Anda di halaman 1dari 105

TESIS 1

Manusia mengaktualisasikan martabatnya dalam perjuangan menuju hidup baik, bersama dan
bagi orang lain sebagai kesatuan utuh dengan alam semesta, apabila semakin memperluas lingkup
kebebasan, menghargai pluralitas, dan membangun institusi-institusi yang adil.

S / P / OP / Ket Predikat / Ket syarat


(S) / P / O + (S) / P / O + (S) / P / O

Pokok-pokok Bahasan
1. Manusia adalah makhluk bermartabat
2. Diskusi: bagaimana martabat itu diaktualisasikan
a. Dlm perjuangan menuju hidup baik bersama dan bagi orang lain sbg kesatuan utuh dg alam
semesta
b. Semakin memperluas lingkup kebebasan
c. Menghargai pluralitas
d. Membangun isntitusi-institusi yang adil

Penjelasan Tesis
1. Manusia adalah makhluk bermartabat
a. Pandangan biblis
1) Mns diciptakan Allah scr istimewa krn sesuai dg gambar dan citra Allah (Kej 1:26-31; 9:6).
2) Berkat inkarnasi dan penebusan Kristus, manusia diangkat sebagai anak-anak Allah (Gal
3:26). Sebab, Kristus yg adl Allah (Yoh 1:1) telah merendahkan diri dan mengambil rupa
manusia (Flp 2:6-8) untuk mengangkat manusia menjadi anak-anak Allah berkat
penebusan-Nya (Gal 3:26).
3) Kesimpulan: manusia mempunyai martabat yang sangat luhur baik dilihat dari asal-usulnya
maupun tujuan hidupnya, yaitu bersatu dengan Allah (EV 38).

b. Pandangan filosofis
1) Immanuel Kant berpandangan bahwa manusia mempunyai nilai intrinsik, yakni martabat
yang membuatnya bernilai mengatasi segala nilai. Martabat ini terletak pada rasio yang
membuatnya menjadi subjek rasional yang mempuyai kesadaran dan kebebasan. Hal ini
membuatnya bisa memilih dan menentukan keinginan/kehendak dan tujuan hidupnya.
Selain itu, dengan rasionya manusia juga mampu untuk menyadari tugas moralnya dan
mengambil keputusan-keputusan serta tindakan-tindakan moral sesuai dengan hak,
kewajiban, dan tanggungjawabnya.
2) Martabat mns ditegaskan dengan identitas hakiki manusia, yaitu: jiwa, badan, dan aku.
a) Jiwa meliputi segala sesuatu yang khas manusiawi, yaitu semua yang bersangkutan
dengan hati atau budi. Oleh karena itu, bidang jiwa ini menjamin atau mengusahakan
kebebasan, pendidikan, kebudayaan, hidup bersama, struktur sosial-politik, tata
hukum, budi pekerti dan iptek. Jiwa ini mempunyai sifat: kesadaran (Descartes),
kerohanian (Neo-Platonis), moral (Agustinus), dan imortal (Thomas Aquinas).  inilah
faktor internal hdp manusia.
b) Badan/tubuh adalah seluruh bidang kehidupan yang fisik material, jasmani dan
badaniah, misalnya makan, minum, kenyamanan, kesehatan, kesejahteraan, dll. 
inilah faktor eksternal hidup manusia.

1
c) Aku adalah kesatuan badan dan jiwa  badan yang menjiwa – jiwa yang membadan.
Aku menunjukan pada seluruh diri pribadiku, baik aspek badaniah maupun jiwa. Jiwa
adalah inti ke-aku-an sebagai manusia dan badan adalah alat natural untuk
mengungkapkan ke-aku-an. Oleh karena itu, martabat manusia tidak ditentukan oleh
situasi badaniah seseorang (sehat/sakit, lengkap/cacat) tetapi oleh faktor internal,
yaitu dirinya sebagai manusia.
3) Martabat manusia juga ditegaskan dengan sifat-sifat hakikinya yang menjadikannya
sebagai makhluk istimewa dan berbeda (lebih unggul) dari ciptaan lain. Beberapa sifat
hakiki yang membentuk manusia sebagai seorang pribadi manusia tersebut antara lain :
a) Homo vivens (mns makhluk hidup)
Hidup merupakan syarat mutlak bagi pengakuan dan pengaktualisasian martabat
manusia. Hidup berarti bergerak dan berkegiatan. Gerak dan kegiatan manusia ini
bersifat intrinsik (dari dalam) dan imanen (ajeg, terus-menerus) serta mempunyai
tujuan: asimilasi (penuhi kebutuhan), rehabilitasi (menyembuhkan), reproduksi
(keturunan), adaptasi.
b) Homo somaticus (mns makhluk badani)
Tubuh adalah komponen hakiki dari keberadaan manusia. Kekhasan tubuh manusia
antara lain: kompleks, mengalami strukturasi (perkembangan bertahap – tak
terspesialisasi sejak awal), adaptif, dan vertikal. Dengan tubuhnya, manusia
melakukan berbagai macam fungsi: mendunia, sosial, epistemologis (mengetahui),
ekonomis, dan asketis.
c) Homo sentiens (mns makhluk merasakan)
Manusia adalah makhluk yang mempunyai afeksi, yaitu segala macam perasaan yang
merasuki kegiatan atau mendorong tindakan. Kekhasan afeksi (perasaan) manusia
adalah bertahan lama, mendalam, dan membentuk kepribadian (bdk. Binatang =
spontan). Disposisi dasar manusia berkaitan dengan perasaannya adalah: cinta
(penerimaan) dan benci (penolakan) yang akan sangat memperngaruhi cara pandang,
cara pikir, dan cara bertindak.
d) Homo volens (mns makhluk berkehendak)
Manusia adalah makhluk yang mempunyai kehendak untuk memilih dan
menginginkan sesuatu. Oleh karena itu, kehendak ini mengisyaratkan adanya
kebebasan, baik kebebasan sosial (bebas DARI) maupun kebebasan eksistensial (bebas
UNTUK). Dengan adanya kehendak yang bebas ini, manusia menjadi subjek moral dan
kemudian mengambil suatu tindakan moral tertentu. Menurut Plato dan Thomas
Aquinas, pada dasarnya setiap manusia menghendaki “yang baik”. Oleh karena itu,
kehendak manusia selalu terkait dengan nilai, tujuan, moral, dan kebaikan. Nilai
adalah sifat/kualitas yang melekat pada objek kehendak; Tujuan adalah halnya,
substansi/objek yang dikehendaki. Moral adalah penilaian baik buruk atas nilai dan
tujuan yang diperjuangkan oleh kehendak.
e) Homo sapiens (mns makhluk mengetahui)
Pengetahuan merupakan unsur khas manusiawi berkat akal budi yang dimilikinya.
Dengan pengetahuannya, manusia bisa berhubungan dengan objek tertentu
sehingga objek tersebut menjadi nyata, hadir, bahkan menjadi miliknya. Berkat
pengetahuannya itu, manusia juga bisa mengarahkan kehendak dan tubuhnya pada
objek yang diinginkannya. Berkat pengetahuannya pula, manusia bisa melampaui
keterbatasan-keterbatasan fisiknya. Beberapa sumber pengetahuan antara lain :
a) Persepsi : kesadaran melalui akan budi dan panca indra
b) Intelek : berdasarkan kesadaran rasional  deduksi – induksi
c) Ingatan : pemahaman berdasarkan yg pernah diketahui
d) Ignstrospeksi : berdasarkan pengolahan refleksif
e) Intuisi : pengetahuan tanpa mediasi
f) Clairvoyance : ramalan masa depan

2
g) Telepati : gelombang energi batin
h) Pre-cognisi : pra-pemahaman

Terbentuknya pengetahuan manusia :


 Manusia berelasi dengan dunia
 Dlm relasi tersebut, manusia mampu mengambil jarak terhadap pengalaman dan
hal2 di luar diri
 Manusia membaca data-data (legere) atas apa yg dilihat dan dialami =
pengetahuan indrawi
 Dengan akal budinya, manusia menangkap makna di balik data-data yg dibaca
(intus-legere) = pengetahuan intelektif-intuitif
Pengetahuan didapatkan melalui proses pendidikan. Visi pendidikan modern-
kontemporer adl:
 Cultura mentis, yaitu budaya budi yg unggul (memiliki pengetahuan yg
mendalam). Pengetahuan dimengerti sbg proses memperjuangkan, mencintai,
dan memperdalam pemahaman akan keutamaan-keutamaan hidup secara
disiplin.
f) Homo loquens (mns makhluk berbicara)
Berbicara merupakan kemampuan khas manusia (binatang = bersuara). Dalam
berbicara, manusia melibatkan seluruh aspek keperibadian baik fisik, psikis,
pengetahuan, maupun kerohaniannya.
g) Homo faber (mns makhluk bekerja)
Bekerja adalah aktivitas yang khas manusia dan melibatkan seluruh aspek
kepribadiaanya, baik fisik, psikis, pengetahuan, maupun kerohaniannya. Dengan
bekerja, manusia merealisasikan pengetahuan dan kehendaknya untuk beberapa
tujuan, antara lain: memajukan dunia (kosmis), humanisasi diri (antropologis),
keselamatan hidup (religius-sotereologis), dan memenuhi kebutuhan hiduo
(ekonomis).
h) Homo socialis (mns makhluk sosial)
Secara hakiki, manusia adalah makhluk sosial. Dalam kesendiriannya, ia tidak dapat
hadir di dunia, memenuhi kebutuhannya, dan merealisasikan kehendaknya. Oleh
karena itu, manusia selalu membutuhkan orang lain dan hidup bersama. Meskipun
demikian, manusia juga tetap merupakan makhluk individual yang otonom (bebas
menentukan dirinya sendiri), unik, dan tak tergantikan. Manusia adalah makhluk
individual sekaligus sosial. Aku mengatakan “saya” karena ada “kita”, “kamu”,
“mereka”, dan “dia”. Hal ini terkait dengan kebebasan dan otonomi manusia yang
tidak pernah absolut karena selalu berhubungan/ berbatasan dengan manusia yang
lain. Oleh karena itu, sesama tidak pernah boleh dijadikan alat/sarana untuk
mencapai tujuan tertentu, tetapi harus dijadikan partner/rekan kerja.
i) Homo religius (mns makhluk transendensi diri / religius)
Selain jiwa dan badan, sebenarnya masih ada satu lagi unsur hakiki manusia, yaitu
roh. Roh ini mencakup bidang iman dan kepercayaan. Di satu sisi, roh ini bisa
dimengerti sebagai daya dan dorongan dari dalam diri manusia untuk beriman dan
mengarahkan diri pada Yang Transenden. Di sisi lain, roh ini merupakan anugerah
Tuhan yang hanya diberikan kepada manusia sehingga ia dapat mengarahkan diri
kepada-Nya.
j) Homo Intramundans (mns di dlm dunia)

4) Keseluruhan aspek-aspek di atas merupakan satu-kesatuan sebagai pribadi manusia.


Tentu saja, mereka dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu aspek esensial dan tidak
esensial. Aspek esensial manusia sebagai makhluk yang bermartabat adalah kesatuan jiwa

3
dan badan. Sementara aspek-aspek lain, bukanlah unsur yang esensial sebab ketika salah
satu atau beberapa aspek tersebut tidak ada atau kurang, ia tetaplah seorang manusia.
Misalnya, ia tidak berkegiatan, cacat fisik/tubuh, perasaannya sedang kacau, tidak bebas
karena mengalami berbagai macam keterbatasan (fisik, psikis, normatif), tidak dapat
berbicara, tidak bisa bekerja, dan tidak bisa berelasi dengan orang lain (koma)  ia
tetaplah manusia bermartabat sejauh ia masih manusia.

2. Bagaimana martabat manusia itu diaktuasisasikan?


a. Dalam perjuangan menuju hidup baik bersama dan bagi orang lain sbg kesatuan utuh dg alam
semesta
1) Perjuangan menuju hidup baik
a) Setiap orang menghendaki suatu kehidupan yang baik  lebih baik  dan terbaik.
Namun, masing-masing orang mungkin mempunyai pandangan dan ukuran yang
berbeda-beda berkaitan dengan apa dan bagaimana hidup yang baik itu. Namun,
secara umum dapat dikatakan bahwa suatu kehidupan (pribadi dan bersama) itu
dikatakan baik jika semua hak, kewajiban, dan tanggung jawab dilaksanakan sesuai
dengan peran dan fungsi masing-masing dengan mengindahkan aturan main yang
berlaku. Dengan kata lain, kebaikan yang dimaksud di sini adalah kebaikan bersama
(bonum commune).
b) Dengan seluruh aspek hidupnya, manusia memperjuangkan kebaikan bersama ini.
Artinya, manusia mengerahkan seluruh pribadinya yang dieksplisitkan dalam berbagai
macam kegiatan hidup, olah tubuh, afeksi, kehendak, pikiran/pengetahuan,
pembicaraan, pekerjaan, dan relasinya demi terlaksananya hak, kewajiban dan
tanggungjawabnya secara proporsional sehingga terciptalah bonum commune. Dengan
demikian, manusia yang bermartabat itu semakin mengaktualisasikan martabatnya.
2) Bersama dan bagi orang lain sebagai kesatuan utuh dengan alam manusia
a) Sebagaimana sudah dikatakan di atas, manusia adalah makhluk individual sekaligus
sosial. Ia hanya bisa hidup dengan baik dan merealisasikan hak, kewajiban, dan
tanggungjawabnya, jika ia menghayati ke-indiviudal-annya dan ke-sosial-annya. Di satu
sisi, hal ini menegaskan bahwa kebaikan hidup manusia tidak mungkin hanya
merupakan kebaikan individual tetapi sosial. Di sisi lain, manusia secara pribadi tidak
mungkin bisa menciptakan suatu kehidupan yang baik, entah bagi dirinya sendiri entah
bagi orang lain. Oleh karena itu, kehidupan yang baik itu harus diusahakan bersama
dan bagi orang lain dalam kesatuan dengan alam semesta.
b) Usaha untuk memperjuangkan hidup yang baik bersama dan bagi orang lain
mengisyaratkan bahwa orang lain harus diperlakukan sebagai sesama rekan kerja,
bukan sebagai alat. Hal ini perlu ditegaskan mengingat setiap manusia mempunyai
martabat yang sama. Sementara itu, alam semesta dengan segala isinya dijadikan
sarana untuk dikelola bersama demi terciptanya kehidupan yang baik. Dengan kata
lain, kita memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang disediakan alam semesta, baik fasilitas
natural maupun yang sudah diolah untuk menciptakan kebaikan bersama. Tentu saja,
pelaksanaan hak, kewajiban, dan tanggung jawab kita tidak hanya mengikat relasi kita
dengan orang lain tetapi juga dengan alam semesta ini.
b. Semakin memperluas lingkup kebebasan
Aktualisasi martabat manusia dalam perjuangan menuju hidup baik membutuhkan prasayat
mutlak berupa kebebasan, baik kebebadan sosial (sisi eksternal) maupun kebebasan
eksistensial (sisi internal). Sebab, hanya manusia bebaslah yang bisa melaksanakan hak,
kewajiban, dan tanggungjawabnya secara baik. Oleh karena itu, setiap orang harus
memperluas lingkup kebebasan ini, baik menghayati diri sebagai manusia bebas dalam
melaksanakan hak, kewajiban, dan tanggung-jawabnya, maupun memberi kebebasan kepada
orang lain untuk melaksanakan hak, kewajiban, dan tanggungjawabnya masing-masing.

4
Dengan adanya kebebasan setiap individu, masing-masing dapat menggunakan,
mengembangkan, dan mengabdikan aspek-aspek hidupnya demi kebaikan bersama.

c. Menghargai pluralitas
Setiap manusia adalah khusus, unik, dan berbeda satu dengan yang lainnya. Kekhususan,
keunikan, dan perbedaan ini menyangkut berbagai aspek kehidupan. Namun, manusia yang
memiliki berbagai macam perbedaan ini mempunyai martabat yang sama, yaitu sebagai
manusia. Masing-masing manusia yang berbeda ini sama-sama manusia yang berdimensi
sosial, yang. mau tidak mau harus hidup bersama dan bekerjasama untuk mewujudkan
kehidupan yang baik, entah bagi dirinya sendiri, bagi orang lain, entah bagi komunitas. Hal ini
hanya akan terwujud jika setiap individu menghargai perbedaan dan keberagaman masing-
masing. Perbedaan tidak malah menjadikannya sebagai alat pemecah tetapi justru sebagai alat
pemersatu yang menyuburkan kerjasama karena masing-masing yang berbeda itu saling
melengkapi.
d. Membangun isntitusi-institusi yang adil
Kehidupan bersama dengan orang lain mengandaikan adanya aturan main yang dapat
dijadikan pedoman hidup. Oleh karena itu, manusia membagun institusi sosial baik dalam
bidang keluarga, pendidikan, ekomoni, politik, dan budaya. Talcot Parson mengartikan institusi
sosial sebagai “keseluruhan bentuk/struktur sosial yang didasarkan pada hukum/aturan yang
dihasilkan oleh publik”. Institusi sosial ini mengandung 3 aspek dasar, yaitu: mengatur pola
perilaku, mempengaruhi individu secara terorganisir - kontinyu - pasti, dan mengandung
imperatif moral. Dengan kata lain, institusi sosial ini mengatur pendistribusian hak, kewajiban,
dan tanggung jawab masing-masing anggota masyarakat. Oleh karena itu, supaya
pendistribusian hak, kewajiban, dan tanggung jawab ini terlaksana dengan baik, institusi sosial
yang dibangun haruslah institusi yang adil. Bahkan, John Rawls menegaskan bahwa keadilan
merupakan keutamaan terpenting dari institusi sosial. Beberapa prinsip untuk menciptakan
institusi yang adil: masing-masing anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk
mengembangkan diri dan mengambil bagian dalam kehidupan bersama, aturan dibuat dengan
menguntungkan semua pihak terutama mereka yang paling tidak beruntung, dan adanya
aturan main yang jelas dan pasti untuk semua.

