Anda di halaman 1dari 39

LANDASAN ILMU PENDIDIKAN

MAKALAH KONTRA KELOMPOK 2


HAKIKAT MANUSIA DAN HAKIKAT PENDIDIKAN

OLEH:
1. HENI NOFIRA 15175017
2. MARLISA ANGRIANI 15175023
DOSEN:
PROF. Dr. FESTIYED, MS

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan dengan judul Hakikat
Manusia dan Hakikat Pendidikan.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu khususnya dosen pembimbing mata kuliah Landasan Ilmu
Pendidikan, Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa
dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Padang, September 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

B.

Rumusan Masalah

C.

Tujuan 2

D.

Manfaat

BAB II KAJIAN TEORI


A.

B.

Hakikat Manusia

3
3

1.

Menurut Pandangan Barat..............................................................3

2.

Menurut Pandangan Indonesia.......................................................7

3.

Menurut Pandangan Agama Islam...............................................15

Hakikat Pendidikan

19

1.

Menurut Pandangan Barat............................................................19

2.

Menurut Pandangan Indonesia.....................................................21

3.

Menurut Pandangan Agama Islam...............................................23

BAB III PEMBAHASAN

28

A.

Hakikat Manusia

28

B.

Hakikat Pendidikan

33

BAB IV PENUTUP 36
A.

Kesimpulan

B.

Saran 36

36

DAFTAR PUSTAKA

37

BAB I
PENDAHULUAN
a.

Latar Belakang
Mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan merupakan mata kuliah wajib bagi

mahasiswa pascasarjana pendidikan fisika FMIPA UNP. Mata kuliah ini bertujuan
agar mahasiswa dapat mengembangkan model pembelajaran yang tepat dengan
memahami karakteristik manusia, kemanusiaan, landasan dan asas pendidikan.
Adapun tujuan lain dari mata kuliah ini yaitu mahasiswa memiliki keterampilan
cakap, kritis, kreatif, kompeten, kompetitif dan berkarakter yang kontekstual dengan
profesi guru.
Upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mencapai tujuan mata kuliah ini
yakni dengan adanya penyusunan silabus yang jelas. Silabus dari mata kuliah ini
terdiri dari 16 materi pokok yang akan dibahas tiap pertemuan. Salah satu materi
pokok pada minggu pertama membahas tentang hakikat manusia dan hakikat
pendidikan menurut pandangan barat, pandangan umum di Indonesia, dan menurut
pandangan agama Islam. Capaian pembelajaran yang diharapkan setelah
mempelajari materi ini yakni mahasiswa dapat menganalisis hakikat manusia dan
hakikat pendidikan dari berbagai sudut pandangan (pandangan barat, pandangan
Indonesia, dan pandangan agama Islam).
Materi ini akan dibahas oleh dua kelompok, yaitu kelompok PRO dan
KONTRA terhadap hakikat manusia dan hakikat pendidikan dari pandangan barat,
pandangan di Indonesia, dan pandangan agama Islam. Oleh karena itu, pada makalah
ini kami akan membuat makalah kelompok KONTRA dari berbagai sudut pandangan
(pandangan barat, Indonesia, dan agama Islam).
b.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah pada makalah

ini antara lain:


1.

Bagaimana hakikat manusia menurut pandangan barat, Indonesia, dan agama

2.

islam?
Bagaimana hakikat pendidikan menurut pandangan barat, Indonesia, dan
agama islam?

c.

Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk menjelaskan:

1. Hakikat manusia menurut pandangan barat, Indonesia, dan agama Islam


2. Hakikat pendidikan menurut pandangan barat, Indonesia, dan agama Islam
d.

Manfaat

1. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca


khususnya untuk tenaga pendidik kedepannya.
2. Memenuhi persyaratan untuk mengikuti mata kuliah Pengembangan Evaluasi
dan Proses Pembelajaran Fisika

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Manusia
Menurut bahasa, hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya
atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala
sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Dikalangan tasawuf orang mencari hakikat
diri manusia yang sebenarnya, karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenarbenar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan
rahasia.
Hakikat berasal dari kata Arab Al-haqiqat, yang berarti kebenaran dan
esensi. Dalam pengertian ini, Muhammad Yasir Nasution mengungkapkan bahwa
hakikat mengandung makna sesuatu yang tetap, tidak berubah-ubah, yaitu identitas
esensial yang menyebabkan sesuatu menjadi dirinya sendiri dan membedakannya
dari yang lainnya. Lebih lanjut, yang mendasari jalan berpikir untuk merumuskan
hakikat manusia adalah prinsip yang umum dianut oleh para filosof, yaitu mabda aldzatiyyat (prinsip identitas) yang lebih populer dengan sebutan prinsip pertama.
Prinsip ini berbunyi: sesuatu yang ada hanya identik dengan dirinya sendiri.
Dengan demikian maka dapat dipahami bahwa segala sesuatu yang ada mempunyai
identitas yang menandai esensinya dan menunjukkan kebedaannya dari yang lain.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa pandangan tentang hakikat manusia,
antara lain:
i.

Menurut Pandangan Barat


a.

Beberapa pandangan mengenai pengertian pokok tentang hakikat manusia:


Pandangan psikoanalitik Hansen, Stevic, dan Warner mengemukakan bahwa
tingkah laku manusia digerakkan oleh dorongan-dorongan yang bersifat
instingtif, tingkah lakunya dikontrol oleh kekuatan psikologis yang sejak semula
telah ada pada diri manusia. Kemudian Freud mengemukakan bahwa struktur

b.

kepribadian seseorang meliputi tiga komponen, yaitu ide, ego, dan super ego.
Pandangan humanistik.
Pelopor pandangan ini adalah Rogers dan Adler. Menurut Rogers, manusia
mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan
mengontrol dirinya, dan untuk berbagai hal mampu menentukan nasib sendiri,

barulah manusia itu bebas dari kecemasan dan kelgelsahan serta menjadi
anggota masyarakat yang baik. Selanjutnya Roger mengemukakan pada
hakikatnya gambaran pribadi manusia selalu dalam proses menjadi, merupakan
satu kesatuan potensi yang terus menerus berubah dan berkembang, tidak pernah
selesai dan tidak pernah sempurna. Sementara itu menurut Adler manusia dalam
hidupnya digerakkan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu, dan
sebagian lagi oleh tanggung jawab sosial dalam membantu orang lain dan
membuat dalam membuat dunia ini lebih baik untuk ditempati.
c.

Pandangan Martin Buber


Martin Buber mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk yang cerdik.
Keberadaan manusia merupakan keberadaan yang berpotensi yang terbatas
secara faktual, tidak mendasar tapi dapat terus menerus dikembangkan.
Perkembangan manusia sulit diramalkan dan manusia menjadi pusat ketidak
terdugaan yang amat kuat kekangannya.

d.

Pandangan Behavioristik
Pelopor pandangan behavioristik adalah Hansen dan Skinner. Menurut Hansen,
lingkungan adalah penentu tunggal dari tingkah laku manusia, dan tingkah laku
ini merupakan kemampuan yang dipelajari. Perkembangan kepribadian manusia
hanya tergantung kepada lingkungannya. Pandangan Behavioristik sering
mendapat kritikan sebagai pandangan yang merendahkan derajat manusia karena
mengingkari kemampuan yang amat penting pada manusia. Selanjutnya Skinner
membantah kritik ini sebab semua perwujudan tingkah laku manusia,
berkembangnya tidak berbeda dengan tingkah laku yang lain. Pendekatan
pandangan Behavioristik adalah pendekatan ilmiah. Semua kemamuan tangkah
laku manusia harus dapat didekati dan dianalisis secara ilmiah.
Pembicaraan manusia dapat ditinjau dalam berbagai perspektif, misalnya

perspektif filasafat, ekonomi, sosiologi, antropologi, psikologi, dan spiritualitas


Islam atau tasawuf, anatar lain :
a. Dalam perspektif filsafat.
Disimpulkan bahwa manusia merupakan hewan yang berpikir karena memiliki
nalar intelektual. Dengan nalar intelektual itulah manusia dapat berpikir,
menganalisis, memperkirakan, meyimpulkan, membandingkan, dan sebagainya.

Nalar intelektual ini pula yang membuat manusia dapat membedakan antara
yang baik dan yang jelek, antara yang salah dan yang benar.
1) Hakekat Manusia
Pada saat-saat tertentu dalam perjalanan hidupnya, manusia mempertanyakan
tentang asal-usul alam semesta dan asal-usul keberadaan dirinya sendiri.
Terdapat dua aliran

pokok

filsafat

yang

memberikan

jawaban

atas

pertanyaan tersebut, yaitu Evolusionisme dan Kreasionisme (J.D. Butler,


1968). Menurut Evolusionisme, manusia adalah hasil puncak dari mata
rantai evolusi yang terjadi di alam semesta. Manusia sebagaimana halnya
alam semesta ada dengan sendirinya berkembang dari alam itu sendiri, tanpa
Pencipta. Penganut aliran ini antara lain Herbert Spencer, Charles Darwin, dan
Konosuke Matsushita. Charles Darwin menyatakan bahwa manusia dan kera
berasal dari satu nenek moyang yang sama dalam bukunya the descent of man
yaitu seekor kera yang mengalami berbagai tahap perubahan hingga menjadi
manusia seutuhnya. Sebaliknya, Kreasionisme menyatakan bahwa asal usul
manusia sebagaimana halnya alam semesta adalah ciptaan suatu Creative Cause
atau Personality, yaitu Tuhan YME. Penganut aliran ini antara lain Thomas
Aquinas dan Al-Ghazali.
2) Wujud dan Potensi Manusia.
Wujud Manusia menurut penganut aliran Materialisme yaitu Julien de La
Mettrie bahwa esensi manusia semata-mata bersifat badani, esensi manusia
adalah tubuh atau fisiknya. Sebab itu, segala hal yang bersifat kejiwaan, spiritual
atau rohaniah dipandangnya hanya sebagai resonansi dari berfungsinya badan
atau organ tubuh. Tubuhlah yang mempengaruhi jiwa. Contoh: Jika ada organ
tubuh luka muncullah rasa sakit. Pandangan hubungan antara badan dan jiwa
seperti

itu

dikenal

sebagai Epiphenomenalisme (J.D. Butler, 1968).

