. Apabila
kita berpikir nanti bagaimana, maka kita akan mempersiapkan diri lebih baik untuk
menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
5. Mengembangkan kemampuan diri. Kemampuan diri tuidak akan berkembang,
apabila kita sendiri tidak berusaha untuk mengembangkannya.
6. Ketekunan. Ketekunan adalah modal dasar untuk mencapai sukses. Berbagai
potensi diri akan menjadi tidak berkembang secara optimal apabila kita tidak tekun.

Etik UMB
2015
9 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
MENGEMBANGKAN BAKAT DAN MINAT

PENGANTAR

Jika seseorang tidak dapat atau tidak percaya

terhadap dirinya sendiri, tentu saja

tidak ada orang lain yang mau

mempercayai dirinya (Ted W. Engstron).

Banyak yang berpendapat bahwa kesuksesan atau keberhasilan salah satunya


bergantung kepada faktor minat dan bakat. Orang yang bekerja sesuai dengan minatnya
akan menikmati kehidupann dan pekerjaannya sehingga ia mampu bekerja dalam kondisi
optimal. Sebaliknya, apabila seseorang tidak bekerja sesuai dengan minat dan bakatnya, ia
akan cenderung gelisah dan tidak menikmati pekerjaannya.

Namun hidup amat sukar ditentukan, dalam arti tidak semua yang kita inginkan akan
mewujud menjadi kenyataan. Betapa banyak rang yang hidupnya tidak berdasarkan mkinat
dan bakatnya, tetapi hidup harusn tetap berjalan. Pada kondisi seperti itu, mungkin secara
teologis kita bisa mengatakan “nasib”. Apabila sudah bicara nasib, maka kita pun akan
menjalani dengan penuh syukur kepada Sang Maha Pencipta.

Dengan demikian, sejatinya hidup amat tergantung dari bagaiamana cara kita
menyikapinya, cara kita mempersepsikannya. Apabila kita berpikir bahwa semua itu
merupakan jalan yang btelah Tuhan berikan kepada kita, maka kita akan lebih banyak
bersyukur apapun yang kita dapatkan.

Pada modul ini kita akan berbicara mengenai minat dan bakat pada diri seseorang,
dan sebarapa jauh minat dan bakat tersebut menjadi bagian penting bagi kesuksesan
seseorang. Sekali lagi: “kenalilah dirimu”, artinya kenali bakat, minat dan kemampuanmu
sehingga menjadi bekal dalam meraih kesuksesan.

Etik UMB
2015
10 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
PENGERTIAN

Dari sudut pandang psikologi, bakat diartikan sebagai suatu karakteristik unik
individu yang membuatnya mampu atau tidak mampu melakuka satu aktivitas secara mudah
atau sulit, sukses atau tidak pernah sukses.

Bakat adalah kapandaian atau kemampuan yang kita miliki sejak kita lahir yang akan
diketahui lambat laun searah dengan pertumbuhan manusia. Bakat tidak gampang dipelajari
atau sengaja untuk dikuasai, karena bakat telah ada di jiwa dan naluri kita, otak kita.
Misalnya, nyanyi atau melukis. Orang yang berbakat tanpa belajarpun dia bisa, tanpa harus
mempelajari, karena memang dari sononya dia diciptakan begitu. Bakat itu keluar dengan
sendirinya, diiringi dengan waktu. Dia akan semakin menonjol apabila terus diperhatikan dan
disalurkan.

Bakat adalah pola pikir, perasaan atau perilaku alami yang kita miliki. Pengetahuan
adalah fakta-fakta dan pelajaran yang kita pelajari dalam hidup ini. Sedangkan keterampilan
adalah hal-hal atau langkah-langkah yang kita kuasai karena kita melatih atau
melakukannya secara terus menerus.
Misalnya seseorang memiliki bakat atau talenta di bidang musik. Jika dia terus belajar
(misalnya menulis, membaca not balok atau belajar cara komposisi), berlatih secara
konsisten minimal 6 jam sehari, selama lebih dari sepuluh tahun, dan senantiasa fokus,
maka dapat dipastikan dia akan menjadi musisi terkenal.