Referensi :
1. KWI, Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi, Yogyakarta: Kanisius, 1996
2. Rachels, J., Filsafat Moral, Yogyakarta: Kanisius, 2004
3. Kusmaryanto, CB.,SCJ,.Dr,. Tolak Aborsi, Yogyakarta: Kanisius, 2005
4. Diktat dan catatan kuliah: Filsafat Manusia dan Filsafat Sosial

5
TESIS 2
Manusia mencari kebenaran melalui pengetahuannya yang selalu berkembang, supaya ia bisa
menjelaskan, mengontrol, dan memprediksi realitas melalui metodologi yang mengindahkan
struktur dan kaidah pengetahuan-pengetahuan sesuai dengan penalaran yang masuk akal.

S / P / OP / Ket Cara / Ket Tujuan


S / P / OP / Ket Cara

Tesis 2 dalam kaitannya dengan FTW dan tesis-tesis (teologi) yang lain:
 Kepedulian pokok FTW: membangun Gereja yang hidup dan aktif terlibat.  Pencarian
kebenaran untuk dapat menjelaskan, mengontrol dan memprediksi realitas secara masuk akal,
merupakan wujud dan usaha kongkret untuk menjadi Gereja yang hidup dan aktif terlibat dalam
hidup bermasyarakat.
 Kaitan dengan tesis teologi: Teologi mempunyai berbagai macam ajaran (iman dan moral) yang
dipandang sebagai kebenaran. Oleh karena itu, kita perlu untuk memahami kebenaran-
kebenaran tersebut dan menerapkannya dalam konteks hidup kita yang konkret.

Pokok Bahasan Tesis 2:


1. Manusia hidup di dunia ini dan berhadapan dengan berbagai macam realitas, baik berkaitan
dengan manusia itu sendiri (diri sendiri dan sesama) maupun alam. Realitas manusia dan alam
mau tidak mau mempengaruhi hidup manusia, bahkan bisa jadi menentukannya.
2. Supaya manusia tetap bisa eksis, bertahan hidup dan menjadi semakin manusiawi (dimensi-
dimensi hidupnya berkembang dengan baik), manusia harus “menguasai” realitas tersebut tidak
malah sebaliknya “dikuasai” oleh realitas.
3. Tidak semua realitas bisa dikuasai oleh manusia, tapi manusia tidak tunduk begitu saja pada
realitas, tetapi mempunyai keterampilan dan kemampuan untuk menjelaskan, mengontrol, dan
memprediksi.
4. Upaya untuk menjelaskan, mengontrol, dan memprediksi realitas itu tidak asal-asalan saja tetapi
harus sungguh bisa dipertanggungjawabkan (tesis 1: demi kebaikan). Oleh karena itu, usaha-
usaha ini harus mengindahkan struktur dan kaidah pengetahuan-pengetahuan sesuai dengan
penalaran yang masuk akal.
5. Supaya manusia bisa mencapai hal-hal di atas, yaitu:
- menjelaskan, mengontrol, dan memprediksi realitas
- dengan metodologi yang mengindahkan struktur dan kaidah pengetahuan pengetahuan
sesuai dengan penalaran yang masuk akal
maka manusia mencari kebenaran melalui pengetahuannya yang berkembang.
6. Pertanyaannya:
a. Manusia mencari kebenaran tentang apa?
- Tentang realitas, karena kebenaran yang dicari itu bertujuan untuk menjelaskan,
mengontrol, dan memprediksi realitas.
- Sebab, orang yang mempunyai kebenaran tentang realitas berarti memahami realitas itu
secara benar sehingga dapat menjelaskan, mengontrol, dan memprediksi realitas itu
dengan baik.
b. Bagaimana (dengan apa / melalui apa) manusia mencari kebenaran?
- Melalui pengetahuannya sehingga memungkinkannya bisa menjelaskan, mengontrol, dan
memprediksi realitas dengan metode yang mengindahkan struktur dan kaidah
pengetahuan sesuai penalaran yang masuk akal.
c. Realitas itu (selalu) berubah dan berkembang. Berarti pemahaman yang benar akan realitas
itu juga (harus) berkembang. Bagaimana ini?

6
- Tidak masalah, karena pengetahuan manusia juga terus berkembang. Artinya,
perkembangan pengetahuan manusia itu, menungkinkan manusia untuk terus menerus
mencari kebenaran akan realitas kongkret yang dihadapinya.
Contoh:
Realitas alam
1. Manusia berhadapan dengan realitas udara semakin panas (global warming). Realitas ini jelas
mempengaruhi eksistensi/hidup manusia.
2. Supaya tetap bisa eksis, bertahan hidup dan menjadi semakin manusiawi (dimensi-dimensi
hidupnya berkembang dengan baik), manusia harus “menguasai” realitas tersebut tidak malah
sebaliknya “dikuasai” oleh realitas dengan cara: menjelaskan, mengontrol, dan memprediksi
realitas global warming tersebut.
3. Supaya dapat menjelaskan, mengontrol, dan memprediksi realitas global warming itu dengan
baik dan akhirnya dapat mengambil tindakan yang bertanggung jawab, manusia harus mencari
kebenaran tentang global warming itu. Artinya, manusia harus mengetahui dan memahami
global warming itu secara benar. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan instrumen
pengetahuan yang dimiliki.
4. Kalau manusia mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang benar akan global warming,
maka ia bisa menjelaskan, mengontrol, dan memprediksinya
1) Menjelaskan:
- Gejala: suhu udara semakin panas (di atas .... oC)
- Akibat: gerah, tidak nyaman, musim kemarau lebih panjang, tanaman mudah kering,
gagal panen, krisis pangan, es di kutub mencair, pulau tenggelam, dll
- Sebab: polusi udara (asap pabrik, kendaraan, rokok), CFC (AC, kulkas), radiasi (TV,
komputer, LCD), alat-alat listrik, penggundulan hutan, dll
2) Memprediksi:
- Kalau masalah ini tidak diatasi, hidup manusia semakin terancam
- Udara akan semakin panas, hidup tidak lagi nyaman
- Kemarau panjang, tanaman kering, gagal panen, krisis pangan, manusia mati.
3) Mengontrol:
- Menghentikan penggundulan hutan, reboisasi
- Mengurangi penggunaan AC, kulkas, alat-alat listrik, rokok
- Mengelola parbrik sesuai dengan AMDAL, khususnya pengelolaan asap dan limbah
Pengetahuan dan pemahaman kita yang benar akan realitas global warming sehingga dapat
menjelaskan, memprediksi dan mengontrol dengan baik itu kita dapatkan dengan pengetahuan
kita tentang baca-tulis, geografi, biologi, fisika, kimia, sosiologi, internet, dll.

Lampiran:
1. Manusia mencari kebenaran
a. Sepanjang sejarah, manusia terus-menerus mencari kebenaran.
 Sokrates: - orang mencari kebenaran demi ketenangan jiwa.
- metode: dialektika = bertanya  hipotesis  keraguan  kebenaran.
takjub  ragu  goncang/terasing.
 Philosophia (cinta akan kebijaksanaan)  manusia mencintai dan mencari kebenaran.
b. Kebenaran yang menjadi objek pencarian manusia itu apa?  hakikat, kriteria, karakter,
bukti?
1) Hakikat (dasar) kebenaran mengandung banyak arti:
a) Deskriptif: diterapkan untuk menggambarkan pernyataan secara jelas dan benar
sekarang hujan, batu itu keras, bola itu bulat
b) Instrumental: diterapkan pd kepercayaan yg memicu tindakan dg berhasil

7
 nasi menghasilkan karbohidrat bg tubuh, telp mempermudah komunikasi jrk
jauh, api itu panas so tdk dipegang; O 2 itu penting - O2 dr tumbuhan - lestarikan
lingk
c) Ontologis: kebenaran yang mengacu pada hal real yg tak perlu dipertanyakan
(ilmu tentang pengada dan bersifat spekulatif)
 bayi lahir dari ibu; manusia diciptakan oleh Tuhan
d) Eksistensial: dihayati pd kesadaran praktis - menyangkut keberadaan dan cara
berada
 tahu bahwa itu pintu, keluar/masuk lewat pintu; tahu itu kursi, duduk di kursi

2) Kriteria (ukuran) kebenaran


a) Korespondensi: sesuai kenyataan/realitas  ex. Bom Bali adl masalah terorisme
 Kelemahan: tergantung situasi (kepentingan dan pendekatan) subjek yang
menyatakan shg fakta bisa direkonstruksi
b) Koherensi: suatu pernyataan/proposisi dikatakan benar jika ada keselarasan
hubungan dengan keseluruhan kebenaran di mana ia menjadi bagiannya
 Deduksi: kebenaran yang disimpulkan dari premis umum ke partikular
(silogisme).
 Kelemahan: bisa jadi koheren tapi tidak sesuai kenyataan krn ada
kekecualian
 Induksi: kebenaran ditarik dengan menyimpulkan fakta-fakta emperis partikular
 Kelemahan: ~ salah satu variabel berubah, hasil berubah
~ sample belum tentu mewakili semua
c) Pragmatis: yang benar adalah yang berguna
Ex. Mantol melindungiku dari hujan, banyak membaca dapat menambah
pengetahuan, pembangunan jalan raya untuk kelancaran transportasi
 Kelemahan: ~ cenderung mencari untung sendiri krn mengabaikan
moralitas
~ monocausal shg belum tentu benar (berantas hama tp
merusak lingkungan)
d) Konsensus: kebenaran yang disepakati bersama
e) Redundancy: suatu preposisi benar jika dihilangkan tidak mengubah makna
 Ex. SBY, presiden RI, menyatakan ….

3) Membuktikan kebenaran:
a) Verifikasi: menguatkan hipotesa dg penelitian, observasi, penyelidikan
 Kelemahan: ~ penelitian tak mungkin tuntas
~ objek penelitian tidak bisa mengisolasi hipotesa
b) Falsifikasi: mencari bukti yang berlawanan dengan hipotesa
 Kelemahan: ~ tak bisa diterapkan utk ilmu yg scr apriori telah tersedia
semua jawaban utk falsifikasi
~ tak bisa diterapkan pada hipotesa yg telah diuji berulang kali
c) Bagaimana dengan kebenaran iman dan moral?

4) Karakter (sifat) kebenaran:


 Terkait dengan proses “mengetahui” (tentang sesuatu)
 Ada relasi subjek – objek
 Subjek menyadari keberadaan objek – objek menampakkan diri pada subjek
 Keragaman pengetahuan akan kebenaran
- Kebenaran kehidupan: berdasarkan pengalaman individual, sosial, profesional,
praktis
- Kebenaran ilmiah: diuji dengan metode, hukum, kegunaan

8
- Kebenaran filosofis: merefleksikan sifat hakiki kebenaran
- Kebenaran teologis: terkait dengan iman dan dinamika orang beriman
 Otonomi-korelasi : kebenaran selalu otonom tapi saling terkait dan diikat oleh
manusia
 Kebenaran bersifat Historis (berproses), dalam ruang dan wakktu (konteks
tertentu)

5) Benang merah:
Berdasarkan beberapa hakikat, kriteria dan karakter kebenaran di atas, dapat dikatakan
bahwa kebenaran itu bersifat relatif bagi masing-masing subjek (baik pribadi maupun
kelompok). Meskipun demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a) Subjek selalu ada bersama dan berhubungan dengan subjek lain sehingga untuk
kebenaran-kebenaran tertentu haruslah ada kesepakatan. Misal: kesepakatan soal
bahasa, istilah, dll.
b) Dalam suatu komunitas ada otoritas yang berwewenang secara legitim utk
merumuskan dan mengajarkan suatu kebenaran tertentu yang harus diakui sebagai
kebenaran oleh setiap pribadi anggota komunitas tersebut. Misal: kebenaran
dalam ajaran agama tertentu.
c) Kebenaran moral mengandaikan adanya nilai-nilai yang diakui sebagai kebenaran
universal (untuk siapa saja, di mana saja, kapan saja), yaitu aturan moral imperatif
kategoris. Misalnya: jangan berbohong, jujurlah, berbuatlah adil, dll.

2. Bagaimana manusia mencari kebenaran?  melalui pengetahuannya yang selalu berkembang:


1) Tentang pengetahuan:
 Yaitu hubungan Subjek – Objek, sedimikian sehingga Objek itu dengan segala eksistensi
dan kodratnya menjadi hadir dan nyata pada Subjek serta menjadi bagian hakiki dari
eksistensi Subjek (Objek berpengaruh pada Subjek)
 Struktur pengetahuan (intensionalitas):
sadar, membidik, noese-noeme
Subjek Objek
menampakkan diri
Kant : 12 kategori1  Fenomena  Noumena ( = realitas, teks)
Husserl : Kesadaran  Fenomena ( = realitas, teks)
 Mendapatkan pengetahuan sejati:
- Sadar akan adanya pra-pemahaman (noeme) dan kategori-kategori
- Melakukan epoke dan reduksi (fenomenologis: menyingkirkan yg subjektif, eidetis :
menyingkirkan yg bukan esensi, transendental: menempatkan yg emperis dlm tanda
kurung)
 Ciri-ciri pengetahuan:

1
12 Kategori Kant sebagai dimensi subjektif dari pengetahuan:
a. KUANTITAS : 1. kesatuan (seluruh pedagang kedelai ikut demo di kantor DPR); 2. pluralitas
(Indonesia memiliki banyak suku); 3. totalitas (seluruh waktunya dicurahkan untuk persiapan BA).
b. KUALITAS : 4. realitas (manusia hidup butuh makan dan minum); 5. negasi (singa itu bukan
binatang herbivora); 6. pembatasan (saya tinggal di Seminari Tinggi St. Paulus)
c. RELASI : 7. substansi dan aksiden (meja ini terbuat dari kayu); 8. sebab-akibat (rajin pangkal
pandai); 9. komunitas (ada ikan yang hidup di air tawar dan air asin)
d. MODALITAS : 10. kemungkinan-kemustahilan (saya naik bis ke Jakarta, saya dapat terbang
mencapai matahari); 11. eksistensi-non eksistensi (rumah itu sangat luas, rumah itu ada penunggunya);
12. keniscayaan – kontingensi (balon akan meletus jika ditusuk jarum, belajar rajin bisa mendapatkan
nilai bagus-bisa ya bisa tidak).

9
- Menambah kualifikasi keberadaan subyek, bukan kepemilikan subyek. Pengetahuan
bukan kegiatan bercorak kuantitatif tetapi kualitatif.  Subjek mjd lebih tahu dan
mampu
- Mempengaruhi subyek dari dalam (otoperfektif)  Subjek menjadi prinsip, tujuan,
penyebab, dan penerima keuntungan dari kegiatannya sendiri (ia menentukan diri)
- Pengetahuan bukan kegiatan substansial atau konstitusi hakiki dari subyek  Tanpa
pengetahuan, orang tidak kehilangan kemanusiaan; tapi dengan pengetahuan, orang
meningkatkan mutu hidupnya (meningkatkan kemanusiaanya)
 Jenis-jenis pengetahuan:
- Menurut fasilitas yg digunakan: indrawi dan intelektif
- Menurut sosok objek dan reaksi subjek: perseptif (spontan-apriori) dan refleksif
- Menurut cara perumusan dan penyampaiannya: diskursif (detail) dan intuitif (global)
- Menurut proses terjadinya: induktif (khusus  umum) dan deduktif (umum 
khusus)
 Pengetahuan diungkapkan dalam pernyataan, yaitu struktur yang terdiri dari subyek dan
predikat dengan memberi tekanan pada apa yang ditegaskan subjek pada
kesempatan/konteks tertentu (Immanuel Kant):
- Macamnya: (1) Analitis: predikat tidak membawa kebaruan pada subjek karena
sudah terkandung dalam subjek (Mis: Gajah adalah binatang berkaki empat, bola itu
bulat. (2). Sintetis: predikat membawa kebaruan pada subjek kerena belum termuat
dalam subyek. (Mis: air yang dimasak menjadi panas, bajuku berwarna hitam).
- Asal-usulnya: a priori (tidak tergantung pengalaman) dan a posteori (bds
pengalaman).
- Maka, pernyataan analitis secara a priori selalu benar karena kebenaran ada dalam
pernyataan itu sendiri-tidak tergantung pada pengalaman. Sedangkan semua
pernyataan a posteori selalu sintetis karena predikat tidak termuat dalam subyek
sehingga harus dicari dalam pengalaman. Yang tidak mungkin ada adalah pernyataan
analitis a posteori karena kontradiktif. Sedangkan pernyataan sintetis a priori hanya
tdpt dlm fisika dan matematika.
 Pengetahuan didapatkan melalui proses pendidikan. Visi pendidikan modern-
kontemporer adl:
 Cultura mentis, yaitu budaya budi yg unggul (memiliki pengetahuan yg mendalam).
Pengetahuan dimengerti sbg proses memperjuangkan, mencintai, dan
memperdalam pemahaman akan keutamaan-keutamaan hidup secara disiplin.

