Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Perkembangan peserta didik

TINJAUAN KONSEP DIRI DAN DIMENSINYA PADA ANAK


DALAM MASA KANAK-KANAK AKHIR

MUFTI ABDILLAH
Perkembangan peserta didik

Abstract.Individual self-concept is manifested in things that is related to that individual.


View about one‟s self, self-evaluation, and expectation to one‟s self form this individual
self-concept. Awareness of self-concept from the view of psychology would help a good
and positive self-concept. This positive self-concept would in turn develop positive
behaviours and interactions in daily life. This paper discuss the concept of self-concept
from psychological literatures and perspective. Dimensions, aspects, and factors of self-
concept would be discussed and related to children‟s situation in late childhood phase.
Parents, teachers, and also the surrounding environment have important role in shaping
self-concept of children. Social support and also positive behavior model from these
children‟s closest persons and also the community will help create positive self-concept
that in turn will support the transition to teenager phase. This paper hopefully will be able
to stimulate researcher to conduct further relevant research concerning children‟s self-
concept.

Keywords: self-concept, children, late childhood

Abstrak. Konsep diri seseorang tergambarkan dalam hal-hal yang berkaitan dengan
individu tersebut. Pandangan terhadap diri sendiri, hasil evaluasi diri, serta harapan
terhadap diri sendiri membentuk konsep diri individu. Pemahaman terhadap konsep diri
dari sudut pandang psikologi akan membantu untuk membentuk konsep diri yang baik.
Konsep diri yang positif kemudian akan membentuk perilaku dan interaksi yang positif
pula dalam kehidupan. Makalah ini membahas konseptual konsep diri ditinjau dari
literatur psikologi. Dimensi, aspek dan faktor konsep diri didiskusikan dan dikaitkan
dengan keadaan anak dalam masa kanak-kanak akhir. Orangtua, guru, serta lingkungan
masyarakat berperan penting dalam proses pembentukan konsep diri dari anak-anak pada
masa kanak-kanak akhir. Dukungan serta contoh perilaku positif dari orang terdekat serta
komunitas akan membantu pembentukan konsep diri yang positif yang nantinya dapat
membantu anak untuk bertransisi ke fase remaja. Makalah ini diharap dapat membantu
akademisi untuk melakukan penelitian terkait konsep diri anak.

