Anda di halaman 1dari 19

1

MAKALAH

KONSEP MANUSIA MENURUT PSIKOLOGI DAN ALKITAB


PSIKOLOGI PAK

Disusun oleh:
ALIYONO (2003190064)
BARTI HATULEKAL (20093190073)

PROGRAM STUDI
MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA
2021

1
2

KONSEP MANUSIA MENURUT PSIKOLOGI DAN ALKITAB

ABSTRAK

Secara historis dapat ditemukan bahwa ilmu yang tertua adalah ilmu filsafat, ilmu-
ilmu yang lain tergabung dalam filsafat, dan filsafat merupakan satu-satunya ilmu pada waktu
itu. Oleh karena ilmu-ilmu yang tergabung dalam filsafat akan dipengaruhi oleh sifat-sifat
dari filsafat, demikian pula halnya psikologi.
Psikologi dalam pendidikan Kristen menggambarkan manusia ciptaan Tuhan adalah
psikologi. Manusia selaku pelaku pendidikan dan pembelajaran merupakan makhluk sosial
individu yang memiliki aspek pikiran (mind), emosi (perasaan) dan kehendak (will). Menurut
Alkkitab, manusia juga memiliki hati, suara hati dan Roh (spirit) dan apabila manusia belajar,
semua aspek itu akan aktif dan terkait satu sama lain.
Jadi psikologi pendidikan berarti pendekatan secara menyeluruh diantaranya psikologi
dengan mempertimbangkan keberadaan, unik dan dengan segala potensi alamiah yang
mendasarinya. Maka konsep manusia menurut psikologi dan Alkitab merupakan bagian dari
seluruh rencana Allah atas manusia.

Kata kunci: Manusia menurut psikologi dan alkitab

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakan
Sudah merupakan pendapat para filsuf sejak sebelum Socrates, sampai zaman sarjana-
sarjana psikologi modern saat ini, bahwa manusia, selain merupakan mahkluk biologis yang
sama dengan makhluk hidup lainnya adalah juga makhluk yang mempunya sifat-sifat
tersendiri yang khas. Pandangan psikologi modern adalah bahwa kita tidak dapat menjadikan
manusia hanya sebagai objek seperti pandangan kaum materialis, tetapi kita juga tidak dapat
mempelajari manusia hanya dari kesadarannya saja seperti padangan idealis. Manusia adalah
objek yang sekaligus juga subjek.1
Manusia merupakan satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi. Alam
merupakan lingkungan kehidupan atau segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi seperti
1
Sarwono.S,Sarlito. Pengantar Psikologi Umum (2010), Jakarta: Rajawali Pers, Hlm 41

2
3

tumbuh-tumbuhan dan binatang. Manusia dan alam mempunyai hubungan yang saling
tergantung dan saling membutuhkan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah konsep manusia menurut aspek psikologi?
2. Bagaimanakah konsep manusia menurut aspek Alkitab?
3. Bagaimana aplikasinya untuk prinsip belajar?

C. TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep manusia menurut aspek psikologi.
2. Untuk mengetahui konsep manusia menurut aspek Alkitab
3. Untuk mengetahui aplikasi konsep manusia menurut aspek psikologi dan Alkitab untuk
prinsip belajar.

D. MANFAAT PENULISAN
Penelitian ini diharapkan dapat berguna:
1. Bagi Akademisi
Bagi akademisi, untuk rujukan dalam penelitian lebih lanjut, serta berguna sebagai
tambahan wawasan dan pengetahuan.
2. Bagi para pendidik PAK
Bagi para pendidik PAK berguna sebagai acuan dalam menentukan metode dan strategi
belajar PAK. Guru PAK bisa memahami konsep manusia menurut aspek psikologi dan
Alkitab, sehingga bisa menentukan metode belajar yang tepat yang sesuai dengan
psikologi peserta didik.

BAB II
PEMBAHASAN

3
4

1. KONSEP MANUSIA MENURUT ASPEK PSIKOLOGI


Banyak sarjana yang mencoba untuk memberi definisi yang tepat tentang manusia,
menurut E.Cassirer menyatakan “manusia adalah makhluk simbolis”, Plato merumuskan:
“Manusia harus dipelajari bukan dalam kehidupan pribadinya, tetapi dalam kehidupan sosial
dan kehidupan politiknya”, sedangkan menurut paham filsafat eksistensialisme: “Manusia
adalah eksistensi’2. Eksistensi atau keberadaan manusia, sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang
berada di bumi ini. Bertentangan dengan eksistensinya, manusia adalah makhluk biologis
yang sampai pada batas-batas tertentu terikat pada kodrat alam3.

Manusia dikatakan sebagai makhluk simbolik karena dalam kehidupan sehari-hari,


mereka sering menggunakan simbol-simbol. Simbol-simbol dalam kehidupan manusia juga
erat kaitannya dengan budaya. Dalam suatu kebudayaan, masyarakat dalam kebudayaan
tersebut sering menggunakan simbol-simbol dalam melambangkan sesuatu.4

Amin Maalouf, seorang Lebanon yang hijrah ke Prancis, mengemukan bahwa “ I haven’t got
several identities: I’ve got just one, made up many components in a mixture that is unique to
me, just as other people’s identity is unique to them as individuals” artinya, “Aku tidak
mempunyai sekian identitas: Aku hanya punya satu, terdiri dari banyak komponen dalam
suatu percampuran yang unik bagi diriku, sama seperti identitas orang lain yang juga unik
bagi mereka sebagai individu”5. Maalouf sebenarnya berbicara mengenai identitas. Lagi-lagi
kita mendapati pemahaman yang tidak biasa. Ketika berbicara mengenai identitas, orang
cenderung untuk membuat garis pemisah dirinya dengan yang lain, antara kelompok di mana
dia tergabung dan kelompok lainnya. Maalouf menolak penggambaran tersebut dan
memberikan penggambaran lain, yaitu bahwa sekalipun di dalam dirinya ada beragam
identitas, ia melihat dirinya sebagai orang yang hanya memiliki satu identitas6.

Dari sisi psikologi sosial, Bernice Lott mengamati gejala yang umum terjadi di berbagai
tempat dunia dewasa ini, yaitu bahwa: “ each of us is a multicultural human being” artinya,

2
Ibid, 42
3
Ibid, 42
4
Hoed, Benny H. 2011. Semiotik & Dinamika Sosial Budaya. Komunitas Bambu: Depok.
5
Amin Maalouf, In the Name of Identity, 2000, h.2
6
Setio, Robert, dkk, Teks dan Konteks Berteologi Lintas Budaya. BPK Gunung Mulia: Jakarta, hlm 99

4
5

“Setiap kita adalah manusia multibudaya”.7 Jadi, menurutnya gejala multibudaya tidak hanya
berhenti pada taraf kelompok (bangsa, masyarakat, komunitas), tetapi merambah hingga ke
taraf individu. Setiap orang yang hidup dalam konteks heterogeny akan mengalami
heterogenitas itu dalam dirinya.

Aristoteles berpendapat manusia adalah hewan yang berpolitik. Manusia merupakan


makhluk yang bisa bergerak, menyeimbangkan diri dan memiliki rasa senang, bahagia,
humanis dan juga mahkluk yang berbicara, berpikir, berjalan, bersikap, dan lainnya.

Banyak teori teori komunikasi yang dilatar belakangi konsep konsep psikologi tentang
manusia. Teori komunikasi dipengaruhi oleh psikologi humanistik yang menyatakan manusia
sebagai pelaku aktif dalam interaksi dengan lingkungannya (Homo Ludens).

Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berperan sebagai subjek maupun objek.
Manusia merupakan makhluk hidup yang sangat menarik. Manusia berperan sebagai subjek
dalam melaksanakan tindakan atau tingkah laku dalam lingkungannya selain itu manusia juga
bisa memikirkan dirinya sebagai objek pikiran dan renungan.
Keberadaan diri sebagai manusia merupakan tingkatan yang paling tinggi diantara makhluk
hidup sehingga ada kebanggaan di dalamnya.

Manusia terdiri dari jiwa dan raga. Kualitas manusia biasa dilihat dari seberapa baik jiwanya
atau disebut juga hatinya. Manusia berada pada tingkatan yang berbeda beda dilihat dari
jiwanya. Terdapat manusia yang memiliki perilaku diluar batas kemanusiaan dan ada juga
manusia yang memiliki tingkat kemanusiaan yang tinggi. Semua itu dilihat dari hubungan
antara apa yang ada dalam jiwa manusia dengan apa yang dilakukannya kepada lingkungan.
Manusia dari segi jiwa nya dibahas dalam bentuk filosofi, agama, dan psikologi. Aristoteles
mengatakan bahwa manusia merupakan bagian yang terdiri dari badan dan jiwa. Jiwa adalah
fungsi dari badan. 

Plato juga mengungkapkan bahwa badan hanyalah alat yang mengekspresikan jiwa.


Kemudian terbentuklah empat dinamika pemahaman terhadap manusia yang sifatnya trial dan
error seperti psikoanalisa, behaviorisme, kognitif, dan humanisme.
7
Ibid, 100

5
6

Plato menyebutkan manusia sebagai makhluk yang memiliki martabat tidak terbatas. Plato
menyebutkan bahwa manusia merupakan jiwa yang bersatu dengan raga, pribadi adalah jiwa
itu sendiri. Badan atau tubuh dianggap sebagai alat yang berguna untuk menjalani hidup
sekaligus menjadi pemberat keinginan jiwa untuk mencapai sesuatu.
Sedangkan jiwa berada sebelum badan, persatuan jiwa dan badan merupakan hukuman
karena berakibat kegagalan jiwa memusatkan perhatiannya pada keinginan atau ide. Sehingga
manusia disebutkan sudah memiliki eksistensi sebelum bersatu dengan badan dan ada di
dunia ini.

Psikoanalisa (Sigmund Freud 1856- 1939)


Ketika aliran aliran psikologi berkembang pesat disaat itu juga pandangan psikologi
yang dipelopori oleh Sigmund Freud mulai muncul. Freud merupakan seorang filsuf dari
Jerman yang memiliki dasar pendapat yang berangkat dari kenyataan.
Teori psikoanalitik Aliran psikoanalitik mempelajari perkembangan kepribadian dan perilaku
abnormal daripada aliran psikologi. Aliran ini dikembangkan oleh Dr. Sigmund Freud
sehingga lebih dikenal dengan nama Aliran Freud. Proses pengobatan gejala-gejala histeria
mulai dari pembiusan kemudian beralih ke hipnotis dan terapi bicara atau psikoanalisa yang
mengutamakan pentingnya proses ketaksadaran. Aliran Psikoanalitik terdiri dari dua variasi
yakni personal dan interpersonal, bagaimana kepribadian mempengaruhi belajar dan perilaku.
Aliran personal dari teori psikoanalitik adalah tradisi Sigmund Freud yang berpendapat
bahwa orang bertindak atas dasar motif yang tak disadarinya maupun atas dasar pikiran,
perasaan, dan kecenderungan yang disadari dan sebagaian disadari. Dasar pendapat dan
pandangan Frued berangkat dari keyakinan bahwa pengalaman mental manusia tidak
ubahnya seperti gunung es yang terapung di samudera yang hanya sebagian terkecil yang
tampak, sedangkan sembilan persepuluhnya dari padanya yang tidak tampak itulah yang
merupakan bagian/lapangan ketidaksadaran mental manusia berupa pikiran kompleks,
perasaan, dan keinginankeinginan bawah sadar yang tidak dialami secara langsung tetapi ia
terus mempengaruhi tingkah laku manusia. Bagi Frued, segala bentuk tingkah laku manusia
bersumber dari dorongan-dorongan pikiran bawah sadar. Dialektika antara kesadaran dan
ketidaksadaran ini dijelaskan Frued dalam tiga sistem kejiwaan. Id, Ego, dan Superego
Dalam pribadi manusia, ada yang disebut dengan ID (naluri), EGO (saya/aku), dan
SUPEREGO (norma). Ketiga hal ini akan membantu manusia untuk beradaptasi dengan
lingkungan hidupnya. Secara naluriah, manusia akan berusaha bertahan hidup dengan cara

6
7

apa pun seperti yang disebut di atas, termasuk mempertahankan diri tentang eksistensinya
dalam lingkungan.
1. Id merupakan kodrat makhluk. Id adalah naluri makhluk hidup dalam rangka
mempertahankan eksistensinya di muka bumi. Bertahan hidup dalam arti yang luas pada
dasarnya merupakan segala aspek yang kita lihat di bumi ini. Id pada manusia termasuk
naluri untuk berkembang biak, mempertahankan diri dari ancaman, naluri untuk bebas dari
rasa lapar dan haus seperti halnya makhluk lain. Id pada manusia menghasilkan
kecenderungan untuk agresif dan terfokus pada pemenuhan kebutuhan jasmani. Id adalah
bagian dari sistem yang dihasilkan oleh tubuh untuk memenuhi kebutuhannya. Id seluruhnya
berada pada alam bawah sadar. Id sering ditafsirkan sebagai instink seperti pada hewan.
Namun instink berbeda dengan id. Oleh Freud, id disebut sebagai Triebe atau dalam arti
literalnya drive (dorongan). Dorongan inilah yang menurut Freud mengendalikan dan
menentukan kemampuan, kualitas, dan kapasitas seseorang. Kalau id seseorang itu tinggi,
maka kualitas orang tersebut secara keseluruhan dengan sendirinya akan tinggi. Usaha yang
dilakukan oleh orang dengan id yang tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan usaha yang
dilakukan oleh orang yang id-nya rendah. Karena orang dengan id tinggi berusaha untuk
memenuhi kebutuhan hidup dalam arti luas dengan lebih baik. Begitu hebatnya id ini menurut
Freud sampai-sampai Freud berkata “Man is what his sex is; Kulitas Laki-laki itu tergantung
dari nafsu birahinya”, kata Freud.

2. Ego (pribadi) merupakan inti dari kesatuan manusia, dan bila terjadi ancaman terhadap ego
hal ini merupakan ancaman terhadap tulang punggung (eksistensi) manusia. Sehingga
kegagalan/kekecewaan terhadap pencapaian hal tersebut, atau terusiknya ego manusia, salah
satunya diungkapkan dengan marah. Selain sebagai bentuk ekspresi emosi, marah juga
merupakan satu bentuk komunikasi. Adakalanya orang lain baru mengerti maksud yang ingin
kita sampaikan ketika kita marah. Tanpa marah, orang lain malah menganggap kita main-
main atau tidak serius. Dalam hal ini, tentunya juga berkaitan dengan masalah budaya. Dalam
budaya masyarakat tertentu, suatu bentuk ekspresi seseorang akan dianggap sebagai bentuk
ekspresi marah sedangkan dalam budaya masyarakat lain dianggap biasa-biasa saja, salah
satu contoh konkretnya adalah logat bahasa. Contoh lain: dalam pertandingan sepak bola. Tak
jarang kita lihat ada pemain yang bersitegang, terutama apabila terjadi pelanggaran. Ketika
bersitegang, sikap yang ditunjukkan para pemain Eropa akan berbeda dengan sikap yang
diperlihatkan para pemain Indonesia. Dalam kebanyakan pertandingan Liga Eropa yang kita
saksikan di televisi, apabila pemain saling bersitegang, mereka beradu mulut dan bahkan

7
8

saling berhadapan. Mata melotot dan urat-urat leher pun tampak menjadi tegang. Namun,
setelah melampiaskan kekesalan dan amarah masing-masing, mereka pun bisa segera
melanjutkan pertandingan dengan baik. Adapun di Indonesia, tak jarang kita menyaksikan
persitegangan antara dua pemain, namun merembet pada pemain lain sehingga menyebabkan
perkelahian massal antarpemain.

3. Superego, dorongan dari id, menjadi tidak dapat diterima oleh seseorang bukan saja ketika
Ego-nya mengantisipasi ketidakmungkinan sementara karena karena kondisi dan keadaan,
tapi juga secara lebih permanen. Hal itu disebabkan karena sistem ketiga dari pikiran manusia
yang disebut superego. Superego merupakan pengendali dari ego dan id yang bukan berasal
dari dalam diri tetapi dari penyerapan standar aturan dan pranata dari pendidikan orang tua.
Superego merupakan bagian kepribadian yang berhubungan dengan etika, standar moral dan
aturan. Superego berkembang selama 5 tahun pertama kehidupan sebagai respon dari
pendidikan orang tua. Perkembangan superego menyerap tradisi dari keluarga dan
lingkungan sekitar. Superego berfungsi sebagai pengendali perilaku atau penyaring
rangsangan sosial yang tidak memenuhi standar perilaku. Dalam bahasa sederhana, Superego
sering diterjemahkan sebagai conscience atau suara hati. Pelanggaran terhadap suara hati atau
standar superego menghasilkan perasaan bersalah, kegelisahan dan rasa khawatir. Superego
terus berkembang seiring dengan pertumbuhan dan pengetahuan pribadi seseorang dimana ia
menemukan sosok, sistem aturan atau pikiran-pikiran yang diketahuinya dari pergaulan
dalam masyarakat yang lebih luas.

Behaviorisme (Jhon Broade 1878- 1959)


Aliran behaviorisme ini ditemukan oleh Jhon Broade di Amerika Serikat. John
mengungkapkan bahwa dalam psikologi dibutuhkan interopeksi diri atau melihat dan
mengamati perasaan diri sendiri. Ilmu psikologi harus menjadi ilmu yang objektif sehingga
dilakukan penelitian penelitian untuk mengamati adanya perasaan perasaan tertentu dalam
diri orang yang diperiksa. Beberapa orang menganggap ini hanyalah reaksi yang dipengaruhi
oleh kondisi tertentu.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa manusia merupakan hasil dari kondisi kondisi yang
mempengaruhinya dari lingkungan disekitarnya. Behaviorisme memandang manusia hanya
dari badaniah. Adapun semboyan dari orang orang yang mempercayai aliran behaviorisme

8
9

yaitu “The trust is in the making”. Kebenaran adalah apa yang dapat dibuktikan dengan
tindakan atau perlakuan dan menguntungkan.

Dasar aliran behaviorisme ini menjadi dasar aliran yang mempengaruh perkembangan
keilmuan psikologi modern seperti B. F. Skinner dimana dia berpendapat bahwa lingkungan
merupakan kunci utama penyebab terjadinya tingkah laku manusia dan tingkah laku tersebut
memiliki hubungan sebab akibat terhadap lingkungan.
Aliran ini berpendapat bahwa perilaku manusia ditentukan oleh lingkungan luar dan situasi
tertentu. 

Abraham Maslow
Aliran humanisme Abraham Maslow tercipta sebagai penyempurna dan perbedaan
pendapat atas kedua aliran yang sudah ada sebelumnya. Menurut aliran humanisme ini bahwa
manusia memiliki dasar yang baik dan kebebasan. Aliran humanisme tidak setuju pada aliran
sebelumnya yaitu aliran Freud tentang gagasan bahwa perilaku dan pribadi manusia diatur
oleh alam bawah sadar, begitu juga dengan aliran behavioris yang menyatakan bahwa
kepribadian manusia dipengaruhi oleh lingkungan.

Berlainan dengan psikoanalisa, psikologi humanistik memiliki asumsi terhadap hal baik lebih
banyak daripada hal buruk. Aliran ini fokus pada kemampuan pada diri manusia seperti
abstraksi, aktualisasi, makna hidup, pengembangan diri, dan estetika.
Asumsi ini membuktikan bahwa manusia itu sadar dan mandiri, berperilaku aktif dalam
segala hal. Salah satu tokoh pada aliran ini adalah Victor Frankl dengan logoterapi dan
mengatakan bahwa manusia terdiri dari dua komponen dasar yaitu dimensi raga, dan dimensi
jiwa. Dimensi ini dianggap sebagai inti kehidupan dan makna hidup. Logoterapi mengajarkan
bahwa jiwa dan raga merupakan satu kesatuan.

Humanisme mengakui pengalaman masa lalu mempengaruhi kepribadian manusia, namun


melalui kedudukan. Maslow dalam aliran humanisme ini memunculkan hirearki yang sangat
dikenal dengan Hirearki kebutuhan dasar Maslow. Dalam teori Maslow terdapat lima jenjang
kebutuhan dasar manusia yang disusun secara bertingkat dengan menentukan kebutuhan
mana yang lebih tinggi dibandingkan kebutuhan lainnya.

9
10

Transpersonal
Aliran transpersonal merupakan pengembangan dari aliran humanisme yang dibentuk
oleh beberapa tokoh. Tokoh pengembangnya sendiri yaitu S. Y. Skapiro dan Denise H.
Lajole.
Setelah mengupas banyak psikologi transpersonal, pada akhirnya didapatkan pengertian
tentang psikologi transpersonal yaitu psikologi transpersonal memiliki kepedulian pada
kajian tentang kemanusiaan, potensi tertinggi, dan memahami potensi luhur kemanusiaan
dengan fenomena tentang spiritual sebagai sebuah bentuk kesadaran dari derajat manusia.
Psikologi Transpersonal memandang manusia dari dua segi yaitu potensi luhur dan fenomena
kesadaran.
Psikologi transpersonal menaruh perhatian pada pengaruh dimensi spiritual pada manusia
yang berpotensi mengembangkan kemampuan yang luar biasa. Pada aliran psikologi
terdahulu, hal ini tidak terlihat. Aliran psikologi humanistik yaitu bahwa psikologi
humanistik melihat potensi ditimbulkan dari hubungan manusia sedangkan psikologi
transpersonal menggunakan pengalaman luar biasa dan dimensi spiritual manusia.

Jacques. Lacan
Menurut Jacques. Lacan yang menggerakkan kehidupan manusia itu adalah hasratnya.
Setiap manusia yang mengidentifikasi dirinya dalam suatu identitas tanpa sadar dibentuk oleh
hasratnya.Kemudian manusia mendapatkan konsep tentang dirinya, oleh Lacan dibagi
berdasarkan tiga fase yang memiliki hubungan dengan tiga ranah dalam psikis manusia,
pertama dinamakan fase pra-odipal pada tatanan Real (the Real), fase cermin pada tatanan
Imajiner (the Imaginer), dan fase odipal pada tatanan Simbolik (the Simbolic). Dalam fase
Real, manusia dikatakan berada pada tahap kebutuhan (need) di mana dalam fase Real yang
ada hanya kebutuhan. Dalam fase the Real, segala sesuatu terpenuhi, tak ada kekurangan, dan
utuh contoh pada diri seorang bayi. Kedua, fase cermin (yang masih merupakan bagian dari
fase imajiner, dimana seorang bayi akan mengenali dirinya sebagai Liyan terlebih dahulu,
sebelum mengenal dirinya sebagai “Diri”. Diri selalu menemukan dirinya melalui refleksi
pada orang lain). Ketiga fase Oedipal menuju tahap kedewasaan (keterasingan antara ibu dan
bayi) anak akan mulai melihat dirinya sebagai satu kesatuan dan memandang ibunya sebagai
Liyan.

Frederick Perls

10
11

Perls merupakan seorang humanis yang memiliki pandangan optimistik tentang sifat dasar
manusia. Dimana, setiap manusia memiliki tujuan yang sama yakni mengaktualisasikan diri.
Perls juga berpandangan bahwa manusia sebagai ciptaan yang memiliki sifat dasar baik
(good) dan memiliki kemampuan untuk menangani kehidupannya dengan sifat berhasil,
meskipun kadang-kadang mereka membutuhkan bantuan. Dengan kata lain, individu itu
memiliki kesanggupan memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai
pribadi yang terpadu.

Menurut Perls manusia yang sehat adalah mereka yang bertindak secara produktif dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan pemeliharaan, dan secara intuitif bergerak menuju
pertumbuhan dan pemeliharaan diri.

Thomas Aquinas
Thomas menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk individual dan merupakan
kesatuan jiwa dan bada. Sedangkan pribadi dimaksudkan sebagai masing masing individu
dimana manusia memiliki kodrat yang rasional. Manusia dinyatakan merupakan suatu
substansi yang terdiri dari dua material yaitu jiwa dan tubuh atau badan.

David Hcme
Pribadi merupakan identitas manusia yang merupakan jati dirinya berkaitan dengan waktu.
David berpegang teguh pada kepercayaan bahwa pengetahuan ilmiah dapat dicapai dengan
pengalaman inderawi seperti penciuman, pengelihatan, pendengaran, dan perabaan.

Immanuel kant
Immanuel Kant merupakan sosok filsuf yang cukup di kenal di masanya dan membawa
banyak pandangan pandangan bagi keilmuan. Immanuel kant berpendapt bahwa pribadi
merupakan identitas numerik yang disadari mengenai diri seseorang pada waktu yang
berbeda beda. Identitas diri tidak dapat digunakan sebagai penyanggah keyakinan bahwa
semua yang terjadi di dunia ini selalu mengalir bergantian.

John Dewey
Pribadi diartikan sebagai seseorang yang bertindak mewakili suatu kelompok. Individu dapat
diartikan pribadi apabilla dia mengemban nilai sosial yang mewakili dari kelompok
masyarakat tertentu.

11
12

Kurt lewin
Lewin mengembangkan teori lapangan dimana menganalisa manusia dalam lingkungan yang
konkret yang berupa ruang kehidupan yang berisi pribadi individu, orang lain dan
lingkungan. Lewin menyatakan bahwa dia percaya perilaku tidak ditentukan oleh masa lalu
melainkan apa yang terjadi saat ini.

2. KONSEP MANUSIA MENURUT ASPEK ALKITAB

Bila kita memahami manusia menurut aspek Alkitab, kita akan mulai memahaminya dari
awal manusia diciptakan, sebagaimana yang tertulis didalam Kejadian 1:26-27
“Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita      menjadikan manusia  menurut gambar     dan
rupa     Kita, supaya mereka berkuasa     atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di
udara     dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang
merayap di bumi." Maka Allah menciptakan    manusia   itu menurut gambar-Nya,   menurut
gambar Allah  diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan   diciptakan-Nya mereka”8.
Berdasarkan Alkitab, bahwa manusia adalah ciptaan Allah, yang diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah. Artinya manusia diciptakan begitu istimewa, karena diciptakan
serupa dan segambar dengan Allah. Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan tangan
Allah sendiri, dihemburkan nafas dari Allah sendiri. Diberikan roh, jiwa dan tubuh yang
sempurna, sehingga manusia menjadi makhluk hidup yang menjadi alat Tuhan di muka bumi
ini.