Bertolak dari hal di atas maka secara jelas kita dapat melihat bahwa bakat hanya
salah satu dari 3 aspek kekuatan manusia. Bakat adalah sesuatu yang sudah kita bawa
sejak lahir dan merupakan anugerah Tuhan yang harus kita syukuri. Jangan pernah
menyesali bakat yang telah diberikan-Nya. Jika merasa bakat kurang maka kembangkanlah
2 aspek lainnya: pengetahuan dan ketrampilan

Sedangkan minat adalah usaha atau kemauan untuk mempelajari (learning) dalam
mencari sesuatu. Minat lebih mengarah kepada kegiatan atau aktivitas, sedangkan bakat
adalah cara melakukan kegiatan. Misalnya, apabila ada seseorang yang menyukai tarian
tradisional, tetapi ia tidak bisa menari, maka ia dapat dikatakan memiliki minat seni (trai
tradisional) tetapi tidak emiliki bakat.

Etik UMB
2015
11 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
KIAT MENGENALI BAKAT

Setiap orang adalah individu yang unik. Setiap orang juga bertanggung jawab atas
dirinya sendiri untuk menemukan misi hidupnya masing-masing. Agar kita bisa berkontribusi
maksimal, tentunya akan sangat baik bila kita bekerja di bidang yang paling sesuai dengan
keunikan kita. Ibaratnya bisa menjadi ikan dalam air, atau burung di udara.

Berikut ini empat hal yang bisa dijadikan dugaan awal terhadap apa bakat kita, yaitu :
reaksi spontan, tanda masa kecil, cepat belajar, dan kepuasan.

1. Reaksi spontan
Langkah pertama mengenali bakat adalah memperhatikan reaksi spontan kita
terhadap situasi yang muncul. Misalnya Anda sedang berjalan-jalan di keramaian. Tiba-tiba
ada teriakan keras, “Copeet…!” Apa reaksi Anda? Lari mengejar copet? Menghibur korban?
Berdiri mematung menganalisa situasi? Bertanya-tanya ke beberapa orang, membuat
konfirmasi atas kejadian sebenarnya? Semua itu adalah pilihan yang mungkin diambil.
Manakah pilihan spontan Anda? Kalau Anda langsung bertindak, berarti Anda orang yang
praktis dan desisif (membuat keputusan cepat). Pada satu situasi yang mendesak bakat
mental seperti ini sangat berguna, karena Anda segera bertindak. Pada situasi yang lain,
bakat ini justru merugikan, misalnya karena tidak melakukan konfirmasi maka bisa terjebak
pada kesalahan penilaian. Bukankah bisa saja yang teriak “copeet..” itu ternyata adalah
temannya si copet yang mengalihkan perhatian? Bisa saja ada orang lain yang kemudian
menjadi salah sasaran Anda gebukin padahal dialah korban copet yang sesungguhnya.

Yang penting adalah, mengenali reaksi spontan kita. Apakah kita orang praktis?
Apakah kita orang analitis? Apakah kita orang yang waspada (sehingga melakukan
konfirmasi lebih dahulu)?

Contoh lain, misalnya Anda diajak datang ke sebuah pesta. Apakah Anda akan
langsung berbaur dan mengobrol dengan orang lain, bahkan dengan orang yang baru Anda
kenal? Ataukah Anda mengambil segelas minuman, lalu berdiri di pojok mengamati orang-
orang lain? Atau Anda sibuk dengan ponsel Anda sendiri kirim-kirim SMS ke orang lain dan
tidak peduli dengan pesta? Hal ini menunjukkan apakah pribadi Anda introvert (cenderung
ke dalam) atau extrovert (cenderung ke luar).Semua reaksi spontan Anda menunjukkan
bakat mental yang sering disebut kepribadian.

Etik UMB
2015
12 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
2. Tanda masa kecil
Tanda masa kecil (yearnings) menunjukkan apa bakat natural Anda. Von Neumann,
lahir di Hungaria tahun 1903, adalah perumus dasar-dasar komputer. Pada usia 6 tahun
telah mampu menghitung pembagian 8 angka hanya di kepala. Pada usia 8 tahun dia sudah
belajar kalkulus. Dia juga punya ingatan fotografik, cukup membaca sekilas buku telepon,
dia bisa mengingatnya kembali dengan persis. Von Neumann menjadi peletak dasar-dasar
komputer. Dia juga arsitek yang merancang bom atom Fat man, yang dijatuhkan di
Nagasaki oleh tentara sekutu.

Anna Mary Robertson Moses lahir di pertanian dekat New York. Sejak kecil dia
senang mencampur warna, dan membuat sketsa indah dari berbagai buah-buahan. Namun
kehidupan pertanian membuatnya tak lagi melukis hingga 40 tahun lamanya. Pada usia 78
tahun barulah dia memiliki waktunya untuk melukis. Selama 23 tahun kemudian hingga saat
kematiannya, Moses melukis ribuan karya, dan kemudian terkenal sebagai artis lukis
Grandma Moses.