2) Pengetahuan manusia berkembang


 Sebagai makhluk hidup, manusia selalu tumbuh (kuantitas) dan berkembang (kualitas).
Maka, pengetahuan yang merupakan salah satu aspek hidup manusia juga selalu
berkembang.
- Daya tangkap, pengalaman, dan pemahaman thdp suatu realitas atau objek
pengetahuan.
- Kemampuan untuk mengungkapkan pengetahuan melalui bahasa, tindakan,
keterampilan.
 Secara historis, ilmu pengetahuan juga mengalami perkembangan. Misalnya :
- Terjadinya perubahan paradigma (Thomas Khun)
 Ilmu Normal: diterima umum dan disepakati ilmuwan
 Fakta bermakna: ada fakta yg menunjukkan makna tertentu
 Fakta sesuai teori: air 1000 C = mendidih
 Pengolahan teori: teori dpt memecahkan masalah (ex. Ilmu kedokteran)
 Enigma: terjadi keabnormalan di mana ilmu/aturan tak mampu menjawab
masalah

10
 Anomali: ada peristiwa yg menyimpang dari aturan dan berlangsung lama
 Krisis: anomali berlangsung lama, tak bisa dipecahkan dg berbagai macam ilmu
 Paradigma: ~ kerangka pikir utk mecahkan mslh dg jalan & pengandaian
tertentu
~ keyakinan, nilai, teknik yg diterima dan digunakan komunitas
ilmuwan
 Syarat sebuah teori menjadi paradigma :
 Prestasi mencolok dan menarik banyak ilmuwan
 Membuka perspektif luas shg dapat memecahkan banyak masalah
 Lebih baik daripada teori-teori pesaingnya
2
 Menungkinkan reproduksi contoh yg bisa menggantikan sesuai konteks
 Memunculkan trasisi baru yang koheren
- Adanya Tesis yang meghasilkan antitesis sehingga lahirlah tesis baru, dst.
 Berhadapan dengan perkembangan pribadi manusia dan perkembangan ilmu
pengetahuan tersebut, manusia mempunyai tugas untuk mengembangkan
pengetahuannya sendiri. Sebab, kendati secara alamiah, manusia mengalami
perkembangan, termasuk aspek intelektualnya, namun ia perlu mengelolanya dengan
baik, misalnya dengan: banyak membaca, berelasi/belajar dari orang lain, belajar dari
pengalaman, latihan-latihan, dll.

3. Untuk apa manusia mencari kebenaran?


 supaya bisa menjelaskan, mengontrol, dan memprediksi realitas yang mengindahkan
struktur dan kaidah pengetahuan sesuai dengan penalaran yang masuk akal (perlu
ditambahkan jenis-jenis penalaran)
1) Usaha manusia untuk mencari kebenaran mempunyai 3 tujuan pokok, yaitu :
a) Menjelaskan realitas
Manusia selalu berhadapan dan behubungan dengan realitas baik di dalam maupun di
luar dirinya. Dengan pengetahuannya, manusia dapat menangkap dan memahami
realitas tersebut serta hubungannya dengan dirinya sendiri/orang lain. Namun,
menangkap dan memahami saja belum cukup. Manusia harus bisa menjelaskan sehingga
realitas itu menjadi jelas baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Dg demikian, realitas
yang ada mjd bagian/milik manusia itu sendiri.
Ex.~ Realitas: bumi semakin panas (global warming).
~ Mengapa: penebangan liar, polusi udara (pabrik, kendaraan), efek rumah kaca, dll.
b) Mengontrol realitas
Dg memahami dan menjelaskan realitas, manusia menempatkan realitas di bawah
kuasa dan kendalinya, bukan sebaliknya. Ia dpt mengatur, menyikapi dan
mengendalikan realitas yg ada.
Ex. ~ global warming tidak menjadikan mns putus asa tetapi justru membuatnya
bangkit bahwa realitas itu dapat dikendalikan dan dikuasai.
c) Memprediksi realitas
Memprediksi berarti melihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berkaitan
dengan perkembangan dan dampak/akibat/hasil dari realitas yang telah menjadi jelas
bagi dirinya itu. Selain itu, memprediksi juga mencakup usaha-usaha untuk memikirkan
dan melakukan kemungkinan-kemungkinan tindakan dengan mempertimbangkan
tujuan, sarana, dan akibat untuk menyikapi realitas yang ada.
Ex.~ Sadar bw jika dibiarkan global warming akan membuat bumi & kehidupan
hancur
~ Mengambil tindakan : kurangi kendaraan, reboisasi, kurangan CFC, dll.
2) Tindakan moral: tujuan tidak menghalalkan segala cara, sadar-bebas-tanggungjawab,
kontekstual. Oleh karena itu, usaha-usaha (cara) untuk menjelaskan, mengontrol dan

11
memprediksi realitas berdasarnya kebenaran yang didapat dari pengetahuannya harus
mengindahkan struktur dan kaidah pengetahuan sesuai dengan penalaran yang masuk
akal.
a) Struktur pengetahuan : Subjek Objek
 Kant : Subjek Fenomena ≠ Noumena (realitas : tak terjangkau)

12 kategori

 Hussrel : Subjek Fenomena = realitas

kesadaran  Intensionalitas – konstitusi : Noese – noeme

b) Kaidah-kaidah pengetahuan yg masuk akal:


 Menghargai bahwa realitas itu otonom tapi dapat dipahami (Ricouer)
 Berdialog dg realitas shg tidak subjektif dan sewenang-wenang (Schleiermacher)2
sehingga terjadi peleburan cakrawala (Gadamer)
 Mengindahkan baik bagian-bagian maupun keseluruhan realitas (Schleiermacher)
 Menghargai sejarah dan konteks scr keseluruhan utk memahami realitas (Diltey,
Gadamer)
 Epoke: menunda untuk percaya begitu saja akan apa yang dilihat, dirasa, dialami
supaya sungguh memahami esensi dari realitas (Hussrel)
 Intersubjektifitas: menyadari adanya subjek lain yang membidik realitas yang
sama sehingga perlu berdialog untuk menarik benang merah pemahaman
(Hussrel)
 Eksplisitasi eksistensi: menghayati dan melaksanakan apa yang diketahui
(Heidegger) karena realitas yang disadari mendorong tindakan tertentu dan
perubahan hidup (Ricouer)
 Distansiasi: mengambil jarak terhadap realitas 3.
 Membahasakan realitas yang diketahuinya (Gadamer)4.

2
Caranya: a. Rekonstruksi: merekontruksi realitas menjadi kesatuan utuh
b. Divinasi: menebak maksud sebuah pernyataan
c. Psikologis: masuk dalam kejiwaan orang lain yang menyatakan sesuatu
3
Cara: a. Kritik ideologi: mengkritik ilusi dan keyakinan yang diproyeksikan pada realitas
b. Dekontruksi: membongkar motivasi, tujuan dan kepentingan yg menguntungkan diri sendiri
c. Analogi permainan: melepaskan diri dr formalitas dan takut akan sanksi shg lebih kreatif & imaginatif
4
Manfaat bahasa: a. Mengambil jarak: menceritakan kembali suatu peristiwa
b. Memberi makna: menjelaskan dan memaknai peristiwa tertentu
c . Mengambil sikap: menentukan sikap atas realitas dan penjelasan orang lain
d. Memiliki dunia: orang yang kaya bahasa = kaya pengetahuan

12
TESIS 3
Manusia mengalami Yang Transenden sebagai kenyataan yang menggetarkan dan
mengungkapkannya dalam tindakan serta pemahaman religius sesuai dengan kerinduan yang
terdalam. Kerinduan ini diwujudkan dalam upaya-upaya keselamatan dengan mengerahkan
seluruh daya manusiawinya.

S / P / OP / Ket + (S) / P / Ket Predikat. S / P / Ket

Pokok Bahasan :
1. Manusia mengalami Yang Transenden
2. Diskusi : Bagaimana manusia mengalami Yang Transenden itu ?
a) Sebagai kenyataan yang menggetarkan
b) Mengungkapkannya dalam tindakan serta pemahaman religius sesuai dg kerinduan yg
terdalam
c) Kerinduan ini diwujudkan dlm upaya 2 keselamatan dg mengerahkan seluruh daya
manusiawinya

Penjelasan Tesis

Yang Ilahi
Sistem kepercayaan (pemahaman) Aktivitas keagamaan
(tindakan)

- Mitos - Mns sadar dirinya “ADA” - Doa, ibadat


- Ajaran - Mns sadar dirinya di”ADA’kan = Pencipta - Korban, sesaji
- Simbol-simbol - Mns terbatas/tergantung - Ritus-ritus
- Terpanggil dan mengarahkan diri - Pemujaan

Manusia Manusia Manusia Manusia Manusia Manusia

kelompok kepercayaan / agama kelompok kepercayaan / agama

1. Manusia mengalami Yang Transenden


a. Homo religius
 Manusia mempunyai unsur hakiki selain jiwa, badan dan roh. Roh mencakup bidang iman
dan kepercayaan. Di satu sisi, roh bisa dimengerti sebagai daya dan dorongan dari dalam
diri manusia untuk beriman dan mengarahkan diri pada Yang Transenden. Di sisi lain, roh
ini merupakan anugerah yang hanya diberikan kepada manusia sehingga ia dapat
mengarahkan diri kepada-Nya. Sifat religius manusia yang hakiki ini dapat dijelaskan
melalui 3 aspek berikut:
1) Faktisitas: manusia sadar sudah dan sedang berada  bertanya: mengapa,
bagaimana, untuk apa, siapa yang mengadakan, dll.
2) Transendensi: manusia sadar mampu mengatasi ruang dan waktu sekaligus tetap
terbatas  bertanya: kok bisa, Apakah ada “Yang lain” yang masuk dalam dunia
manusia?
3) Kebutuhan untuk Mengerti: manusia selalu ingin memahami/mengerti dan ingin
tahu  Apakah pencarian akan sampai pada titik di mana manusia tidak bertanya
lagi? Titik ini merupakan kenyataan yang ada di dunia ataukah menunjuk pada Allah?

13
 Emille Durkheim menggambarkan struktur kepercayaan manusia sebagai berikut:
o Dalam dirinya, manusia selalu mempunyai getaran jiwa atau dorongan dan kerinduan
terdalam untuk percaya kepada yang ilahi dan sekaligus membangun relasi dengan
yang ilahi itu. Hal ini terjadi karena yang ilahi sebagai totalitas ada selalu merasuki
dan merangkum hidup manusia.
o Getaran jiwa tersebut kemudian diungkapkan dengan berbagai ritual dan kegiatan,
baik secara pribadi maupun bersama-sama. Di sinilah mereka menggunakan simbol-
simbol untuk mengungkapkan iman dan kepercayaannya tersebut, baik berupa
tindakan maupun benda-benda. Misalnya : hening, sembah bhakti dan sembah sujud,
sesaji, korban, dll.
o Orang-orang yang mempunyai kepercayaan dan ungkapan iman sama membentuk
suatu komunitas dan mengorganisir diri untuk bersama-sama merumuskan dan
mengungkapkan iman kepercayaannya kepada yang ilahi. Komunitas ini kemudian
dikenal dengan jemaat/umat, rumusan iman dikenal sebagai ajaran, dan ungkapan
iman dikenal sebagai ibadat/ritual. Ketiga hal ini menjadi unsur penting dalam
pengalaman religius manusia.
 Kita juga mengenal istilah religion = agama. KBBI 1988, mendefinisikan agama sebagai
“kepercayaan kepada Tuhan (dewa, dsb.) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu”. Sementara itu, Iman Katolik tidak
memberikan definisi agama secara umum tetapi hanya memberikan sejumlah gejala atau
unsur yang umumnya terdapat dalam agama, antara lain : jemaat, tradisi (sejarah, tokoh,
ajaran, buku-buku suci), ibadat, tempat ibadat, dan petugas ibadat. Kedua penjelasan ini
mirip dengan struktur kepercayaan sebagaimana dijelaskan oleh Durkheim. Sebagai
sebuah sintesa, kiranya dapat dirumuskan bahwa agama merupakan struktur
pengetahuan, kepercayaan, dan tindakan di mana manusia mengungkapkan
pengenalan, kepercayaan, ketergantungan, hormat kepada yang ilahi (istilah: Tuhan,
Yang Kudus, Numinus, dll).

b. Bagaimana manusia mengenal Allah ?


1) Agustinus: Allah menerangi budi sehingga bisa menangkap Allah. Allah adalah pencipta
creatio ex nihillo sehingga manusia tergantung pada Tuhan. Allah adalah cinta, verus
philosopus amator Dei.
2) Anselmus: Allah adalah sesuatu lebih besar, daripada itu tak dapat dibayangkan,
pengada tertinggi yg dapat kita pikirkan karena imanlah yang memberikan kepastian ini
3) Thomas Aquinas: Allah hadir dalam pikiran tapi intelek kita tidak teradaptasi secara
intuitif untuk kenyataan rohani dan hanya dapat mengetahui dengan bantuan hal-hal yg
dpt ditangkap indra. Hakikat Allah adalah eksistensinya. Untuk mengetahui adanya
Allah, kita harus bergerak bukan dari sebab ke akibat (tak mungkin krn tak ada yang
menyebabkan/mendahului Allah) tetapi dari akibat ke sebab (dari akibat-akibat yg ada,
kita memikirkan sebabnya  Allah adl penyebab/utama dan pertama utk segala
sesuatu).
Thomas juga memperlihatkan 3 jalan analogis utk mengenal Allah :
a) Via negativa: Menyangkal sifat-sifat tertentu pada Allah  Yang Tak Berubah
b) Via positiva: Mengakui sifat-sifat positif dari Allah  Yang Baik, Yang Adil.
c) Via emenesia: Memberikan penekanan lebih, maha, paling  Maha Esa, Maha
Kuasa

c. Beberapa argumen filosofis tentang keterarahan manusia kepada Allah:


1) Argumen ONTOLOGIS (Anselmus, Descartes, Alvin Platinga)
 Menjabarkan eksistensi Allah secara a-priori dari konsep, makna, ide, atau definisi
ttg Allah

14
 Anselmus: credo ut intelligam  argumen: reductio ad absurdum (pernyataan itu
benar karena penyangkalannya mengandung kontradiksi atau absurditas)
 Allah adalah “sesuatu, yang lebih besar daripada-Nya tidak dapat dipikirkan”.
- Secara a-posteriori, kita sadar ada realitas yang baik dan perbedaan-
perbedaan.
- Secara apriori, kita berpikir realitas itu ada yang mengadakan dan
membuatnya baik.
- Yang mengadakan dan membuat baik berarti:
o selalu ada dan baik pada dirinya, tidak mdptk keberadaan dari yg lain/luar

diri.
o Keberadaannya itu mutlak perlu demi keberdaan realitas yang lain.

o Bbs perbedaan benda-benda, pasti ada yg lebih baik dan mengatasi

segalanya.
 “Yang ada” dan “Yang baik” pada atau dari dirinya sendiri, serta “Yang
mengatasi segalanya” itu adalah Allah, sejauh yang dapat kita pikirkan.
 Allah mengatasi pemikiran manusia tentang diri-Nya karena Allah itu sungguh
memiliki eksistensi sehingga tidak hanya hadir di dalam pemikiran orang yang
sedang memikirkan Allah. Dengan demikian, ide tentang Allah yang dapat
dipikirkan menuntut pengakuan akan ada-Nya di luar pikiran manusia, yaitu
iman.
 Dengan demikian, iman dan pengetahuan serasi satu sama lain. Iman
dikukuhkan oleh pengetahuan akal budi.
 Kelemahan: Argumen ontologis mengetengahkan bahwa ada berarti bereksistensi.
Pada Allah esensi dan eksistensi saling bertepatan. Padahal, tidak mungkin dari
esensi dapat disimpulkan eksistensi dan dari eksistensi ke esensi.

2) Argumen KOSMOLOGIS (Thomas Aquinas)


 Argumen ini berpangkal pada hal-hal empiris dengan 2 alur pemikiran:
a) Kosmos memiliki penyebab awali di luar kosmos, yaitu Penyebab pertama dalam
waktu.
b) Kosmos memiliki penyebab yang mutlak dan yang menopang dari waktu ke
waktu.

 Lima Jalan (quinque viae) untuk mengenal Allah menurut Thomas Aquinas:
1- GERAKAN (motus): perubahan potentia  actus yang mencakup:
- kualitas (dingin jadi panas),
- kuantitas (kecil menjadi besar),  Siapa yang menggerakkan // Penggerak
Utama
- tempat (dari kiri dari ke kanan).
2- PENYEBAB GERAKAN (causa efficiens):
 sesuatu tak mungkin mjd penyebab bg diri sendiri, pasti ada PENYEBAB
PERTAMA.
3- KEMUNGKINAN dan KEMUTLAKAN (ex possibili et necessario)
- sesuatu memiliki kemungkinan untuk ada dan tidak ada.
- kemungkinan itu ditentukan oleh sesuatu yang lain sebagai yang MUTLAK
PADA DIRINYA SENDIRI dan memiliki PENYEBAB KEMUTLAKAN pada dirinya
sendiri serta bagi yang lain.
4- TINGKATAN PADA BENDA-BENDA (ex gradibus)  “lebih” dan “kurang”
 tingkatan benda-benda menunjukkan adanya KESEMPURNAAN TERTINGGI.
5- KETERARAHAN BENDA-BENDA (ex gubernatione rerum)

15
- Benda-benda yang tidak berakal budi tidak bisa mencari suatu tujuan kecuali
diarahkan kepada dan oleh tujuan itu.
- Maka, pasti ada sesuatu yang mengatur segala benda-benda kepada suatu
TUJUAN.
 Kelima jalan ini selalu berakhir dengan kalimat: “Itulah yang oleh semua disebut
Allah”. Kelima jalan ini memiliki satu struktur yang sama:
 berpangkal dari adanya benda-benda dunia
 adanya penyebab benda-benda tersebut ada
 adanya penyebab pertama.

3) Argumen TELEOLOGIS: Keteraturan dan Rancangan


 Dasar pemikiran:
- adanya keteraturan dalam diri manusia dan alam
- masing-masing bagian diri manusia dan alam mempunyai tujuan
 Argumen Qua tujuan:
- Segala sesuatu ada dg tujuan tertentu.
- Tujuan itu sudah ada sebelumnya (sesuatu itu diciptakan untuk itu).
- Tujuan itu adalah Allah.
Berarti: 1- ada finalitas (tujuan)
2- ada yang mengarahkan pada tujuan
3- akal yang mengarahkan itu diidentifikasi sebagai Allah
Maka: Finalitas adalah suatu - pengarahan/proses demi tujuan terntetu
- ditentukan oleh dan kepada suatu tujuan tertentu
 Argumen Qua keteraturan:- Alam semesta berjalan dengan teratur dan pasti.
- Pasti ada pengatur yang membuatnya segala teratur dan
pasti.
- Pengatur ini harus ada sebagai yang otonom.
- Pengatur itu adalah Allah.
 Argumen teleologis VS “argumen kebetulan”:
a) Apa yang telah terjadi tidak dapat ditarik kembali  maka bukan kebetulan
Ex.: anak tak dapat dipilah-pilah lagi mana yang dari ibu, mana yang dari
bapak
b) Sesuatu dibuat dg tujuan tertentu/sudah ditentukan finalitasnya  maka bukan
kebetulan
Ex.: susunan huruf-huruf menjadi kata
c) Adanya keserasian fisik dan psikis yang mengagumkan  pasti bukan kebetulan
Ex.: tubuh manusia
d) Adanya stabilitas susunan alam, kelangsungan dan pengembangbiakan makhluk
hidup.
Ex.: musim hujan dan anjing kawin ya begitu-bagitu saja
e) Teknologi mencontoh finalitas alam.
Ex.: pesawat terbang dibuat mirip burung

4) Argumen DEONTOLOGIS: kewajiban moral jalan menuju Allah


Manusia seolah diwajibkan untuk melakukan yang baik sesuai norma tertinggi. Manusia
dari sendirinya, seolah-olah bisa menolak untuk melakukan perbuatan itu, namun ada
Norma Tertinggi yang tidak dapat ditolak dan manusia harus berbuat sesuai dengan ini.
Suara hati berbicara sesuatu tentang pengalaman ini, bahwa manusia punya kewajiban
mengikuti suara hati, sekaligus norma tertinggi = suara Allah.
5) Argumen ROH MANUSIA Jalan Menuju Allah

16
 Titik tolak: “ada hal-hal” dan “ada totalitas ada”. Totalitas ada ini mempunyai sifat-
sifat :
a) merangkum dan meliputi hal-hal yang ada secara konkret
b) menjadi tujuan roh (akal budi) yang selalu bertanya mengapa/bagaimana
c) tidak terbatas (akal budi tak pernah tuntas dan menguasainya secara
sempurna)
d) transenden (berada di luar) dan satu (yang namanya totalitas ya satu)
e) bereksistensi secara nyata sebab hal-hal “yang ada” secara konkret tak
mungkin dijelaskan dalam kaitannya dengan apa “yang tidak ada” dan objek
tujuan adalah “yang ada” bukan “yang tidak ada”.
 Dengan demikian, setiap kali dikatakan bahwa sesuatu itu ada, secara implisit
menegaskan adanya totalitas, yaitu Ada dan Kebenaran yang mutlak. Ada yang
mutlak dan tak terbatas ini disebut Allah, baik sebagai tujuan yang tertinggi dan
objek yang memadai bagi pemahaman manusia, maupun sebagai norma dan sebab
dari ada-ada yang bereksistensi.

d. Beberapa kesimpulan yang menunjuk arah adanya Allah :


1) “Ada-ada” di dunia tidak mampu berada dari dirinya sendiri  butuh & wajib “Ada yg
mutlak”
2) Kesadaran akan adanya batas/keterbatasan  butuh/rindu “Yang lain” = Yang tak
terbatas
3) Kebutuhan dan kerinduan manusia akan “Ada yang mutlak” atau “Yang tak terbatas”
menunjukkan bahwa “Yang ada secara mutlak dan terbatas” itu ada dan hadir secara
potensial dan tendensial bagi manusia.

2. Diskusi : Bagaimana manusia mengalami Yang Transenden itu ?


a. Sebagai kenyataan yang menggetarkan
1) Yang Kudus: sesuatu yang terlindung dari pelanggaran dan pencemaran, harus dihormati
dan dimuliakan, suci dan keramat, par exellence tidak boleh disentuh oleh yang profan
tanpa mengakibatkan hukuman.
- Agama primitif: sesuatu yang lain dan menggetarkan jiwa, tidak bisa disentuh,
menuntut kewaspadaan, kehati-hatian, rasa takut, hormat dan hening lebih dari yang
biasa/profan,
- Hindu: ilahi (Tuhan, Yang Mutlak, yang sungguh Nyata, Imortal, Abadi).
- Budha: nirvana (bebas dari kematian dan penderitaan, kedamaian dan keadaan
kesadaran lebih)
- Cina: kekuatan adikodrati yang merupakan dasar kekuasaan T’ien.
- Israel: Yahwe sebagai Tuhan Yang Kuasa dan mewajibkan manusia untuk mengabdi dan
mencintai-Nya. Tuhan itu tremendum et
2) Numinus (R. Otto) = kekhususan dari perasaan religius.
- Objek numinus adalah mysterium tremendum et fascinosum yang menimbulkan rasa
kagum dan takut sakaligus tertarik dan terpikat.
 yang kudus dalam arti kesucian non-moral sebagai suatu kategori nilai.
 membangkitkan perasaan pesona, hormat, kuasa, kekuatan dan ketertarikan atau
cinta
 sesuatu “yang sama sekali lain”, melampaui yang biasa, akrab, profan
 sesuatu “yang jenis dan sifatnya” tidak dapat dibandingkan dengan jenis dan ciri kita
 misteri: tidak dapat sepenuhnya dimengerti oleh akal manusia dan tidak dapat
diungkapkan secara sempurna oleh cara-cara dan kata-kata manusia
- Pengalaman numinus adalah suatu kategori sui generis dan bukan pengetahuan biasa,
entah intelektual maupun rasional: suatu jawaban rasa yg asli dan unik.

17
3) Tuhan. Dalam sejarah dan realitas hidup manusia ada banyak sekali konsep tentang
Tuhan.
♠ Monoteisme: percaya dan menyembah hanya Satu Tuhan Mahatinggi tidak ada yang
lain
♠ Politeisme: percaya ada banyak dewa personal dengan spesialisasi masing-masing
♠ Henoteisme: percaya pd dewa-dewa individual yg dipuja scr bergantian sbg Dewa
Tertinggi
♠ Monolatria: memuja satu dewa dipuja tetapi dewa-dewa kelompok lain tetap diakui
♠ Panteisme (Barat): meyakini segala sesuatu adl Tuhan krn Ia hadir, tinggal dlm segala
sesuatu
♠ Pan-en-teisme (Timur): percaya bahwa segala sesuatu ada di dalam Tuhan
♠ Monisme: memilih satu dewa dari banyak dewa dan mengangkatkanya mjd Yang
Tertinggi
4) Rangkuman menganai siapa yang transenden itu :
o Numinus yang Tremendum et Fascinosum
o Tak tergantikan
o Merupakan nilai tertinggi yang mengikat dan menentukan nilai-nilai lain
o Pribadi, bukan barang/benda tetapi Engkau, pribadi yang berkomunikasi
o Transenden: mengatasi scr tak terbatas segala sesuatu yg duniawi termasuk manusia /
dunia.
Catatan: bahasa manusia itu terbatas, maka :
- Ada perbedaan hakiki antara rumusan, pernyataan dan kata dg halnya sendiri maka:
♠ Menggunakan bahasa analogi (kemiripan dg perbandingan, ada kesamaan
sekaligus perbedaan) bukan bahasa univok (ada kesamaan dan perbedaan akurat
sekaligus).
♠ Menggunakan bahasa simbol (sesuatu yg berdiri utk yang lain) shg harus dibedakan
antara res significata (hal yang diungkapkan) dan modus significandi (cara
mengungkapkan)
- Ungkapan yang dipakai bisa positif (Baik, Sempurna, Abadi, dll), negatif (tak terbatas,
tak berakhir, tak terumuskan, dll), komparatif (lebih), superlatif (paling, maha)
- Untuk sesuatu yang berkaitan dengan materi, ruang, dan waktu, sifat-sifat pada Allah
selalu virtualitas dan eminenter sebab Ia menyebabkan dlm ciptaan-Nya dan memiliki
sifat-sifat baik apapun yang ada dalam ciptaan-Nya dengan tingkat lebih dan
sempurna.
- Untuk sesuatu yang tidak berkaitan dengan materi, ruang dan waktu, sifat-sifat Allah
ada secara formaliter dan eminenter yaitu sesuai dengan arti formal mereka dan tanpa
pembatasan yang ada pada makhluk ciptaan.
- Manusia selalu ingin maju dan mencapai yang lebih secara moral namun menyadari
bahwa dirinya terbatas. Keinginan untuk maju dan keterbatasannya itu menunjukkan
bahwa manusia diajak untuk mengatasi yang terbatas dan mencapai yang tak
terbatas. Dengan demikian, tindakan moral dipahami sebagai partisipasi pada
kebaikan yang tak terbatas itu. Ini adalah suatu panggilan dari yang tak terbatas, yaitu
Allah.

b. Mengungkapkannya dalam tindakan serta pemahaman religius sesuai dg kerinduan yg


terdalam
1) Ungkapan tindakan:
- Ritus inisiasi: ritus penerimaan seseorang dalam status/kelompok sosial
(keagamaan) yang baru
- Ibadat – doa – meditasi:

18
 Arti doa :- Asimetris: ketergantungan, perjumpaan dan komunikasi manusia dg yg
ilahi
- Simetris: hubungan sejajar (ini tak mungkin terjadi penuh krn manusia ≠
yg ilahi)
 Intensi: pujian, syukur, permohonan, huhungan mistik
 Sikap dasar: penyerahan dan kepercayaan total
 Hasil: mengalami Allah sebagai yang transenden sekaligus imanen
- Korban, dgn 7an: - harmonisasi : penghapusan dosa dan pelurusan
kembali
- manusia mempersembahkan diri kpd yang ilahi
- manusia menjalin relasi, komunikasi, dan partisipasi dg yg ilahi
- mempersatukan kelompok
- Do ut des : memberi makan makhluk supernatural so mendapat
berkah
- Mns bersatu dg dewa melalui berbagi makanan yg sama (kurban
perjamuan)
- Mediasi: ke-pengantara-an manusia kpd dewa dan dewa kpd manusia
2) Ungkapan pemahaman:
a) Mitos adalah pernyataan atas suatu kebenaran lebih tinggi dan lebih penting tentang
realitas asali dan menjadi pola/ fondasi kehidupan primitif. Fungsinya: menetapkan
kepercayaan tertentu, peristiwa pemula dlm suatu upacara/ritus, model tetap suatu
perilaku moral/religius, mempunyai kekuatan menyelamatkan.
b) Ajaran: rumusan kepercayaan dan aturan yang berkaitan dengan “siapa dan
bagaimana yang transenden itu” dan “siapa dan bagaimana manusia harus hidup
dalam relasinya dengan transenden itu, baik dalam level pengungkapan maupun
perwujudan”. Selain itu, ajaran juga mencakup penjelasan-penjelasan mengenai ritus
atau upacara-upacara keagaan berikut simbol-simbol yang dipakai.

c. Kerinduan ini diwujudkan dlm upaya 2 keselamatan dg mengerahkan seluruh daya


manusiawinya
1) Model-model keselamatan :
- Kosmologis: keselamatan berarti terciptanya relasi dan situasi kosmos yang harmonis
- Sotereologis: keselamatan berarti pembebasan manusia dari kejahatan dan akibatnya
serta mencapai kebahagiaan yang sempurna.
2) Keselamatan tercipta karena kerjasama antara manusia dengan yang ilahi (penyelamat)
 manusia mau diselamatkan dan menanggapinya. Hal ini tidak terlepas dari
pemahaman bahwa:
- Orang jahat akan dihukum (tidak selamat) dan orang benar akan diberi ganjaran
(selamat).  So, orang menjauhi dosa dan bertobat sehingga tercipta kehidupan
yg harmonis dg Tuhan.
- Keselamatan dimengerti sebagai kebebasan dari kemalanagan, kejahatan, derita,
dosa, dll.
3) Contoh upaya-upaya dalam agama-agama :
a) Primitif: mengulang ritus kejadian dan penciptaan awal
b) Hindu: moksa, yaitu pembebasan dari samsara (lingkaran penderitaan krn siklus
reinkarnasi).  Moksa dicapai dengan cara :
1- Jalan Karya-karma marga: askese, menolak kelekatan pd aktivitas dan hasil-
hasilnya
2- Jalan Pengetahuan-jnana marga: mencapai pengetahuan ttg yg abadi/Brahman
dan diri batiniah manusia/atman (= studi Upanishad dg pendampingan guru,
refleksi atas pelajaran, perwujudan langsung);

19
3- Jalan Cinta-bhakti marga akan Dewa: penyerahan diri secara total dalam doa-
tindakan-cinta kepada kodrat Ilahi.
c) Buddha: keselamatan berarti mencapai nirvana, yaitu
1- Pembebasan dari dukka/berhentinya dukka
2- Terhentinya hasrat, netralisasi tindakan, tidak mengalami reinkarnasi
3- Kebahagiaan terkahir
 Keselamatan ini dicapai dengan 4 jalan kebenaran + 1 perlindungan, yaitu :
- Sadar akan adanya derita (ketidakharmonisan)
- Penyebab derita adalah hasrat/nafsu
- Melenyapkan penyebab derita
- Delapan jalan pelenyapan penderitaan
♠ Kebijaksanaan: pengertian, maksud;
♠ Moralitas: berbicara, tingkah laku, kerja, usaha
♠ Meditasi: kontrol budi, meditasi
- Berlindung pada Buddha (pencerahan), dharma (ajaran), sangha (aturan)
d) Islam: keselamatan dihubungkan dengan dosa (mengabaikan Tuhan dan melakukan
yang jahat, melawan perintah Allah). Oleh karena itu, keselamatan diupayakan
dengan :
- Mentaati dan melaksanakan perintah Allah (al-Quran, Hadits)
- Menjalankan rukun islam (syahadah, shalat, zakat, zaum, hajj)
- Ingat akan Allah (mohon ampun)

Daftar Pustaka:
1. Dhavamony, M., Fenomenologi Agama, Yogyakarta: Kanisius 1995
2. Leahy, L., Manusia di Hadapan Allah 1,2,3, Yogyakarta: Kanisius
1986
3. _______ , Filsafat Ketuhanan Kontemporer, Yogyakarta: Kanisius
1993
4. Iman Katolik
5. Diktat kuliah Sotereologi Agama-agama

20
TESIS 4
Dalam cinta kasih-Nya, Allah memberikan diri kepada manusia sepanjang sejarah yang
memuncak pada Yesus Kristus. Pemberian diri Allah itu ditangkap melalui kesaksian tradisi-
tradisi dan kitab suci.

Pokok bahasan:
1. Tesis ini berbicara tentang wahyu dalam 2 kalimat pokok, yang berbicara tentang hakikat wahyu
dan penerusan wahyu.
- Kalimat I: berbicara tentang hakikat wahyu di mana Allah (subjek) memberikan (predikat)
diri (objek) kepada manusia (objek penyerta/alamat) sepanjang sejarah yang
memuncak pada Yesus Kristus (kekhasan iman Kristiani).
Sedangkan alasan pemberian diri Allah, disebut “dalam cinta kasih-Nya”. Artinya,
Allah memberikan diri kpd manusia secara cuma-cuma dan bebas.
- Kalimat II: berbicara tentang peran dan fungsi Kitab Suci dan Tradisi berkaitan dengan
wahyudan penerusan wahyu
2. Kalau dijabarkan, tesis ini mengandung 4 point pokok, yaitu:
a. Hakikat wahyu (DV 2)
b. Sejarah wahyu/pewahyuan (DV 3)
c. Kepenuhan wahyu (DV 4)
d. Penerusan wahyu = bagaimana manusia menangkap wahyu (DV 6-10)

Penjelasan Tesis:

1. Hakikat wahyu (DV 2):


 Dalam pembicaraan tentang wahyu, terdapat perbedaan antara KV I dan KV II.
- KV I (Dei Filius bab 2) berbicara mengenai wahyu dengan menekankan dimensi intelektual,
yaitu kepampuan akal budi manusia untuk mengetahui Allah (wahyu kodrati). Meskipun
demikian, konsili juga berbicara tentang wahyu adikodrati, yaitu bahwa Allah mewahyukan
diri-Nya dan keputusan-keputusan kehendak-Nya. Hal ini terkait dengan konteks KV I, yaitu
berhadapan dengan rasionalisme dan fideisme.
- KV II (DV 2) berbicara tentang hakikat wahyu sebagai pemberian diri Allah dan rahasia
kehendak-Nya. Dengan kata lain, wahyu adalah pemberian diri personal Allah yang
menyeluruh kepada manusia.
 Ada beberapa butir gagasan dalam pengertian mengenai hakikat wahyu di sini:
- Subjek wahyu adalah pribadi Allah sendiri. Allah yang semula tersembunyi, kini
menyatakan diri-Nya. Dengan demikian, dalam wahyu itu ada gerak hidup ilahi.
- Objek wahyu adalah prihadi dan hidup Allah sendiri dan misteri kehendak-Nya, berbeda
dengan KV I, “keputusan kehendak-Nya”. Berdasarkan Ef 1:9, misteri kehendak Allah itu
adalah mempersatukan segala sesuatu dalam Kristus.
- Pemberian diri dan rahasia kehendak Allah kepada manusia ini tentu saja tidak tanpa
alasan dan keterikatan. Pemberian diri Allah itu didasari oleh cinta kasih Allah sendiri. Hal
ini menunjukkan bahwa dalam memberikan diri-Nya, Allah bebas, tidak terpaksa, dan
secara cuma-cuma (unconditional).
- Sementara itu, tujuan pemberian diri Allah tersebut adalah agar manusia dapat
menghadap Bapa melalui Kristus dalam Roh Kudus. Dengan kata lain, pemberian diri Allah
itu bertujuan untuk menyelamatkan manusia sehingga menusia dapat masuk ke dalam
persekutuan dengan Allah melalui Kristus, Sabda yg menjelma (berinkarnasi).
 Pada hakikatnya, wahyu kristiani bersifat triniter. Artinya, wahyu merupakan dinamika
kehidupan (perichoresis) yang melibatkan sekaligus Bapa, Putra, Roh Kudus dalam
hubungannya dengan seluruh manusia (Trinitas imanen dan Trinitas Oekonomis). Oleh karena

21
itu, dalam pemberian diri-Nya Allah melibatkan manusia sehingga peristiwa pewahyuan
menjadi perjumpaan aktual antara Allah (Tritunggal) dan manusia. Dengan wahyu, Allah
memberikan diri-Nya dan manusia masuk dalam persekutuan dengan Allah. Jadi, realitas
wahyu adalah sapaan Allah kepada manusia, Allah yang bergaul dengan manusia (conversatio)
dan manusia yang masuk dalam persekutuan hidup Allah Tritunggal.
 Pewahyuan diri Allah yang bersifat Triniter menempatkan Kristus sebagai pusat. Kristus
sebagai pusat, berada di tengah – sebagai pengantara di mana Allah dan manusia berjumpa.
Yesus berperan sebagai pengantara bagi Allah yang memberikan diri dan menyapa manusia
sekaligus sebagai pengantara manusia yang menjawab sapaan Allah. Namun, peran Kristus
sebagai pengantara juga harus dimengerti bahwa Ia sebagai pusat wahyu sebab hanya dalam
Yesus perjumpaan antara Allah dan manusia menjadi nyata dan sungguh manusiawi.
 Menurut Rene Latourelle, ada 4 aspek wahyu, yaitu:
a. Misteri transendental: menunjuk pada misteri keselamatan yg mjd Subjek dan Objek
Wahyu, yaitu Allah nan transenden sendiri
b. Personal: Allah memberikan diri secara personal kpd mns dalam perjumpaan aktual
c. Historis: pemberian diri terwujud dalam sejarah,
d. Pengetahuan: pemberian diri Allah dapat dipahami dengan akal budi

2. Sepanjang sejarah (DV 3)


 Pemberian diri Allah terlaksana sepanjang sejarah. Dasar biblisnya adalah Ibr 1:1-2, “Setelah
pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek
moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara
kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak
menerima segala yang ada”. Hal ini berarti bahwa Allah bertindak dalam ciptaan-Nya pada
saat tertentu, konteks tertentu, dan orang-orang tertentu yang dipilih.
 Berkaitan dengan sejarah pewahyuan dalam DV 3 ini, ada 3 butir yg hendak ditegaskan:
- Perlu dibedakan antara sejarah sejak penciptaan dan sejarah keselamatan. Sejak
penciptaan, Allah telah memberikan diri kepada manusia secara umum, universal. Dalam
sejarah keselamatan, Allah memberikan diri kepada orang tertentu dan dalam peristiwa
tertentu (Abraham, Musa). Pewahyuan Allah tidak terbatas pada sejarah keselamatan saja
tetapi sejak awal mula ia menciptakan semesta. Meski keduanya berbeda, pencitaan dan
wahyu untuk keselamatan merupakan satu tindakan Allah yang berlangsung dalam sejarah.
Oleh karena itu, dapat dibedakan antara wahyu kodrati dan wahyu adikodrati. Dengah
wahyu kodrati, dimaksudkan bahwa berkat akal budinya, manusia mengenal Allah melalui
alam-ciptaan. Maka, akal budi tetap penting dalam pewahyuan. Sementara itu, dengan
wahyu adikodrati dimaksudkan pemberian diri Allah dalam sejarah tertentu, yaitu ketika
Allah masih dalam sejarah dan memberikan diri kepada Abraham dan bangsa Israel melalui
Musa dan para nabi. Dalam hal ini, pandangan KV II tentang wahyu tidak miniadakan
pandangan KV I tetapi melengkapinya.
- Wahyu bersifat universal: demi keselamatan semua orang sebab Allah telah menciptakan
segala sesuatu dan membuka jalan keselamatan bagi semua orang. Maka, Ia
menampakkan diri kepada manusia pertama dan menjanjikan penebusan serta
memelihara umat manusia untuk mengaruniakan hidup kekal kepada semua orang yang
mencari keselamatan dengan bertekun melakukan apa yang baik.
- Wahyu bersifat kontinyu sekaligus diskontinyu sebab kepenuhan wahyu dalam Kristus
(PB) hanya bisa dipahami dlm kontinyuitasnya mulai dari Abraham (bdk. Mat 1:1-17),
bahkan sejak Adam (bdk. Luk 3:23-38). Namun, juga ada diskontinyuitasnya sebab
pemberian diri Allah itu memuncak dalam diri Yesus, Anak-Nya sendiri yang datang ke
dunia.

22
3. Memuncak pada Yesus Kristus (DV 4)
 Pemberian diri Allah dan rahasia kehendak-Nya kepada manusia menjadi nyata sepenuhnya
dalam pribadi Yesus Kristus.
 Yesus sebagai puncak dan kepenuhan wahyu tidak dimegerti bahwa peristiwa Yesus itu
merupakan pewahyuan baru. Akan tetapi pewahyuan dalam diri Yesus itu harus dimengerti
sebagai langkah pewahyuan yang definitif sebab Yesus adalah sabda Allah dan simbol Allah
sendiri. Artinya:
- Yesus sebagai sabda Allah sebab Ia menyatakan diri Allah yang definitif. Allah yang tidak
kelihatan, sekarang nyata, konkret, hadir dalam diri Yesus. Dengan kata lain, Yesus sebagai
sabda Allah karena Ia tinggal dengan manusia dan mengkisahkan hidup ilahi dan menjadi
pernyataan diri Allah, baik dalam sabda maupun karya-Nya.
- Yesus sebagai simbol Allah sebab ia menjadi tanda kehadiran Allah yang nyata. Hidup,
sabda, karya, wafat, kebangkitan Kristus adalah kehadiran Allah sendiri.
 Kepenuhan wahyu dalam Yesus juga mempunyai arti mendasar, tidak tergantikan dalam
rangka hubungan manusia dengan Allah.
 Namun, kendati pewahyuan Allah sudah penuh dalam Yesus, sejarah keselamatan itu masih
tetap terbuka dan terarah ke masa depan. Artinya, kepenuhan wahyu Allah dalam Yesus tidak
berarti bahwa segala sesuatu tentang Allah sudah habis dalam Yesus dan tidak menyisakan
misteri tentang Allah. Maka, Yesus sebagai kepenuhan wahyu di sini berarti sejauh segala
sesuatu yang penting bagi menusia untuk sampai kepada Allah sudah penuh, definitif dan tak
tergantikan dalam diri Yesus.
 Yesus sebagai kepenuhan wahyu Allah mempunyai perspektif ke depan (eskatologis, parusia).
Maka, dari inkarnasi terbentanglah sejarah pewahyuan Allah sebagai suatu pengharapan yang
dihidupi dalam hidup sehari-hari.

4. Penerusan wahyu = bagaimana manusia menangkap wahyu


 Manusia dapat mengenal Allah secara manusiawi dengan akal budi atau penalarannya.
Meskipun demikian, wahyu itu bukan akam budi karena mengkomunikasikan pokok-pokok
ilahi. Dalam hal ini, tampaklah perbedaan antara KV I dan KV II tentang wahyu. KV I berbicara
tentang wahyu kodrati dan adikodrati sedangkan KV II berbicara tentang wahyu yang
membuat manusia manusia bisa berpartisipasi dalam hidup ilahi. Maka, dapat dipertanyakan
mengenai manakah peranan akal budi manusia terhadap wahyu itu? Jawabnya: dalam konteks
sekarang, Allah senantiasa berbagi hidup krn manusia mampu menangkap Allah sehingga
penalaran manusia juga ditantang untuk mengenal Allah sesuai konteks (DV 6). Dengan kata
lain, pengetahuan/akal budi manusia dihormati Allah dalam pewahyuan sebab dengan akal
budinya, manusia bisa masuk semakin dalam untuk memahami pemberian diri Allah yang
memuncak dalam Yesus itu.
 Dalam menangkap pewahyuan diri Allah, manusia juga mempunyai acuan, yaitu tradisi-tradisi
dan Kitab Suci. Sejauh mana tradisi dan KS bersaksi tentang wahyu 5. KS memberi kesaksian
perjumpaan Allah dan manusia. KS berfungsi menjaga ontentisitas wahyu 6. Namun,
5
Latar belakang diskusi tentang pentingnya tradisi adalah Reformasi, ketika Luther mengajarkan sola scriptura.
Konsili Trente (1545-1563): Wahyu terdapat dalam Kitab Suci dan Tradisi (sudut materi). Menurut Konsili
Trente, wahyu adalah: (1) sejarah Israel sebagaimana tertulis dalam PL, (2) “Injil” dalam artian peristiwa Yesus
Kristus (yang dikatkan dan dilakukan YK), (3) kegiatan Roh Kudus yang bersifat pwahyuan sepanjang sejarah
Gereja (secara lisan atau tertulis). Kebenaran wahyu secara lengkap ada dalam Kitab Suci, namun
perkembangan lebih lanjut dari pemahamannya ada dalam Tradisi. Itu tidak berarti Tradisi lebih lengkap dari
Kitab Suci
6
Dalam PL, wahyu dipahami sebagai pernyataan diri Allah melalui Taurat (Yer 31,33; Ul 30,16) dan warta
para nabi (Yer.1,9; Ibr 1,1) serta tanda-tanda alam (Panggilan Musa, Kel 3) .
Dalam PB, wahyu dipahami sebagai pernyataan diri Allah dalam Yesus Kristus (Yoh 14, 8-14; Mat 11, 25-27;
Luk 10, 21-21-24). Dalam Kis : kabar gembira mengenai Yesus Kristus (Kis 3, 17-26). Paulus : pewartaan
kabar gembira tentang rencana keselamatan Allah yang tidak dari perkataan manusia, namun dari Allah

23
pengalaman perjumpaan para murid dg Allah dalam Kristus tidak hanya yang tertulis dalam KS
tetapi melalui tradisi para rasul. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa KS adl kesaksian
tertulis sedangkan tradisi-tradisi tidak tertulis. Maka, dapat dikatakan bahwa penerusan
wahyu ditempuh dengan 2 cara (DV 7):
 Verbal: dg pewartaan lisan, teladan, dan penetapan-penetapan para rasul meneruskan apa
yg telah mereka terima dr Yesus dan apa yg telah mrk pelajari atas dorongan RK (DV 7)
 Transverbal: atas ilham RK, para ralul dan tokoh-tokoh rasuli membukan amanat
keselamatan (DV 7)
Kesaksian tradisi-tradisi
 Dari asal katanya, tradere berarti meneruskan, yaitu mencakup baik sucesio apostolica
(tindakan dan pelaku penerusan, ex. uskup) dan traditio apostolica (isi yang diteruskan).
Dalam kaitannya dengan otentisitas wahyu, tradisi menjadi pelengkap KS (fungsi sama:
menjamin otentisitas wahyu melawan subjektivitas / pemahaman sesuai zaman yang
berkembang). Keduanya mempunyai sumber ilahi yang sama 7 dan fungsi yang sama, yaitu
untuk meneruskan wahyu atau menghadirkan Sabda Allah yang menyapa manusia dalam
zamannya (DV 8). Empat unsur penting dalam tradisi:
1) Komunikasi itu mencakup seluruh medan hidup manusia
Tampak dlm pewartaan lisan, keteladanan dan penetapan institusional
2) Terjadi dalam proses yg sungguh manusiawi
Tampak bahwa dalam proses itu, para rasul pun belajar
3) Mengikuti dinamika umat beriman
Tampak dalam usaha refleksi umat dan magisterium
4) Tradisi menjadi cermin
Kehadiran Allah yg dialami itu tidak secara langsung tapi dirasakan dlm perjalanan
pengharapan menuju perjumpaan muka dengan muka dengan Allah
Kesaksian Kitab Suci
 Sabda Allah ditulis dalam ilham RK sehingga pewartaan dan pewahyuan Allah diteruskan
dalam bentuk tulisan. KS merupakan ungkapan iman umat beriman atas wahyu Allah yg sdh
dimulai sejak PL dan menuncak dlm YK. PL dan PB hanya dpt dipahami dlm konteks
pengalaman aktual perjumpaan para murid dg Yesus yg bangkit yang berfungsi sbg kata-kata
pewahyuan sekaligus pembawa wahyu dan penjaga otentisitas wahyu.
Hubungan KS dan tradisi (DV 9):
 Memiliki sumber yg sama: mengalir dari sumber ilahi yg sama
 Memiliki tujuan yg sama: meneruskan wahyu Allah shg umat berkembang dlm iman
 Berbeda dlm pengungkapan: KS = transverbal; tradisi: verbal
 Tradisi melengkapi KS krn tak semua dpt dituliskan dlm KS dan tradisi membantu memahami
yang belum tersurat dlm KS

(1Tes 2,13), misteri rahasia Allah yang terlaksana dalam Kristus Yesus (Ef 3, 8-12), dalam Yesus berdiam
secara jasmaniah kepenuhan ke-Allah-an (Kol 2,9).
7
Kadang dibedakan antara Tradisi: traditio apostolica (Gereja Para rasul, Kis 2:42-47) dan tradisi-tradisi
(traditio ecclesiastica): setelah para rasul sampai sekarang. Pembedaan lainya adalah :
1. Traditio activa : proses penerusan
2. Traditio pasiva/obiectiva : isi yang diteruskan
Fungsi tradisi : konstitutiv (mencipta), konservativ/kontinuativ (memelihara), dan inovativ (membarui)

24
TESIS 5
Dalam Roh Kudus, manusia terus-menerus menanggapi pewahyuan dengan iman yang
disempurnakan dengan karunia-karunia dalam Gereja, terutama pengajaran, kenabian, dan
pelayanan

