Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HAKIKAT MANUSIA
(Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok pada Mata Kuliah: Dasar-Dasar
Kependidikan)

Dosen Pengampuh: Andi Khemal Akbar, M.pd.

DISUSUN

OLEH

KELOMPOK 1

MELANI PUTRI (862322021045)

SARMILA (862322021066)

PGMI-3
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYYAH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan kepada kita semua buah
kecerdasan yaitu otak, dengan kapasitor memori yang besar, sehingga kita sebagai khalifah di
muka bumi ini, merupakan makhluk yang paling mulia derajatnya dari sebaik-baik kejadian dari
semua makhluk yang diciptakan Allah.

 Shalawat dan salam senantiasa terpanjatkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, yang
telah membawa kita dari alam kegelapan menuju dunia yang terang benderang, sampai dengan
saat ini. Alhamdulillahirobbil alamin, dalam kesempatan kali ini penulis beserta teman-teman
telah menyelesaikan satu buah makalah yang berjudul “Hakikat Manusia” makalah ini dibuat
sebagai tugas kelompok mata kuliah Dasar-Dasar Kependidikan, yang dalam hal ini sekaligus
bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai, pengertian hakikat
manusia, aspek-aspek hakikat manusia, wujud sifat hakikat manusia, pandangan ilmuan tentang
hakikat manusia, harkat dan martabat manusia, beberapa pandangan tentang hakikat manusia

Tidak banyak kata yang dapat diutarakan penulis, mengingat manusia adalah tempatnya
salah, oleh sebab itu kami sadar bahwa makalah ini memiliki kekurangan dan
kelebihan.Sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat di harapkan.

Watampone, 12 Oktober 2021

Kelompok 1
A. Pengertian Hakikat Manusia

Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala


sesuatu. atas dorongan hasrat ingin tahunnya, manusia tidak hanya bertanya tentang berbagai hal
yang ada di luar dirinya, tetapi juga bertanya rentang dirinya sendiri. Dalam rentang ruang dan
waktu, manusia telah dan selalu berupaya mengetahui dirinya sendiri. Hakikat manusia dipelajari
melalui berbagai pendekatan (comumom sense, ilmiah, filosofis, religi) dan melalui berbagi
sudut pandang (biologi, sosiologi, antropologi, psikologi, politik). Dalam kehidupannya yang ril
manusia menunjukkan keragaman dalam berbagai hal, baik tampilan fisiknya, strata sosialnya,
kebiasaanya, bahkan sebagsimana dikemukakan di atas, pengetahuan tentang manusia bersifat
ragam sesuai pendekatan dan sudut pandang dalam melakukan studinnya. Contoh: manusia
adalah animal rasional, animal svmbolicum, homo feber, homo sapiens, homo sicius, dan
sebagainya.

Mencari pengertian hakikat manusia merupakan tugas metafisika, lebih spesifik lagi
adalah tugas antropologi (filsafat antropologi). Filsafat antropologi berupaya
mengungkapkankonsep atau gagasan-gagasan yang sifatnya mendasar tentang manusia,berupaya
menemukan karakteristik yang sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya menemukan
karakteristik yang sifatnya prinsipil (bukan gradual) membedakan manusia dari makhluk lainnya.

B. Aspek-Aspek Hakikat Manusia

1. Manusia sebagai makhluk Tuhan

Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh


Tuhan Yang Maha Esa. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu
konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka bumi ini. Kitab
suci menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan mempergunakan
bermacam-macam istilah, seperti Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Manusia adalah subjek
yang memiliki kesadaran (consciousness) dan penyadaran diri (self-awarness). Oleh karena itu,
manusia adalah subjek yang menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinya dengan
segala sesuatu yang ada di luar dirinya (objek). Selain itu, manusia bukan saja mampu berpikir
tentang diri dan alam sekitarnya, tetapi sekaligus sadar tentang pemikirannya. Namun, sekalipun
manusia menyadari perbedaannya dengan alam bahwa dalam konteks keseluruhan alam semesta
manusia merupakan bagian daripadanya. Oleh sebab itu, selain mempertanyakan asal usul alam
semesta tempat ia berada, manusia pun mempertanyakan asal-usul keberadaan dirinya sendiri .