Apa ciri bakat kita saat masa kecil? Pada bidang apa karya Anda masa kecil diakui oleh
lingkungan?

3. Cepat belajar
Cepat belajar (rapid learning/ fast learning) merupakan tanda bahwa Anda berbakat
pada bidang tersebut. Terkadang kita sendiri tidak tahu, sampai suatu ketika mendapat
kesempatan mempelajari hal baru, dan… blam! rasanya begitu mudah menguasainya.

Henri Matisse tidak pernah menyentuh kuas hingga usia 21 tahun. Pekerjaan sehari-
hari adalah klerk seorang pengacara. Sampai suatu ketika dia sakit flu berat, sehingga harus
istirahat di tempat tidur. Ibunya berusaha mencarikan kegiatan pengisi waktu. Saat itulah
ibunya memberikan seperangkat kuas dan cat. Empat tahun berikutnya dia diterima sebagai
mahasiswa berbakat di sekolah seni Paris.

JK Rowling, penulis Harry Potter, juga tidak menyadari punya bakat mendongeng
hingga teman-teman anaknya menyatakan begitu menariknya kisah Harry Potter. Kini dia
wanita kedua terkaya di Inggris, kalah hanya oleh Ratu Elizabeth.

Etik UMB
2015
13 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
Jim Clark, seorang dosen yang jenius namun hidupnya kacau balau hingga 2 kali
perkawinannya hancur. Lulus SMA dia melamar sebagai tentara Navy. Prestasinya sebagai
kelasi begitu buruk sehingga sering dibilang bodoh oleh para atasannya. Sampai suatu
ketika salah seorang instrukturnya bilang sebaiknya dia kuliah saja, karena tampaknya dia
punya bakat matematika. Dan benar, dia meraih PhD di Computer Science! Setelah itu dia
menjadi dosen. namun kebiasaan buruknya yang sering mengabaikan keluarga
membuatnya bercerai. Tahun 1978 dia juga dipecat dari New York Institute of technology
karena membangkang. Tak dijelaskan bagaimana, dia bergabung ke Stanford University.
Pada usia 38 tahun, Clark yang menderita depresi berat, tiba-tiba menemukan pencerahan.
Ternyata kehidupan kacaunya itu dikarenakan dia terlalu kreatif sehingga selalu mencari hal
baru. Clark terlalu banyak ide. Sejak itu dia mendirikan perusahaan bernilai milyaran dolar,
mulai dari Silicon Graphic Inc. (SGI), Netscape (pembuat browser internet), hingga
Healtheon (perusahaan medical di internet) yang semuanya sukses besar jual saham dalam
IPO. Bakat Jim Clark adalah ide dan visinya.

Tentunya Anda juga ingat dengan Kolonel Sanders. Dia memulai bisnis ayam goreng
di usia 66 tahun. Ternyata bisnis restoran adalah hal yang menarik dan mudah dia pelajari.

Kalau ada bidang yang Anda begitu cepat menguasainya, mungkin di situlah bakat Anda.

4. Kepuasan
Ciri-ciri kita berada di jalur yang benar adalah kalau kita merasa puas dengan apa
yang kita lakukan. Orang-orang yang sukses di berbagai bidang menunjukkan kepuasan
terhadap pekerjaan mereka, baik pekerjaan itu menghasilkan banyak uang maupun tidak.
Kalau Anda senang melihat orang lain tumbuh karena bimbingan kita, maka Anda berbakat
menajdi pembina/pendidik. Kalau Anda puas dengan menciptakan hal baru, yang unik dan
beda, mungkin Anda berbakat menjadi kreator. Kalau Anda puas bisa traveling ke berbagai
penjuru dunia, mungkin Anda berbakat menjadi explorer, seperti Marco Polo dan Ibnu
Batutah.