Kata kunci: konsep diri, anak, masa kanak-kanak

PENDAHULUAN tanya mengenai “diri”. William James, salah satu


Pembahasan mengenai konsep diri sudah pelopor psikologi (Mussen dkk., 1979) mencoba
dibicarakan sejak para filsuf mulai bertanya- menguraikan perbedaan dari “diri” yang menjadi
sumber dikotomi. James membedakan diri itu individu memperhatikan bagaimana reaksi
menjadi dua komponen yaitu “aku objek” (me) orang lain terhadapnya. Dengan demikian
dan “aku subjek” (I). “Aku objek” adalah individu dapat mengantisipasi reaksi orang lain
keseluruhan diri seseorang yang dapat disebut tersebut dengan perilaku yang pantas dan
miliknya, termasuk didalamnya kemampuan, individu juga belajar bagaimana lingkungan
karakteristik sosial dan kepribadian, serta bereaksi terhadapnya. Mead (dalam Wyse,
kepemilikan materi. “Aku subjek” adalah diri 2004), menulis bahwa konsep diri terbentuk
sebagai yang mengetahui. “Me” dan “I” adalah berdasarkan perbandingan sosial yang dilakukan
diri global yang berlangsung bersamaan (Burns, individu. Perbandingan sosial yang dimaksud
1979). Mereka merupakan aspek-aspek yang adalah kita membandingkan diri kita dengan
berbeda dari suatu kesatuan yang sama; orang-orang yang dianggap penting dan
pembedaan antara pengalaman yang murni (I) menggunakan informasi tersebut untuk
dan isi pengalaman (Me); antara pengenal dan membangun konsep tentang diri kita.
yang dikenal. Rogers dalam Burns (1979)
Menurut James diri ini terdiri dari empat mendefenisikan konsep diri sebagai kesadaran
(4) komponen, yaitu: 1) Diri spiritual; 2) Diri yang tetap, mengenai pengalaman-pengalaman
kebendaan; 3) Diri sosial dan 4) Diri badaniah. yang berhubungan dengan Aku dan membedakan
Diri spiritual menyangkut kepuasan terhadap apa aku dari yang bukan aku. Menurutnya dalam
yang telah kita lakukan, bukan terhadap apa yang Hurlock (1999), membagi konsep diri menjadi
kita punyai. Diri kebendaan terdiri atas pakaian dua bagian yaitu konsep diri sebenarnya/ rill dan
dan milik-milik kebendaan yang kita lihat konsep diri ideal. Konsep diri sebenarnya ialah
sebagai bagian dari kita. Diri sosial adalah segala konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu.
sesuatu yang berhubungan dengan orang lain. Konsep ini merupakan bayangan cermin,
Setiap individu memiliki banyak diri-diri sosial ditentukan sebagian besar oleh peran dan
yang berbeda-beda, sebanyak individu-individu hubungan dengan orang lain, dan apa yang
dan group-group yang dianggap penting. Diri kiranya reaksi orang lain terhadapnya. Konsep
badaniah ditempatkan terakhir. Diri badaniah diri ideal ialah gambaran seseorang mengenai
berkaitan dengan kondisi fisik seseorang, seperti penampilan dan kepribadian yang didambakan.
tinggi, gemuk, pendek, berotot, mancung atau Rogers (Alwisol, 2012) mengenalkan dua konsep
pesek, kulit terang atau gelap , rambut lurus atau lagi untuk menunjukkan apakah kedua konsep
keriting. diri tersebut sesuai atau tidak, yaitu incorgruence
Hal senada mengenai konsep diri dan congruence. Incongruence adalah ketidak
dikemukakan oleh Cooley pada tahun 1902 cocokan antara self yang dirasakan dalam
(Burns, 1979). Cooley menambahkan masyarakat pengalaman aktual disertai pertentangan dan
sebagai faktor penting dalam pembentukan kekacauan batin, sedangkan congruence berarti
konsep diri seseorang. Baginya umpan balik situasi yang merupakan pengungkapan
yang diintrerpretasikan secara subjektif dari pengalamandiri dengan seksama dalam sebuah
orang-orang lain merupakan sumber data utama konsep diri yang utuh, integral dan sejati.
mengenal diri. Teorinya yang terkenal adalah Menurutnya pribadi yang berfungsi sepenuhnya
looking-glass-self (Johnson dan Medinnus, adalah pribadi yang mengalami penghargaan
1974), yaitu bagaimana konsep diri seseorang positif tanpa syarat.
dipengaruhi oleh pendapat orang lain terhadap Menurut Susana (2007) konsep diri yang
dirinya. Kaca cermin memantulkan evaluasi- sehat tidak sekedar positif, tetapi merupakan
evaluasi yang dibayangkan orang lain tentang gambaran tentang diri yang sesuai dengan
kita. Dengan kata lain, konsep diri merupakan kenyataan dirinya (real self). Apabila gambaran
hasil dari penilaian atau evaluasi terhadap diri tentang dirinya, terutama diri yang dicita-citakan
sendiri dan pendapat orang lain mengenai dirinya (ideal self) tidak sesuai dengan kenyataan
sendiri. dirinya, maka akan terjadi kesenjangan antara
Pemikiran Cooley kemudian ditindak diri yang dicita-citakan dengan kenyataan
