Disusun Oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2019
KONSEP DIRI
gambaran, proses atau hal-hal yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
sesuatu. Istilah ―diri‖ berarti bagian-bagian dari individu yang terpisah dari yang
lain. Konsep diri dapat diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai dirinya
Konsep diri merupakan sebuah konstruk psikologis yang telah lama menjadi
pembahasan dalam ranah ilmu-ilmu sosial (Marsh & Craven, 2008). Shavelson,
Hubner, & Stanton (1976) menyatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi
pengalaman dan interprestasi seseorang terhadap dirinya sendiri. Marsh (1990) juga
pembelajaran yang dilakukan dan dari hasil situasi psikologis yang diterima.
terhadap diri individu, sikap dan opini mengenai dirinya, dan individu tersebut
merasa hal tersebut sesuai dengan kenyataan pada dirinya. Menurut Rice & Gale
(1975) konsep diri terdiri diri dari berbagai aspek, misalnya aspek sosial, aspek
fisik, dan moralitas. Konsep diri merupakan suatu proses yang terus selalu berubah,
terutama pada masa kanak-kanak dan remaja. Menurut Gage dan Berliner (1998)
masa yang akan datang, dan bagaimana mereka mengevaluasi performa diri
mereka.
Konsep diri merupakan hal yang penting dalam kehidupan sebab pemahaman
dalam berbagai situasi. Jika konsep diri seseorang negatif, maka akan negatiflah
perilaku seseorang, sebaliknya jika konsep diri seseorang positif, maka positiflah
perilaku seseorang tersebut (Fits dan Shavelson, dalam Yanti, 2000). Hurlock
adalah sebuah pandangan ataupun persepsi individu mengenai dirinya sendiri yang
dari diri individu adalah proses mental. Freud mengatakan bahwasanya konsep diri
merupakan sebuah unit psikologis yang paling dasar untuk memahami proses
mental individu. Konsep ini terus dikembangkan oleh Freud dalam perkembangan
teori ego dan dalam interpretasi terhadap diri individu. Dalam perkembangannya,
konsep diri semakin luas digunakan dalam dunia terapi dan konseling. Lecky pada
tahun 1945 menggunakan istilah konsistensi diri yang mengacu pada dasar-dasar
perilaku individu dalam terapi dan pada tahun 1948, Raimy memperkenalkan istilah
dari konseling adalah bagaimana individu tersebut melihat dirinya secara utuh
“self” dalam sebuah sistem psikologis. Roger menilai bahwa ―self” merupakan
dasar atau hal utama yang menjadi bagian dari kepribadian dan penyesuaian
yang tumbuh dari proses interpersonal yang dilakukan. Teori konsep diri semakin
berkembang pada tahun 1970 sampai tahun 1980-an dengan pola konsep diri umum.
Pada saat itu semakin banyak peneliti yang menyadari betapa pentingnya
mengembangkan suatu cara bagaimana agar dapat menguatkan konsep diri untuk
Pada awalnya konsep diri merupakan suatu konstruk yang bersifat umum
atau yang lebih dikenal dengan istilah unidimensional (Prasetyo, 2006). Konsep diri
spesifik dari apa yang dilihat secara khusus. Hal ini mengandung arti bahwa konsep
diri umum merupakan pemahaman seorang individu terhadap diri mereka secara
umum tanpa melihat bagian-bagian yang lebih spesifik dari diri mereka (Puspasari,
2007).
Perkembangan konsep diri selanjutnya lebih mengarah pada konsep diri
yang bersifat spesifik atau yang lebih dikenal dengan istilah multidimensional.
Konsep diri spesifik merupakan pola penilaian konsep diri individu yang melihat
ke dalam perspektif yang lebih luas terhadap diri individu, sehingga bisa
mendapatkan gambaran diri individu dari berbagai sudut pandang yang beragam
dan dinamis (Metivier, 2009). Jika hanya ada satu penjelasan mengenai konsep diri
seseorang dari berbagai konteks, seperti konsep diri spiritual, konsep diri sosial,
konsep diri terhadap lingkungan dan lain sebagainya (James, dalam Metivier,
2009).
mengembangkan konstruk konsep diri pada diri individu. Salah satu pola
pola konsep diri yang bersifat multidimensional (Marsh & Craven, 2008). Marsh &
dengan pola unidimensional. Dalam konsep diri yang bersifat multidimensional kita
dapat melihat karakteristik individu dari berbagai macam konteks pada diri
multidimensional. Hal ini dilakukan untuk mengetahui konsep diri secara spesifik
sehingga mendapatkan berbagai macam konsep diri individu dari sudut pandang
yang beragam selain dari beberapa keunggulan pola konsep diri multidimensional
beberapa bagian, yakni general-esteem, konsep diri akademis dan konsep diri non
akademis. Dimana konsep diri akademis dan non akademis dibagi menjadi
Gambar 1
Struktur konsep diri Shavelson, Hubner, & Stanton (1976)
Konsep diri secara umum dibagi ke dalam 4 jenis konsep diri, yakni :
1. Konsep diri akademis (Academic self concept), yang terdiri dari konsep diri
pengetahuan alam.
2. Konsep diri Sosial (social self-concept), yang terdiri dari konsep diri teman
others).
4. Konsep diri fisik (physical self-concept), yang terdiri dari konsep diri
Kemudian pada tahun 1985, Marsh merevisi struktur konsep diri bersama
Gambar 2
Struktur Konsep Diri Marsh & Shavelson (1985)
Dalam pola ini Marsh & Shavelson tidak membentuk pola hierarkial.
Namun lebih kepada pola multifacet dari general konsep diri kepada banyak jenis
konsep diri seperti konsep diri penampilan fisik, hubungan dengan orangtua,
Marsh & Shavelson (1985) dalam teorinya membuat 13 jenis konsep diri
7. Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin sama
8. Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin berbeda
Dari berbagai macam jenis konsep diri Marsh & Shavelson di atas, peneliti
hanya mengambil tujuh jenis konsep diri yang akan diteliti. Hal ini dilakukan
peneliti karena ketujuh jenis konsep diri ini dianggap berpengaruh oleh peneliti
mentoring.
3. konsep diri spiritual, dalam prosesnya mentoring memiliki tujuan utama untuk
6. konsep diri emotional, dalam prosesnya mentoring melatih peserta untuk dapat
tujuan untuk membangun individu untuk menjadi insan yang lebih berguna secara
paripurna (keseluruhan).
Konsep diri seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal
intelegensi, motivasi dan emosi (Marsh, 2003; Stuart & Sudeen, 1998; Hurlock,
1999), kompetensi personal (Marsh, 2003; Hurlock, 1999; Christa, 2007;), episode
keberhasilan dan kegagalan (Burger, 2008; Stuart & Sudeen, 1998; Hurlock, 1999;
Ulfah, 2007), episode dalam kehidupan (Burger, 2008; Stuart & Sudeen, 1998)
1999), usia (Burger, 2008; Stuart & Sudeen, 1998; Ulfah, 2007; Rola, 2006),
kondisi dan penampilan fisik (Hurlock, 1999; Rola, 2006), persepsi individu
tentang kegagalan (Burger, 2008; Stuart & Sudeen, 1998), jenis kelamin (Rola,
2006), aktualisasi diri (Fits, dalam Agustiani, 2006), religiusitas (Agustiani, 2006)
2003; Stuart & Sudeen, 1998; Hurlock; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger,
1981; Christa, 2007), teman sebaya (Marsh, 2003; Stuart & Sudeen, 1998; Ulfah,
2007; Shavelson & Roger, 1981; Christa, 2007), peran pendidik (Marsh, 2003;
Stuart & Sudeen, 1998; Hurlock, 1999; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger, 1981;
Christa, 2007), kebudayaan (Hurlock, 1999; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger,
1981), status sosial (Hurlock, 1999; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger, 1981), dan
1. Faktor internal :
oleh mahasiswa).
j. Jenis kelamin.
k. Religiusitas.
l. Usia.
m. Tingkat stres.
2. Faktor Eksternal
tinggal individu).
lain).
dan lain-lain).
dilakukan).
Dalam penelitian ini, hal yang difokuskan untuk meningkatkan konsep diri
mahasiswa muslim adalah melalui faktor religiusitas dari faktor internal, dan peran
Burns (dalam Strein, 1995) mengemukakan dua cara yang dapat dilakukan
1. Melalui respon atas aitem-aitem dalam skala konsep diri spesifik yang
2. Melalui pengamatan individual atas pola perilaku yang muncul dari subjek.
Untuk metode pelaporan yang dapat digunakan dalam mengukur konsep diri
individu di antaranya :
1. Skala Penilaian
Skala ini dapat berupa kuesioner, inventori, atau skala-skala sikap yang
2. Daftar ceklist
3. Teknik Sort-Q
Metode ini meminta subjek untuk memberikan jawaban yang tidak terstruktur
(bebas). Jenis soal yang ditawarkan biasanya tertulis dalam bentuk essay,
dimana subjek disuruh untuk menuliskan kata-kata dalam kolom yang kosong.
5. teknik-teknik proyektif
Teknik ini sering digunakan dalam mengukur konsep diri yang tidak sadar
(unconscious self-concept).
6. Wawancara
Alat ukur yang dapat digunakan dalam mengukur konsep diri ini cukup
banyak. Marsh (1992) membuat beberapa alat ukur konsep diri yang dapat
Scale), SDQI, SDQII, & SDQIII (Self Description Questionnaire), ASDQI &
Selain di atas, alat ukur konsep diri lainnya yang sering digunakan adalah adalah
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur SDQIII (Self Description
Questionnaire) yang dikembangkan oleh Marsh (1984). SDQIII merupakan alat ukur
lanjutan dari SDQI dan SDQII. Alasan peneliti menggunakan alat ukur ini karena
SDQIII dapat digunakan untuk subjek yang berusia remaja akhir hingga dewasa.
Sejalan dengan tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur konsep diri remaja akhir
(mahasiswa). Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
teknik ceklist dan wawancara. Teknik ceklist dilakukan dengan memberikan ceklist
pada skala SDQIII yang sesuai dengan keadaan diri subjek. Teknik wawancara
hlm:158