2. Manusia sebagai Kesatuan Badan – Roh

Para filsuf berpendapat yang berkenaan dengan struktur metafisik manusia. Terdapat
empat paham mengenai jawaban atas permasalahan tersebut, yaitu Materialisme, Idealisme,
Dualisme, dan paham yang mengatakan bahwa manusia adalah kesatuan badan-roh.

Materialisme. Gagasan para penganut Materialisme, seperti Julien de La Mettrie dan


Ludwig Feuerbach bertolak dari realita sebagaimana dapat diketahu melalui pengalaman diri
atau observasi. Oleh karena itu, alam semesta atau realitas ini tiada lain adalah serba materi,
serba zat, atau benda. Manusia merupakan bagian dari alam semesta sehingga manusia tidak
berbeda dari alam itu sendiri. Sebagai bagian dari alam semesta, manusia tunduk pada hokum
alam, hukum kualitas, hukum sebab-akibat atau stimulus-respon. Manusia dipandang sebagai
hasil puncak mata rantai evolusi alam semesta sehingga mekanisme tingkah lakunya (stimulus-
respon) semakin efektif. Yang esensial dari manusia adalah badannya, bukan jiwa atau rohnya.

Idealisme. Bertolak belakang dengan pandangan materialisme, penganut Idealisme


menganggap bahwa esensi diri manusia adalah jiwanya atau spiritnya atau rohaninya, hal ini
sebagaimana dianut oleh Plato. Sekalipun Plato tidak begitu saja mengingkari aspek badan,
namun menurut dia, jiwa mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada badan. Dalam
hubungannya dengan badan, jiwa berperan sebagai pemimpin badan, jiwalah yang
mempengaruhi badan karena itu badan mempunyai ketergantungan kepada jiwa. Jiwa adalah
asas primer yang menggerakkan semua aktivitas manusia, badan tanpa jiwa tiada memiliki daya.

Dualisme. Sebagai kesatuan badani-rohani, manusia hidup dalam ruang dan waktu, sadar
akan diri dan lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan, insting, nafsu, serta mempunyai
tujuan. Selain itu, manusia mempunyai potensi untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan potensi untuk berbuat baik, potensi untuk mampu berpikir (cipta), potensi
berperasaan (rasa), potensi berkehendak (karsa), dan memiliki potensi untuk berkarya. Adapun
dalam eksistensinya manusia memiliki aspek individualitas, sosialitas, moralitas, keberbudayaan,
dan keberagaman. Implikasinya maka manusia itu berinteraksi atau berkomunikasi, memiliki
historisitas, dan dinamika.
3. Manusia sebagai Makhluk Individu

Sebagaimana Anda alami bahwa manusia menyadari keberadaan dirinya sendiri.


Kesadaran manusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan individualitas manusia. Manusia
sebagai individu atau sebagai pribadi merupakan kenyataan yang paling riil dalam kesadaran
manusia. Sebagai individu, manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi,
memilikiperbedaan dengan manusia yang lainnya sehingga bersifat unik dan merupakan subjek
yang otonom. Sebagai individu, manusia adalah kesatuan yang tak dapat dibagi antara aspek
badani dan rohaninya. Setiap manusia mempunyai perbedaan sehingga bersifat unik. Perbedaan
ini baik berkenaan dengan postur tubuhnya, kemampuan berpikirnya, minat dan bakatnya,
dunianya, serta cita-citanya.

Pernahkah Anda menemukan anak kembar siam? Manusia kembar siam


sekalipun, tak pernah memiliki kesamaan dalam keseluruhannya. Setiap manusia mempunyai
dunianya sendiri, tujuan hidupnya sendiri. Masing-masing secara sadar berupaya menunjukkan
eksistensinya, ingin menjadi dirinya sendiri atau bebas bercita cita untuk menjadi seseorang
tertentu, dan masing-masing mampu menyatakan "inilah aku" di tengah-tengah segala yang ada.

4. Manusia sebagai Makhluk Sosial

Dalam hidup bersama dengan sesamanya (bermasyarakat) setiap individu menempati


kedudukan (status) tertentu. Di samping itu, setiap individu mempunyai dunia dan tujuan
hidupnya masing-masing, mereka juga mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup bersama
dengan sesamanya. Selain adanya kesadaran diri, terdapat pula kesadaran sosial pada manusia.
Melalui hidup dengan sesamanyalah manusia akan dapat mengukuhkan eksistensinya.
Sehubungan dengan ini, Aristoteles menyebut manusia sebagai makhluk social atau makhluk
bermasyarakat (Ernst Cassirer, 1987). Terdapat hubungan pengaruh timbal balik antara individu
dengan masyarakatnya. Ernst Cassirer menyatakan: manusia takkan menemukan diri, manusia
takkan menyadari individualitasnya, kecuali melalui perantaraan pergaulan sosial.

5. Manusia sabagai Makhluk Berbudaya

Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan kebudayaan, hidup berbudaya,
dan membudaya. Kebudayaan bertautan dengan kehidupan manusia sepenuhnya, kebudayaan
menyangkut sesuatu yang nampak dalam bidang eksistensi setiap manusia. Manusia tidak
terlepas dari kebudayaan, bahkan manusia itu baru menjadi manusia karena bersama
kebudayaannya (C. A. Van Peursen, 1957). Sejalan dengan ini, Ernst Cassirer menegaskan
bahwa "manusia tidak menjadi manusia karena sebuah faktor di dalam dirinya, seperti misalnya
naluri atau akal budi, melainkan fungsi kehidupannya, yaitu pekerjaannya, kebudayaannya.
Demikianlah kebudayaan termasuk hakikat manusia" (C.A. Van Peursen, 1988).

6. Manusia sebagai Makhluk Susila

Menurut Immanuel Kant, manusia memiliki aspek kesusilaan karena pada manusia
terdapat rasio praktis yang memberikan perintah mutlak (categorical imperative). Contoh: jika
kita meminjam barang milik orang lain maka ada perintah yang mewajibkan untuk
mengembalikan barang pinjaman tersebutSebagai makhluk yang otonom atau memiliki
kebebasan, manusia selalu dihadapkan pada suatu alternatif tindakan yang harus dipilihnya.
Adapun kebebasan berbuat ini juga selalu berhubungan dengan normanorma moral dan nilai-
nilai moral yang juga harus dipilihnya. Oleh karena manusia mempunyai kebebasan memilih dan
menentukan perbuatannya secara otonom maka selalu ada penilaian moral atau tuntutan
pertanggung-jawaban atas perbuatannya.

7. Manusia sebagai Makhluk Beragama

Aspek keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia yang
terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang
diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Hal ini terdapat pada manusia manapun baik dalam
rentang waktu (dulu-sekarang-akan datang) maupun dalam rentang geografis tempat manusia
berada. Keberagamaan menyiratkan adanya pengakuan dan pelaksanaan yang sungguh atas suatu
agama. Adapun yang dimaksud dengan agama ialah "satu sistem credo (tata keimanan atau
keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia; satu sistem ritus (tata peribadatan)
manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu; dan satu sistem norma (tata kaidah) yang
mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya yang sesuai dan sejalan dengan
tata keimanan dan tata peribadatan termaksud di atas (Endang Saifuddin Anshari, 1982).

Seperti telah kita maklumi dari uraian terdahulu, manusia memiliki potensi untuk mampu
beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME. Di lain pihak, Tuhan pun telah menurunkan wahyu
melalui utusan-utusanNya, dan telah menggelar tanda-tanda di alam semesta untuk dipikirkan
oleh manusia agar manusia beriman dan bertakwa kepadaNya. Manusia hidup beragama karena
agama menyangkut masalah-masalah yang bersifat mutlak maka pelaksanaan keberagamaan
akan tampak dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masingmasing individu. Hal ini baik
berkenaan dengan sistem keyakinannya, system peribadatan maupun pelaksanaan tata kaidah
yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan manusia serta
hubungan manusia dengan alam.

C. Wujud Sifat Hakikat Manusia


Untuk lebih memperjelas adanya perbedaan yang mendasar antara manusia dan hewan,
Umar Tirtaraharja yang mengambil paham ekstensialisme mengemukakan ada delapan sifat
hakikat manusia, yaitu:
1) Kemampuan menyadari diri.
Kemampuan untuk menyadari danmemahami potensi diri sendiri sebagai kekuatan yang
dapat dikembangkan, sehingga diri individu dapat berkembang kea rah kesempurnaan diri.
2) Kemampuan bereksintensi
Kemampuan untuk mengembangkan potensi diri, sehingga bermanfaat bagi dirinya,
lingkungan , atau masyarakat. Manusia harus mampu melihat peluang dan mampu
mengantisipasi masa datang.
3) Memiliki kata hati
Manusia memiliki pertimbangan yang sangat mendalam ketika menentukan apakh itu
sesuatu yang baik atau tidak baik dilakukan. Dengan kata hati manusia mampu memiliki
kemampuan dalam membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/ salah.
4) Memiliki moral
Kalau kata hiti lebih menekankan kepada keputusan yang diambil, sedangkan moral
berkaitan tindakan itu sendiri atau realisasi dari kata hati. Sesutu yang telah ditentukan oleh
kata hati harus ada kemauan untuk melaksanakannya. Moral merupakan nilai-nilai
kemanusiaan, karena moral bertalian erat dengan keputusan kata hati.
5) Kemampuan untuk bertanggung jawab
Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang dialakukan merupakan
tanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud dari tanggung jawab itu bisa
tanggung jawab kepada Tuhan. Antara kata hati dan, moral, dan tanggung jawab merupakan
suatu hal yang sngat berhubungan.
6) Memiliki rasa kebebasan
Rasa kebebasan adalah tidak merasa terikat oleh sesuatu, tetapi yang sesuai dengan kodrat
manusia. Kemerdkaan yang sesungguhnya adalah berlangsung dalam keterikatan. Bebasa
berbuat sepanjang tidak bertentangan dengan nilai dan tuntutan kodrat mausia.
7) Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari haknya
Kewajiban dan hak merupakan dua hal yang timbul sebagai manifentasi dari manusia
sebagai makhluk social. Kewajiban harusnya dilakukan dengan keluhuran, sebagai sesuatu
yang harusnya dilkukan seperti itu. Kemampuan melakukan kewajiban sebagai keniscayaan
tentu tidak lahir dengan mudah, tetapi melalui suatu proses pembiasaan dan pendidikan
disiplin.
8) Kemampuan dalam menghayati kebahagiaan
Kebahagiaan adalah istilah yang lahir dari kehidupan manusia dalam menghayati hidup. Ada
yang mengatakan bahwa kebahagiaan merupakan integrasi dari segenap kesenangan,
kegembiraan, kepuasan, dan lain sejenisnya dengan pengalaman pahit dan penderitaan.
Kebahagiaan diperoleh setelah melakukan usaha melalui perjuanganyang dilakukan terus-
menerus. Usaha yang dilakukan harus sesuai dengan norma dan kaidah hidup, sehingga
merasakan kebabasan dalam melaksakannya tanpa ada tekanan, sehingga merasakan
kebahagiaan.

D. Pandangan Ilmuan Tentang Hakikat Manusia


Banyak pendapat pakar yang mengemukakan tentang hakikat manusia. Diantara
pemikiran tersebut yaitu seperti yang dirangkum oleh Prayitno (2009: 10-11):
1. Plato: mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnyaditandai oleh adanya kesatuan antara
apa yang ada pada dirinya, yaitu pikiran, kehendak, dan nafsu.
2. Hsun Tsu: manusia pada hakikatnya adalah jahat, oleh karenanya untuk mengembangkannya
diperlukan latihan dan disiplin yang keras, terutama disiplin kepada tubuhnya.
3. Agustinus: manusia merupakan kesatuan jiwa dan badan, yang dimotifasi oleh prinsip
kebahagian, kesemuannya itu diwarnai oleh warisan dari pendahulunya.
4. Descartes: manusia terdiri dari unsur dualistic, jiwa dan badan, jiwa tidak bersifat bendawi
dapat disirna, dan menjadi sasaran ilmu fisika. Diantara badan dan jiwa terdapat
pertentangan yang berkelanjutan tak terjembatani; badan dan jiwa itu masing-masiang
mewujudkan diri dalam berbagai hal sendiri-sendiri.
5. Freud: manusia tidak memegang nasibnya sendiri. Tingkah laku manusia ditunjukkan untuk
memenuhi kebutuhan biologis dan ingsting-ingstinnya, dan dikendalikan oleh pengalaman
masa lampau, dan ditentukan oleh factor-faktor interpersonal dan intrapsikis
6. Adler: manusia tidak semata-mata bertujuan memuaskan dorongan dirinya,tetapi juga
memotivasi untuk melaksanakan tanggung jawab social dan pemahaman kebutuhan dalam
mencapai sesuatu. tingkah laku individu ditentukan oleh lingkungan, pembawaan, dan
individu itu sendiri.
7. Rogers: manusia adalah makhluk rasional, tersosialisasikan, dan dapat menentukan nasibnya
sendiri. Dalam kondisi yang memungkinkan, manusia akan mampu mengarahkan diri
sendiri, maju, dan menjadi individu yang positif dan konstruktif.

E. Harkat dan Martabak Manusia


Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, karena manusia
disamping memiliki fisik biologis, juga diberikan oleh Allahakal pikiran, perasaan, hati moral,
dan potensi yang sangat besar untuk dapat dikembangkan terus dalam hidup manusia. Manusia
tidak hanya hidup untuk keperluan kehidupannya didunia, tetapi bertujuan untuk mencapai
kehidupan yang kekal di akhirt nanti. Manusia diberi anugrah dan kemampuan oleh Allah sang
pencipta untuk mengembangkan potensi dirinya agar mencapai harkat dan martabak
kemanusiaannya yang sempurna menuju pengabdiannya kepada Allah Yang Maha kuasa.
Manusia tidak hanya dipandang dari aspek keberadaanya dengan berbagai kodisinya dalam
kaitannya dengan dirinya sendiri di lingkungannya dalam kehidupan keduniaan, tetapi manusia
harus dikaji secara menyeluruh dari mana manusia berasal dan kemana akan kembali ke hidupan
ukhrawinnya. Manusia harus dikaji dari aspek diri individunnya dan hubungan dengan khalik
sang pencitannya. Manusia harus dilihat secara menyeluruh , sehingga kita memahami secarah
utuh harkat dan martabat manusia. Dengan demikian, hakikat manusia dilihat dari harkat dan
martabat manusia menurut prayino (2009: 14) bahwa manusia adalah:
1) Makhluk yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Makhluk yang paling indah dan sempurna dalam penciptaan dan pencintraanya.
3) Makhluk yang paling tinggi derajatnya
4) Khalifah dimuka bumi
5) Pemilik hak asasi manusia

Harkat manusia merupakan inti dari kemanusiaan manusia, mulai dari awal pencintaannya,
dalam kondisi ini keberadaanya di muka bumi,sampai kepada kembalinya kepada snag pencipta
Allah yang mahakuasa. Manusia memperoleh kehormatan dan kesempatan untuk
mengaktualisasikan dirinya dalam keseluruhan proses kehidupan di dunia dan diakhirat.
Manusia mengembangkan kehidupannya dimuka bumi dengan sebaik-baiknya. Keimanan dan
ketakwaan kepada Tuahan Yang Maha Esa ditunaikan melalui peribadatan secara tulus dan
ikhlas,cinta kesempurnaan dan kehidupannya diwujudkan melalui tampilan budaya dan
peradaban yang berkembang terus, ketinggian derajatnya ditampilkan melalui upaya menjaga
kehormatan serta menolak hal-hal yang merendahkan nilai-nilai kemanusiaanya, kekhalifahan
diselenggarakan melalui penguasaan pengelolaaan atas sumber daya alam dan sumber daya
manusia untuk kehidupan yang damai dan sejahterah dalam alam yang nyaman dan tentram, dan
hak asasi manusia di penuhi melalui saling pengertian, saling memberi , dan saling menerima
serta saling melingdungi, menyejahterahkan dan membahagiakan.
DAFTAR PUSTAKA

Oktavia, R. 2020. Hakikat Manusia dan Pendidikan. (n.d): PBI


Sumantri, M. S. 2018. Modul 1 Hakikat Manusia dan Pendidikan. (n.d).
Syafril., Zen, Z. 2019. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Bandung: Prenada Media.

Anda mungkin juga menyukai