Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL HAKIKAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:

Disusun Oleh :

Logo

JURUSAN
FAKULTAS
UNIVERSITAS
T.A. 2023
1

PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan
pikiran. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat
paling tinggi di antara citaannya yang lain. Hal yang paling penting dalam
membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi
dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya
di dunia. Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan
pelatihan. Jadi dalam hal ini pendidikan adalah proses atau perbuatan mendidik.
Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap dalam melaksanakan tugas
hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Jadi karena manusia diciptakan
oleh Tuhan dengan berbekal akal dan pikiran maka manusia membutuhkan
pendidikan untuk mengembangkan kehidupannya demi memuaskan rasa
keingintahuannya.
Sumber daya manusia merupakan aset nasional dan sebagai modal dasar
dalam mewujudkan pembangunan bangsa. Untuk menggali dan mengembangkan
potensi tersebut, diperlukan jasa yaitu Pendidikan. Pendidikan merupakan upaya yang
digunakan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan
tingkah laku. Oleh karena itu proses pendidikan harus dilakukan dengan benar karena
sebagai dasar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pembentukan
karakter manusia.

KAJIAN PUSTAKA
1. Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial. Antara manusia satu dengan
manusia lainnya memiliki dorongan untuk berinteraksi dan berkelompok demi
mencapai kepentingan serta tujuan yang sama. Bersosialisasi merupakan
upaya diri dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial. Kemampuan
bersosialiasi dengan lingkungan sosial akan mempengaruhi proses kehidupan
selanjutnya. Sikap sosial yang baik dapat menciptakan kerukunan,
kenyamanan, dan ketentraman di Negara. Sikap sosial yang baik juga bisa
2

digunakan untuk memecahkan masalah. Oleh sebab itu, jiwa sosial pada anak
harus ditanamkan dan dipupuk sejak dini.
Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu kala sampai zaman
modern sekarang ini belum pernah berakhir dan tak akan pernah berakhir.
Memikirkan dan membicarakan tentang hakikat manusia inilah yang
menyebabkan orang tidak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang
memuaskan tentang pertanyaan mendasar mengenai manusia, yaitu apa, dari
mana dan kemana manusia itu.
Islam berpandangan bahwa hakikat manusia ialah perkaitan antara badan dan
ruh. Badan dan ruh masing-masing merupakan substansi yang berdiri sendiri,
yang tidak tergantung adanya oleh yang lain. Islam secara tegas menyatakan
bahwa badan dan ruh adalah substansi alam, sedangkan alam adalah makhluk
dan keduanya diciptakan oleh Allah, dijelaskan bahwa proses perkembangan
dan pertumbuhan manusia menurut hukum alam material (Jalaluddin dan
Abdullah Idi, 1997: 108). Jadi, manusia itu terdiri dari dua substansi yaitu
materi yang berasal dari bumi dan ruh yang berasal dari Tuhan. Maka hakikat
manusia itu adalah ruh itu, sedangkan jasadnya hanyalah alat yang digunakan
oleh ruh untuk menjalani kehidupan material di alam material yang bersifat
sekunder dan ruh adalah yang primer, karena ruh saja tanpa jasad yang
material tidak dapat dinamakan manusia.
Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran (consciousness) dan
penyadaran diri (self-awarness). Oleh karena itu, manusia adalah subjek yang
menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinya dengan segala
sesuatu yang ada di luar dirinya (objek). Selain itu, manusia bukan saja
mampu berpikir tentang diri dan alam sekitarnya, tetapi sekaligus sadar
tentang pemikirannya. Namun, sekalipun manusia menyadari perbedaannya
dengan alam bahwa dalam konteks keseluruhan alam semesta manusia
merupakan bagian daripadanya. Oleh sebab itu, selain mempertanyakan asal
usul alam semesta tempat ia berada, manusia pun mempertanyakan asal-usul
keberadaan dirinya sendiri.
Beberapa ahli filsafat, Socrates misalnya, menyebut manusia sebagai
Zoon politicon atau hewan yang bermasyarakat, dan Max Scheller
menyebutnya sebagai Das Kranke Tier atau hewan yang sakit yang selalu
bermasalah dan gelisah.1 Ilmu-ilmu humaniora termasuk ilmu filsafat telah
3