lanjuti oleh George H. Mead pada tahun 1934 dirinya. Kesenjangan ini akan menimbulkan
(Johnson & Medinnus, 1974). Bagi Mead, perasaan tidak nyaman dalam diri seseorang.
konsep diri tergantung dari kelompok sosial yang Semakin besar kesenjangan, semakin besar pula
ia masuki (Burns, 1979). Dalam interaksi sosial rasa tidak nyaman yang ditimbulkan.
Ada dua jenis konsep diri negatif terkandung dalam konsep diri, yaitu pengetahuan
(Calhoun & Acocella, 1990). Pertama, seseorang tentang dirinya, pengharapan
pandangan seseorang tentang dirinya sendiri mengenai dirinya (descriptive) dan penilaian
benar-benar tidak teratur, dia tidak memiliki (evaluative) tentang diri sendiri (Calhoun &
perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Dia benar- Acocella, 1990). Berikut ketiga dimensi ini akan
benar tidak tahu siapa dia, apa kekuatan dan dibahas rinci :
kelemahannya, atau apa yang dihargai dalam a) Dimensi pengetahuan
hidupnya. Kedua, konsep dirinya hampir Dimensi ini adalah tentang apa yang
merupakan lawan dari yang pertama. Disini seseorang ketahui mengenai dirinya sendiri
konsep diri itu terlalu stabil dan terlalu teratur, seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku,
dengan kata lain terlalu kaku. Mungkin karena pekerjaan dan lainnya. Faktor-faktor tersebut
dididik dengan sangat keras, individu tersebut menempatkan individu kepada suatu kelompok
menciptakan citra diri yang tidak mengijinkan sosial seperti kelompok umur, suku bangsa, dan
adanya penyimpangan dari seperangkat hukum sebagainya. Akhirnya individu tersebut
besi yang dalam pikirannya merupakan cara mengidentifikasikan dengan kelompok sosial
hidup yang tepat. Tipe ini menerima informasi tersebut yang menambah daftar julukan kita,
baru sebagai ancaman dan menjadi sumber seperti kelompok menengah atas, kelompok
kecemasan. Berkaitan dengan evaluasi diri, wanita karir dan lainnya. Julukan-julukan ini
konsep diri yang negatif menurut defenisinya berganti setiap hari dan setiap individu tersebut
meliputi penilaian negatif terhadap diri. Apapun menerima julukan baru, ada informasi baru yang
yang dilakukan tidak memberi kepuasan diterima yang individu tersebut masukan ke
terhadap dirinya. Apapun yang diperolehnya dalam potret diri mentalnya.
tampaknya tidak berharga dibandingkan dengan b) Dimensi Harapan
apa yang diperoleh orang lain. Rogers (Calhoun dan Acocella 1990)
Konsep diri yang positif merupakan mengemukakan bahwa pada saat individu
bentuk dari penerimaan diri. Orang dengan memiliki satu set pandangan tentang siapa kita,
konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik kita juga mempunyai satu set pandangan lain
sekali (Wicklund dan Frey (Calhoun & Acocella, yaitu tentang kemungkinan kita menjadi apa
1990). Orang dengan konsep diri positif bersifat dimasa mendatang. Artinya individu tersebut
stabil dan bervasiasi. Mereka dapat memahami memiliki pengharapan bagi dirinya sendiri dan
dan menerima sejumlah fakta yang sangat pengharapan ini merupakan diri-ideal. Diri ideal
bermacam-macam tentang dirinya sendiri. ini berbeda setiap individu. Apapun harapan
Berkaitan dengan pengharapan, orang dengan setiap individu, semuanya membangkitkan
konsep diri positif merancang tujuan-tujuan yang kekuatan yang mendorong menuju masa depan
sesuai dan realistis. dan memandu kegiatan individu dalam
Uraian-uraian mengenai konsep diri perjalanan hidupnya.
diatas, semuanya mengarahkan konsep diri c) Dimensi Penilaian
kepada hal-hal yang berkaitan dengan individu Ini merupakan penilaian terhadap diri sendiri
itu sendiri, yang didalamnya mencakup (Marsh dkk., 1983). Setiap individu
pandangannya terhadap dirinya, apa yang ia berkedudukan sebagai penilaian tentangnya diri
peroleh dari hasil evaluasinya terhadap yang sendiri setiap hari, mengukur apakah kita
orang lain lakukan, katakan terhadap dirinya. bertentangan dengan a) saya-dapat-menjadi-apa,
Hasil dari apa yang ia ketahui, yang ia harapkan yaitu pengharapan individu bagi dirinya sendiri;
dan ia evaluasi itu dapat berupa fisik, emosi, b) saya-seharusnya-menjadi-apa. Hasil
sosial maupun spiritual. Konsep diri akan pengukuran tersebut disebut rasa harga diri.
dikupas lebih lanjut dalam tulisan ini dalam Rogers menilai bahwa semakin besar
konteks anak. ketidaksesuaian antara gambaran kita mengenai
Dimensi Konsep Diri.Pengertian- siapa kita dan gambaran tentang seharusnya kita
pengertian yang kemudian dikembangkan oleh menjadi apa atau dapat menjadi apa, akan
para ahli seperti yang dijelaskan diatas mengenai semakin rendah rasa harga diri kita.