Seringkali yang membuat puas bukanlah sesuatu yang tampak secara fisik. Anda
mungkin dosen, yang kadang suka kadang tidak dengan pekerjaan Anda. Setelah diteliti
lebih lanjut, ternyata Anda malas mengajar, tapi selalu tertarik dengan berita-berita riset
terbaru. Jadi sebenarnya bakat Anda ada di riset, jadi bisa berada dimana saja, misalnya
bergabung dengan grup riset di perusahaan besar. Seingat saya, Bondan Winarno adalah

Etik UMB
2015
14 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
seorang pegawai maskapai penerbangan (atau di sekitar itu) yang melakukan banyak
perjalanan ke luar negeri. Namun dia lebih dikenal sebagai kolumnis di majalah, yang
menceritakan banyak pengalamannya saat pergi ke berbagai negara. Ternyata hobi dia
yang lain adalah makanan (kuliner), bukan sebagai pembuat tapi sebagai penikmat
makanan. Sekarang dia mengasuh rubrik kuliner di salah satu stasiun TV. Mungkin dia
memang berbakat menjadi seorang explorer.

Apa saja yang membuat Anda puas?

Apapun kondisi dan pekerjaan Anda sekarang, tidak ada salahnya untuk terus
mencari bakat terbaik kita. Kadang memang kita sendiri, entah kenapa, tidak peka dengan
panggilan bakat kita. Tugas kita menemukannya, sampai kapanpun itu akan ditemukan.
Seperti kata bijak dari timur, ” Setiap diri kita ini mempunyai misi, tugas kita adalah
menemukan dan menjalaninya.”

MANAJEMEN BAKAT

Bakat bisa saja berkembang atau bisa juga mati (tidak berkembang), hal demikian
amat tergantung kepada individu dan lingkungan (kekuarga dan sosial), di mana seeorang
tersebut tinggal. Oleh karena itu, ada baiknya apabila kita ingin mengoptimalkan bakat,
maka bakat tersebut harus dikelola sehingga mencapai puncaknya.
Talent (bakat) management atau manajemen bakat adalah suatu proses manajemen
SDM terkait tiga proses. Pertama, mengembangkan dan memperkuat karyawan baru pada
proses pertama kali masuk perusahaan (onboarding). Kedua, memelihara dan
mengembangkan pegawai yang sudah ada di perusahaan. Ketiga, menarik sebanyak
mungkn pegawai yang memiliki kompetensi, komitmen dan karakter bekerja pada
perusahaan.
Istilah talent management pertama kali diperkenalkan oleh McKinsey & Company
following melalui slah satu studi yang dilakukannya tahun 1997. Pada tahun berikutnya,
talent management kemudian menjnadi salah satu judul buku yang ditulis bersama oleh Ed
Michaels, Helen Handfield-Jones, dan Beth Axelrod.
Perusahaan-perusahaan yang menggunakan talent management sebagai salah satu
strategi pengelolaan sumber daya manusia berusaha seoptimal mungkin mengaitkan proser

Etik UMB
2015
15 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
pencarian, pemikatan, pemilihan, pelatihan, pengembangan, pemeliharaan, promosi, dan
pemindahan pegawai agar terkait dengan bisnis utama perusahaan.
Paradigma yang terkandung dibalik talent management adalah “perusahaan
bersaing di level individual”. Bila kita berhasil mendapatkan individu-inidividu yang secara
rata-rata lebih baik dari pemain lainnya, maka kita akan mendapatkan perusahaan yang
akan lebih baik dari pemain lainnya.
Istilah talent management dapat berbeda-beda bagi setiap orang. Persepsi pertama,
bagi sebagian pihak, semua orang dianggap memiliki talent, sehingga kita harus
mengidentifikasi dan mengembangkan semua talent tersebut. Persepsi kedua, hanya
sebagian kecil pegawai yang dapat disebut memiliki talent, sehingga kita hanya perlu
mengidentifikasi sebagian kecil pegawai yang memiliki talent tersebut dan
mengembangkannya.
Kedua aliran dalam talent management ini ada dalam praktek industri. Dalam praktek
manajemen SDM berbasis kompetensi, kedua praktek ini mendapat tempatnya maisng-
masing. Ini disebabkan dalam penentuan kompetensi, perusahaan dapat membuat
kompetensi yang berlaku generik untuk semua pegawai, kompetensi yang berlaku sesuai
dengan peran dan tanggung jawab pegawai di level struktural dan fungsinya, atau bahkan
kompetensi fungsional yang benar-benar terkait dengan kompetensi inti perusahaan.

DIMANA BAKAT ANDA ?

Ditanya akan memilih jurusan apa saat kuliah nanti, Santi mengaku bingung
menentukan pilihan, apalagi ketika pilihan tersebut dikaitkan dengan bakat dan minatnya.
"Jangankan memilih sesuai minat dan bakat, saya sendiri pun belum tahu minat dan bakat
saya," katanya.