mencoba menjawab pertanyaan mendasar tentang manusia itu, sehingga


terdapat banyak rumusan atau pengertian tentang manusia. Selain yang telah
disebutkan di atas, beberapa rumusan atau definisi lain tentang manusia adalah
sebagai berikut:
a) Homo sapiens atau makhluk yang mempunyai budi.
b) Homo faber atau Tool making animal yaitu binatang yang
pandai membuat bentuk peralatan dari bahan alam untuk
kebuTuhan hidupnya.
c) Homo economicus atau makhluk ekonomi.
d) Homo religious yaitu makhluk beragama.
e) Homo laquen atau makhluk yang pandai menciptakan bahasa
dan menjelmakan pikiran dan perasaan manusia dalam kata-
kata yang tersusun.
Di samping itu masih ada ungkapan lain tentang definisi manusia, di
antaranya, manusia sebagai: animal rationale (hewan yang rasional atau
berpikir), animal symbolicum (hewan yang menggunakan symbol)dan animal
educandum (hewan yang bisa dididik). Tiga istilah terakhir ini menggunakan
kata animal atau hewan dalam menjelaskan manusia. Hal ini mengakibatkan
banyak orang terutama dari kalangan Islam tidak sependapat dengan ide
tersebut. Dalam Islam hewan dan manusia adalah dua makhluk yang sangat
berbeda. Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk sempurna dengan
berbagai potensi yang tidak diberikan kepada hewan, seperti potensi akal dan
potensi agama. Jadi jelas bagaimanapun keadaannya, manusia tidak pernah
sama dengan hewan.
Terdapat dua pandangan filsafat yang berbeda tentang asal-usul alam
semesta, yaitu
(1) Evolusionisme dan
(2) Kreasionisme.
Menurut Evolusionisme, alam semesta menjadi ada bukan karena
diciptakan oleh sang pencipta atau prima causa, melainkan ada dengan
sendirinya, alam semesta berkembang dari alam itu sendiri sebagai hasil
evolusi. Sebaliknya, Kreasionisme menyatakan bahwa adanya alam semesta
adalah sebagai hasil ciptaan suatu Creative Cause atau Personality yang kita
sebut sebagai Tuhan YME (J. Donal Butler, 1968). Menurut Evolusionisme
4

beradanya manusia di alam semesta adalah sebagai hasil evolusi. Hal ini,
antara lain dianut oleh Herbert Spencer (S.E. Frost Jr., 1957) dan Konosuke
Matsushita (1997). Sebaliknya, Kreasionisme menyatakan bahwa beradanya
manusia di alam semesta sebagai makhluk (ciptaan) Tuhan. Filsuf yang
berpandangan demikian, antara lain Thomas Aquinas (S.E. Frost Jr., 1957)
dan Al-Ghazali.

2. Hakikat Manusia dengan Pendidikan


Manusia disebut “Homo Sapiens”, artinya makhluk yang mempunyai
kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Salah satu insting manusia adalah
selalu cenderung ingin mengetahui segala sesuatu di sekelilingnya yang belum
diketahuinya. Berawal dari rasa ingin tahu maka timbullah ilmu pengetahuan.
Dalam hidupnya manusia digerakkan sebagian oleh kebutuhan untuk
mencapai sesuatu, dan sebagian lagi oleh tanggung jawab sosial dalam
masyarakat. Manusia bukan hanya mempunyai kemampuan-kemampuan,
tetapi juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan, dan juga tidak hanya
mempunyai sifat-sifat yang baik, namun juga mempunyai sifat-sifat yang
kurang baik, oleh karena itu diperlukan suatu pengetahuan yang diperoleh dari
menempuh pendidikan. Pendidikan ialah proses menumbuh kembangkan
potensi manusia melalui pengajaran, bimbingan, tauladan dan lainya sehingga
terwujud menjadi manuisa seutuhnya. Yakni manusia yang memiliki
keimanan dan ketakwaan serta pengetahuan yang tercermin dalam akhlak
mulia yang dimilikinya.
Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan yang melibatkan manusia
secara penuh, dilakukan oleh manusia, antar manusia, dan untuk manusia.
Dengan demikian berbicara tentang pendidikan tidak dapat dilepaskan dari
pembicaraan tentang manusia. Banyak pendapat tentang pendidikan yang
dikemukakan oleh para ahli pendidikan pada umumya sepakat bahwa
pendidikan itu diberikan atau diselengarakan dalam rangka mengembangkan
seluruh potensi manusia ke arah yang positif. Melalui pendidikan, manusia
diharapkan mampu meningkatkan dan mengembangkan seluruh potensi
pemberian Tuhan kepadanya sehingga menjadi manusia yang lebih baik, lebih
berbudaya, dan lebih manusiawi. Kegiatan pendidikan yang dilaksanakan
harus terarah, sehingga hasilnya berupa pengembangan potensi manusia, yang
5