konsep diri, dapat terlihat bahwa konsep diri Aspek Konsep Diri.Konsep diri terbagi atas
sebenarnya mencakup beberapa dimensi beberapa bagian. Atwater dalam Puspasari
didalamnya. Ada beberapa dimensi yang (2007), mengolongkannya dalam lima bagian,
setelah melakukan penelitian panjang tentang pembentukan harapan diri seperti ingin menjadi
konsep diri, yaitu pola pandang diri subjektif cantik atau lebih pandai, persyaratan moral,
(subjective self), bentuk dan bayangan tubuh (self seperti kejujuran, ketaatan beribadah dan tingkah
image), perbandingan ideal (the ideal self), laku terhadap orangtua. Misalnya anak yang
pembentukan diri secara sosial (the social self) tinggal pada lingkungan yang sangat religious,
dan skala-skala konsep diri: kemungkinan besar akan memiliki konsep diri
a) Pola pandangan diri subjektif (Subjective yang sangat tinggi pada kejujuran. Menurut
self) Keliat dalam Salbiah (2003), agar individu
Cara pengenalan diri yang terbentuk dari mampu berfungsi dan mendemonstrasikan
bagaimana individu melihat dirinya sendiri. kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri,
Biasanya secara umum diri yang dipikirkan itu idela diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu
terdiri dari gambaran-gambaran diri (self image) tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan
baik itu potongan visual (seperti bentuk wajah agar menjadi pendorong dan masih dapat
dan tubuh yang diamati ketika bercermin), dicapai.
persepsi diri (umumnya didapati melalui bentuk d) Pembentukan Diri Secara Sosial (The Social
komunikasi terhadap diri sendiri ataupun Self)
pengalaman bersosialisasi dengan orang lain). Proses ini merupakan proses melihat diri
Dengan pemahaman konsep diri, seseorang akan seperti yang dirasakan orang lain. Seseorang
membandingkan dirinya dengan orang lain mencoba untuk memahami persepsi orang lain
dalam berbagai hal baik itu bersifat nonfisik. terhadap dirinya. Pembentukan konsep diri ini
Salah satu proses yang berkaitan dengan melibatkan penilaian sekelompok terhadap suatu
perbandingan nonfisik adalah proses individu. Penilaian sekelompok orang inilah
perbandingan perspektif. Perbandingan ini yang merupakan proses labelisasi terhadap
dilakukan seseorang untuk melihat karakteristik karakteristik konsep diri seseorang. Proses
dirinya dalam mengembangkan diri, seperti labeling ini, misalnya memanggil anak dengan
tingkat kemampuan komunikasi, tingkat nama si gendut, bandel, tukang berkelahi.
kemampuan untuk menarik perhatian lawan jenis Pemberian label ini dilakukan berdasarkan
atau lainya. Tentunya mekanisme pengenalan persepsi orang terhadap apa yang kelihatan, baik
diri nyata dan perseptif tidak dapat dipisahkan. fisik maupun non fisik. Keliat dalam Salbiah
Proses pengenalan diri yang bersifat nyata (2003) memasukan peran dan identitas dalam
mempengaruhi persepsi diri kita. Misalnya pembentukan diri secara sosial.
seseorang yang melihat bayangan dirinya pada e) Skala-skala Konsep Diri
cermin secara nyata kemudian secara langsung Konsep diri melalui sejarah
akan mempengaruhi persepsi dirinya. perkembangan yang cukup panjang, yang
b) Bentuk dan Bayangan Tubuh (Body Image) meliputi: 1) model terdahulu yang berisikan riset
Berbeda dengan mekanisme yang tentang konsep diri sebagai sesuatu yang terdiri
sebelumnya, bahwa bayangan tubuh dicermin dari banyak segi (multifaceted) (Marsh dkk.,
mempengaruhi persepsinya, sebaliknya yang 1984); 2) Model Shalvelson yang berisikan
kedua ini adalah kondisi emosional dapat tentang model konsep diri yang bersifat
memberi pengaruh terhadap bagaimana terorganisasi atau terstruktur, terdiri dari banyak
seseorang mengenali bentuk fisiknya. Misalnya segi (multi-faceted), bersifat hirarkis (dalam
pengalaman traumatis yang beresiko besar hirarki terdapat puncak yang stabil, namun untuk
seperti pelecehan seksual atau kekerasan fisik hirarki di bawahnya menjadi kurang stabil
maupun psikologis lainnya. Korban pada sebagai konsekuensi adanya konsep diri pada
umumnya akan memiliki konsep diri yang suatu situasi yang spesifik), bersifat evaluatif
negatif pada tubuhnya. maupun deskriptif dan berbeda dari konstruk
c) Perbandingan Ideal yang lain (Byrne & Darlene, 1996); 3) model
Salah satu proses pengenalan diri adalah dengan Shalvelson dan Marsh (Marsh dkk., 1983).
membandingkan diri dengan sosok ideal yang Berikut model konsep diri umum yang diajukan
diharapkan. Proses pembentukan diri ideal ini Shalvelson, Hubner dan Stanton (Song dan
melalui proses-proses seperti adanya Hattie 1984) :
GENERAL SELF CONCEPT