Bertentangan dengan gagasan Julien de La Metrie, menurut Plato salah


seorang

penganut

aliran

Idealisme bahwa

esensi

manusia

bersifat

kejiwaan/spiritual/rohaniah. Memang Plato tidak mengingkari adanya aspek


badan, namun menurut dia jiwa mempunyai kedudukan lebih tinggi
daripada badan.
b.

Dalam Perspektif Ekonomi.

Dalam perspektif ekonomi, manusia adalah makhluk ekonomi, yang dalam


kehidupannya tidak dapat lepas dari persoalan-persoalan ekonomi. Komunikasi
interpersonal untuk memenuhi hajat-hajat ekonomi atau kebutuhan-kebutuhan
hidup sangat menghiasi kehidupan mereka.
c.

Dalam Perspektif Sosiologi.


Manusia adalah makhluk social yang sejak lahir hingga matinya tidak pernah
lepas dari manusia lainnya. Bahkan, pola hidup bersama yang saling
membutuhkan dan saling ketergantungan menjadi hal yang dinafikkan dalam
kehidupan sehari-hari manusia.

d.

Dalam Perspektif Antropologi.


Manusia adalah makhluk antropologis yang mengalami perubahan dan evolusi.
Ia senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan yang dinamis.

e.

Dalam Perspektif Psikologi.


Manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa. Jiwa merupakan hal yang
esensisal dari diri manusia dan kemanusiaannya. Dengan jiwa inilah, manusia
dapat berkehendak, berpikir, dan berkemauan.
Plato juga menyatakan bahwa jiwa mempunyai kedudukan lebih tinggi

daripada

badan.

Jiwa

berperan

sebagai

pemimpin

badan,

jiwalah

yang

mempengaruhi badan, karena itu badan mempunyai ketergantungan kepada jiwa.


Contoh: Pada saat berpuasa, jiwa mengendalikan badan untuk tidak minum dan tidak
makan, sekalipun kerongkongan sudah kering dan perut keroncongan. Pandangan
tentang hubungan badan dan jiwa seperti itu dikenal sebagai Spiritualisme
(J.D.Butler, 1968). Rene Descartes mengemukakan pandangan lain yang secara tegas
bersifat dualistik. Menurut Descartes esensi manusia terdiri atas dua substansi, yaitu
badan dan jiwa. Karena manusia terdiri atas dua substansi yang berbeda (badan dan
jiwa), maka antara keduanya tidak terdapat hubungan saling mempengaruhi (S.E.
Frost Jr., 1957). Namun demikian setiap peristiwa kejiwaan selalu paralel dengan
peristiwa badaniah, atau sebaliknya. Contoh: apabila jiwa seseorang sedih, maka
secara paralel badannya pun tampak murung atau menangis.
Pandangan hubungan antara badan dan jiwa seperti itu dikenal sebagai
Paralelisme (J.D. Butler, 1968). Semua pandangan di atas dibantah oleh E.F.
Schumacher (1980). Menurut Schumacher manusia adalah kesatuan dari yang

bersifat badani dan rohani yang secara prinsipal berbeda daripada benda, tumbuhan,
hewan, maupun Tuhan. Sejalan dengan ini Abdurahman Sholih Abdullah (1991)
menegaskan: meski manusia merupakan perpaduan dua unsur yang berbeda, ruh
dan badan, namunia merupakan pribadi yang integral. Sebagai kesatuan badanirohani manusia hidup dalam ruang dan waktu, memiliki kesadaran (consciousnesss),
memiliki penyadaran diri (selfawareness), mempunyai berbagai kebutuhan, instink,
nafsu, serta mempunyai tujuan. Manusia mempunyai potensi untuk beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME dan potensi untuk berbuat baik, namun di samping itu
karena hawa nafsunya ia pun memiliki potensi untuk berbuat jahat. Selain itu,
manusia memiliki potensi untuk mampu berpikir (cipta), potensi berperasaan (rasa),
potensi berkehendak (karsa), dan memiliki potensi untuk berkarya. Adapun dalam
eksistensinya manusia berdimensi individualitas/ personalitas, sosialitas, moralitas,
keberbudayaan dan keberagamaan. Implikasi dari semua itu, manusia memiliki
historisitas, berinteraksi/berkomunikasi, dan memiliki dinamika.
ii.

Menurut Pandangan Indonesia


Pada dasarnya ada dua pokok persoalan tentang hakikat manusia. Pertama,
tentang manusia atau hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan di muka bumi
ini. Kedua, tentang sifat manusia dan karakteristik yang menjadi ciri khususnya serta
hubungannya dengan fitrah manusia.
Menurut Kadir A (2012) Teori Evolusi mengatakan bahwa alam ini termasuk
manusia yang ada didalamnya berkurang secara evolusionis (berkurang atau
bertambah) dari makhluk yang sangat sederhana yang berkembang sedemikian rupa
menjadi makhluk yang lebih kompleks.
Menurut Tirtarahardja (2008:3) Wujud sifat hakikat manusia dengan maksud
menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Kemampuan menyadari diri


Kemampuan bereksistensi
Pemilikan kata hati
Moral
Kemampuan bertanggung jawab
Rasa kebebasan
Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak
Kemampuan menghayati kebahagiaan.

Wujud dari sifat hakikat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang
dikemukakan oleh faham eksistensialisme dengan maksud menjadi masukan dalam
membenahi konsep pendidikan terdiri dari beberapa hal:
a. Kemampuan Menyadari Diri
Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki manusia maka manusia
menyadari bahwa dirinya memiliki ciri kas atau karakteristik diri. Hal ini
menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dan membuat jarak dengan
orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Kemampuan membuat jarak dengan
lingkungannya bearah ganda, yaitu ke arah luar dan ke arah dalam. Di dalam
proses pendidikan, kecenderungan dua arah tersebut perlu dikembangkan secara
seimbang. Pengembangan ke arah luar merupakan pembinaan aspek sosialitas,
sedangkan pengembangan ke arah dalam berarti pembinaan aspek individualitas
manusia.
Yang lebih istimewa lagi manusia dikaruniai kemampuan membuat jarak
(distansi) diri dengan dirinya sendiri, sehingga manusia dapat melihat kelebihan
yang dimiliki serta kekurangan-kekurangan yang terdapat pada dirinya.
Kemampuan memahami potensi-potensi dirinya seperti ini peserta didik harus
mendapat pendidikan dan perhatian yang serius dari semua pendidik supaya dapat
menumbuh kembangkan kemampuan mengeluarkan potensi-potensi yang ada
pada dirinya.
b. Kemampuan Bereksistensi
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan manusia menempatkan diri dan
dapat menembus atau menerobos serta mengatasi batas-batas yang membelenggu
dirinya. Sehingga manusia tidak terbelenggu oleh tempat dan waktu. Dengan
demikian manusia dapat menembus ke sana dan ke masa depan. Kemampuan
bereksistensi perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajar agar belajar
dari pengalamannya, mengantisipasi keadaan dan peristiwa, belajar melihat
prospek masa depan dari sesuatu serta mengembangkan imajinasi kreatifnya sejak
masa kanak-kanak.
c. Kata hati (Conscience of Man)
Kata hati juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati,
pelita hati dan sebagainya. Kata hati adalah kemampuan membuat keputusan

tentang yang baik atau buruk dan yang bena atau salah bagi manusia sebagai
manusia. Dalam kaitannya dengan moral (perbuatan), kata hati merupakan
petunjuk bagi moral/perbuatan). Untuk melihat alternatif mana yang terbaik
perlu didukung oleh kecerdasan akal budi. Orang yang memiliki kecerdasan akal
budi disebut tajam kata hatinya. Kata hati yang tumpul agar menjadi kata hati
yang tajam harus ada usaha melalui pendidikan kata hati yaitu dengan melatih
akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki keberanian
berbuat yang didasari oleh kata hati yang tajam, sehingga mampu menganalisis
serta membedakan mana yang baik atau benar dan buruk atau salah bagi manusia
sebagai manusia
d. Moral
Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan maka
yang dimaksud moral adalah perbuatan itu sendiri. Moral dan kata hati masih ada
jarak antara keduanya. Artinya orang yang mempunyai kata hati yang tajam
belum tentu moralnya baik. Untuk mengetahui jarak tersebut harus ada aspek
kemauan untuk berbuat. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa moral yang
singkron dengan kata hati yang tajam merupakan moral yang baik. Sebaliknya
perbuatan yang tidak singkron dengan kata hatinya merupakan moral yang buruk
atau rendah.
Etika berbeda dengan etiket. Moral (etika) menunujuk pada perbuatan
baik/benarataukah yang salah, yang berperikemanusiaan atau yanhg jahat,
sementara etiket hanya berhubungan dengan sopan santun. Pendidikan bermaksud
menumbuhkembangkan etiket (kesopansantunan) dan etika (keberanian/kemauan
bertindak) yang baik harus pada peserta didik.
e. Tanggung jawab
Sifat tanggung jawab adalah kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari
perbuatan yang menuntut jawab yang telah dilakukannya. Wujud bertanggung
jawab bermacam-macam. Ada bertanggung jawab kepada dirinya sendiri(kata
hati) bentuk tuntutannya adalah penyesalan yang mendalam. Tanggung jawab
kepada masyarakat (norma sosial) bentuk tuntutannya adalah sanksi-sanksi sosial
seperti cemoohan masyarakat, hukuman penjara dan lain-lain. Tanggung jawab
kepada Tuhan(norma agama) bentuk tuntutannya adalah perasaan berdosa dan