Santi (18), sebutlah namanya begitu, mengaku dirinya memang bukan siswa pandai di
kelas. Namun, ia juga bukan nomor buncit dalam urusan nilai pelajaran. Hanya, dia merasa
tidak "ngeh" soal minat atau bakatnya pada hal-hal tertentu.

Memang, kerap orang mengatakan minat dan bakat adalah teropong bagi jalan
kehidupan di masa depan. Membayangkannya pun terasa menyenangkan karena dengan

Etik UMB
2015
16 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
keduanya kita bisa menjadi siapa pun yang diinginkan asalkan mau kerja keras dan pantang
menyerah.

Kenyataannya, pemahaman itu justru sebaliknya. Hal itu sering kali menimbulkan
masalah ketika kita beranjak dewasa dan tiba saatnya memilih bidang pendidikan dan
karier. Pemahaman itu sedikit banyak menciptakan ilusi akan beragam pilihan bidang
pendidikan dan karier yang menjanjikan masa depan. Dan lagi, apakah semua itu pilihan
yang benar-benar kita inginkan?

Selain itu, pemahaman tersebut juga membentuk imajinasi tersendiri bahwa kita bisa
menjadi sosok terbaik di bidang apa pun yang kita minati. Duh, apa betul begitu? Apakah
bisa, prestasi seorang Chris John yang dielu-elukan berkat tinjunya di atas ring itu akan
bersinar oleh puja-puji pula di lapangan basket?

Nyatanya tidak. Adalah sebuah fakta bahwa kita memang tidak bisa menjadi siapa
pun yang kita mau. Kita lupa, selain minat, ada faktor lain yang sangat menentukan langkah
kita ke depan. Ya, bakat dan latihan khusus untuk mempertajamnya.

Temukan, Bukan Ciptakan Kenyataan, tidak semua orang bisa menjadi seorang
Chris John, Bill Gates, atau David Beckham. Mereka bertiga punya bakat alami dan telah
menjadikan bakat itu sebagai investasi yang dilatihnya sejak lama. Dan kita tidak bisa
membuat dan mengubahnya "semau gue".

Sekarang, lihat ke sekeliling Anda! Mungkin, ada orang yang suka duduk berlama-
lama di depan laptop? Bahkan saking lamanya Anda lupa, kapan orang itu makan dan
minum?

Atau, Anda pun mungkin bingung, kenapa rekan dekat Anda lebih memilih les guru
bahasa Inggris ketimbang Anda yang lebih senang naik gunung atau bermain band di saat
libur? Banyak, dan banyak lagi contoh yang kita pun tidak tahu keuntungan mereka
melakukan semua itu.

Anda pun sebetulnya bisa begitu. Meniru untuk kreatif berekspresi seperti mereka,
berhasil lalu merasa puas. Namun kelak yang terjadi, Anda tidak akan pernah merasa
nyaman melakukan hal-hal di luar kerangka bakat Anda tersebut.

Ya, Anda tidak akan bisa menjadi mahasiswa arkeologi dan menjadi arkeolog
mumpuni karena Anda sebenarnya sama sekali tidak hobi "keluyuran". Usaha Anda hancur
terus dan kapok untuk terjun ke bidang bisnis sehingga Anda memilih kembali menjadi
karyawan. Tidak salah, Anda memang tidak punya hobi itu. Anda tidak bakat!

Etik UMB
2015
17 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
Mutlak, Anda harus paham apa yang disebut dengan bawaan atau nature (hormonal
atau DNA) dan latihan atau nurture. Sejatinya, yang harus Anda lakukan ialah membentuk
diri Anda tak ubahnya dengan bawaan Anda sejak lahir. Anda jangan hanya menginginkan
suatu bidang pendidikan yang bisa membuahkan karir tertentu dengan gaji selangit.

Jika itu Anda lakukan, berarti Anda sudah "bunuh diri". Pasalnya, kerangka
neurologis Anda yang telah membentuk bakat tersebut akan menolak. Alhasil, Anda tidak
dapat menikmatinya. Kecuali, Anda memang berniat keras untuk menambal "kekurangan"
tersebut dengan nurture, dengan latihan-latihan khusus.

Semakin cepat Anda sadar untuk melihat diri Anda dan menemukan potensi di
dalamnya, semakin beruntung pula Anda. Pilihan minat dan bakat Anda dengan sendirinya
akan lebih mudah Anda tentukan.