ACADEMIC SELF CONCEPT


SOCIAL SELF CONCEPT PRESENTATION OF
SELF

CLASSRO ABILITY ACHIEVEMENT


OM SELF SELF SELF CONCEPT PEER FAMILY CONFIDE PHYSICAL
CONCEPT CONCEPT SELF SELF NCE SELF SELF
CONCEPT CONCEPT CONCEPT CONCEPT

MATHEMATICS LANGUAGE SOCIAL NATURAL


STUDIES SCIENCE

Gambar 1. Model Konsep Diri oleh Shalvelson, Hubner dan Stanon (Song & Hattie, 1984)

Bagi Shalvelson (Marsh dkk., 1984), dan tergantung juga dengan sistem lain yang
konsep diri ini sangat multi dimensi dan bergerak individu terima dalam kelompok.
secara hirarki. Dimulai dari konsep diri Shalvelson menetapkan skala yang lengkap
akademik (matematika dan membaca) dan mengenai konsep diri (Marsh dkk., 1983). Skala
kemudian ke konsep diri secara umum. Konsep ini secara deskriptif menjabarkan aspek-aspek
diri ini kurang multifaced seiring dengan dengan dari konsep diri anak sebagaimana ditampilkan
perkembangan individu, bayi menjadi dewasa pada tabel 1:

ASPEK DESKRIPSI
Kemampuan fisik Kemampuan dan minat yang berkaitan dengan
olahraga maupun aktivitas fisik lainnya
Penampilan Fisik Sejauh mana seseorang memiliki fisik yang menarik.