Pokok bahasan :
1. Tesis ini berbicara tentang iman, yaitu tanggapan manusia atas pewahyuan atau pemberian diri
Allah.
2. Untuk mendalami tesis ini, dapat ditekankan beberapa hal :
a. Perjumpaan dinamis
 Iman sebagai tanggapan atas pewahyuan Allah jelas menunjuk adanya perjumpaan
antara Allah dan manusia, lebih khusus lagi antara Allah yang memberikan diri-Nya dan
manusia yang menggapaninya. Perjumpaan antara 2 pribadi ini merupakan perjumpaan
dinamis, bukan statis. Berhadapan dg pemberian diri Allah, mns keluar dari dirinya utk
menanggapi Allah dan pada saat keluar dari rininya itu manusia menyerahkan diri
seluruhnya kepada Allah. Oleh karena itu, Roger Haight mengatakan bahwa iman adalah
keterlibatan dinamik seluruh kemampuan dan kemerdekaan mns yang aktif.
 Iman adalah hubungan eksistensial-aktual antar pribadi. Luther memberi penakanan pada
iman eksistensial (sola fide: pembenaran terjadi berkat relasi personal dg Allah, bukan
liturgi, bukan sakramen). Sementara itu, Trente menekankan iman-aktual sebab
melibatkan tanggungjawab manusia.
 Pengalaman iman berbeda dg pengalaman religius. Pengalaman iman menunjuk pada
tanggapan manusia atas pemberian diri Allah. Jadi mengandaikan ada wahyu dulu.
Sedangkan pengalaman religius merupakan kerinduan setiap manusia pada yang ilahi (R.
Otto: pengalaman akan yang tremendum et fascinosum).
b. Opsi fundamental
 Kalau iman adalah tanggapan atas wahyu, maka pengalaman iman merupakan sebuah
opsi fundamental. Artinya, tanggapan bukanlah sesuatu yang spontan-otomatis tapi
pilihan fundamental untuk menjawab Allah (ya). Namun, untuk dapat menanggapi
pewahyuan Allah itu, manusia membutuhkan rahmat dan bantuan batin Roh Kudus.
Dengan kata lain, rahmat dan bantuan Roh Kudus merupakan syarat iman dan sebagai
syarat tentu harus ada terlebih dahulu. Berkaitan dengan bantuan Roh Kudus ini, maka
tesis ini menegaskan bahwa manusia menanggapi pewahyuan Allah itu dalam Roh Kudus.
 Tanggapan manusia atas pemberian diri Allah adalah ketaatan iman, yaitu dengan bebas
menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah (= fides qua : perjumpaan dinamis personal
dengan Allah), memberikan kepatuhan akal budi (= fides que : memahami secara intelek)
dan kehendak. Maka, iman secara hakiki berarti kesetujuan akal budi sekaligus kebebasan
kehendak dan penyerahan diri kepada Allah. Iman adalah satu peristiwa dengan 3 unsur:
akal budi (bukan gerakan jiwa yang buta tetapi saya memilih krn paham sebagai
kebenaran), kehendak (kesetujuan pribadi yang bebas, bukan kesimpulan matematis),
rahmat (syarat, sebagai tanggapan atas rahmat).
 Ketika manusia memilih menanggapi sapaan Allah, hidup menjadi lain. Ada 5 ciri
pengalaman iman sbg opsi :
1- otonom (bebas dari dan bebas untuk),
2- menyelamatkan,
3- mutlak (melibatkan seluruh diri, ya atau tidak),
4- kristiani (mengikuti Kristus dengan sungguh),
5- suci (mentranformasi diri krn Allah yang suci membarui).

25
c. Praksis hidup moral
 Tanggapan manusia atas pewahyuan Allah sebagai opsi fundamental paling nyata
ditampakkan dalam sejarah manusia dengan Allah. Dalam sejarah manusia dengan Allah
tersebut, terlaksanalah 2 hal, yaitu ungkapan iman dan perwujudan iman. Ungkapan
iman berarti mengeksplisitkan perjumpaan dengan Allah (misal : doa, liturgi). Perwujudan
iman dalam tindakan moral membuat relasi dengan Allah dihayati dengan lebih sungguh.
Tindakan moral bersifat sadar dan bebas serta menurut suara hati (GS 16).
 Tindakan moral dan iman tidak selalu berkaitan sebab orang ateis pun bisa bertindak
moral. Tapi bagi orang kristiani, tindakan moral itu menjadi perwujudan iman yang
sungguh. Sebaliknya, iman menjadi alasan untuk bertindak moral. Kita sudah mengalami
cinta Allah, maka juga kita mengasihi Allah. Iman menjadi motivasi moral. Indikatif
keselamatan menggerakkan imperatif moral.

Makna Kata terus-menerus:


 Dinamika wahyu Allah tidak berhenti pada Yesus Kristus tapi terus disampaikan pada
manusia.
 Dinamika peziarahan hidup manusia yang terus berpengharapan akan janji Allah yang
senantiasa dicurahkan sampai pada kepenuhannya (Tit 2:13)

3. Disempurnakan oleh karunia-karunia dalam Gereja. (1 Kor 7:1-12)  LGg 34-36


 Bagian ini hendak menjelaskan mengenai karya RK di dalam Gereja yang senantiasa
menyempurnakan iman umat melalui karunia-karunia dalm Gereja.
a. Pengajaran (DV 10 : Magisterium)
 Kaitan magisterium dg KS dan tradisi dlm Gereja  magisterium berperan melayani KS
sejauh menjadi ajaran resmi dan mengikat. Maka, magisterium mempunyai dasarnya
dalam KS dan tradisi.
 Infalibilitas ajaran (KV 1), harus memperhatikan syarat ex catedra :
1- ajaran Paus tentang iman dan moral,
2- Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja,
3- dimaklumkan secara definitif, dan
4- dalam kesatuan dengan Gereja
 karunia ajaran menyempurnakan iman karena sepanjang sejarah, kehidupan iman
manusia tidak selalu kokoh-kuat. Maka dinamika yang tidak semakin mengarah kepada
Allah disempurnakan dengan karunia komunal
b. Kenabian
 Tiga tugas nabi: menghibur, meneguhkan, dan menasehati/mengkritik

c. Pelayanan
 Pelayan Gereja pertama-tama harus dilihat sebagi tanda kasih Allah kepada manusia.
Sikap dasarnya adalah melayani, bukan dilayani (Mat 20: 25-28)
 Tugas melayani itu secara konkret tampak dalam karya-karya pelayanan Gereja
(diakonia).

26
TESIS 6
Injil memberitakan Yesus secara utuh, yakni hidup, perkataan, tindakan, wafat, dan kebangkitan-
Nya dalam kemuliaan. Iman akan Yesus diungkapkan dalam Perjanjian Baru dalam banyak gelar,
antara lain Anak Manusia, Anak Allah, Kristus, dan Tuhan.

Pokok bahasan :
1. Tesis ini berbicara tentang Ktistologi Alkitabiah, khususnya Perjanjian Baru dan lebih khusus lagi
Injil.
2. Kalimat pertama berbicara secara khusus mengenai bagaimana Injil memberitakan Yesus dengan
struktur: Injil: Subjek, memberitakan: predikat, Yesus: objek, secara utuh: keterangan predikat,
yakni hidup, perkataan, tindakan, wafat dan kebangkitan-Nya dalam kemuliaan: keterangan objek
3. Kalimat kedua berbicara tentang pengungkapan iman akan Yesus dalam PL melalui gelar-gelar-
Nya. Srtuktur kalimat tersebut adalah, Iman akan Yesus: subjek, diungkapkan: predikat, dalam PB:
keterangan tempat, dalam banyak gelar, antara lain Anak Manusia, Anak Allah, Kristus, dan
Tuhan : keterangan cara

Penjelasan Tesis
1. Injil (Yun: euangelion, Ibr: besorah) = kabar baik yang dibawa oleh utusan. Dalam lingkup religius,
injil berarti kabar gembira yang dibawa oleh Yesus (Luk 4:18-19), bahkan sama dengan pribadi
Yesus sendiri (Mrk 1:15). Dalam perkembangan, arti injil dipersempit menjadi kesaksian dan
pewartaan rasuli tentang Yesus (Kis 1:1, 5:42) yang pada awalnya hanya berupa lisan. Mulai abad
kedua, kata injil dipakai untuk menyebut tulisan yang berisi pewartaan kabar baik mengenai
hidup dan karya Yesus.

2. Injil memberitakan Yesus secara utuh (DV 18).


 Keempat Injil bukanlah 4 biografi tentang Yesus, tetapi buku iman. Oleh karena itu, data-data
tentang Yesus dalam keempat Injil bukan terutama merupakan data-data historis tetapi lebih
merupakan kesaksian iman para rasul dan para penulis injil mengenai Yesus yang ditulis
dengan ilham Roh Kudus (DV 11)8.
 Pewartaan Injil mengenai Yesus meliputi : hidup, perkataan, tindakan, wafat, kebangkitan 9
a. Peristiwa kebangkitan (sengsara, wafat dan kebangkitan sebagai pangkal tolak)
Injil tentang Yesus ditulis dalam terang dan kacamata kebangkitan. Dengan kata lain,
kebangkitan menjadi pokok pewartaan Gereja (Kis 2:14-41;3:12-26). Hal ini tampak juga
dalam urutan dan bahan kisah kebangkitan yang sama untuk keempat injil.
b. Hidup Yesus. Memang, hanya injil Mateus (1-2) dan Lukas (1-2) yang mengisahkan
kelahiran dan masa kanak-kanak Yesus. Pewartaan yang penting dalam kisah kelahiran
dan masa kanak-kanak Yesus adalah bahwa Yesus dikandung dari Roh Kudus (Mat 1:20;
Luk 1:35) dan dilahirkan oleh perawan Maria (Mat 1:18-25; Luk 2:1-7). Yohanes tidak
berkisah tentang bagaiman kelahiran Yesus tetapi mewartakan tentang misteri inkarnasi
(in + caro/carnis = dalam daging). Yesus adalah Sabda yang menjadi manusia (Yoh
1:1;14). Sebelum berkarya, Yesus hidup di Nazaret (Luk 3:23; 2:21-24.41-52). Peristiwa
penting dalam hidup Yesus sebelum Ia berkarya secara publik dalan pembaptisan-Nya

8
Beberapa keterangan tentang keempat Injil
MarkusMateusLukasYohanesPenulis Yoh Mrks (Kis 12:12), misi Pls I (Kis 13:5)Mateus, penglmn rlgus
mendalamMisi Pls I+III (Kis 16:10, 20:5)Murid-murid sekolah YohanesTahun ± 70 M± 80 M80-90 M95-100
MUmat Jemaat kristen di RomaJemaat kristen YahudiJemaat non Yahudi (Antiokia, Filipi)Jemaat diapora,
berhdpn dg gnostik
9
Pewartaan Injil tentang Yesus dapat dirangkum dalam 2 model:
1. Dari atas : Yohanes (Yoh 1:1-18; 16:28)
2. Dari bawah : Sinoptik (Mrk 1:1-15; Luk 1:5-2:52; Mat1-2)

27
oleh Yohanes Pembaptis (Mrk 1:9-11; Mat3:13-17; Luk 3:21-22; Yoh 1:32-34) 10. Setelah
dibaptis, Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai (Luk 4:1-13; Mat 4:1-11;
Mrk 1:12-13)11.
c. Perkataan dan tindakan Yesus. Dalam karya Yesus, tindakan tidak pernah berdiri sendiri
sebab selalu dibarengi dengan kata-kata yang menjelaskan tindakan-Nya itu. Namun,
tidak semua kata-kata-Nya hanya untuk menjelaskan tindakan-Nya. Pada awal karya
publik-Nya, Yesus menyampaikan program hidup-Nya, yaitu mewartakan Kerajaan Allah
(Mat 1:15, Mat 4:12-17. 9:35; Luk 4:14-15). Bahkan, inilah satu-satunya program hidup
Yesus. Kata-kata dan tindakan-Nya yang lain adalah dalam rangka pewartaan Kerajaan
Allah ini, misalnya:
1) Yesus memanggil para murid untuk ikut mewartakan KA (Luk 9:2, Mat 10:7)
2) Yesus berkotbah tentang Kerajaan Allah (Mat 5-7) dan menyampaikan banyak
perumpamaan tentang Kerajaan Allah (Mat 13:1-52. 18:23-35. 20:1-16. 22:1-14)
serta menyampaikan ajaran bagaimana untuk masuk ke dalam KA (Mat 18:3-4.
19:16-26).
3) Yesus juga melakukan tindakan konkret untuk mewartakan Kerajaan Allah,
khususnya melului mukjizat-mukjizat. Yesus membuat mukjizat bukan demi
mukjizat itu sendiri tetapi menunjukkan kedatangan Kerajaan Allah, yaitu karya
penyelamatan Allah (Luk 11:20, Mat 12:28).
Selain bahwa Kerajaan Allah merupakan satu-satunya pewartaan Yesus, pewartaan-Nya
akan KA juga mempunyai kekhasan lain sebab Ia tidak hanya mewartakan KA tetapi
mengidentifikasi diri dan pewartaan-Nya dengan Allah sendiri:
1) Yesus tidak mengajar seperti para nabi tetapi sebagai orang yang berkuasa (Mrk
1:22, Mat 7:29). Kata-kata khas Yesus adalah, “Aku berkata kepadamu ... (Mat
5:18,20,22 dst).
2) Yesus mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa (Mrk 2:5-7, Luk 24:47)
3) Dalam berbagai kesempatan, Yesus menyatakan kesatuan-Nya dengan Bapa (Yoh
14:9.11, 10:30)

d. Wafat dan kebangkitan Yesus merupakan satu kesatuan peristiwa, sebab tidak ada
kebangkitan jika tidak ada wafat, dan tidak wafat Yesus tidak ada maknanya jika tidak
ada kebangkitan.
a- Wafat Yesus sebagai peristiwa historis 12
 Keempat injil mengisahkan sengsara dan wafat Yesus (Mrk 14-15, Mat 26-27,
Luk 22-23, Yoh 18-19).
 Mengapa Yesus dibunuh? Orang Romawi menuduh Yesus memberontak (Mrk
11:15-19). Orang Yahudi menuduh Yesus menghujat Allah (Mrk 14:62-64).
Orang Kristiani menaknainya “demi keselamatan manusia” (Mrk 10:45, 14:24).
Dalam hubungannya dengan Bapa, wafat Yesus adalah ketaatan total-Nya
kepada Bapa (Yoh 4:34, Mrk 14:36).

10
Baptisan Yohanes adalah untu pertobatan dan pengampunan dosa (Mat 3:2.11). Yesus tidak berdosa dan tidak
perlu bertobat/diampuni dosanya. Lalu untuk apa ia dibaptis? Markus dan Lukas tidak memberi keterangan apa-
apa. Mateus menjelaskan bahwa pembaptisan Yesus untuk menggenapi kehendak Allah. Kiranya dapat
direfle4:34ksikan bahwa pembaptisan Yesus mempunyai maksud solidaritas dengan manusia berdosa yang
hendak ditebusnya sekaligus penakluman diri-Nya sebagai Anak Allah.
11
Apa maksud Yesus dicobai?
1. Dalam keheningan dan doa, Yesus mempersiapkan diri secara khusus untuk menjalani misi-Nya
2. Awal programatis dari pencobaan-pencobaan yang akan terus dialami Yesus dan berpuncak padasalib
12
Dalam syahadat, historisitas pribadi dan wafat Yesus diungkapkan dengan penyebutan tokoh Pontius Pilatus,
Gubernur Romawi untuk Yudea antara 26-36M. Dalam KS, historisitas Yesus antara lain ditampilkanya tokoh
Arkhelaus (anak Herodes) yang menjadi raja Yudea antara 4sM-6M.