Anda mulai bisa memilih peran Anda, bentuk pendidikan yang cocok untuk
menambal peran tersebut, serta produktifitas yang akan Anda hasilkan kelak di dunia kerja.
Cara memulainya, simak beberapa hal di bawah ini:

Maksimalkan kekuatan Anda, tuntaskan pula kelemahan Anda!


Jika Anda termasuk orang yang sulit berdiplomasi, dapatkah Anda terjun bebas ke dalam
bidang ini karena Anda menyukainya? Kalau Anda tergolong paling lambat mengambil
keputusan, dapatkah Anda melatihnya sekeras hati? Jika Anda bukan seorang konseptor,
siapkah Anda menjadi seorang "ahli lapangan" agar kekurangan Anda tersebut lenyap
ditelan bumi!

Tidak cukup latihan keras, Anda butuh bakat alami!

Memang, antara pengetahuan, keterampilan, serta materi bisa Anda dapatkan


melalui belajar dan latihan. Namun, hal sesungguhnya yang penting adalah bakat sebagai
bawaan Anda sejak lahir. Anda akan mampu melakukan segala hal berkat keterampilan,
sementara kuantitas dan kualitas Anda melakukannya adalah berkat dorongan bakat alami
Anda.

Siapkan sistem pendukung hindari aktivitas tak terarah!

Sistem pendukung itu bisa saja hanya berupa pesan singkat di ponsel atau sekadar
kertas-kertas yang Anda tempel di meja belajar, bahkan pintu kamar!

Etik UMB
2015
18 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
Sadar dan amati reaksi spontan Anda saat menyikapi hal atau kejadian
Nah, bagaimana Anda akan mengambil peran atas kejadian itu? Anda cenderung
memegang kendali, membuat analisa hal itu secara seksama, atau hanya berusaha mencari
sisi-sisi lain ternyata tidak penting dari kejadian tersebut?

Amati besarnya niat dan keinginan Anda melakukan aktivitas tertentu


Dari situ, yakinkan bahwa sebuah aktivitas telah membuat Anda rindu untuk berulang
melakukannya. Rasa rindu itu akan senantiasa timbul hingga Anda lekas-lekas melakoninya.

Secepat apa Anda belajar dan menguasai sebuah bidang tertentu?


Secepat kilat atau selambat becak? Sadari hal itu dan bandingkan upaya Anda dengan hasil
yang didapatkan oleh rekan-rekan Anda.

Sepuas apa perasaan Anda seusai melakukannya?

Entah, karena yang pasti, saat melakukannya Anda nyaman, senang, dan membuat
Anda sejenak tenggelam di dalam keasyikan melakukannya.

Monitor perilaku dan perasaan Anda ketika menjalaninya


Dari sini Anda akan mengevaluasi apa yang sudah Anda lakukan. Amati dan berikan
analisis pada diri Anda. Benarkah ini pilihan Anda?

Anda tidak bisa menikmati? Anda lambat dan merasa tidak berkembang?

Tinggalkan sekarang juga! Cari peran lain, jangan habiskan uang dan waktu Anda
hanya untuk mengatasi kelemahan Anda, melainkan juga pertajam bakat dan kekuatan
alami dalam diri Anda.

Ingat, banyak orang muda yang sukses. Yakinlah bahwa mereka memang pribadi-
pribadi yang menemukan bakatnya sejak dini dan mau belatih sebagai investasi di masa
depannya.

Etik UMB
2015
19 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM
Daftar Pustaka

Calhoun, James F., and Joan Ross Acocella, 1990. Psychology of Adjusment and Human
Relatipon, Third Editionship. New York: McGraw-Hill Publishing Company.

Hamersma, Harry, 1981. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Irawati, Dewi, 2003. Pengembangan Diri. Bandung: Akademi Sekretaris dan Manajemen
Ariyanti.

Muslimin, 2004. Hubungan Masyarakat dan Konsep Kepribadian. Malang: UMM Press.

Sarwono, sarlito Wirawan, 1997. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial.
Jakarta: Balai Pustaka.

Sobur, Alex, 2003. Psikologi Umum. Bandung:Pustaka Setia.

Supratiknya, A., 1995. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kanisius.

Syam, Nina Winangsih, 2004. Sosioogi Komunikasi. Bandung: Humaniora.

Triwidodi, Titiek & Djoko Kristanto, 2004. Pengembangan Kepribadian Sekretaris.


Jakarta:Grasindo.

Etik UMB
2015
20 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Drs. Yasan Endrawan, MM

Anda mungkin juga menyukai