Hubungan dengan lawan jenis Interaksi dengan sahabat seumur yang memiliki jenis
kelamin berbeda
Hubungan dengan sesama jenis Interaksi dengan sahabat seumur yang memiliki
kesamaan jenis kelamin
Hubungan antara anak dengan orangtua Interaksi anak dengan orangtua

Matematika Kemampuan, rasa suka, dan ketertarikan pada


matematika dan ilmu logika

Verbal Kemampuan, rasa suka dan ketertarikan pada bahasa,


khususnya bahasa inggris dan membaca

Sekolah secara umum Kemampuan, rasa suka dan ketertarikan pada subjek-
subjek yang berkaitan dengan sekolah
Konsep diri secara umum Kemampuan untuk menghargai diri sendiri dan
membangun rasa percaya diri

Tabel 1. Aspek Konsep Diri menurut Shalvelson

Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep diri tidaklah terjadi begitu saja,


Konsep Diri tetapi berkembang secara bertahap seiring
dengan tingkat perkembangan individu tersebut.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi (Calhoun & Acocella, 1990). Coopersmith dalam
pembentukan konsep diri seseorang. Struat dan Calhoun dan Acocella (1990) mengemukakan
Sudden dalam Salbiah (2003) mengemukakan bahwa perasaan nilai anak sebagai “seseorang”
beberapa faktor yang mempengaruhi berasal dari nilai yang diberikan orangtua kepada
pembentukan konsep diri yaitu teori mereka. Orang terdekat anak lainnya adalah
perkembangan tentang konsep diri, significant ketika anak mulai meluaskan jaringan
other dan self-perception. pergaulannya, yaitu teman sebaya. Kelompok ini
a) Teori perkembangan konsep diri menjadi urutan kedua setelah orangtua yang
Konsep diri belum ada waktu lahir, potensinya besar dalam mempengaruhi
kemudian berkembang secara bertahap mulai pembentukan konsep diri. Awalnya anak merasa
mengenal dan membedakan dirinya dengan cukup dan puas dengan cinta yang mereka
orang lain. Kesadaran dirinya baru muncul pada dapatkan lewat orangtua dirumah, tetapi
tahun kedua kehidupannya. Pada usia 18 bulan kemudian kebutuhan akan cinta anak-anak lain
anak mulai mengenai wajah mereka sendiri dan dikelompok dibutuhkan. Hal yang menjadi
menunjukkan gambar mereka sendiri ketika masalah jika anak tidak diterima oleh teman
disebutkan namanya (Damon & Hart dalam kelompoknya, maka konsep dirinya akan
Mussen dkk., 1979). Awal kehidupannya, bayi terganggu. Penerimaan teman merupakan elemen
belum dapat membedakan dirinya. Umur 3-6 yang penting dalam konsep penerimaan diri
tahun anak mulai merasa ada perbedaan diri anak. Anak yang ditolak dalam kelompoknya
dengan orang lain, tetapi gagal membedakan akan menyimpan dendam dan membangun rasa
antara perspektif sosial (pemikiran, perasaan) marah yang besar untuk mengurangi stressnya
orang lain dan perspektif diri sendiri (Santrock, ketika ditolak (Johnson & Medinnus, 1974).
1999). Piaget mengindentifikasikan bahwa pada Selain penerimaan dan penolakan teman dalam
awalnya bayi dalam keadaan undifferentiated kelompok, peran yang diukir anak dalam
absolute dimana tidak ada batas antara kelompok teman sebayanya mungkin
pengertiannya tentang tubuh dan objek-objek mempunyai pengaruh yang dalam pada
lainnya, diantara realitas dan fantasi; tetapi pandangannya tentang dirinya sendiri (Calhoun
secara betahap dia akan membuat perbedaan- & Acocella, 1990).
perbedaan yang jelas antara apa yang dirinya dan c) Self Perception (persepsi diri sendiri)
apa yang bukan dirinya (Burns, 1979). Yaitu persepsi individu terhadap diri
b) Significant Other (orang-orang yang penting sendiri dan penilaian, serta persepsi individu
atau yang terdekat) terhadap pengalamannya akan situasi tertentu.
Significant other yaitu suatu kondisi Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan
dimana individu belajar untuk memahami diri dan pengalaman yang positif, sehingga
penilaian orang lain terhadap dirinya (Puspasari, konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar
2007). Seperti yang dikatakan diatas, bahwa dari perilaku individu. Individu dengan konsep
konsep diri dipelajari melalui kontak dan diri yang positif dapat dilihat dari kemampuan
pengalaman dengan orang lain, belajar diri interpersonal, kemampuan intelektual dan
sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan penguasaan lingkungan. Sebaliknya konsep diri
cara pandangan bahwa diri merupakan yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu
interpretasi diri pandangan orang lain terhadap dan sosial yang terganggu.
diri. Konsep diri biasanya diukur dengan jalan Hal senada dikemukakan Burns (1979),
meminta orang mendeskripsikan dirinya atau namun Burns membedakannya dalam 4 sumber
dengan menceritakan bagaimana ia berbeda pembentukan konsep diri, yaitu diri fisik dan
dengan orang lain (Mussen dkk., 1979). Anak citra tubuh, bahasa, umpan balik dari lingkungan
sangat dipengaruhi oleh orang yang dekat dan pola asuh.
dengannya yaitu orangtua. Orangtua adalah
kontak sosial yang paling awal yang kita alami, a) Diri fisik dan citra diri
dan yang paling kuat. Bayi bergantung pada Merupakan evaluasi terhadap kondisi
orangtuanya untuk makanan, perlindungan dan fisiknya. Bagi Burns (1979) bentuk tubuh,
kenyamanannya, akibatnya orangtua menjadi penampilan dan ukuran tubuh merupakan hal
sangat penting dimata anak. Apa yang yang penting dalam menjelaskan perubahan
dikomunikasikan oleh orangtua lebih menancap konsep diri seseorang. Stuart dan Sudden (dalam
daripada informasi lain yang anak terima Salbiah, 2003) mendefenisikan citra diri sebagai
sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dengan bahasa. Simbol-simbol bahasa juga
dan tidak sadar. Sikap ini menyangkut persepsi membentuk dasar dari konsepsi-konsepsi dan
dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi evaluasi-evaluasi tentang diri, misalnya sedang
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa sedih, merasa bahagia.
lalu secara berkesinambungan dimodifikasi c) Umpan balik dari orang-orang yang dekat
dengan pengalaman baru setiap individu. Teori umpan balik ini dikemukan oleh
Menurut Burns (1979) konsep diri Cooley sebagai “ the looking glass self “ yaitu
mulanya adalah citra tubuh. Perasaan-perasaan persepsi orang dekat mengenai diri kita
anak yang bersangkutan dengan tubuh dan citra (Puspasari, 2007). Orang-orang dekat ini adalah
tubuh menjadi inti konsep diri dalam tahun-tahun orangtua, saudara kandung, teman sebaya dan
pertama kehidupan anak. Pada awal kehidupan guru-guru. Lazimnya orangtua dianggap sebagai
individu, perbedaan yang dipikirkan mengenai orang terdekat yang mempunyai pengaruh bagi
dirinya dengan lingkungan didasarkan pada perkembangan konsep diri anak. Namun
sensasi-sensasi sentuhan, otot dan kinestiknya berdasarkan penelitian yang dilakukan Kichner
sendiri saat ia menyentuh, mencubit, melempar, dan Vondraek pada tahun 1975 (Burns, 1979)
jatuh, menubruk. Sewaktu pengendalian tubuh terhadap 282 anak umur 3-6 tahun tentang orang-
anak menjadi lebih efisien, anak belajar orang yang menyenangkan, diperoleh bahwa
menguasai dunia fisiknya. Keberhasilan anak ini teman sebaya/ sepermainan dan saudara kandung
membawa anak pada kegiatan fisik yang lebih dianggap lebih menyenangkan daripada ibu atau
luas dan tentunya anak mulai bersentuhan ayah mereka. Pendapat orang-orang terdekat,
dengan orang lain selain dirinya sendiri. Hal ini sebagai hasil refleksi mereka mengenai diri kita,
tentunya menghasilkan konsep diri yang akan mempunyai arti penting bagi anak mengenai
membantu anak dalam pergaulannya mendatang. kemampuan mereka, sehingga berfungsi untuk
Citra diri menurut Kihlstrom dan Cantor mengurangi rasa aman, menurunkan perasaan
dalam Calhoun dan Acocella (1990) adalah tidak berdaya/ tidak mampu dan
gambaran mental individu dan penilaian terhadap mengembangkan penghargaan terhadap diri
badannya sendiri, yang merupakan bagian anak. Setelah kehidupan anak meluas (masuk
integral dari konsep diri. Lanjutnya citra diri sekolah dasar), peran guru sebagai orang dekat
umumnya dibentuk dengan membandingkan nilai anak sangat penting. Penelitian Staines tahun
fisik dengan standart keindahan dari kebudayaan 1958 dalam Burns (1979) memperlihatkan
tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan jelas bagaimana pengaruh teguran verbal
laki-laki yang berbahu bidang, berotot dan dan non verbal terhadap perkembangan konsep
wanita yang mempunyai proporsi tubuh yang diri anak. Komentar-komentar sehari-hari guru
bagus berkemungkinan mendapatkan persetujuan juga berpengaruh. Selain itu, sekolah sendiri juga
sosial, sehingga berkemungkinan juga memiliki memberikan model-model peran yang lain dari
konsep diri yang lebih positif (Burns, 1979). yang mereka dapatkan dalam keluarga dan teman
Pada seorang anak, konsep diri tidak sebayanya (Ganur, Bunga & Kiling, 2014).
disebabkan oleh tipe tubuh, namun akibat umpan Jadi kuantitas umpan balik menjadi
balik yang diberikan orang terdekatnya seperti faktor penting dalam pertumbuhan konsep diri.
pemberian label “si gembrot, si kurus kering, si Namun, kualitas umpan balik juga penting.
kuping gajah”. Pemberian label secara fisik pada Umpan balik yang konsisten juga penting.
masa kanak-kanak ini berbahaya bagi Seorang anak yang dibina dengan disiplin yang
pembentukan konsep dirinya. Anak-anak sekolah tidak konsisten akan kesulitan mengumpulkan
dasar lebih menerima input yang berasal dari perangkat aturan untuk menilai diri sendiri
teman dan orang dewasa tentang dirinya dan (Calhoun & Acocella, 1990).
prestasinya. Mereka lebih siap dan d) Praktek-praktek membesarkan anak
mempercayainya kemudian memasukannya Ini berkaitan dengan pola asuh yang
menjadi kepribadiannya. dikembangkan orangtua. Menurut Hurlock
b) Bahasa (1978) pola asuh dapat dimaknai sebagai suatu
Menurut Burns (1979), kepentingan sistem yang diterima dan dipakai sebagai
bahasa adalah sebagai alat yang mempermudah pedoman oleh orang tua dalam merawat,
hubungan antar individu. Perasaan-perasaan mendidik, melatih, membantu, dan memimpin
seseorang disampaikan lewat bahasa. Konsep diri anak.
yang benar mungkin timbul pada saat bayi sadar Praktek-praktek membesarkan anak yang
bahwa dia punya nama, yang di permudah menekankan penghargaan, kehangatan dan
penerimaan dikaitkan dengan disiplin yang tegas anak, sehingga tidak membuat anak merasa tidak
dan konsisten dapat meningkatkan harga diri berarti, tetapi justru menjadikan anak lebih dapat
anak yang berimplikasi pada konsep diri yang mengembangkan keterampilannya yang akan
positif (Burns, 1979). Penelitian yang dilakukan mempengaruhi harga dirinya.
Stott menunjukkan bahwa anak yang Penelitian Ulfah (2007) dengan latar
keluarganya sering ada konflik antar anggota belakang di Indonesia memeriksa bagaimana
keluarganya, memiliki kemampuan peran persepsi keharmonisan keluarga dan
menyesuaikan diri yang kurang. Sedangkan hasil konsep diri terhadap kecenderungan kenakalan
penemuan Coopersmith menunjukkan bahwa remaja dan anak masa kanak-kanak akhir. Hasil
konsep diri positif akan muncul bila anak penelitian menunjukkan bahwa konsep diri yang
diperlakukan dengan penghargaan, diberikan rendah dan peran keluarga yang rendah
standar yang didefenisikan dengan jelas dan baik berhubungan dengan kecenderungan kenakalan
(Burns, 1979). dari anak dan remaja yang tinggi. Sebaliknya
konsep diri dan peran keharmonisa keluarga