nantinya dapat berdaya guna dan berhasil guna dan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Pendidikan juga memegang peranan penting dalam kehidupan
bernegara. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 (Made Pidarta, 2007:10-11) memuat
“Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran sehingga siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan masyarakat, bangsa, dan negara”.
Selain itu, dari segi sosial psikologis manusia dalam proses
pendidikan sebagai makhluk yang sedang bertumbuh dan berkembang dalam
proses komunikasi antara individualitasnya dengan orang lain atau lingkungan
sekitaryna dan proses ini dapat membawanya ke arah pengembangan sosial
dan kemampuan moralitasnya. Dalam proses tersebut terjadi suatu
pertumbuhan atau perkembangan secara dealektis atau interaksional antara
individu dan sosialitas serta lingkungan sekitarnya, sehingga terbentuklah
proses biologis, psiklogis dan sosiologis sekaligus dalam waktu bersamaan
dalam rangka pengembangan terhadap kemampuan dasar atau bakat manusia.
Proses kependikan yang terjadi pada manusia menurut ajaran Islam
dipandang sebagai perkembangan alamiah pada diri manusia yang sudah
ditetapkan oleh Allah berdasarkan sunnatullah (HM. Arifin, 1994: 58-59).
Proses kependidikan yang ada pada akhirnya diharapkan mampu membina
kepribadian manusia, baik demi ultimate goal maupun tujuan-tujuan yang
terdekat. Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan terdapat dalam Al-Qur’an
sebagai sumber utama dan paling utama. Hal demikian karena Al-Qur’an
merupakan pedoman atau petunjuk yang lengkap dan universal dalam
memberikan penjelasan bagi kehidupan manusia. selain daripada kitab suci
Al-Qur’an, Rasulullah merupakan dasar atau landasan yang tidak bisa
dipisahkan dalam pelaksanaan pendidikan. hal tersebut karena Rasululllah
merupakan makhluk pilihan Allah Swt yang menjadi tauladan bagi umat
manusia. Tujuan akhir pendidikan adalah kesempurnaan pribadi yang
didasarkan pada asas self-realisasi, yakni merealisasikan potensi-potensi yang
6

sudah ada pada diri manusia baik berupa potensi moral, keterampilan maupun
perkembangan jasmani.

PENUTUP
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang terdiri dari unsur jasmani dan ruhani.
Manusia lahir dengan membawa potensi fitrah. Potensi-potensi yang dimiliki oleh
manusia tersebut dapat dikembangkan dengan baik dan produktif melalui proses
pendidikan. Selain itu, manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor hereditas dan lingkungan. Pendidikan ialah proses
menumbuh kembangkan potensi manusia melalui pengajaran, bimbingan, tauladan
dan lainnya sehingga terwujud menjadi manuisa seutuhnya. Yakni manusia yang
memiliki keimanan dan ketaqwaan serta pengetahuan yang tercermin dalam akhlak
mulia yang dimilikinya. Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan terdapat dalam Al-
Qur’an sebagai sumber utama dan paling utama.
7

DAFTAR PUSTAKA

Arfani, L. (2018). Mengurai hakikat pendidikan, belajar dan pembelajaran. Pelita


Bangsa Pelestari Pancasila, 11(2).
Lenggono, W. (2021). MANUSIA DAN PENDIDIKAN (Dasar Pelaksanaan
Pendidikan bagi Kehidupan Manusia). Jurnal Mahasantri, 1(2), 176-193.
Khobir, A. (2010). Hakikat Manusia dan Implikasinya dalam Proses Pendidikan
(Tinjauan Filsafat Pendidikan Islam). In Forum Tarbiyah (Vol. 8, No. 1).
Knapp, C. E., & Goodman, J. (1983). Humanizing Environmental Education: A Guide
for Leading Nature and Human Nature Activities.
Nawangsih, E., & Achmad, G. H. (2022). Hakikat Manusia dalam Konteks
Pendidikan Islam. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(2), 3034-3044.
O’Hear, A. (2012). Education, society and human nature: An introduction to the
philosophy of education. Routledge.

Anda mungkin juga menyukai