terkutuk. Dengan demikian, ada hubungan yang erat antara kata hati, moral dan
tanggung jawab.
Kata hati memberikan pedoman, moral melakukan, dan tanggung jawab
merupakan kesediaan menerima konsekuensi dari perbuatan.
f. Rasa kebebasan
Rasa kebebasan adalah tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia. Artinya bebas berbuat apa saja sepanjang tidak
bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia. Jadi kebebasan atau kemerdekaan
dalam arti yang sebenarnya memang berlangsung dalam keterikatan. Orang hanya
mungkin merasakan adanya kebebasan batin apabila ikatan-ikatan yang ada telah
menyatu dengan dirinya, dan
pedagogisnya

adalah

menjiwai segenap perbuatannya. Implikasi

mengusahakan

agar

peserta

didik

dibiasakan

menginternalisasikan nilai-nilai, aturan-aturan ke dalam dirinya, sehingga


dirasakan sebagai miliknya. Dengan demikian aturan-aturan itu tidak lagi
dirasakan sebagai sesuatu yang merintangi gerak hidupnya.
g. Kewajiban dan Hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul karena manusia itu
sebagai makhluk sosial, yang satu ada hanya karena adanya yang lain. Tidak ada
hak tanpa kewajiban. Kewajiban ada karena ada pihak lain yang harus dipenuhi
haknya. Kewajiban adalah suatu keniscayaan pada diri manusia, artinya seseorang
yang tidak mau melaksanakan kewajiban berarti mengingkari kemanusiaannya
sebagai makhluk sosial.
Realisasi hak dan kewajiban bersifat relatif, disesuaikan dengan situasi dan
kondisinya. Hak yang secara asasi dimiliki oleh setiap insan serta sesuai dengan
tuntutan kodrat manusia disebut hak asasi manusia. Pemenuhan hak dan
pelaksanaan kewajiban bertalian erat dengan soal keadilan. Hak asasi manusia
harus diartikan sebagai cita-cita, aspirasi-aspirasi atau harapan-harapan yang
berfungsi untuk memberi arah pada segenap usaha menciptakan keadilan.
Usaha menumbuhkembangkan rasa wajib sehingga dihayati sebagai suatu
keniscayaan dapat ditempuh melalui pendidikan disiplin. Disiplin diri menurut
Selo Sumardjan meliputi empat aspek, yaitu :
1) Disiplin rasional, yang bila terjadi pelanggaran menimbulkan rasa salah

2) Disiplin sosial, jika dilanggar menimbulkan rasa malu


3) Disiplin afektif, jika dilanggar menimbulkan rasa gelisah
4) Disiplin agama, jika terjadi pelanggaran menimbulkan rasa berdosa.
Keempat macam disiplin tersebut perlu ditanamkan pada peserta didik dengan
displin agama sebagai titik tumpu.
h. Kemampuan Menghayati Kabahagiaan
Kebahagiaan adalah integrasi dari segenap kesenangan, kegembiraan, kepuasan
dan sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit dan penderitaan. Proses
dari kesemuanya itu (yang menyenangkan atau yang pahit) menghasilkan suatu
bentuk penghayatan hidup yang disebut bahagia.kebahagiaan bersifat irrasional,
artinya aspek rasa kebih berperan daripada aspek nalar.
Kebahagiaan bukan terletak pada keadaannya sendiri secara faktual ataupun pada
rangkaian prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak
pada kesanggupan menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa. Dan
mendudukkan hal-hal tersebut di dalam rangkaian tiga hal, yaitu : usaha, normanorma dan takdir. Usaha adalah perjuangan yang terus-menerus untuk mengatasi
masalah hidup. Selanjutnya usaha tersebut harus bertumpu pada normanorma/kaidah-kaidah yang harus dipatuhi. Istilah takdir baru boleh disebut
sesudah orang melaksanakan usaha sampai batas kemampuan, kenudian hasilnya
diterima dengan pasrah penuh syukur. Kebahagiaan hanya dapat diraih oleh
mereka yang mampu bersyukur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kebahagiaan adalah perpaduan dari usaha, hasil atau takdir dan kesediaan
menerimanya.
Anthropologi metafisika berkesimpulan bahwa hakikat manusia merupakan
integritas antara kesadaran-kesadaran:
a. Manusia sebagai makhluk individu yang memiliki keunikan tersendiri, jadi setiap
manusia mempunyai cirri khas masing-masing yang membedakan dari manusia
yang lainnya,
b. Manusia sebagai makhluk sosial, yang berarti bahwa manusia tidak bisa hidup
tanpa bantuan dari orang lain. Orang lain di sini minimal adalah orang tuanya atau
keluarganya sendiri, dan
c. Manusia sebagai makhluk susila maksudnya adalah bahwa manusia adalah
makhluk yang bermoral dan sadar akan norma dan nilai-nilai.

Hakikat manusia dari sudut pandang psikologi pendidikan adalah sebagai


berikut :
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
c. Yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.
f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan
dengan potensi yang tak terbatas
g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan
baik dan jahat.
h. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial,
bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa
hidup di dalam lingkungan sosial.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manusia dari sisi penciptaannya
ialah makhluk Tuhan yang paling sempurna bila dibandingkan dengan makhluk lain
yang secara individu ia memiliki keunikan tersendiri, manusia juga sebagai makhluk
sosial sekaligus makhluk susila. Manusia terdiri dari dua komponen yaitu jasmani
dan ruhani yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Manusia memiliki hasrat
biologis (libido sexualis) yang hanya menuntut kepuasan, mempunyai ego atau aku
yang lebih bersifat realistis, dan superego yang sangat besifat ethis.
Sedangkan dari sisi ilmu psikologi pendidikan bahwa manusia itu mendidik,
memerlukan pendidikan sebagai bukti eksistensi dan upaya mempertahankan dan
mengembangkan sekaligus meneruskan keberadaannya. Apapun dan bagaimanapun
kesimpulan ilmu pengetahuan dan filsafat tentang hakikat manusia, namun
pengertian atau kesimpulan tersebut bertujuan untuk dijadikan sebagai dasar dalam
pembinaan kepribadian manusia. Dengan memahami dan mengerti hakikat manusia
pembinaan aspek-aspek kepribadian menjadi lebih terarah pada sasaran yang tepat.

Syukur (2010:2) menyatakan memahami hakekat manusia merupakan inti dari


memuliakan kemanusiaan manusia. Berkenaan dengan itu, banyak ahli yang
memberikan pernyataan tentang siapakah sesungguhnya manusia itu, diantaranya:
a. Zais (1976) mengemukakan pandangannya tentang hakekat manusia dengan
empat pertanyaan berikut :
1) apakah manusia berupa jiwa?
2) apakah manusia itu tetap atau berubah?
3) apakah manusia itu bebas atau tidak?
4) apakah manusia itu baik atau buruk?
b. Zanti Arbi (1988) berpendapat bahwa manusia mempunyai karakteristik biologis
tertentu yang membedakannya dari hewan, yaitu:
1) berjalan tegak
2) ia mempunyai ibu jari yang dapat diletakkannya secara bertentangan
3) ia mempunyai otak yang tinggi perkembangannya dari pada otak hewan lain
manapun juga
4) ia dilengkapi dengan organ-organ vokal yang memungkinkannya untuk
berbicara, dan
5) anak-anaknya secara relatif lama tidak berdaya.
c. Prayitno (1994, 2005) menyebutkan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang
paling indah dan paling tinggi derajatnya. Manusia diciptakan untuk menjadi
khalifah atau pemimpin di bumi bahkan di seluruh alam semesta.
Menurut kaum eksistensialis (dalam Tirta Raharja dan La Sulo, 1985: 4-11)
wujud sifat hakekat manusia melputi:

a. Kemampuan menyadari diri


yakni bahwa manusia itu berbeda dengan makhluk lain, karena manusia mampu
mengambil jarak dengan obyeknya termasuk mengambiljarak terhadap dirinya
sendiri. Dia bisa mengambil jarak terhadap obyek di luar maupunke dalam diri
sendiri. Pengambilan jarak terhadap obyek di luar memungkinkan manusia
menegmbangkan aspek sosialnya. Sedangkan pengambilan jarak terhadap diri
sendiri, memungkinkaan manusia mengembangkan aspek individualnya.
b. Kemampuan Bereksistensi
dengan kemampuan mengambil jarak dengan obyekya,berarti manusia mampu
menembus atau menerobos dan mengatasi batas-batas yangmembelenggu dirinya.

Kemampuan menerobos ini bukan hanya dalam kaitannya dengansoal ruang


melainkan juga soal waktu. Manusia tidak terbelenggu oleh ruang (di ruang
iniatau di sini), dia juga tidak terbelenggu oleh waktu (waktu ini atau sekarang
ini), tetapimampu menembus ke masa depan atau ke masa lampau. Kemampuan
menempatkan diridan menembus inilah yang disebut kemampuan bereksistensi.
Justru karena mampubereksistensi inilah, maka dalam dirinya terdapat unsur
kebebasan.
c. Kata hati (geweten atau conscience yang artinya pengertian yang ikut serta)
kata hati dalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik dan yang
buruk bagi manusiasebagai manusia. Orang yang tidak memiliki pertimbangan
dan kemampuan untukmengambil keputusan tentang yang baik atau yang buruk,
atau pun kemampuannyadalam mengambil keputusan tersebut dari sudut pandang
tertentu saja, misalnya darisudut kepentingannya sendiri dikatakan bahwa kata
hatinya tidak cukup tajam. Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang
apa yang akan , yang sedang dan yang telah dibuatnya, bahkan mengerti pula
akibat keputusannya baik atau buruk bagi manusia sebagai manusia.
d. Tanggung jawab
adalah kesediaan untuk menanggung akibat dari perbuatan yangmenuntut jawab.
Wujud tanggung jawab bermacam-macam. Ada tanggung jawab kepada diri
sendiri, kepada masyarakat dan kepada Tuhan. Tanggung jawab kepada diri
sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati, misalnya dalam bentuk penyesalan
yang mendalam. Tanggung jawab kepada masyarakat berarti menanggung
tuntutan norma-norma sosial, yang berarti siap menanggung sangsi sosial
manakala tanggung jawab sosial itu tidak dilaksanakan. Tanggung jawab kepada
Tuhan berarti menanggung tuntutan norma-norma agama, seperti siap
menanggung perasaan berdosa, terkutuk dsb.
e. Rasa Kebebasan
adalah perasaan yang dimiliki oleh manusia untuk tidak terikat oleh sesuatu,
selain terikat (sesuai) dengan tuntutan kodrat manusia. Manusia bebas
berbuatsepanjang tidak bertentangan (sesuai) dengan tuntutan kodratnya sebagai
manusia. Orang hanya mungkin merasakan adanya kebebasan batin apabila

ikatan-ikatan yang ada telahmenyatu dengan dirinya, dan menjiwai segenap


perbuatannya.
f. Kewajiban dan Hak
adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi dari manusia sebagai
makhluk social. Keduanya tidak bisa dilepaskan satu sama lain, karena yang satu
mengandaikan yang lain. Hak tak ada tanpa kewajiban, dan sebaliknya. Dalam
kenyataan

sehari-hari,

hak

sering

diasosiasikan

dengan

sesuatu

yang

menyenangkan, sedangkan kewajiban sering diasosiasikan dengan beban.


Ternyata, kewajiban itu suatu keniscayaan, artinya, selama seseorang menyebut
dirinya manusia dan mau dipandang sebagai manusia, maka wajib itu menjadi
suatu

keniscayaan,

karena

jika

mengelaknya

berarti

dia

mengingkari

kemanusiaannya sebagai makhluk social.


g. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
bahwa kebahagiaan manusia itu tidak terletak pada keadaannya sendiri secara
faktual, atau pun pada rangkaian prosesnya, maupun pada perasaan yang
diakibatkannya, tetapi terletak pada kesanggupannya atau kemampuannya
menghayati semuanya itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukkan hal-hal
tersebut dalam rangkaian atau ikatan tiga hal, yaitu: usaha, norma-norma dan
takdir.
iii.

Menurut Pandangan Agama Islam


Menurut pandangan Islam Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling
sempurna dibanding dengan makhluk-makhluk lain. Kelebihan manusia dibanding
makhluk lain adalah karena mereka diberi akal sekaligus nafsu oleh Allah, jika
manusia mampu memanfaatkan dua hal ini dengan baik dan optimal maka akan
membuatnya menjadi sosok yang hebat dan luar biasa.

Sungguh aku telah jadikan manusia sebaik-baik kejadian.(QS. 95 : 4)
Secara fisik manusia jelas sangat sempurna dan lebih baik apabila
dibandingkan dengan makhluk lain dari kelompok manapun. Sehebat-hebatnya
binatang keadaan fisiknya akan di bawah manusia dari kelas yang paling rendah.
Secara mental manusia jelas berada di atas derajat semua makhluk yang ada,

termasuk malaikat sekalipun yang notabene mereka diciptakan dari ruh dan selalu
taat dan patuh kepada Tuhan dan tidak pernah sedikitpun membangkang kepadaNya.
Hal ini terbukti ketika penciptaan manusia pertama yang bernama Adam, para
malaikat protes kepada Allah, karena menurut prediksi mereka manusia hanya akan
membuat kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi. Maka Allah mengajarkan
nama-nama barang kepada Adam bukan kepada malaikat, karena mereka tidak
memiliki nafsu yang bisa mendorong keilmuannya berkembang dan maju, ilmu
mereka hanya sebatas yang diberikan oleh Allah dan tidak akan tumbuh dan
berkembang, sehingga ketika Allah memberitahu Adam untuk meminta para
malaikat menyebutkan nama barang-barang yang ada, merekapun tidak bisa
menyebutkannya, disinilah bukti kelebihan manusia dibanding malaikat.
Penciptaan manusia terdiri dari bentuk jasmani yang bersifat kongkrit, juga
disertai pemberian sebagian Ruh ciptaan Allah swt yang bersifat abstrak. Manusia
dicirikan oleh sebuah intelegensi sentral atau total bukan sekedar parsial atau
pinggiran. Manusia dicirikan oleh kemampuan mengasihi dan ketulusan, bukan
sekedar refleks-refleks egoistis. Sedangkan, binatang, tidak mengetahui apa-apa
diluar dunia inderawi, meskipun barangkali memiliki kepekaan tentang yang sakral
(Norma. 1997: 85).
Manusia perlu mengenali hakekat dirinya, agar akal yang digunakannya untuk
menguasai alam dan jagad raya yang maha luas dikendalikan oleh iman, sehingga
mampu mengenali ke-Maha Perkasaan Allah dalam mencipta dan mengendalikan
kehidupan ciptaanNya. Dalam memahami ayat-ayat Allah dalam kesadaran akan
hakekat dirinya, manusia menjadi mampu memberi arti dan makna hidupnya, yang
harus diisi dengan patuh dan taat pada perintah-perintah dan berusaha menjauhi
larangan-larangan Allah. Berikut adalah hakekat manusia menurut pandangan Islam:
a.

Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah SWT


Hakekat pertama ini berlaku umum bagi seluruh jagat raya dan isinya yang
bersifat baru, sebagai ciptaan Allah SWT di luar alam yang disebut akhirat.
Alam ciptaan merupakan alam nyata yang konkrit, sedang alam akhirat
merupakan ciptaan yang ghaib, kecuali Allah SWT yang bersifat ghaib bukan
ciptaan, yang ada karena adanya sendiri (Nawawi. 1993: 40-41).

Firman Allah SWT mengenai penciptaan manusia dalam Q.S. Al-Hajj ayat 5 :

Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes air mani menjadi segumpal darah, menjadi segumpal daging yang diberi
bentuk dan yang tidak berbentuk, untuk Kami perlihatkan kekuasaan Tuhanmu.
Firman tersebut menjelaskan pada manusia tentang asal muasal dirinya,
bahwa hanya manusia pertama Nabi Adam AS yang diciptakan langsung dari
tanah, sedang istrinya diciptakan dari satu bagian tubuh suaminya. Setelah itu
semua manusia berikutnya diciptakan melalui perantaraan seorang ibu dan dari
seorang ayah, yang dimulai dari setetes air mani yang dipertemukan dengan sel
telur di dalam rahim.
Hakikat pertama ini berlaku pada umumnya manusia di seluruh jagad raya
sebagai ciptaan Allah diluar alam yang disebut akhirat. Alam ciptaan merupakan
alam nyata yang konkrit sedangkan alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib
kecuali Allah yang bersifat ghaib bukan ciptaan yang ada karena dirinya sendiri.
b.

Kemandirian dan Kebersamaan (Individualitas dan Sosialita)


Tubuh dan jiwa yang diciptakan Allah SWT, merupakan satu diri individu
yang berbeda dengan yang lain. setiap manusia dari individu memiliki jati diri
masing-masing. Jati diri tersebut merupakan aspek dari fisik dan psikis di dalam
kesatuan. Setiap individu mengalami perkembangan dan berusaha untuk
mengenali jati dirinya sehingga mereka menyadari bahwa jati diri mereka
berbeda dengan yang lain. Firman Allah dalam Q.S. Al-Araf 189:

Dialah yang menciptakanmu dari satu diri
Firman tersebut jelas menyatakan bahwa sebagai satu diri (individu) dalam
merealisasikan dirinya melalui kehidupan, ternyata diantaranya terdapat manusia
yang mampu mensyukurinya dan menjadi beriman.
Di dalam sabda Rasulullah SAW menjelaskan petunjuk tentang cara
mewujudkan sosialitas yang diridhoiNya, diantara hadist tersebut mengatakan:
Seorang dari kamu tidak beriman sebelum mencintai kawannya seperti
mencintai dirinya sendiri (Diriwayatkan oleh Bukhari)

Senyummu kepada kawan adalah sedekah (Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban


dan Baihaqi)
Kebersamaan (sosialitas) hanya akan terwujud jika dalam keterhubungan
itu

manusia

mampu

saling

menempatkan

sebagai

subyek,

untuk

memungkinkannya menjalin hubungan manusiawi yang efektif, sebagai


hubungan yang disukai dan diridhai Allah SWT. Selain itu manusia merupakan
suatu kaum (masyarakat) dalam menjalani hidup bersama dan berhadapan
dengan kaum (masyarakat) yang lain. Manusia dalam perspektif agama Islam
juga harus menyadari bahwa pemeluk agama Islam adalah bersaudara satu
dengan yang lain (Nawawi. 1993: 71).
c.

Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas


Manusia memiliki kebebasan dalam mewujudkan diri (self realization),
baik sebagai satu diri (individu) maupun sebagai makhluk social, terrnyata tidak
dapat melepaskan diri dari berbagai keterikatan yang membatasinya. Keterikatan
atau keterbatasan itu merupakan hakikat manusia yang melekat dan dibawa
sejak manusia diciptakan Allah SWT. Keterbatasan itu berbentuk tuntutan
memikul tanggung jawab yang lebih berat daripada makhluk-makhluk lainnya.
Tanggung jawab yang paling asasi sudah dipikulkan ke pundak manusia pada
saat berada dalam proses penciptaan setiap anak cucu Adam berupa janji atau
kesaksian akan menjalani hidup di dalam fitrah beragama tauhid. Firman Allah
Q.S. Al-Araf ayat 172 sebagai berikut:

Dan ingat lah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian jiwa mereka, Bukankah Aku ini
Tuhanmu? Mereka menjawab, Betul Engkau Tuhan kami dan kami
bersaksi.
Kesaksian tersebut merupakan sumpah yang mengikat atau membatasi

manusia sebagai individu bahwa didalam kehidupannya tidak akan menyembah


selain Allah SWT. Bersaksi akan menjadi manusia yang bertaqwa pada Allah SWT.
Manusia tidak bebas menyembah sesuatu selain Allah SWT, yang sebagai perbuatan
syirik dan kufur hanya akan mengantarkannya menjadi makhluk yang terkutuk dan
dimurkaiNya.

a.

Hakikat Pendidikan
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia

untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan


kebudayaannya. Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah paedagogie yang
akar katanya pais yang berarti anak dan again yang artinya membimbing.
paedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.
Dalam bahasa Inggris pendidikan diterjemahkan menjadi Education, yang
berasal dari bahasa Yunani educare yang berarti membawa keluar yang tersimpan
dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang. Dalam kamus besar
Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik (mendidik), yaitu memelihara
dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
1.

Menurut Pandangan Barat

Berikut merupakan penjelasan pengertian pendidikan menurut beberapa ahli:


a. John Dewey. Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia
b. Menurut buku Higher Education For America Democracy: Education is an
institution of civilized society, but the purposes of education are not the same in
all societies, an educational system finds its the guiding principles and ultimate
goals in the aims and philosophy of the social order in which it functions (11: 5)
pendidikan adalah suatu lembaga dalam tiap -tiap masyarakat yang beradab,
tetapi tujuan pendidikan tidaklah sama dalam setiap masyarakat. Sistem
pendidikan suatu masyarakat (bangsa) dan tujuan-tujuan pendidikannya
didasarkan atas prinsip - prinsip (nilai) cita-cita dan filsafat yang berlaku dalam
suatu masyarakat (bangsa).
c. M.J. Longeveled, Pendidikan adalah usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan
yang diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih
tepatnya membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
d. Thompson, Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu untuk
menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran
dan sifatnya.
e. Frederick J. Mc Donald, Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang
diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia.

f. H. Horne, Pendidikan adalah proses yang terus-menerus dari penyesuaian yang


berkembang secara fisik dan mental yang sadar dan bebas kepada Tuhan.
g. J.J. Russeau, Pendidikan adalah pembekalan yang tidak ada pada pada saat anakanak, akan tetapi dibutuhkan pada saat dewasa.
Dari beberapa penjelasan dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan
suatu proses, pendidikan merupakan kegiatan manusiawi, pendidikan merupakan
hubungan antar pribadi, dan pendidikan merupakan untuk mencapai tujuan.
Tujuan pedidikan biasanya dirumuskan dalam bentuk tujuan akhir (ultimate
aims of education). Secara umum tujuan pendidikan ialah kematangan dan integritas
pribadi. Ada pula yang merumuskan dengan kata kesempurnaan (perfection). Bagi
kaum Naturalis, dengan tokohnya JJ. Rousseau, menyatakan bahwa tujuan akhir
pendidikan adalah self-realisasi potensi-potensi manusia menjadi kenyataan di dalam
tindakan yang nyata. Seperti dikatakan Rousseau : ... education should aim to perfect
the individual in all his powers ..., the education is not to make a soldier, magistrate,
or priest, but to make a man. (5: 114). Maksudnya pendidikan harus bertujuan untuk
menyempurnakan semua potensi individu..., pendidikan bukan bertujuan untuk
membina manusia menjadi prajurit, seorang hakim, melainkan untuk membina
seseorang menjadi manusia.
2.

Menurut Pandangan Indonesia


Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (1977:14), yaitu
pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti
(kekuatan, batin, karakter), pikiran (intelek dan tubuh anak), dalam taman siswa
tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita memajukan
kesempurnaan hidup, kehidupan dan peghidupan anak-anak yang kita didik, selaras
dengan dunianya.
Menurut Drikarya (Driyarkara, 1980:129-130) mengemukakan 3 rumusan
yang masing-masing rumusan itu adalah:

a. Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tri tunggal ayah, ibu, dan
anak, dimana terjadi pemanusiaan anak, dengan mana dia berproses untuk
akhirnya memanusia sendiri sebagai purnawan.
b. Pendidikan adalah hidup bersama dalam satu kesatuan tri tunggal ayah-ibu-anak,
dimana terjadi pembudayaan anak, dengan mana anak berproses untuk akhirnya
bisa membudaya sendiri sebagai manusia
c. Pendidikan adalah hidup bila bersama dalam tujuan 3 tunggal, ayah, ibu dan
anak dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai dengan mana dia berproses untuk
akhirnya bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia.
Mudyahardjo dalam Kadir (2012: 55) menyatakan pendidikan dalam arti luas
adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang
memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hidup. Jika diamati secara seksama
pengertian di atas mengandung beberapa kekhususan sebagai berikut:
a. Lingkungan pendidikan, Pendidikan berlangsung dalam segala lingkungan baik
yang khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan maupun yang ada dengan
sendirinya.
b. Masa pendidikan, Pendidikan berlangsung setiap saat, seumur hidup selama ada
pengaruh lingkungan.
c. Bentuk kegiatan, Pendidikan berbentuk segala macam pengalaman belajar dalam
hidup. Pendidikan berlangsung dalam berbagai bentuk, pola, dan lembaga.
Pendidikan dapat terjadi sembarang, kapan dan dimanapun dalam hidup.
Pendidikan lebih berorientasi pada peserta didik.
d. Tujuan pendidikan, Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan. Tujuan pendidikan
tidak terbatas, tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup.
Pendidikan dalam arti sempit adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran
yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.Pendidikan
adalah segala pengaruh yang diupayakan oleh sekolah terhadap anak yang
bersekolah agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh
terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. Jika diperinci dari
pengertian di atas terdapat beberapa komponen pendidik antara lain sebagai berikut:

a. Lingkungan pendidikan. Pendidikan berlangsung dalam lingkungan pendidikan


yang diciptakan khusus untuk menyelenggarakan pendidikan. Secara teknis
pendidikan berlangsung di kelas.
b. Bentuk kegiatan. Isi pendidikan tersusun secara terprogram dalam bentuk
kurikulum. Kegiatan pendidikan lebih berorientasi pada kegiatan guru dan siswasiswi sehingga guru mempunyai peran yang sentral dan menentukan kegiatan
pendidikan terjadwal dan materinya pun tertentu.
c. Masa pendidikan. Pendidikan berlangsung dalam waktu terbatas yaitu untuk
anak-anak dan remaja
d. Tujuan. Tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar. Tujuan pendidikan
ditentukan terbatas pada kemampuan tertentu tujuan pendidikan adalah
mempersiapkan hidup.
Pada dasarnya, pendidikan di semua institusi dan tingkat pendidikan
mempunyai muara tujuan yang sama, yaitu ingin mengantarkan anak manusia
menjadi manusia paripurna yang mandiri dan dapat bertanggung jawab atas dirinya
sendiri dan lingkungannya. Dalam sistem pendidikan di indonesia, tujuan pendidikan
tersebut secara eksplisit dapat dilihat pada Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional beserta peraturan-peraturan pemerintah yang
berkaitan dengan undang-undang tersebut. Seperti dalam GBHN Tap MPR
No.ll/MPR/1988 yang menyatakan bahwa Pendidikan pada hakekatnya dalam
usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dengan kemampuan didalam dan
diluar Sekolah dan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan
Keluarga, Sekolah dan Masyarakat.
Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas dinyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan
yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Secara umum tujuan pendidikan di indonesia sudah mencakup tiga ranah
perkembangan manusia, yaitu perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor. Tiga
ranah ini harus dikembangkan secara seimbang, optimal, dan integratif. Seimbang
artinya ketiga ranah tersebut dikembangkan dengan intensitas yang sama,

proporsional dan tidak berat sebelah. Optimal maksudnya dikembangkan secara


maksimal sesuai dengan potensinya. Integratif artinya pengembangan ketiga ranah
tersebut dilakukan secara terpadu.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan cita-cita
mencerdaskan kehidupan bangsa yang sejalan dengan visi pendidikan nasional,
kemendiknas mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan insan indonesia cerdas dan
kompetitif (insan kamil/insan paripurna). Yang dimaksud dengan insan indonesia
cerdas adalah insan yang cerdas secara komprehensif, yaitu cerdas spiritual, cerdas
emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis.
3.

Menurut Pandangan Agama Islam


Dalam konteks ajaran Islam hakikat pendidikan adalah mengembalikan nilai-

nilai ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan bimbingan Alquran dan as-Sunnah
(Hadits) sehingga menjadi manusia berakhlakul karimah (insan kamil). Sedangkan
Alquran dan as-Sunnah merupakan sumber ilmu yang dijadikan pedoman dan
pembimbing manusia agar selamat dunia dan akhirat.
Pendidikan merupakan sarana untuk mencapai ilmu itu sendiri. Proses
pendidikan ini berlaku pada manusia biasa. Kecuali para utusan-utasan Allah SWT
(Nabi) maupun ilmu-ilmu yang Allah berikan kepada orang-orang tertentu yang Dia
kehendaki yang tidak ditempuh melalui jalur pendidikan atau disebut dengan ilmu
laduni.
Ilmu dalam Islam mempunyai dua jenis: [1] Ilmu yang diberikan oleh Allah
SWT yaitu al-Quran. Al-Quran merupakan pembimbing dan penyelamat manusia.
Tidak ada ilmu selainnya kecuali bersumber darinya dan merujuk kepadanya. Jenis
ilmu pada bagian ini bersifat kebenaran mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. [2]
Ilmu-ilmu sains (ulum). Ilmu-ilmu sains ini dapat dicapai melalui pengalaman,
pengamatan dan penelitian. Jenis ilmu yang kedua ini adalah merujuk kepada ilmu
yang berkaitan dengan data, yang dapat ditangkap oleh panca indera dan difahami
oleh akal sehingga ia dapat dipelajari untuk digunakan dan difahami oleh manusia.
Di samping itu juga, jenis ilmu ini bersifat diskursif, deduktif dan berkaitan dengan
perkara yang bersifat pragmatis (SMN al-Attas, 1993, 144-7). Jadi ilmu yang
pertama ini adalah pembimbing bagi ilmu yang kedua. Jika tidak, ilmu yang kedua

ini akan membingungkan dan mengaburkan manusia baik dari aspek pencarian
mereka terhadap tujuan maupun makna kehidupan.
Ilmu diperoleh dari pendidikan. Maka dari itu, Agama Islam menempatkan
pendidikan dalam posisi yang sangat vital, lima ayat pertama yang diturunkan dalam
surat al-Alaq bukanlah suatu kebetulan. Ayat yang diturunkan pertama kali kepada
Nabi Muhammad tersebut dimulai dengan membaca iqra yang secara tidak
langsung mengandung makna dan implikasi pendidikan. Dalam sebuah hadist
disebutkan:
:



Artinya:
Dari Abi Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda: Setiap anak lahir dalam
keadaan fiitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu beragama
Yahudi, Nasrani atau Majusi. (HR. Bukhari)
Dalam term pendidikan Islam, sering

dijumpai kata dalam bahasa arab

tarbiyah untuk menggantikan kata pendidikan dalam bahasa Indonesia. Selain kata
tarbiyah terdapat pula kata talim (pengajaran) dan tadib yang ada hubungannya
dengan kata adab yang berarti sopan santun.
Ketiga term tersebut memiliki kesamaan makna. Namun secara esensial,
setiap term memiliki perbedaan, baik secara tekstual maupun secara kontekstual.
Oleh karena itu dibawah ini akan diuraikan secara singkat masing-masing term
pendidikan tersebut.
b.

at-Tarbiyah
Istilah at-Tarbiyah berasal dari kata Arab, yang berarti:
1) bertambah dan berkembang ( - )
2) tumbuh dan berkembang ( - - )
3) memperbaiki, menguasai, memelihara, merawat, memperindah, mengatur,
dan menjaga kelestariannya ( - - )
Dari pengertian tersebut, dalam konteks yang luas pengertian pendidikan
Islam terkandung dalam term al-Tarbiyah yang meliputi empat unsur, yaitu:
pertama, unsur memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa.
Kedua, mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.Ketiga,

mengarahken seluruh fitrah menuju kesempurnaan.Dan keempat, melaksanakan


pendidikan secara lengkap.
Jadi istilah at-Tarbiyah memberikan pengertian mencakup semua aspek
pendidikan, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.Tidak hanya
mencakup aspek jasmaniah tetapi juga mencakup aspek rohaniah secara
harmonis.
c.

al-Talim
Kata yang kedua ini bersumber dari kata allama yang berarti pengajaran
yang bersifat pemberian, atau penyampaian, pengertian, pengetahuan, dan
keterampilan. Dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 31 disebutkan:
()


Artinya:
dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar!"
Bila dilihat dari batasan pengertian yang ditawarkan dari kata talim
(allama) pada ayat di atas, terlihat pengertian pendidikan yang terlalu sempit.
Pengertiannya hanya sebatas proses pentranferan seperangkat ilmu pengetahuan
atau nilai antara manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai ilmu atau nilai
yang ditranfer secara kognitif dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut pada
domain afektif.

d.

al-Tadib
Secara bahasa, kata al-tadib merupakan masdar dari kata addaba yang
berarti:
1) Tadib, berasal dari kata dasar aduba yadubu yang bererti melatih,
mendisiplinkan diri untuk berperilaku yang baik dan sopan santun.
2) Berasal dari kata adaba yadibu yang berarti mengadakan pesta atau
perjamuan yang berbuat dan berperilaku sopan.
3) Kata addaba sebagai bentuk kata kerja tadib mengandung pengertian
mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplin da memberi tindakan.
Dalam hadist Nabi disebutkan:

) ) .
Artinya:
Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku ( HR. alAksary dari Ali ra)
Dari pengertian dan hadist tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata
tadib mengandung pengertian usaha untuk menciptakan situasi dan kondisi
sedemikian rupa, sehingga anak didik terdorong dan tergerak jiwa dan jiwanya
untuk berperilaku dan bersifat sopan santun yang baik sesuai dengan yang
diharapkan. Orientasi kata al-tadib lebih terfokus pada upaya pembentukan
pribadi muslim yang berakhlak mulia
Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilainilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Maka hakikat pendidikan
dapat dirumuskan sebagi berikut :
1) Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai
keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan
pendidik;
2) Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi
lingkungan yang mengalami perubahan yang semakin pesat;
3) Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat;
4) Pendidikan berlangsung seumur hidup; Pendidikan merupakan kiat dalam
menerapkan prinsip-prinsip ilmu.
Hakekat pendidikan adalah proses transformasi ilmu pengetahuan
serta tadb yaitu penanaman nilai-nilai adab, sopan santun yang dalam bahasa
agama disebut akhlak. Dari penanaman nilai-nilai tersebut akan melahirkan
masyarakat muslim yang memiliki peradaban yang kokoh bersendikan ajaran
Islam.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia
Pandangan Barat
Pandangan Indonesia
Pada saat-saat tertentu dalam perjalanan
Pada dasarnya ada dua pokok persoalan
hidupnya, manusia mempertanyakan
tentang hakikat manusia
tentang asal-usul alam semesta dan asal1.
Manusia atau hakikat
usul keberadaan dirinya sendiri. Terdapat
manusia sebagai makhluk ciptaan
dua aliran pokok filsafat yang
Tuhan di muka bumi ini
memberikan jawaban atas pertanyaan
2.
Sifat manusia dan
tersebut, yaitu Evolusionisme dan
karakteristik yang menjadi ciri
Kreasionisme (J.D. Butler, 1968).
khususnya serta hubungannya dengan
Menurut Evolusionisme, manusia adalah
fitrah manusia
hasil puncak dari mata rantai evolusi
yang terjadi di alam semesta. Manusia
Menurut Tirtarahardja (2008:3) Wujud
sebagaimana halnya alam semesta ada
dari sifat hakikat manusia yang tidak
dengan sendirinya berkembang dari alam
dimiliki oleh hewan yang dikemukakan
itu sendiri, tanpa Pencipta. Penganut aliran oleh faham eksistensialisme dengan
ini antara lain Herbert Spencer, Charles
maksud
menjadi
masukan
dalam
Darwin, dan Konosuke Matsushita.
membenahi konsep pendidikan terdiri
Charles Darwin menyatakan bahwa
dari beberapa hal:
manusia dan kera berasal dari satu nenek a. Kemampuan menyadari diri
moyang yang sama dalam bukunya the
b. Kemampuan bereksistensi
descent of man yaitu seekor kera yang
c. Pemilikan kata hati
mengalami berbagai tahap perubahan
d. Moral
hingga menjadi manusia seutuhnya.
e. Kemampuan bertanggung jawab

Pandangan Agama Islam


Menurut pandangan Islam Manusia
adalah makhluk Tuhan yang paling
sempurna dibanding dengan makhlukmakhluk lain. Kelebihan manusia
dibanding makhluk lain adalah karena
mereka diberi akal sekaligus nafsu oleh
Allah, jika manusia mampu
memanfaatkan dua hal ini dengan baik
dan optimal maka akan membuatnya
menjadi sosok yang hebat dan luar biasa.

Sungguh aku telah jadikan manusia
sebaik-baik kejadian.(QS. 95 : 4)
Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah
SWT
Hakekat pertama ini berlaku umum
bagi seluruh jagat raya dan isinya yang
bersifat baru, sebagai ciptaan Allah SWT
di luar alam yang disebut akhirat. Alam
ciptaan merupakan alam nyata yang
konkrit, sedang alam akhirat merupakan

Pandangan Barat

Pandangan Indonesia
f. Rasa kebebasan
g. Kesediaan melaksanakan kewajiban
dan menyadari hak
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan.
Syukur (2010:2) menyatakan memahami
hakekat manusia merupakan inti dari
memuliakan kemanusiaan manusia
Menurut kaum eksistensialis (dalam Tirta
Raharja dan La Sulo, 1985: 4-11) wujud
sifat hakekat manusia melputi:
a.
Kemampuan
menyadari diri
b.
Kemampuan
bereksistensi
c.
Kata hati
d.
Tanggung jawab
e.
Rasa kebebasan
f.
Kewajiban dan hak
g.
Kemampuan
menghayati kebahagiaan
Menurut Kadir A (2012) Teori Evolusi
mengatakan bahwa alam ini termasuk
manusia yang ada didalamnya berkurang
secara evolusionis (berkurang atau

Pandangan Agama Islam


ciptaan yang ghaib, kecuali Allah SWT
yang bersifat ghaib bukan ciptaan, yang
ada karena adanya sendiri (Nawawi.
1993: 40-41).
Firman Allah SWT mengenai
penciptaan manusia dalam Q.S. Al-Hajj
ayat 5 :


Sesungguhnya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes air mani
menjadi segumpal darah, menjadi
segumpal daging yang diberi bentuk
dan yang tidak berbentuk, untuk
Kami
perlihatkan
kekuasaan
Tuhanmu.
Firman tersebut menjelaskan
pada manusia tentang asal muasal
dirinya, bahwa hanya manusia
pertama Nabi Adam AS yang
diciptakan langsung dari tanah,
sedang istrinya diciptakan dari satu
bagian tubuh suaminya. Setelah itu
semua manusia berikutnya diciptakan
melalui perantaraan seorang ibu dan

Pandangan Barat

Pandangan Indonesia
bertambah) dari makhluk yang sangat
sederhana yang berkembang sedemikian
rupa menjadi makhluk yang lebih
kompleks.

Pandangan Agama Islam


dari seorang ayah, yang dimulai dari
setetes air mani yang dipertemukan
dengan sel telur di dalam rahim.
a.

Kesimpulan:
Hakikat merupakan suatu kebenaran atau yang sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah
inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Dari ketiga pandangan diatas terlihat adanya perbedaan hakikat manusia.
Pandangan barat mengatakan hakikat manusia dijelaskan melalui dua teori, yaitu teori Evolusionisme dan Kreasionisme. Sedangkan
menurut pandangan di Indonesia, hakikat manusia yaitu sebagai makhluk ciptaan Tuhan di muka bumi ini dengan sifat manusia dan
karakteristik yang menjadi ciri khususnya serta hubungannya dengan fitrah manusia. Dan menurut pandangan Agama Islam, Manusia
adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dibanding dengan makhluk-makhluk lain. Kelebihan manusia dibanding makhluk lain
adalah karena mereka diberi akal sekaligus nafsu oleh Allah.
KONTRA
Alasan:
Teori Darwin (evolusionisme) yang menyatakan bahwa manusia merupakan hasil evolusi dan berasal dari kera tidak mempunyai
bukti ilmiah yang jelas. Selain itu, terdapat aliran yang menentang teori darwin ini, yaitu:
Teori kreasionisme menyatakan bahwa asal usul manusia sebagaimana halnya alam semesta adalah ciptaan suatu Creative Cause atau
Personality, yaitu Tuhan YME.
Harun yahya dalam bukunya yang berjudul keruntuhan teori evolusi menjelaskan beberapa kelemahan dari teori Darwin
(evolusionisme), antara lain:
1. Minimnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada zamannya untuk menjelaskan fenomena asal-usul kehidupan
2. Komposisi dan susunan unsur genetik pada makhluk hidup yang sangat rumit menunjukkan ketidakabsahan mekanisme evolusi
kehidupan
3. Lemahnya bukti evolusi yang dijelaskan Darwin salah satunya dari catatan fosil
4. Tidak pernah ada satu spesies pun yang mampu menghasilkan spesies lain melalui mekanisme seleksi alam
1. Julien de La Mettrie salah seorang
Manusia dari sisi penciptaannya ialah
Penciptaan manusia terdiri dari bentuk
penganut aliran Materialisme bahwa
makhluk Tuhan yang paling sempurna
jasmani yang bersifat kongkrit, juga

Pandangan Barat
esensi manusia semata-mata bersifat
badani, esensi manusia adalah
tubuh/fisiknya. Sebab itu, segala hal
yang bersifat kejiwaan, spiritual atau
rohaniah dipandang hanya sebagai
resonansi dari berfungsinya badan atau
organ tubuh. Tubuhlah yang
mempengaruhi jiwa. Contoh: Jika ada
organ tubuh luka muncullah rasa sakit.
Pandangan hubungan antara badan dan
jiwa seperti itu dikenal sebagai
Epiphenomenalisme (J.D. Butler, 1968).

Pandangan Indonesia
bila dibandingkan dengan makhluk lain
yang secara individu ia memiliki
keunikan tersendiri, manusia juga sebagai
makhluk sosial sekaligus makhluk susila.
Manusia terdiri dari dua komponen yaitu
jasmani dan ruhani yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Manusia
memiliki hasrat biologis (libido sexualis)
yang hanya menuntut kepuasan,
mempunyai ego atau aku yang lebih
bersifat realistis, dan superego yang
sangat besifat ethis.

Pandangan Agama Islam


disertai pemberian sebagian Ruh ciptaan
Allah swt yang bersifat abstrak. Manusia
dicirikan oleh sebuah intelegensi sentral
atau total bukan sekedar parsial atau
pinggiran. Manusia dicirikan oleh
kemampuan mengasihi dan ketulusan,
bukan sekedar refleks-refleks egoistis.
Sedangkan, binatang, tidak mengetahui
apa-apa diluar dunia inderawi, meskipun
barangkali memiliki kepekaan tentang
yang sakral (Norma. 1997: 85).
Tubuh dan jiwa yang diciptakan
Allah SWT, merupakan satu diri individu
yang berbeda dengan yang lain. setiap
manusia dari individu memiliki jati diri
masing-masing.
Jati
diri
tersebut
merupakan aspek dari fisik dan psikis di
dalam
kesatuan.
Setiap
individu
mengalami perkembangan dan berusaha
untuk mengenali jati dirinya sehingga
mereka menyadari bahwa jati diri mereka
berbeda dengan yang lain. Firman Allah
dalam Q.S. Al-Araf 189:

Dialah yang menciptakanmu dari

Pandangan Barat

Pandangan Indonesia

Pandangan Agama Islam


satu diri
Firman tersebut jelas menyatakan
bahwa sebagai satu diri (individu)
dalam merealisasikan dirinya melalui
kehidupan, ternyata diantaranya
terdapat manusia yang mampu
mensyukurinya
dan
menjadi
beriman.

KONTRA
Kesimpulan:
Dari pandangan diatas dapat disimpulkan menurut pandangan di Indonesia dan pandangan menurut Agama Islam, manusia terdiri
dari jasmani yang bersifat kongkrit, juga disertai pemberian sebagian Ruh ciptaan Allah swt yang bersifat abstrak. Sedangkan
menurut pandangan barat, esensi manusia adalah tubuh/fisiknya. Sebab itu, segala hal yang bersifat kejiwaan, spiritual atau rohaniah
dipandang hanya sebagai resonansi dari berfungsinya badan atau organ tubuh. Tubuhlah yang mempengaruhi jiwa.
Alasan:
Teori yang dikemukakan Julien de La Mettrie (penganut aliran Materialisme) yang menyatakan bahwa esensi manusia semata-mata
bersifat badani ini ditentang oleh plato dan Rene Descartes yang menganut aliran Idealisme menyatakan bahwa esensi manusia
bersifat kejiwaan/ spiritual/rohaniah. Hal serupa juga dikemukakan oleh Rene Descartes yang mengemukakan pandangan lain yang
secara tegas bersifat dualistik. Menurut Descartes esensi manusia terdiri atas dua substansi, yaitu badan dan jiwa.
Alasan lainnya dilihat dari segi pandangan Agama Islam yang menyatakan bahwa manusia terdiri dari bentuk jasmani yang bersifat
kongkrit, juga disertai pemberian sebagian Ruh ciptaan Allah swt yang bersifat abstrak. Tubuh dan jiwa yang diciptakan Allah SWT,
merupakan satu diri individu yang berbeda dengan yang lain. setiap manusia dari individu memiliki jati diri masing-masing. Jati diri
tersebut merupakan aspek dari fisik dan psikis di dalam kesatuan.

e.

Hakikat Pendidikan
Pandangan Barat
a. Menurut buku Higher Education For
America Democracy: Education is an
institution of civilized society, but the
purposes of education are not the same in
all societies, an educational system finds
its the guiding principles and ultimate
goals in the aims and philosophy of the
social order in which it functions (11: 5)
pendidikan adalah suatu lembaga dalam
tiap -tiap masyarakat yang beradab, tetapi
tujuan pendidikan tidaklah sama dalam
setiap masyarakat. Sistem pendidikan
suatu masyarakat (bangsa) dan tujuantujuan pendidikannya didasarkan atas
prinsip - prinsip (nilai) cita-cita dan
filsafat yang berlaku dalam suatu
masyarakat (bangsa).
b. M.J. Longeveled, Pendidikan adalah
usaha, pengaruh, perlindungan dan
bantuan yang diberikan kepada anak agar
tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih
tepatnya membantu anak agar cukup
cakap melaksanakan tugas hidupnya
sendiri.
c. Thompson, Pendidikan adalah pengaruh
lingkungan terhadap individu untuk

Pandangan Indonesia
Menurut UU No. 20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,
pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara.
Pengertian pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara (1977:14), yaitu pendidikan
berarti daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan,
batin, karakter), pikiran (intelek dan
tubuh anak), dalam taman siswa tidak
boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu
agar supaya kita memajukan
kesempurnaan hidup, kehidupan dan
peghidupan anak-anak yang kita didik,
selaras dengan dunianya.

Pandangan Agama Islam


Dalam konteks ajaran Islam hakikat
pendidikan adalah mengembalikan nilainilai ilahiyah pada manusia (fitrah)
dengan bimbingan Alquran dan asSunnah (Hadits) sehingga menjadi
manusia berakhlakul karimah (insan
kamil). Sedangkan Alquran dan asSunnah merupakan sumber ilmu yang
dijadikan pedoman dan pembimbing
manusia agar selamat dunia dan akhirat.
Pendidikan merupakan sarana untuk
mencapai ilmu itu sendiri. Proses
pendidikan ini berlaku pada manusia
biasa. Kecuali para utusan-utasan Allah
SWT (Nabi) maupun ilmu-ilmu yang
Allah berikan kepada orang-orang
tertentu yang Dia kehendaki yang tidak
ditempuh melalui jalur pendidikan atau
disebut dengan ilmu laduni.

Ilmu dalam Islam mempunyai dua jenis:


[1] Ilmu yang diberikan oleh Allah SWT
yaitu al-Quran. Al-Quran merupakan
Menurut Drikarya (Driyarkara, 1980:129- pembimbing dan penyelamat manusia.
130) mengemukakan 3 rumusan yang
Tidak ada ilmu selainnya kecuali

Pandangan Barat
Pandangan Indonesia
menghasilkan perubahan-perubahan yang masing-masing rumusan itu adalah:
tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran a. Pendidikan adalah hidup bersama
dan sifatnya.
dalam kesatuan tri tunggal ayah,
d. Frederick J. Mc Donald, Pendidikan
ibu, dan anak, dimana terjadi
adalah suatu proses atau kegiatan yang
pemanusiaan anak, dengan mana dia
diarahkan
untuk
merubah
tabiat
berproses untuk akhirnya
(behavior) manusia.
memanusia sendiri sebagai
e. J.J.
Russeau,
Pendidikan
adalah
purnawan.
pembekalan yang tidak ada pada pada b. Pendidikan adalah hidup bersama
saat anak-anak, akan tetapi dibutuhkan
dalam satu kesatuan tri tunggal ayahpada saat dewasa.
ibu-anak, dimana terjadi
f. John Dewey. Pendidikan adalah proses
pembudayaan anak, dengan mana
pembentukan
kecakapan-kecakapan
anak berproses untuk akhirnya bisa
fundamental
secara
intelektual,
membudaya sendiri sebagai manusia
emosional ke arah alam dan sesama c. Pendidikan adalah hidup bila
manusia
bersama dalam tujuan 3 tunggal,
ayah, ibu dan anak dimana terjadi
pelaksanaan nilai-nilai dengan mana
dia berproses untuk akhirnya bisa
melaksanakan sendiri sebagai
manusia.

Pandangan Agama Islam


bersumber darinya dan merujuk
kepadanya. Jenis ilmu pada bagian ini
bersifat kebenaran mutlak dan tidak dapat
diganggu gugat. [2] Ilmu-ilmu sains
(ulum). Ilmu-ilmu sains ini dapat dicapai
melalui pengalaman, pengamatan dan
penelitian. Jenis ilmu yang kedua ini
adalah merujuk kepada ilmu yang
berkaitan dengan data, yang dapat
ditangkap oleh panca indera dan difahami
oleh akal sehingga ia dapat dipelajari
untuk digunakan dan difahami oleh
manusia. Di samping itu juga, jenis ilmu
ini bersifat diskursif, deduktif dan
berkaitan dengan perkara yang bersifat
pragmatis (SMN al-Attas, 1993, 144-7).
Jadi ilmu yang pertama ini adalah
pembimbing bagi ilmu yang kedua. Jika
tidak, ilmu yang kedua ini akan
membingungkan dan mengaburkan
manusia baik dari aspek pencarian
mereka terhadap tujuan maupun makna
kehidupan.
Ilmu diperoleh dari pendidikan. Maka
dari itu, Agama Islam menempatkan
pendidikan dalam posisi yang sangat
vital, lima ayat pertama yang diturunkan

Pandangan Barat

Pandangan Indonesia

Pandangan Agama Islam


dalam surat al-Alaq bukanlah suatu
kebetulan. Ayat yang diturunkan pertama
kali kepada Nabi Muhammad tersebut
dimulai dengan membaca iqra yang
secara tidak langsung mengandung
makna dan implikasi pendidikan.

KONTRA
Kesimpulan:
Pandangan barat memfokuskan pendidikan pada skill atau keterampilan saja. Menurut pandangan di Indonesia pendidikan
merupakan usaha untuk memperbaiki diri dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan, sedangkan menurut agama islam
pendidikan merupakan sarana untuk memperoleh ilmu yang bersumber dari al-quran dan hadits
Alasan:
Teori barat yang memfokuskan pendidikan hanya pada skill saja dibantah oleh H. Horne yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah
proses yang terus-menerus dari penyesuaian yang berkembang secara fisik dan mental yang sadar dan bebas kepada Tuhan.
Selanjutnya, Di dunia Barat pendidikan dikenal sebagai education. Kata tersebut berasal dari bahasa Latin, yaitu educere atau bahasa
Inggrisnya educe. Educe artinya mengaktualisasikan dan mengembangkan potensi diri. Sifat mengaktualisasikan dan
mengembangkan merupakan sebuah proses yang merujuk kepada aspek fisikal dan materi belaka. Jadi, menurut penulis, sifat
mengaktualisasikan dan mengembangkan potensi diri lebih bermakna sebagai skill. Padahal kenyataannya skill berbeda dengan
ilmu. Oleh karena itu, konsep pendidikan yang telah dikembangkan dari bahasa Latin tersebut, sebenarnya dialamatkan kepada jenis
hewan, bukan kepada manusia (the referents in the conception of education derived form the Latin concepts encompass the animal
species, and are not restricted only to rational animals, lihat SMN Al-Attas, The Concept of Education in Islam, 1999, 27-8).
Padahal, Education (pendidikan) sebagaimana ditegaskan oleh Al-Attas adalah sebuah proses penanaman sesuatu ke dalam diri
manusia (a process of instilling something into human beings). Jadi, proses penanaman sesuatu hanya berlaku kepada manusia
(dalam hal ini adalah pendidikan), bukan hewan (Ibid., 13).

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut pandangan di Indonesia dan pandangan menurut Agama Islam,
manusia terdiri dari jasmani yang bersifat kongkrit, juga disertai pemberian
sebagian Ruh ciptaan Allah swt yang bersifat abstrak. Sedangkan menurut
pandangan barat, esensi manusia adalah tubuh/fisiknya. Sebab itu, segala hal yang
bersifat kejiwaan, spiritual atau rohaniah dipandang hanya sebagai resonansi dari
berfungsinya badan atau organ tubuh. Tubuhlah yang mempengaruhi jiwa.
Pandangan barat memfokuskan pendidikan pada skill atau keterampilan
saja. Menurut pandangan di Indonesia pendidikan merupakan usaha untuk
memperbaiki diri dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan, sedangkan
menurut agama islam pendidikan merupakan sarana untuk memperoleh ilmu yang
bersumber dari al-quran dan hadits.
f.

Saran
Makalah ini masih belum sempurna, penulis menyarankan pada pembaca

agar membaca referensi lain tentang hakikat manusia dan hakikat pendidikan.

35

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A.R.S. 1991. Educational Theory, A Quranic Outlook (Alih bahasa:
Mutammam). CV Diponegoro : Bandung.
Butler, J. D. 1957. Four Philosophies and Their Practice in Education and
Religion, Harper & Brothers Publishers : New York.
Cassirer, E.1987. An Essay On Man. (Terj.: Alois A. Nugroho).Gramedia :Jakarta
Friedman, S. M. 1954. Martin Buber, The. Life of Dialogue, Routledge and Began
Paul Ltd : London.
Frost Jr., S.E. 1957. Basic Teaching of.The. Great Philosophers, Barnes &
Nobles : New York.
Hasan, F., 1973, Berkenalan dengan Eksistensialisme, Pustaka Jaya, Jakarta.
Poespowardojo, S. dan Bertens, K. 1983. Sekitar Manusia.: Bunga Rampai
tentang Filsafat Manusia. Gramedia : Jakarta.
PurwantoNanang. 2014. Pengantar Pendidikan. Malang :GrahaIlmu
Schumacher, E.F. 1980. A Guide for The Perflexed. Sphere Books Ltd :London.
Soelaeman, M.I., 1988. Suatu, Telaah tentang Manusia-Religi.Pendidikan,
Depdikbud.
Suyitno, Y. 2008. Pemahaman Mahasiswa UPI tentang Hakikat Manusia dan
Pendidikan, dalam Kerangka Kesiapan Menjadi Guru, Sekolah Pasca
Sarjana : Bandung.
Syaripudin, T. 1994. Implikasi Eksistensi Manusia terhadap Konsep Pendidikan
Umum (Thesis). Program Pascasarjana IKIP : Bandung.
Tirtarahardja, Umar. 2008. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta : Jakarta
Van Peursen, C.A. 1982. Tubuh-Jiwa-Roh.(Terj.: K. Bertens), BPK Gunung Mulia
:Jakarta.
pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_12.html
tgl 20 September 2016)

(diakses

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/195009081981011Y._SUYITNO/FILSAFAT_PENDIDIKAN_Utama_I.pdf (diakses tgl 20


September 2016)

Anda mungkin juga menyukai