Konsep diri pada masa kanak-kanak yang tinggi berhubungan dengan rendahnya
akhir tingkat kenakalan remaja. Sederet fakta di atas
Bagi anak dalam masa kanak-kanak menunjukkan bahwa konsep diri berkaitan erat
akhir, ia mulai belajar berpikir dan merasakan dengan orang-orang terdekat serta komunitas di
dirinya seperti apa yang telah ditentukan oleh sekitar anak. Menciptakan lingkungan keluarga
orang lain dalam lingkungannya, misalnya dan masyarakat yang kondusif serta penuh nilai
orangtua, gurunya maupun teman-temannya. positif diharap mampu membantu pembentukan
Bagaimana anak diperlakukan di rumah, di konsep diri positif yang dibutuhkan anak pada
sekolah dan di masyarakat akan mempengaruhi masa kanak-kanak akhir untuk transisi ke masa
pembentukan konsep dirinya (Hurlock, 2013). remaja yang memiliki beragam tantangan
Bagaimana hubungan dengan orangtua, dengan perkembangan yang berbeda.
saudara kandungnya, kedudukannya dalam
keluarga (apakah ia anak pertama, anak tengah, SIMPULAN DAN SARAN
anak bungsu, atau anak tunggal dari keluarga
besar atau keluarga kecil) dan bagaimana Kajian terhadap literatur menunjukkan
pendapatnya mengenai cara-cara asuhan anak konsep diri merupakan variabel kompleks yang
yang berlaku dalam keluarganya, semua ikut memiliki beragam faktor, aspek dan dimensi
berperan dalam menentukan perkembangan yang mempengaruhi. Konsep diri anak sendiri
konsep dirinya. Penelitian yang dilakukan ditentukan oleh beberapa aspek seperti
Spilsbury (2002), melihat bagaimana anak yang kemampuan fisik, penampilan fisik, hubungan
tinggal di lingkungan yang penuh dengan dengan lawan jenis, hubungan dengan sesama
perilaku kekerasan dan tingkat kriminal yang jenis, hubungan dengan orangtua, kemampuan
tinggi mempersepsi bahwa orang asing bisa matematika, kemampuan verbal, performansi di
melukai mereka jika mereka tidak hati-hati. Hal sekolah secara umum dan konsep diri secara
ini membuat anak mengembangkan konsep diri umum. Penelitian yang ingin mengeksplorasi
yang cenderung kurang percaya diri dan berhati- konsep diri anak diharapkan mempertimbangkan
hati yang termanifestasi dalam perilaku tidak aspek-aspek menurut Shalvelson tersebut.
berbicara dengan orang yang tidak dikenal. Eksplorasi terhadap konsep diri yang terdapat
Masih terkait pembentukan konsep diri diri anak akan membantu akan mengembangkan
pada masa kanak-kanak akhir, apabila seorang perilaku yang positif dan mudah diterima oleh
guru mengatakan secara terus-menerus pada lingkungannya. Hal tersebut diperlukan oleh
seorang muridnya bahwa dia kurang mampu semua anak, termasuk pada anak usia dini
dalam kelas maka lama-kelamaan anak pada dengan disabilitas, yang membutuhkan konsep
masa kanak-kanak akhir akan mempunyai diri yang baik untuk dapat mengembangkan
konsep diri yang negatif dan „kurang mampu‟ kemampuan sosial mereka (Harry, Bunga, &
(Rais dalam Gunarsa & Gunarsa, 2006). Terkait Kiling, 2015).
dengan hal ini, Adiyanti (2007) menyebutkan
bahwa guru harus membantu anak dalam
pembentukan konsep dirinya. Guru harus bijak
dengan apa yang dikatakan dan dilakukan pada
DAFTAR RUJUKAN Salbiah. (2003). Konsep Diri. USU digital
Library.
Adiyanti, M. G. (2007). Konsep Diri Positif, Santrock, J. W. (2014). Life-Span Development,
menentukan prestasi anak. Yogyakarta: New York. McGraw-Hill College.
Kanisius. Song, I-S., & Hattie, J. (1984). Home
Alwisol. (2012). Psikologi Kepribadian, Malang Environment, Self Concept and
: UMM. Academic Achievement: A causal
Burns, R. B., (1979). The Self Concept : Theory, Modeling Approach, Journal of
Measurement, Development and Educational Psychology, 76(6), 269-281.
Behavior, London: Longman Group Spilsbury, J. C. (2002). “If I don‟t know them,
Limited. I‟ll get killed probably”: How children‟s
Byrne, B.M & Gavin, D. A. W. (1996). The concerns safety shape help seeking
Shalvelson Model Revisited : Testing for behavior. Childhood, 9(1), 101-117.
the Structure of Academic Sef-Concept Susana, T. (2007). Konsep Diri Positif,
Across Pre-, Early, and Late menentukan prestasi anak. Yogyakarta:
Adolescents. Journal of Educational Kanisius.
Psychology, 88(2), 215-228. Ulfah, M. (2007). Peran persepsi keharmonisan
Calhoun, J.F & Acocella, J. R. (1990). keluarga dan konsep diri terhadap
Psychology of Adjustment and Human kecenderungan kenakalan remaja. Tesis.
Relationships. New York: Mc Graw- Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Hill. Wyse, D. (2009). Childhood Studies: an
Ganur, M. H., Bunga, B. N., & Kiling, I. Y. Introduction. Australia: Blackwell
(2014). Pola komunikasi anak usia dini Publishing.
tunarungu bukan bawaan. Jurnal
Transformasi Edukasi, 3(2), 63-69.
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. D. (2006).
Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Harry, G. A. A., Bunga, B. N., & Kiling, I. Y.
(2015). Perkembangan sosial pada anak
tunarungu yang belum bersekolah.
Jurnal Transformasi Edukasi, 4(1), 1-7.
Hurlock, E. B. (2013). Perkembangan Anak.
Jakarta: Erlangga.
Johnson, R. C. and Medinnuss, G. R. (1974).
Child Psychology, Behavior and
Development, Canada: Wiley
International Edition.
Marsh, W. H., Relich, J. D., & Smith, I. D.
(1983). Self-Concept: The Construct
Validity of Interpretations Based Upon
the SDQ. Journal of Personality and
Social Psychology, 45(1), 173-187.
Mussen, P. H., Conger, J. J., Kagan, J., &
Huston, C. A. (1979). Child
Development and Personality, 5th Ed.
New York : New York Harper & Row
Publisher.
Puspasari, A. (2007). Mengukur Konsep Diri
Anak, Cara Praktis bagi Orangtua untuk
Mengukur dan Mengembangkan Konsep
Diri Anak. Jakarta: Alex Media
Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai