OLEH :
KELOMPOK 1
SETIAWATI
862322021001
MUH. ISRA R
862322021014
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
sholawat serta salam kita curahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Terucap pula syukur kepada Allah SWT. Karena atas
izin-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah “Manusia dan Pandangan Hidup”
dengan baik.
Kami selaku penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Namun kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk diri kami sendiri dan
orang lain. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari Bapak/Ibu dosen
sangat kami harapkan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3 Tujuan................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Lembaga-Lembaga yang Mewujudkan Pandangan Hidup........................... 3
2.2 Hubungan Pandangan Hidup dengan Masyarakat........................................ 6
2.3 Pandangan Hidup Bangsa................................................................................. 7
2.4 Pandangan Hidup Negara................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya. Dikarenakan
manusia memiliki akal, pikiran, dan rasa. Ketiga kekayaan manusia inilah yang membuat
manusia disebut sebagai Khalifah di bumi ini. Tuntutan hidup manusia lebih besar daripada
tuntutan makhluk hidup lainnya yang membuat manusia harus berfikir lebih maju untuk
memenuhi kebutuhan atau hajat hidupnya di dunia, baik yang bersifat jasmani maupun
rohani. Dari proses ini maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap
hidup.
Pandangan terhadap hidup ini adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi
manusia. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan dan tuntutan seorang ataupun
masyarakat dalam memenuhi kehidupan. Untuk itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat
pandangan hidup seseoranglah yang menentukan akhir hidup mereka sendiri.
Selain itu, pandangan hidup juga tidak langsung muncul dalam masyarakat, melainkan
melalui berbagai proses dalam kehidupan. Dalam perkembangan seorang manusia itulah
proses dalam menemukan jati diri atau pandangan hidupnya. Mulai dari masa kanak-kanak
hingga dewasa. Dalam penemuan pandangan hidup tersebut, tidak lepas juga dengan
pendidikan. Manusia mengetahui tentang hakikat hidup dan sebagainya adalah berasal dari
pendidikan.
Oleh karena itu, pendidikan merupakan awal sebuah jalan menuju masa depan yang
lebih baik dengan wawasan dan ilmu pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki, mampu
membuat manusia berfikir dan melakukan sesuatu hal yang bermakna dan berharga untuk
kelangsungan hidupnya kelak.
Pandangan hidup bangsa pada dasarnya berpangkal pada kodrat manusia, hanya karena
pendapat masing-masing bangsa tentang kodrat manusia ini berbeda, maka menimbulkan
pandangan hidup yang berbeda pula. Pandangan hidup bagi bangsa Indonesa adalah Pancasila
yang merupakan jiwa bangsa Indonesia yang kemudian diwujudkan dalam bentuk tingkah
laku dan amal perbuatan menjadi kepribadian bangsa. Kepribadian bangsa yang kuat
akhirnya menjelma menjadi pandangan hidup dan pandangan hidup inilah yang diakui oleh
bangsa Indoneisa dinyatakan sebagai filsafat Bangsa dan Dasar Filsafat Negara menurut Noor
Ms Bakry (2010:23-24)
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang menjadi landasan bangsa Indonesia
untuk berkehidupan sehari-hari yang ingin menjadikan sebuah negara yang makmur dan
sejahtera. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila ini harus ditetapkan dalam kehidupan
sehari-hari, dan nilai-nilai tersebut meliputi nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, dan Keadilan. Nilai terebut menjadi dasar untk berkehidupan berbangsa dan
bernegara.
Pancasila yang diterima dan ditetapkan sebagai dasar Negara seperti yang tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa.
Pembelajaran pancasila menjadi sangat penting, karena mengingat pancasila merupakan jiwa
dari seluruh rakyat Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa didalam pancasila
mengandung jiwa yang luhur, nilai-nilai yang luhur dan sarat dengan ajaran moralitas.
1
Kadang kala nilai-nilai luhur yang ada dalam pancasila yang merupakan penjelmaan dari
seluruh bangsa Indonesia tidak dipraktekka dalam kehidupan sehari-hari, tetapi diabaikan
sehingga akibat dari itu nilai-nilai luhur pancasila itu perlu diusahakan secara nyata dan terus-
menerus penghayatan dan pengalaman nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, oleh
sebab itu setiap warga Negara Indonesia, penyelenggara Negara, serta lembaga kenegaraan
dan lembaga kemasyarakatan baik di pusat maupun di daerah harus sama-sama mengamalkan
nilai-nilai pancasila demi kelestariannya.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui lembaga-lembaga yang mewujudkan pandangan hidup
2. Untuk mengetahui hubungan pandangan hidup dengan masyarakat
3. Untuk mengetahui pandangan hidup bangsa
4. Untuk mengetahui pandangan hidup negara
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kepercayaan politik adalah angan-angan atau lebih tegasnya merupakan “buah pikiran
nasional” seluruh warga bangsa, hasil konsensual dari sebuah kontrak sosial dalam
sejarah pendirian Negara-Bangsa sejak awal, tentang jalan politik dunianya secara umum.
Oleh karena itu kepercayaan politik selain berisi nilai-nilai luhur yang diyakini bersifat
abadi, juga merupakan realitas milik tertinggi idealism bangsa menghadapi kenyataan
hidup yang mengelilinginya. Kepercayaan tersebut setalah terbentuk akan terus
operasional sepanjang masa.
Apabila kepercayaan politik lahir dari kultur politik rakyat sejak awal berdirinya
Negara-Bangsa, maka ideologi lahir dan kemudian berkembang dari kepercayaan politik
yang terbentuk dari kemauan umum perjanjian masyarakat sebagai keyakinan politik,
yang selanjutnya akan menjadi dasar bagi terwujudnya mekanisme suatu sistem nilai dan
norma dasar politik Negara-Bangsa seterusnya, selaras dengan perkembangan zaman.
3
Disinilah letak relevansi dan kolerasi “pandangan hidup dengan ideologi”. Selanjutnya
pandangan hidup ini harus dikaitkan denan kata-kata “Negara maupun Bangsa”, sebab
manusia sebagai individu memiliki pandangan hidup yang bervariasi dengan
spesifikasinya masing-masing, sesuai dengan latar belakag individunya, baik menyangkut
family, suku, ras, agama, kepentingan, budaya, tradisi, keturunan, dan lain-lain, yang bisa
menjadi faktor pengaruh kuat terhadap pandangan hidup individual atau kelompok.
Namun ketika mereka menjadi anggota tetap sebuah Negara-Bangsa, individu yang telah
diikat oleh “Volonte General” itu haru harus tunduk pada kristalisasi pandangan hidup
yang telah terbentuk ideology Negara-Bangsa tersebut.
4
yang memerlukan obat dan penyembuhan, maka fungsi ideology adalah remedial atau
kuratif.
(4) Teori Kesulitan Kultural
Ideology timbul karena hal-hal yang menyangkut hubungan perasaan dan arti
hidup (Sentiment and Meaning). Kedudukan ideology sama seperti ilmu pengetahuan
teknologi, agama dan filsafat. Akibat selalu ada dislokasi sosial dan cultural dalam
kehidupan manusia, maka manusia memerlukan arti hidup yang baru dan segar yang
membumi, berisi kebijakan dan prinsip dasar, otorits tertentu maupun teologi yang
praktis, bisa pula disusun blueprint membangun autonomous politoics, akhirnya
membekali otoritas politik dengan konsep-konsep politik yang tepat.
Upaya aktualisasi ideology melalui kegiatan pandangan hidup itu akhirnya akan
mampu menciptakan “jati diri bangsa” yang berupa identitas dan kepribadian, sebagai
manifestasi ideology yang telah berakar kuat menjadi “pandangan hidup”. Pandangan hidup
yang dalam istilah Jerman adalah “Weltanschauung” atau pandangan manusia tentang dunia
yang mengelilinginya, yang dalam berbangsa dan bernegara merupakan perlengkapan diri
atau senjata ampuh bermata dua yakni (1) senjata tajam untuk bisa memenuhi seluruh
kepentingan manusia hidup di dunia yang serba langka, dan sekaligus juga (2) sebagai alat
canggih untuk mencapai ekspresi kebenaran dalam menghadapi realitas kehidupan duniawi.
Oleh karenanya, ideology bangsa menjelma menjadi pandangan hidup tadi akan selalu
mengalami transformasi kearah yang lebih ideal dan mengarah kepada kesempurnaan.
Sebagai pandangan hidup maka idealismenya akan selalu memberikan “pengetahuan
objektif” tentang otoritas politik atau pandangan otonom mengatasi berbagai masalah,
bagaimanapun ruwet dan komplikasinya.
Dalam hubungan ini pemikir terkenal Alferd North Whitehead dalam essaynya yang
berjudul “Adventures of Ideas” (New York, Mc Millon, 1993) mengemukakan adanya teori
“distorsi” dalam menulis sejarah bangsa-bangsa, akan selalu ada penyimpangan atau bentuk
yang tidak normal, karena sipenulis akan terpengaruh oleh pandangan hidupnya sendiri yang
diyakini kebenarannya, kemudian di wujudkan dalam bentuk kritisisme dan penilaian fakta
tertentu. Demikian juga “pemikiran atau ideas” yang dilahirkan oleh sebuah ideology, yang
selalu lahir dari sejarah sebuah bangsa, adalah akan tetap terperangkap oleh “intellectual
stand point” atau titik pandang / pendidikan intelektual bangsa ketika ideology maupun
pandangan hidup akan tetap terdistorsi oleh pandangan-pandangan yang hidup dari komunitas
politik terutama para elitenya, walaupun distorsi disini tidak harus “berarti negative” tetapi
justru lebih banyak arah “positif dan korrelatif” menuju perfeksi.
Hampir senada dengan itu, Prof. Robert Dahl, sebagai yang dikutip William E,
Connolly dalam “Political Science and Ideoli” (New York 1967), berpendapat bahwa nilai
yang lahir dari sebuah ide yang ditulis para ahli dalam “kerangka konsensual” sering harus
dibungkus oleh sebuah “rhetorika” atau “balaghoh” (yakni seni penyusunan kalimat yang
memiliki tujuan tertentu yang mulia). Rhetorika tersebut oleh Prof. Dahl lebih ditegaskan
5
sebagai “Consensual Rhetoric”, sebagai representasi asli tentang sesuatu masalah, ialah
sebuah produk masyarakat secara kollektif, dan akhirnya bisa menyelimuti seluruh proses
sistem politik selanjutnya.
Untuk lebih memperjelas objektivitas produk politik dari sebuah ideology yang
berkembang, bapak sosiologi Karl Mannheim menyimpulkan bahwa semua “Political
Thinking” termasuk di dalamnya apa yang disebut ideology atau pandangan politik suatu
bangsa akan selalu “relational”, artinya terkait erat antara “kepentingan dan situasi
lingkungan para pemikir, ketika deologi tersebut terbentu”. Ideology karenanya sebagai
gambaran mungkin tidak sempurna tentang realitas itu. Hanya yang menjadi opposant yang
bisa memberikan gambaran distorsi yang ada pada pandangan ideologis. Oleh karena itu,
dalam masyarakat liberal berkembang adanya kelompok cendekiawan yang “free floating”
(freischweben), yang merasa tidak terikat lagi pada kelompok tertentu atau tatanan tertentu
yang sudah established. Para flaters ini kemudian menghindar dari konflik politik yang sering
muncul dalam kehidupan demokrasi. Namun apabila secara teliti, maka tidak jarang
ditemukan bahwa ideology bisa mempunyai arti aslinya yang ilmiah dan tidak sedikitpun
terdistorsi oleh kepentingan atau otoritas politik tertentu.
Fungsi lembaga-lembaga yang dibentuk manusia adalah sebagai instrument, sarana, dan
wahana untuk mewujudkan pandangan kehidupan adalah sekedar merupakan konsepsi yang
bersifat abstrak, tanpa daya untuk mewujudkan dirinya dalam kenyataan.
Sebagai makhluk social manusia tidaklah mungkin hidup menyendiri. Oleh karena itu, setiap
manusia pribadi hidup sebagai bagian dari lingkungan social yang lebih luas, secara berturut-
turut lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan berbangsa, maupun
lingkungan bernegara.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang diberikan akal dan pikiran, serta hati. Secara
psikologi, karakter manusia terbentuk dari tiga unsur, yaitu pikiran, hati nurani, dan hawa
nafsu. Ketiganya ini harus berjalan dengan seimbang dan saling mengendalikan satu sama
lain untuk menjadikan karakter yang baik pada manusia tersebut. Maka, manusia semasa
hidupnya dalam setiap pekerjaan dan kegiatannya selalu menggunakan ketiga unsur tersebut,
sejak dilahirkan, manusia tentu saja telah memiliki karakter bawaan dari orang tuanya, dan
memiliki berbagai macam pengalaman semasa hidupnya sampai dia dewasa. Hal inilah yang
menyebabkan pandangan hidup yang berbeda-beda pada setiap orang.
Pandangan hidup adalah sikap manusia yang paling mendasar dalam hidupnya, baik itu
berupa masalah, tugas, tantangan, dan segala yang dilakukannya manusia pasti mempunyai
pandangannya masing-masing. Saya sebagai makhluk Tuhan yang beragama meyakini bahwa
Tuhan itu ada, dan sangat berperang penting dalam kehidupan. Banyak hal-hal yang tidak
bisa dijelaskan dengan akal sehat didunia ini, karena memang hal tersebut tidak akan bisa kita
pikirkan dengan pikiran kita yang terbatas. Hal inilah yang kita sebut sebanyak iman. Banyak
6
orang yang mempertanyakan tentang kepercayaan orang lain yang tidak bisa diterima dengan
akal sehatnya. Jawabannya adalah iman. Karena iman adalah dasar dari segala sesuatu yng
kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Sama halnya seperti rasa
sakit, cinta, dan kasih yang kita tidak dapat kita pikirkan dengan akal sehat tetapi kita
mempercayai keberadaan hal tersebut.
Dalam perjuangan menuju kehidupan yang lebih sempurna, sebaga makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa. Manusia memerlukan nilai-nilai unsur yang kan dianutnya sebagai
pandangan hidup nilai luhur adalah tolak ukur kebaikan yang berkenan dengan hal-hal yang
bersifat mendasar atau abadi dalam hidup manusia. Seperti tentang cita-cita dan tujuan yang
hendak dicapai dalam hidup ini.
Pandangan hidup adalah suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari
kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur. Pandangan hidup berfungsi sebagai alat untuk mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya.
Nilai-nilai luhur yang terkadung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia adalah nilai
ketuhanan, kemanusaan, persatuan, kerakyatan,dan keadilan. Nilai-nilai yang terkandung
dalam sila-sila pancasila tersebut berasal dari budaya masyarakat bangsa Indonesia sendiri.
7
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa adalah pancasila menjadi pemberi petunjuk
dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin bagi masyarakat yang
beraneka ragam sifatnya, seperti dikutp dari buku Ajar Pendidikan Pancasila oleh Irwan
Gesmi,S.Sos., M.Si, dan Yun Hendri, S.H., M.H.
Pandangan hidup suatu bangsa merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan bangsa tersebut. Bangsa yang tidak memiliki pandangan hidup adalah bangsa
yang tidak memiliki jati diri atau identitas dan kepribadian, seperti di kutip dari buku
Pendidikan Pancasilan dan Kewarganegaraan (PPKN di Perguruan Tinggi) oleh Sarinah,
Muhtar Dahri, dan Harmaini.
Makna pancasila sebagai pandangan hidup bangsa adalah Pancasila sebagai jati diri
dan kepribadian bangsa yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dan sudah
lama ada, dan berkembang di akar pribadi dan budaya bangsa Indonesia.
8
Pancasila dalam kedudukannya sebagai sumber dari segala sumber hukum atau
sumber hukum dasar nasional, menjadikan Pancasila sebagai ukuran dalam menilai
hukum yang di buat dan berlaku di negara Indonesia. Hukum yang dibuat dan berlaku di
negara Indonesia harus mencerminkan kesadaran dan rasa keadilan yang sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila. Hukum di Indonesia harus menjamin dan merupakan perwujudan
serta tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan
Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan interpretasinya
dalam tubuh UUD 1945 tersebut.
Pancasila dalam posisinya sebagai sumber semua sumber hukum, atau sebagai sumber
hukum dasar nasional, berada diatas konstitusi, artinya Pancasila berada di atas UUD
1945. Jika UUD 1945 merupakan konstitusi negara, maka pancasila adalah kaidah pokok
negaran yang Fundamental.
Kaidah pokok yang Fundamental itu mempunyai hakikat dan kedudukan yang tetap,
kuat dan tidak berubah bagi negara tersebut. Pancasila tidak dapat diubah dan ditiadakan,
karena Ia merupakan kaidah pokok yang fundamental. Bung Karno menyebut Pancasila
itu sebagai Philosofische grondslag (fundamen filsafat), pikiran sedalam-dalamnya, untuk
kemudian diatasnya didirikan bangunan “Indonesia merdeka yang kekal abadi”.
Pandangan hidup Bangsa ataupun Negara Indonesia ini adalah Pancasila. Dimana arti
Pancasila sebagi dasar negara adalah sumber dari segala sumber hukum yng berlaku di
Indonesia. Sehingga, Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur penyelenggaraan negara.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai pandangan hidup
bernegara berarti, petunjuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin di
dalam masyarakt yang sifatnya beraneka ragam.
9
Sebagai makhluk individu dan sosial tidaklah mungkin manusia dapat memenuhi
segala kebutuhannya sendiri, oleh karena itu untuk dapat memenuhi kebutuhannya ia
senantiasa memerlukan bantuan atau keberadaan orang lain. Dalam pengertian inilah
maka manusia sebagai pribadi hidup sebagai bagian dari lingkungan sosial yang lebih
luas secara berturut-turut hidup dari lingkungan negara yang merupakan lembaga-
lembaga masyarakat utama yang diharapkan mampu menyalurkan dan mewujudkan
pandangan hidupnya. Dengan demikian dalam kehidupan bersama warga negara itu
membutuhkan suatu tekad untuk mewujudkannya apa yang menjadi cita-citanya (cita-cita
bersama). Untuk mewujudkan cita-cita tersebut perlu kesadaran warga negara untuk
memenuhi kewajibannya sebagai warga negara yang baik, bersama dengn warga yang
lain untuk mendukung dan melaksanakan program-program yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pandangan hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan
jasmani dan rohani. Pandangan hidup berasal dari Tuhan, kebudayaan dan perenungan
diri. Ada yang berpandangan hidup biasa, ada yang negative dan positif. Pandangan hidup
mutlak diperlaukan, karena pandangan hidup adalah hal yang mendasari cita-cita, nilai-
nilai kehidupan, kebajikan, dan keyakinan. Tanpa pandangan hidup manusia tak punya
pedoman dan tujuan dalam mengarungi bahtera kehidupan.
3.2 SARAN
Sebagai manusia yang berakal budi, berpandangan hidup baiklah, jadilah insane yang
bertanggung jawab dan terus mengabdi dan berkorban demi kebaikan dan kebenaran.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://dunialppkb.wordpress.com/pancasila-sebagai-pandangan-hidup/
https://www-detik-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.detik.com/edu/detikpedia/
d-5663252/jabaran-perbedaan-arti-pancasila-sebagai-dasar-negara-dan-
pandangan-hidup/amp?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16336153742519&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A
%2F%2Fwww.detik.com%2Fedu%2Fdetikpedia%2Fd-5663252%2Fjabaran-
perbedaan-arti-pancasila-sebagai-dasar-negara-dan-pandangan-hidup
https://journal.actual-insight.com/index.php/decive/article/view/227
12