Didalam I Tesalonika 5:23 “Semoga Allah damai sejahtera, menguduskan kamu


seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat
pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita”.
Ada 3 aspek dalam diri manusia: Tubuh, Jiwa dan Roh.
1) Tubuh (Daging) merupakan unsur lahiriah manusia, unsur daging yang dapat dilihat,
didengar, disentuh, dan sebagainya.
2) Jiwa (Pikiran, Kehendak dan Perasaan) merupakan unsur batiniah manusia yang tidak
dapat dilihat.
8
Alkitab Kejadian 1:26-27

12
13

3) Roh, merupakan Nafas yang dihembuskan oleh Allah ke dalam manusia dan kembali
kepada Allah. Roh adalah sifat alami manusia yang memungkinkan manusia
berkomunikasi dengan Allah, yang juga adalah Roh.
Setelah manusia jatuh ke dalam dosa karena melanggar perintah Allah, maka keadaan
manusia berubah total. Manusia terpisah dari Allah yang adalah kudus, sementara manusia
berdosa. Keadaan ini membuat umat manusia akhirnya semakin jauh dari Allah dan akhirnya
manusia kembali mau mencari Allah dengan caranya sendiri-sendiri.
Akan tetapi usaha manusia mencari Allah, merupakan usaha yang sia-sia. Karena
keberadaan manusia di tempat yang gelap penuh dosa, dan Allah di tempat yang maha kudus.
Antara Allah dan manusia terdapat jurang pemisah, yaitu dosa.
Sekalipun manusia berdosa, tidak pernah mengurangi kasih Allah kepada manusia
yang adalah makhluk ciptaan-Nya sendiri. Oleh sebab itu, Allah mengutus Anak-Nya yang
tunggal, yaitu Tuhan Yesus Kristus untuk datang ke dunia, menyelamatkan umat manusia.
Allah sendiri yang menjadi manusia didalam diri Yesus Kristus.
Setiap manusia yang percaya kepada-Nya, sebagaimana di katakana kitab suci, maka
akan diselamatkan. Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga
Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-
Nya tidak bisana melainkan beroleh hidup yang kekal”. Setiap manusia yang percaya
kepada-Nya akan mengalami kelahiran kembali, menjadi manusia baru.

Manusia baru adalah (1) seseorang yang menerima bagian dalam kematian Tuhan
Yesus dan dosa-dosanya dihapuskan (Roma 5:8-9; 6:5), (2) seseorang yang menerima bagian
dalam kebangkitan Tuhan Yesus (Roma 6:5), (3) seseorang yang manusia lamanya disalibkan
dan tidak menjadi hamba dosa lagi, (4) seseorang yang memandang dirinya telah mati bagi
dosa dan hidup bagi Allah di dalam Kristus Yesus (Roma 6:11), dan (5) seseorang yang tidak
memberi dirinya menjadi senjata dosa/kelaliman, tetapi menyerahkan anggota-anggota
tubunya kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran (Roma 6:13).9

Richard L. Pratt menambahkan bahwa orang-orang yang percaya dalam Kristus


diperbaharui secara terus menerus menurut sifat mereka yang semula sebagai manusia yang
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Mereka diberikan kebenaran, kesucian, dan
pengetahuan yang benar, di mana semua itu telah hilang pada waktu kejatuhan. Pembaharuan

9
Chris Marantika, Kepercayaan dan Kehidupan Kristen (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Teologia Injil
Indonesia,1996), 139.

13
14

melalui kelahiran baru tidak hanya meliputi sebagian dari manusia, melainkan meliputi
seluruh karakternya, bahkan proses berpikirnya. Manusia tidak diselamatkan untuk sekedar
berada dalam keadaan yang manis dan menyenangkan, namun, manusia diperbaharui sebagai
ciptaan baru dan dikembalikan kepada asal mula keberadaan manusia sebagai gambar Allah
melalui kelahiran baru.10

Manusia lama adalah manusia dalam keadaan mati tanpa pengharapan (Efesus 2:1-
10). Berikut ada beberapa ulasan tentang kehidupan orang yang di luar Allah yaitu; Pertama,
keadaan mati. Dikatakan dalam Efesus 2:1, “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-
pelanggaran dan dosamu.” Sidlow Baxter mengatakan bahwa hakekat maut bukannya
perhentian tapi perpisahan. Matinya tubuh berarti tubuh berpisah dari roh; sedang matinya
roh berarti roh berpisah dari Allah, hilangnya hidup yang tertinggi yang manusia punya
dahulu sebelum dosa memisahkannya dari Allah sumber hidupnya11.

Kedua, manusia taat kepada iblis (Ef 2:2) “Kamu mengikuti jalan dunia ini karena
kamu menaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara
orang-orang durhaka.” Yang dimaksud dengan itu adalah roh-roh jahat atau iblis yang
menguasai kehidupan manusia dan manusia di bawah kendali kuasa kegelapan, sehingga
manusia tidak dapat melihat terang Kristus. Maksudnya adalah bahwa semua manusia di
dunia ini hidup di dalam dosa dan semua orang mengikuti cara hidupnya. Mereka taat kepada
setan yang adalah roh kejahatan dan yang menguasai manusia di dunia ini.12

Ketiga, manusia di bawah kuasa hawa nafsu daging (Efesus 2:3)“ Kami hidup di
bawah hawa nafsu daging dan pikiran kami yang jahat.” Artinya bahwa manusia di bawah
nafsu, kehendak dan pkiran-pikiran yang terikat pada dunia, sehingga membuat manusia
hidup melakukan apa yang jahat. Keempat, akibat semuanya itu, manusia mengalami murka
Allah atau penghukuman yang berasal dari Allah (Efesus 2:3), “Pada dasarnya kami adalah
orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.” Semua hal tersebut di atas
harus mendapat hukuman karena berhubung dengan diri Allah yang kudus, di mana Allah
harus menghapuskan dosa13

10
Richard L. Pratt, Menaklukkan Segala Pikiran Kepada Kristus (Malang: Seminar Alkitab Asia
Tenggara,2003), 57-58.
11
Ibid., 107.
12
R. E. Harlow, Ephessians in the Beloved (Canada: Everyday Publication INC, 1984),
13
Abineno, J.L. Ch. Tafsiran Alkitab Surat Efesus, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.

14
15

Keadaan Manusia Baru Manusia baru adalah manusia yang dihidupkan oleh Allah (Efesus
2:5-10).Semua keadaan manusia tersebut di atas patut dimurkai oleh Allah. Namun, karena
Allah sangat mengasihi manusia, maka Ia mengutus Yesus Kristus adalah anak-Nya yang
tunggal menjadi pendamai antara Allah dan manusia sehingga terjadi pertalian yang baru.
Ada beberapa hal penting berhubungan dengan manusia baru yaitu; Pertama, manusia
dihidupkan kembali di dalam Kristus (Efesus 2:5). Allah “telah menghidupkan kita bersama-
sama dengan Kristus.”Artinya bahwa manusia yang dahulu mati karena perbuatanperbuatan
dosa dan pelanggaran kepada Allah harus mati, tetapi Allah menghidupkan kembali di dalam
Yesus Kristus.Ini merupakan anugerah Allah bagi manusia sehingga manusia boleh
menikmati anugerah Allah. His mercy is rich and His love is great14

Kedua, manusia dibangkitkan (Efesus 2:6) “Dan di dalam Yesus Kristus Ia telah
membangkitkan kita.” Yesus bukan hanya menghidupkan manusia tetapi juga
membangkitkan manusia. Kebangkitan Kristus memberikan hidup baru bagi setiap orang
percaya dan melepaskan orang percaya dari perhambaan. Maksudnya adalah bahwa Allah
membangkitkan Kristus dari kematian dan sebagai hasilnya manusia mendapatkan berkat
yang besar. Kebangkitan Kristus memberikan pengharapan bahwa setiap orang percaya akan
duduk bersama-sama Kristus di sorga. Ketiga, manusia mendapat mahkota yaitu mendapat
tempat yang mulia bersama Bapa di sorga (Efesus 2:6) “Dan memberikan tempat bersama-
sama dengan Dia di sorga.” Artinya bahwa manusia akan menikmati sukacita sorga bersama
dengan Kristus. Keempat, manusia diberi kasih karunia oleh Allah (Efesus 2:8,9). Dahulu
kita “orang-orang yang harus dimurkai”, tetapi sekarang tidak demikian lagi karena pada
masa yang akan datang, Ia (Allah) menunjukkan kekayaan-Nya yang melimpah-limpah dari
kasih karuniaNya menurut kehendak-Nya kepada kita dalam Kristus Yesus15

3. APLIKASI KONSEP MANUSIA MENURUT ASPEK PSIKOLOGI DAN


ALKITAB UNTUK PRINSIP BELAJAR.

Menurtu Mulyasa (2007), manusia merupakan subjek dalam kehidupan sebab sebagai
makluk ciptaan Tuhan. Selalu melihat, bertanya, berpikir, dan mempelajari segala sesuatu

R. E. Harlow, Ephessians in the Beloved (Canada: Everyday Publication INC, 1984), hlm 14
14

0 J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab:Roma Sampai dengan Wahyu (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
15

Kasih, 2011), 109

15
16

yang ada dalam kehidupannya.16 Dalam literatur psikologi pada umumnya, berpendapat
bahwa prilaku utama manusia dan corak kepribadian adalah keadaan jasmani, kualitas,
kejiwaan, dan situasi lingkungan.
Sinmund Freud (1856-1839), kepribadian manusia terdiri dari tiga sistem antara lain; id
(dorongan biologis), ego (kesadaran terhadap realitas kehidupan), dan super ego (kesadaran
normative) yang berinteraksi satu sama lain.
Senada dengan Maslow: Manusia mempunyai kebutuhan fisiologis, rasa aman, dikasihi
dan mengasihi, serta rasa memiliki dan aktualisasi diri.
Sebagai orang Kristen yang percaya kepada Allkitab, sabda Allah, menurut piskologi
belajar pada umumnya manusia memiliki tubuh, pikiran, emosi, dan jiwa (soul), Alkitab
berkata, manusia juga memiliki hati, suara hati (hati nurani), dan Roh (spirit).

Kejadian 1:26-27 menjelaskan bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang membawa
rupa dan gambarNya. Allah memberikan berbagai potensi dalam diri manusia seperti
kemampuan berkomunikasih, berpikir, merasakan, juga berbuat, agar mempermuliakan Dia.
Kejadian 2:7 menemukan banwa manusia yang diciptakan Allah itu terbentuk dari debu tanah
dan padanya dihembuskan nafas kehidupan (Ibr. nefes hayyah). denga demikian manusia
sebagai indifidu (pribdi) memiliki dimensi fisisk (jasmani) yang terikt pada alam, manusia
juga memiliki aspek non-fisik atau rohani (ispritual) membuat manusia membutuhkan Allah
dalam seluruh kehidupannya.
Dalam injil Markus 12:29 dan 30 menegaskan perkataan Yesus agar kita mengasihi
Allah dengan segenab hati, jiwa, kekuatan, dan akal budi. Injil Lukas 2:40,52 mengemukakan
bahwa Tuhan Yesus bertumbuh dalam fisikNya, hikmatnya, spiritual, dan dalam sosialNya.
Ibrani 4:12 mengiden tifikasi bahwa manusia memiliki roh dan jiwa. Dengan demikian hal itu
berarti, menurut penulis hati sangat sentral dalam kegiatan belajar. Pikiran diaktifkan melalui
informasi. Jadi dari keterangan tersebut dapat penulis kemukakan beberapa prinsip belajar
bertolak dari konsep manusia, menurut ajatran Alkitab antara lain;
1. Manusia makluk dimensi fisik (jasmani). yang menurut sains memeiliki syaraf,
kalenjar, kerangka sistim pencernaan, sistimpernapasan, sistim sirkulasi, dan sistim
pembuangan.
2. Manusia makluk social. Ia membutuhkan sesamanya, baik jenis maupun lawan
jenisnya.

16
Junihot S “Psikologi Pendidikan Agama Kristen”, Studi Psikologi Kristen dan Penerapannya dalam
Pendidikan Agama Kristen, Yogyakarta: ANDI, 2016, hal 33-40

16
17

3. Manusia adalah makluk Alam. Hal itu berarti alam juga memengaruhi manusia dalam
kegiatan belajar.
4. Manusia merupakan makluk social. Pikiran atau akal budi harus digunakannya bagi
kemuliaanNya.
5. Manusia merupakan makhluk spiritual. Roh manusia aktif dalam belajar untuk
pertumbuhan imannya.
Dengan demikian belajar menurut konsep Alkitab sangat kompleks dan berlangsung
dalam setiap detik kehidupan. Hal yang penting lagi bahwa tujuan belajar manusia ialah
mengenal Allah Tritunggal yang kudus, hingga mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa,
kekuatan, dan akal budi, juga dengan suara hati yang bersih.
Ibrani 1:1-3, manusia juga belajar mengenal Dia, dirinya serta sesama, dan
lingkungannya. dan dengan berbagai pendekatan. Peniruan, pembiasaan, aktivitas mendengar,
melihat, mencercap, mencium, menyentuh, melakukan, dan juga merasakan, semua ini
penting dalam kegiatan belajar.

BAB III
PENUTUP

17
18

KESIMPULAN
Berdasarkan pemahaman diatas dapat ditari kesimpulan bahwa konsep manusia
menurut psikologi dan alkitab tidak lepas dari pandangan filsafat yang memandang manusia
sebagai makhluk religi, makhluk indifidu dan makhluk sosial namun dengan demikian
pandangan Alkitab mengenai manusia merupakan hal yang mendasar bagi praktik
pelaksanaan pendidikan kristen antara lain; 1). Manusia sebagai makhluk religi yang
merupakan ciptaan Allah dan memilili ketaatan kepada Allah. 2). Manusia sebagai makhluk
individu yang unik dan bernilai dalam pandangan Allah. 3). Manusia sebagai mahluk sosial
yang memilii rasa solidaritas dan tanggung jawab masyarakat. Sedangkan implikasi dalam
pendidikan agama kristen dapat mengunakan filsafat pendidikan agama kristen yang
bersumber dari Alkitab.

SARAN
Dalam penulisan makalah ini, kelompok 2 menyadari masih jauh dari sempurna. Masih
banyak kekurangan baik dari bentuk kajian, penulisan dan sumbernya, dirasa perlu adanya
penelitian lebih lanjut. Oleh sebab itu, kelompok 2 berharap saran dan masukan dari rekan-
rekan, teman-teman semuanya dan pak dosen, untuk perbaikan penulisan makalah ini
selanjutnya.
Akhir kata, “Tak ada gading yang tak retak” kami kelompok 2 pun menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, sebab itu,kami memohon maaf yang sebebsar-
besarnya.
Terima kasih.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono.S,Sarlito. Pengantar Psikologi Umum (2010), Jakarta: Rajawali Pers, Hlm 41


Ibid, 42
Ibid, 42
Hoed, Benny H. 2011. Semiotik & Dinamika Sosial Budaya. Komunitas Bambu: Depok.
Amin Maalouf, In the Name of Identity, 2000, h.2
Setio, Robert, dkk, Teks dan Konteks Berteologi Lintas Budaya. BPK Gunung Mulia: Jakarta,
hlm 99
Ibid, 100
Alkitab Kejadian 1:26-27
Chris Marantika, Kepercayaan dan Kehidupan Kristen (Yogyakarta: Sekolah Tinggi
Teologia Injil Indonesia,1996), 139.
Richard L. Pratt, Menaklukkan Segala Pikiran Kepada Kristus (Malang: Seminar Alkitab
Asia Tenggara,2003), 57-58.
Ibid., 107.
R. E. Harlow, Ephessians in the Beloved (Canada: Everyday Publication INC, 1984),
Abineno, J.L. Ch. Tafsiran Alkitab Surat Efesus, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
R. E. Harlow, Ephessians in the Beloved (Canada: Everyday Publication INC, 1984), hlm 14
J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab:Roma Sampai dengan Wahyu (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih, 2011), 109
S. Junihot, Psikologi Pendidikan Agama Kristen, Yogyakarta: Andi. 2016, 33-34

19

Anda mungkin juga menyukai