28
b- Kebangkitan-Nya yang mulia sebagai peristiwa iman
 Kebangkitan Yesus bukanlah peristiwa historis sebagaimana wafat-Nya tetapi
merupakan peristiwa iman. Istilah “bangkit” (Yun: anastanai, egeirein) berarti
bangung dari tidur. Maka, istilah Yesus bangkit dipakai secara
metaforis/simbolis karena realitas kebangkitan Yesus mengatasi bidang
pengalaman historis dan kehidupan kita.
 Para murid yang mengalami peristiwa kebangkitan mewartakannya dengan 2
cara, yaitu melalui rumusan-rumusan iman yang pendek (Luk 24:34) dan kisah-
kisah kebangkitan (Mrk 16:1-8, Mat 28:1-10, Luk 24:1-12, Yoh 21:1-18). Kisah
makam kosong bukanlah bukti bahwa Yesus bangkit tetapi konsekuensi dan
juga untuk meneguhkan pewartaan mereka.
 Yesus bangkit dalam kemuliaan-Nya menunjuk bahwa kebangkitan Yesus tidak
sama dengan “hidup kembali” seperti yang dialami pemuda Nain (Luk 7:11-17),
anak Yairus (Mrk 5:21-43), dan Lazarus (Yoh 11:1-44). Mateus menceritakan
kemuliaan Yesus ini dengan kata-kata Yesus, “kepada-Ku telah diberikan segala
kuasa di surga dan di bumi” (Mat 28:18)

3. Dalam PB, iman akan Yesus diungkapkan dalam banyak gelar


a. Anak Manusia
 Gelar Anak Manusia banyak dipakai dalam injil dan hanya 4x dipakai diluar injil (Kis 7:56, Ibr
2:6  Mzm 8:5, Why 1:13; 14:14  Dan 7:13). Dalam injil, gelar ini hanya dipakai oleh
Yesus untuk menyebut diri-Nya sendiri.
 Dalam PL, sebutan “anak manusia”, dipakai dalam arti manusia/orang (Yes 56:2, Yer 49:18,
Yeh 2:1, 3:1.4). namun, setelah Daniel, sebutan “anak manusia” menunjuk pada tokoh
eskatologis yang akan datang sebagai raja/penguasa yang memebaskan dari kuasa jahat
(Dan 7:13-14). Bagi Yesus, sebutan ini dipakai untuk menyatakan kerendahan-Nya (Mat
8:20), penderitaan-Nya (Mrk 8:31), kebangkitan-Nya (Mat 17:9) dan kedatangan-Nya
sebagai hakim (Mat 25:31). Dengan demikian, gelar Anak Manusia ini menunjukkan jati diri
Yesus sebagai penyelamat, yaitu Dia yang datang untuk menyelamatkan manusia dengan
melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat 20:1-8).
 Penggunaan gelar Anak Manusia dalam keempat Injil
Injil Jml Makna
Mrk 14 Yesus mempunyai kuasa mengampuni dosa (2:10), atas Sabat (2:28)
Misi penyelamatan dengan sengsara, wagat, kebangkitan-Nya (8:31, 9:9, dll)
Kedatangan Yesus di masa depan (8:38, 13:26, 14:62  Dan 7:13-14)
Yesus yg menderita, dibenarkan, punya kuasa mengadili (9:12) // Hamba
Yahwe
Mat 29 Dikaitkan dg misi Yesus untuk menyelamatkan org berdosa (11:19)
Ia akan datang secara tak terduga dan berkuasa mengadili (24:27, 16:27)
Dia yang datang untuk menyelmatkan dan mengadili (13:41, 19:28)
Luk 25 Yesus mempunyai misi untuk mencari yang hilang (19:10) yang menderita
sengsara dan bangkit (24:7) serta akan datang kembali (17:22, 18:8, 21:36)
Yoh 13 Menunjuk pada saat-saat akhir hidup Yesus (12:23, 13:31) dan kekuasaan-
Nya untuk menghakimi (6:27)
 Kesimpulan :
1- Gelar Anak Manusia memunjuk pada Yesus sebagai figur transenden (yang ilahi)
sekaligus manusiawi yang mempunyai kuasa dan wewenang ilahi
2- Gelar Anak Manusia dikaitkan misi Yesus untuk menyelamatkan dan menghakimi.
Seluruh hidup Yesus merupakan proses perjuangan melaksanakan misi-Nya.
3- Gelar Anak Manusia khas dipakai untuk menyebut Yesus oleh Yesus sendiri

29
b. Anak Allah
 Gelar “Anak Allah” muncul lebih dari 124x dalam PB. Unsur-unsur yang terkandung dalam
gelar ini antara lain : diangkat secara resmi, menerima berkat dan anugerah-anugerah
spesial, dipercaya untuk tugas tertentu, ada relasi yang akrab (pengenalan, keserupaan,
dan ketaatan).
 Dalam PL, sebutan anak Allah dipakai untuk malaikat (Kej 6:6, Ayb 1:6), bangsa terpilih (Kel
4:22-23) dan raja (2Sam 7:14).
 Dalam PB, sejak awal hidup-Nya, Yesus sendiri menyadari hubungan-Nya yang khas dengan
Allah sebagai Bapa dan ia sebagai Anak (bdk. Peristiwa 12 th di Bait Allah dalam Luk 4:29
dan juga ketika dibaptis dalam Mrk 1:11, Mat 3:17, Luk 3:22). Peristiwa trasfigurasi juga
menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah (Mat 17:5), demikian juga di taman Getzemani
dan di atas salib, Yesus menyebut Allah sebagai Abba (Mat 26:63.64, Luk 23:46). Yesus
sendiri memahami keputraan-Nya dalam beberapa segi, antara lain 1Ia mempunyai relasi
personal dengan Bapa (Mrk 14:36, bdk. Rm. 8:15, Gal 4:6, Mrk 1:11), 2Yesus mempunyai
ketaatan mutlak pada Bapa (Mat 26:39), dan 3Yesus sebagai anak tunggal Allah (Yoh 1:14,
3:16.18, Rm 8:32).
 Secara ringkas, penggunaan gelar Anak Allah bg Yesus menunjuk beberapa dimensi:
1- Hubungan Yesus yang sanat erat/dekat dengan Bapa bahkan Yesus dan Bapa dalah satu
(Yoh 10:30.38), Yesus menjalankan kehendak Bapa (Yoh 5:19, 12:50) dengan ketaatan
mutlak (Yoh 4:34, 5:30).
2- Bagaimanapun juga, Yesus berbeda dengan Bapa sebab Bapa lebih besar (Yoh 14:28),
dan ada hal-hall yang tidak diketahui-Nya karena hanya Allah yang tahu (Mrk 13:32, Mat
24:36).
3- Yesus diserahi tugas dan dipercaya Bapa dg penuh wibawa (Mat 11:27, Luk 10:22, Yoh
3:35, 5:22) bahkan diserahi kuasa di surga dan di bumi (Mat 28:18)
4- Yesus mengenal Bapa sehingga mampu mewahyukan Bapa kepada manusia dan
membawa manusia kepada Bapa (Yoh 10:15, 14:6) sehingga barangsiapa melihat Anak
melihat Bapa (Yoh 14:9-11). Ia juga mempunyai otoritas untuk menafsirkan kehendak
Bapa (Mat 5:17-48, 7:28-29)
5- Dalam tata keselamatan, Yesus mempunyai peran tak tergantikan sebab Ia menjadi
pendamai (Rm 5:10), korban silih dosa (Rm 8:3).
 Penggunaan gelar Anak Allah dalam keempat Injil
Injil Jml Makna
Mrk 8 Yesus sebagai Anak Allah yang taat kepada Bapa harus menderita dan mati
(14:36) tetapi kemudia dibangkitkan (16:16) dan datang kembali (14:61-62)
Mat 10 Fungsional : ketaatan-Nya yg sempurna terhadap kehendak Bapa sejak
+ awal : pembaptisan (3:13-17), pencobaan (4:1-11), sesudah transfigurasi
14 (16:22-23), di Getsemani (26:39.42), di salib (27:40.43) dan saat wafat-Nya
(27:54).
Luk Tekanan pada hubungan personal dengan Allah sebab Yesus dikandung dari
RK, Yesus mewarisi Kerajaan yang dijanjikan Allah pada Daud sehingga ada
unsur transenden dari kuasa Yesus (22:28-30) dan Ia dipilih untuk tugas
khusus bagi keselamatan (1:68-69).
Yoh 13 Yoh menambahkan unsur yang berbeda, yaitu pre-eksistensi Anak sekaligus
tugas-Nya di dunia. Beberapa unsur khas yang lain :
- Ketaatan peda kehendak Bapa (4:34, 5:30)
- Ambil bagian dalam pekerjaan Bapa untuk menghidupkan org mati,
menghakimi (5:19-22)
- Hubungan personal dan spesial dg Bapa (1:18, 16:25) yang ditandai
dengan kasih (3:35, 5:20)

30
c. Kristus
 Kata Yunani “Kristus” atau “Christos” dipakai untuk menerjemahkan kara Ibr “Masiah” yang
berarti “Yang Terurapi”
 Gelar “Kristus/Mesias” dipakai sebanyak 531x dalam PB. Bagi penginjil, Yesus adl Mesias
yang diharapkan umat Israel. Hal ini dikaitkan dengan harapan akan bangkitnya monarkhi
Daud, di mana orang Yehudi percaya akan datangnya mesias yaitu utusan Allah di masa
datang yang akan mengembalikan kejayaan Israel. Di sinilah tampak adanya perbedaan
pandangan mesianis Yahudi dengan pandangan Yesus:
Yahudi Yesus
Nasional (bangsa Yahudi) Tidak malulu nasional (Mat 7:24-30)
Materialis (makmur, sejahtera) Spiritual (Allah meraja)
 Gelar Kristus dihubungkan dg tugas dan perutusan Yesus sebagai imam (Kel 28:41; 29:7),
raja (Hak 9:8; 1Sam 16:12-13; 1Raj 1:45), dan nabi (1Raj 19:16; Yes 16:1).
 Penggunaan gelar Anak Allah dalam keempat Injil
Injil Jml Makna
Mrk Gelar “Kristus” akan mencapai kepenuhannya pada saat Yesus datang untuk
kedua kalinya. Ironi: mesias harus menderita sengsara dan bangkit dengan
mulia
Mat Dihubungkan dg unsur “kerajaan” (2:1-4), otoritas utk mengajar dan
memimpin (5-7; 10; 13; 18; 23-25).
Luk Yesus adalah pemenuhan harapan mesianis PL melalui penderitaan-Nya (Kis
2:31; 3:18).
Yoh Yesus adalah mesias yg diharapkan kedatangannya (1:20.25.41.49-51).

d. Tuhan
 Dalam pengertian umum, gelar Tuhan (Kurios) mengandung kadar kebesaran dan
kemuliaan dalam situasi berbeda-beda, misalnya: kewibawaan kepala keluarga, tuas para
hamba, penguasa kekayaan, wibawa membuat keputusan, dll.
 Dalam PB, gelar Tuhan yang dikenakan untuk Yesus mengalami perkembangan, mulai dari
gelar yang bernada manusiawi kemudian ilahi, khususnya gelar yang memaklumkan
kemuliaan Yesus setelah dibangkitkan.
1- Gelar kehormatan biasa: pemilik kebun anggur/keledai (Mat 20:8; Luk 20:13.15), tuan
atas para hamba (Mat 6:24; 10:24-25), pemilik (Gal 4:1)
2- Gelar untuk Allah (Luk 2:9; 4:19)
3- Gelar untuk Yesus historis berarti “tuan” (Mrk 7:28; Mat 15:27; Luk 5:8; Yoh 6:68)
4- Gelar untuk Yesus yang bangkit berarti “gusti”, Tuhan, Junjungan (Mrk 16:19.20; Mat
28:6
 Gelar Tuhan merupakan gelar khas Yesus yang dibangkitkan oleh Allah, setara dengan Allah
pribadi:
1- Menunjuk pada Yesus yang diurapi oleh Allah (Luk 2:11)
2- Dikaitkan dengan peran Yesus sebagai penyelamat (2Ptr 1:11; 2:20; 3:2.18)
3- Diserukan utk menyatakan kedatangan-Nya kembali (1Kor 1:7.8; 2Tes 1:7; Flp 3:3)
4- Menunjuk pada otoritas Yesus (1Kor 7:10; 9:14; 14:37)
5- Seruan iman (Flp 2:11; Rm 10:9; 2Kor 8:6)

 Penggunaan gelar Anak Allah dalam keempat Injil


Injil Jml Makna
Mrk -

31
Mat Merupakan seruan iman oleh para murid dan orang-orang yg mencari Yesus
serta yg mohon penyembuhan (3:3//Yes 40:3; 7:21-22; 8:25; 9:28)
Luk Menunjukkan bahwa Yesus adalah pribadi yg penuh otoritas dan bersifat
transenden sejak awal hidup-Nya (2:11  7:13; 24:3.34)
Yoh Sampai bab 20, gelar Tuhan dipakai dalam nuansa vocative. Namun, mulai
Yoh 20:18, dipakai sbg ungk iman akan Yesus yang bangkit (20:18.28;
21:7.15-21)

32
TESIS 7
Konsili-konsili pada abad-abad pertama mempertahankan iman Alkitab akan Yesus Kristus dalam
relasi dengan Allah Bapa dan Roh Kudus demi keselamatan manusia.

Subjek : Konsili-konsili pada abad-abad pertama


Predikat : mempertahankan
Objek : iman Alkitab akan Yesus Kristus dalam relasi dengan Allah Bapa dan Roh Kudus demi
keselamatan manusia

Konsili-konsili pada abad-abad pertama = 4 konsili ekumenis pertama


No Konsili Paus Tahun Pengundang Peserta
1. Nicea I Silvester I 325 Konstantinus I Timur: 222, Barat: 5
2. Konstantinopel I S. Damasus I 381 Teodosius I Timur: 150, Barat: 0
3. Efesus Selestinus I 431 Teodosius II Timur: 180, Barat: 3
4. Kalsedon S. Leo Agung 451 Marcianus Timur: 350, Barat: 5

Titik tolak: iman Alkitab akan Yesus Kristus


 Sinoptik: Yesus adl Anak Allah (Mrk 1:1; 15:39; Mat 14:33; 16:16; Luk 1:32.35; 22:70)
 Yohanes: Yesus adl Allah (Yoh 1:1; 20:28; 10:30)
 Paulus: menurut daging, Yesus adl manusia – menurut Roh, Yesus adl Anak Allah (Rm 1:1-4)

Masalah yang kemudian muncul:


 Bagaimana memahami iman akan ke-Allah-an Yesus dalam iman monoteis?
 Apakah Yesus itu sama dengan Allah? atau terpisah dan berbeda?
 Bagaimana relasi antara Yesus dengan Allah?

Pemikiran-pemikiran Kristologi-Trinitas sebelum Konsili:


1. Dua arus besar pemikiran teologis:
Antiokia Alexandria
1 Kristologi dari bawah (Sinoptik) 1 Kristologi dari atas (Yohanes)
2 Tekankan perbedaan Allah - manusia dlm YK 2 Tekankan kesatuan Allah - manusia dlm YK
3 Logos antropos: Firman menjadi manusia 3 Logos sarx: Firman menjadi daging
4 Yesus: homo assumptus 4 Yesus: kesatuan ilahi yang berikarnasi
5 Tekankan kemanusiaan Yesus 5 Tekankan keilahian Yesus
? Bagaimana keilahiannya? ? Bagaimana kemanusiaannya?

2. Kelompok: Yahudi-Kristen dan Yunani


 Padangan Yahudi umum: Yesus adl manusia suci yang diangkat menjadi Mesias
 Pastor Hermas: Yesus adl Hamba Tuhan yang diangkat menjadi Anak Allah
- Roh hadir dan bekerja pd daging

- Daging melayani Roh Pneumatologis

- Maka, Yesus adl Anak Allah ~ gabungan atas + bawah

~ dimensi ilahi + mnswi

 Penekanan berat sebelah


a. Ebionit: adopsianisme (menekankan kemanusiaan Yesus)
 Yesus adl manusia biasa yg diangkat mjd Anak Allah + Mesias

33
- Waktu dibaptis, Roh Allah turun pd Yesus utk mengangkat mjd Anak Allah
- Waktu disalib, Roh Allah meninggalkan Yesus
b. Dokentisme: menekankan keilahian Yesus (pengaruh gnostik 13)
 Yesus adl Firman Allah yg bertopeng mns: pura-pura mjd mns, pura-pura mati di salib

 Usaha menyeimbangkan:
 Injil Yohanes: Firman yg adl Allah (1:1) telah menjadi manusia (1:14; bdk. 1Yoh1:1)
 Ignatius dr Antiokia (110)
- Yesus serentak Allah - serentak manusia
- Commuicatio idiomatum: ungk2 ttg keilahian & kemanusiaan Yesus dapat
dipertukarkan
- Sarkoforus (pembawa daging): Yesus sungguh manusia (katurunan Daud, lahir dr
Maria)
- Kemanusiaan Yesus demi keselamatan kita

3. Kristologi Firman/Logos
 Perjumpaan gagasan Injil Yohanes (Firman mjd mns) – Filsafat Yunani (Logos)
a. Yustinus Martir (165): Kristologi dr Atas  Yesus: Firman menjadi manusia
- Logos endiathetos: Firman ada dlm Allah sbg daya ilahi Allah sendiri
- Logos prosporikos: Firman keluar dr Allah saat penciptaan
- Logos spermatikhos: benih-benih firman meresapi seluruh ciptaan
b. Irenius dr Lyon14 (202): Kristologi sotereologi (Yohanes-Paulus)
- Firman (Anak) Allah mjd manusia spt kita adanya, spy kita mjd Firman (Anak) Allah
- Recapitulatio/anakephalai: mengumpulkan manusia ke dalam satu kepala
- Economia salutis: Dlm Firman yg menjadi manusia (YK), manusia dikembalikan pd
keadaan awal sbg gambar Allah dan dipersatukan dg Bapa
c. Hypolitus dr Roma (235): Firman menjadi daging (mengambil) dari Perawan Maria
d. Tertulianus (222):
- Firman ada bersama Bapa sejak kekal (sejak keluar dr Bapa, pribadi beda tp
sehakikat)
- Demi keselamatan manusia, Firman menjadi manusia, dilahirkan dari Perawan
Maria
- Dengan mjd manusia, kodrat ilahi Firman tidak berubah secara hakiki
- Maka, dalam diri YK: kodrat ilahi-Nya utuh, kodrat manusia-Nya utuh
e. Origenes (254): Platonis
- Inkarnasi: jiwa insani Yesus yg bersatu dg Firman msk dlm tubuh Yesus
 dipertanyakan keutuhan kodrat kemanusiaan???
- Allah menjadi manusia supaya manusia diilahikan

4. Tritunggal
 Pertanyaan: bila Yesus itu Firman dan Firman itu ilahi, bgmn relasinya dg Allah yg tunggal?
a. Usaha mencari jawaban yg gagal:
1. Monarkhianisme: satu prinsip (hanya ada satu Allah tunggal)
a) Monarkhianisme dinamis (adopsianisme):
 Yesus adl manusia biasa yg unggul

13
Gnostik mempertentangkan dualisme: baik-jahat, rohani-jawmani, jiwa-materi  materi adalah jahat
Manusia dibagi dalam 3 golongan: - jasmani: terbelenggu materi, tanpa harapan
- jiwani: menyelamatkan diri dari materi dg mjd kristen biasa
- rohani: sempurna dan bersifat ilahi berkat gnostik
14
Melawan Montanisme yg menekankan karya Roh dan menolak penyesuaian iman pd filsafat Yunani

34
 Saat dibaptis, Roh/Kristus (daya: dynamis) turun atas-Nya (Ul 18:15; Luk
1:35)
 Dengan ini, Yesus diangkat menjadi Anak Allah
b) Monarkhianisme modalistis (Sabellianisme):
 Firman + RK adl cara penampilan (modus) / penampakan diri (prosopan)
Allah
- Bapa: pencipta dan pemberi hukum
- Putra: juru selamat, penebus
- Roh Kudus: menguduskan, memberi inspirasi dan rahmat
 Patripassianisme: maka, yang menderita adl Allah bertopengkan Putra
2. Subordinatianisme:
 Menerima keilahian Firman tapi menempatkan di bawah Bapa (tidak identik dg
Bapa)

b. Pemikiran awal mengenai Tritunggal: PB - Platonis 15


1. Yustinus: Firman yg keluar dr Allah tidak berkurang esensi Allahnya
2. Tatianus: Firman keluar dr Bapa (Allah tunggal), Roh berbeda dr Bapa dan Firman
 Sejak semula, Allah bersama Firman dan Roh (Ams 8:22-31)
3. Irrenius: Modalistis-kah?
a) Pangkal tolak: Allah Bapa sejak semula punya Firman dan Kebijaksanaan
b) Bapa: Allah dalam diri-Nya sendiri (tak terkatakan)
c) Firman dan Roh: Allah dlm sejarah keselamatan
4. Tertulianus: Subordinatianisme-kah?
a) Pangkal tolak: Allah yg tunggal dalam rangka tata penyelamatan ada bersama
Logos
b) Logos: ratio dan sermo
 Dalam penciptaan, Firman keluar dr Allah sbg “yg sulung”
 Allah, Firman, Roh berbeda:
 bukan dalam kondisi, melainkan dalam derajat
 bukan dalam hakikat, melainkan dalam bentuk
 bukan dalam kuasa, melainkan dalam rupa
5. Origenes:
a) Tekanan: ke-Esa-an Allah (hanya Bapa yang disebut Allah)
b) Keilahian Putra dan Roh bersifat sekunder krn diturunkan dr keilahian Bapa
 Bapa (agennetos): tak dilahirkan
 Putra: dilahirkan dari Bapa dlm tindk abadi (Allah kedua)
 Roh Kudus: berasal dari Bapa melalui Putra
c) Beberapa istilah:- hyostases: keberdikarian individual sejak dlm diri Allah sendiri
- ousia: kesamaan tiga pribadi Allah (homousios = sehakikat)

Konsili-konsili berusaha mempertahankan iman akan Yesus Kristus:


DARI NICEA ke KONSTANTINOPEL I = KEILAHIAN FIRMAN dan ROH
0. Persoalan dasar: bagaimana menerangkan bahwa Yesus sungguh manusia - sungguh ilahi?
 Kristologi Logos cenderung menempatkan Logos di bawah Allah Tunggal
1. Arius16 (Arianisme)
a. Persoalan: - mendamaikan gagasan Allah Tunggal dg peran Firman (pengantara dan Anak
Allah)

15
Plato: - Allah: Pengada Tertinggi, Yang Baik, Yang Satu (Bapa);
- Nous/Logos: Demiurgos, Arsitek (Putra);
- Psyche: Jiwa dunia (Roh Kudus)
16
Belajar di Antiokia dan menjadi imam di Alexandria.

35
- mendamaikan ketunggalan Allah dan adanya pribadi lain dalam Allah
b. Jawaban Arius: menekankan Allah sbg monad tunggal dan tak terbagi (dasarnya 1Tim 6:16)
1) Maka, Yesus keluar dr Allah (diciptakan = genetos) tidaklah secara tepat disebut Allah pula
2) Firman: ciptaan pertama, tidak termasuk dunia ilahi maupun dunia jasmani (makhluk
antara)
~ Dasarnya Ams 8:22-28 - Sebelum Firman diciptakan, Allah tidak disebut Bapa
a) Diciptakan (22) - Putra diciptakan oleh Bapa, tdk sehakikat dg Bapa (tdk homousios)
b) Dibentuk (23) - Putra lebih rendah dari Bapa (tidak mirip: an-homoios)
c) Dilahirkan (25)
3) Hypostaseis: Tiga pribadi Allah berbeda dalam tingkat
4) Inkarnasi: Firman bergabung dg manusia Yesus dan mengganti jiwa manusia Yesus
c. Reaksi pro-kontra  Kaisar turun tangan:
1) Pro: Eusebius (Nikomedia dan Kaisarea)  Firman adl pengantara Allah - mns (tdk
sehakikat)
2) Kontra: Sinode Alexandria (319)
- Firman adl pribadi (hypostasis) dan kodrat (physis) mandiri, beda dg Bapa tapi sehakikat

3) Kaisar turun tangan melalui Sinode Antiokia (325): - mengeluarkan syahadat melawan
Arius
- m’ekskomunikasi Arius, Eusebius, dkk

2. Konsili Nicea
a. Rumusan iman:Kami percaya, satu Allah, Bapa Mahakuasa, Pembuat yg kelihatan dan tak kelihatan dan
akan satu Tuhan, Yesus Kristus, Anak Allah, yg sbg Anak Tunggal dilahirkan ( gennetos) dr
Bapa, Allah dr Allah … dilahirkan bukan dijadikan, sehakikat dg Bapa

 Trinitaris: - sejak kekal, Allah itu Bapa dan Bapa itu adl Bapa dr Putra (vs Modalisme)
- iman akan RK dicantumkan begitu saja
b. Kristologinya:
1) YK adl Putra Tunggal Bapa sekaligus manusia yg lahir dr Bapa oleh Maria
2) Yesus dilahirkan (gennetos) bukan dijadikan (vs Arius)
3) Yesus itu pra-eksisten: Firman yg ada sejak semula bersama Allah ( = Anak Allah)
4) Homoousios: sehakikat dg Bapa (con-substanstialis: Allah dr Allah)
5) Sotereologis: perumusan iman demi peneguhan iman akan Allah Penyelamat melalui YK
c. Masih ada masalah:
1) Homoousios mempunyai kaitan dengan konsep emanasi gnosis
2) Bagaimana menerangkan makna ousia?
a) Kodrat yg scr numerik satu-kah? Berarti sama dg hypostasis: Bapa - Putra satu dan
identik.
b) Kodrat abstrak-kah? Berarti Bapa dan Putra sungguh berbeda.
3) Maka, Nicea tidak menyelesaikan masalah. Arianisme tetap berkembang, bahkan
mendapat dukungan Kaisar dan beberapa Uskup. Pendukung Arius ini justru menegaskan
bahwa Firman Allah tidak serupa (an-homoios) dg Bapa.
d. Muncullah jalan tengah:  untuk sementara, Nicea teringkir.
1) Yesus Kristus, Firman Allah itu serupa (homoios) dengan Bapa
2) Yesus Kristus, Firman Allah itu mirip (homoi-ousios) dg Bapa
3) Yesus Kristus, Firman Allah itu serupa dalam segala hal (homoios kata panta) dg Bapa

3. Athanasius (395-373):
a. Athanasius membela Nicea dg dasar pokok (kristologi) sotereologis
1) Bila Yesus Kristus itu ciptaan, Ia tidak dapat menyelamatkan manusia

36
2) Homoousios menyangkut: keilahian Firman dan relasi Firman dg Allah Bapa
a) Putra dan Bapa mempunyai kesamaan, seperti “pancaran cahaya” atau “aliran sungai”
b) Firman bukan ciptaan tapi ia ada bersama Allah
c) Putra dg Bapa itu satu kodrat (physis) dlm keilahian namun tetap berbeda (tdk
identik)
d) Bapa dan Putra saling meresapi (peri-khoresis atau cercum-incessio)
e) Putra berasal dr hakikat Bapa maka sehakikat (homoousios), bukan penengah
3) Yesus itu sungguh ilahi sehingga dapat mengilahikan manusia (admirabile commersium)
4) Kristologi Firman - Daging: Firman mengenakan daging – Yesus sungguh punya jiwa
manusia
b. Pneumatologis-sotereologis:
1) RK adl Allah: sebab jika ciptaan RK, tdk memungkinkan manusia ambil bagian dlm keilahian
2) Maka, RK sehakikat dg Bapa (homoousios) sebab RK berasal dr Bapa melalui Putra
4. Bapa-bapa Kapadokia
 Tritunggal: penjernihan istilah ousia dan hypostasis (Basilius)

1) Allah mempunyai satu ousia (hakikat, esensi) dg tiga hypostasis (eksistensi pribadi)
a) Ousia = substantia = menunjuk pada hakikat Allah yg umum
b) Hypostasis: prosopon atau persona = menunjuk pada masing-masing pribadi
2) Maka, Bapa - Putra - RK berbeda:- Bapa: tak dilahirkan tapi sebagai asal
- Putra dilahirkan (generatio) dari Bapa
- RK keluar (processio) dari Bapa
3) Melawan Pneumatomachi:
= RK berasal dari Bapa melalui Putra

5. Konsili Konstantinopel (381)


a. Kristologi: meneguhkan Nicea
b. Pneumatologi: … Roh Kudus, Tuhan yg menghidupkan, yang keluar dr Bapa, yang bersama
Bapa dan Putra disembah dan dimuliakan, yang telah bersabda melalui para
1) RK adl Tuhan yg menghidupkan (2Kor 3:17, bdk. Rm 8:2; 2Kor 3:6; Yoh 6:63)
2) RK keluar dr Bapa (ditekankan kesejajaran RK dg Putra)
3) Keilahian RK sama dengan Bapa dan Putra
c. Perbedaan rumusan ajaran Roh Kudus antara Barat dan Timur

Barat Timur
- RK keluar dr Bapa dan Putra (Filioque) - RK keluar dr Bapa melalui Putra
- Berpangkal dr satu hakikat Allah yg dlm - Berpangkal dr Allah yg adl Bapa
diri-Nya bersifat Tritunggal
- Bapa melahirkan Putra, RK buah cinta - RK adl kelimpahan pewahyuan Bapa melaui
timbal balik antara Bapa dan Putra Putra
Bahaya keduanya berkaitan dg ekklesiologi:
- Roh terlepas dr Putra shg org jatuh pd - Terlalu menekankan Kristus, inkarnasi,
mistisisme Gereja tanpa memperhatikan dan menandang Grj sbg perpanjangan
institusi. Grj condong ke arah transfigursi tangan Kristus yg tampil dlm institusi
surgawi dan meninggalkan konteks
sejarah keselamatan yg mjd pangkal tolak
Trinitas
Maka, perlu sintesa sebab RK adl Roh Allah yg memberi kehidupan
+ keterlibatan Grj dlm situasi konkret + gerak Roh yg selalu membarui dan
mengarahkan Grj pd tujuan surgawi

37
DARI EFESUS ke KONSTANTINOPEL II = KEILAHIAN dan KEMANUSIAAN YESUS KRISTUS

0. Persoalan dasar: bagaimana menerangkan kaitan antara Firman dan kemanusiaan dlm diri Yesus

1. Kristologi Firman - Daging dan Kristologi Firman - Manusia


- Firman-Daging (Logos-Sarx): tekankan kesatuan Firman + tubuh manusia Yesus (Alexandria)
- Firman-Manusia (Logos-anthropos): tekankan perbedaan Firman + Manusia Yesus (Antiokia)

a. Appolinarius dr Laodikea: mengekstrimkan Kristologi Firman - Daging dari Athanasius


1) Firman Allah mengambil alih akal budi (nous) manusiawi dr YK = daging tetap, jiwa diganti.
Argumennya:

a) Filosifis (Plato): mns dibagi dlm 3 unsur: badan, jiwa irrasional, akal budi
 Firman dan keutuhan manusia tak mungkin disatukan, maka
 Kemanusiaan Yesus adl kemanusiaan tanpa akal budi karena diganti dg Firman
b) Teologis: jika Yesus punya akalbudi manusiawi, Ia dapat jatuh dlm dosa
2) Maka, dlm diri Yesus hanya ada satu ”kodrat” (ousia, physis) atau satu ”diri mandiri”
(hypostases)  Yesus tidak sungguh manusia.
Ditolak oleh: Sinode Alexandria, Konsili Konstatinopel I  Konsili Kalsedon.

b. Eusthatius dr Antiokia: mengembangkan Kristologi Firman - Manusia


1) Keutuhan kemanusiaan Yesus dipertahankan demi keselamatan kita, maka
2) Yesus mempunyai 2 ”kodrat” (physis/ousia) utuh: ilahi dan manusiawi  Bgmn
kesatuannya?
c. Diodorus (uskp. Tarsus): Kristologi homo assumptus
1) Kedua kodrat dlm diri Yesus bersatu tapi tidak tercampur
2) Firman berdiam dlm manusia Yesus scr tetap  communicatio idiomatum diterima dlm
ibadat
d. Theodorus (Mopsuestia): Kristologi homo assumptus
1) Baik Firman maupun manusia dlm diri Yesus utuh, 2 subjek (Firman yg mendiami manusia
dan manusia yg didiami Firman), tidak tercampur.
2) Kesatuan dbg prosopon: dua kodrat tetapi satu rupa, dua kodrat tak tercampur, tak terbagi,
satu kehendak dan satu pekerjaan bersama.

2. Nestoris >< Cyrrillus


a. Nestoris (batrik Konstantinopel): membela Nicea???
1) Menolak teotohos (Bunda Allah), alasannya:
a) Allah tidak dilahirkan dr siapa pun = Allah tidak punya ibu
b) Maria tidak boleh dijadikan spt dewi-dewi kafir
c) Maria hanya bunda Yesus  paling banter Bunda Kristus (Kristotokos)
d) Tidak ada dasarnya dlm KS
2) Sebenarnya, Nestorius hendak membela perbedaan kodrat dlm diri Yesus (kedua kodrat
tak tercampur  maka, Maria bukan bunda Allah
3) Kedua kodrat mendapat satu rupa Kristus: persatuan ini menurut penekanan (eudokia),
a) Firman Allah memberikan diri kpd kamanusiaan Yesus,
b) Kemanusiaan Yesus menerima Firman dan bersatu erat shg mjd satu rupa.
c) Communicatio idiomatum sulit diterapkan

38
b. Cyrillus (Alexandria)
1) Sotereologis: jika Firman Allah tdk mjd manusia, tak ada penebusan
a) Allah mengambil kodrat manusia spy dapat mengilahikannya
b) Yang mengilahikan manusia haruslah Allah sendiri
c) Dalam rangka keselamatan, Allah dalam diri Yesus harus Allah sendiri
d) Maka, dalam diri Yesus hanya ada satu subjek, yaitu Firman Allah
e) Persatuan Firman - mns adl persatuan hypostases, tapi kedua kodrat tak tercampur
dan utuh
f) Jadi, Firman Allah menjadi manusia tidak hanya mengenakan (diam dalam) manusia
2) Dibedakan 2 tahap Firman:
a) Firman pra-eksisten: Firman di luar daging (logos asarkos)
b) Firman dlm inkarnasi: Firman berada dlm daging (logos ensarkos)
 Yesus adl satu subjek (kodrat, physis), gelar Maria sbg Bunda Allah diterima

3. Konsili Efesus (431) – Formula Unionis


a. Untuk menyelesaikan konflik Nestorius >< Cyrillus, Kaisar mengadakan konsili
b. 22 Juni 431, konsili dibuka oleh Cyrilus kendati Batrik Antiokia dan uskup-uskupnya blm hadir
c. Ada 3 keputusan penting yg dihasilkan:
1) Surat Kedua Cyrillus kpd Nestorius dijadikan hasil konsili
2) 12 kutukan yg ditulis Cyrillus ttg ”dua kodrat dlm Kristus”, bukan sebagai ajaran resmi
Gereja
3) Nestorius diturunkan dari jabatannya, ajarannya dikutuk
4) Rumusan iman: Ada 2 kodrat dlm diri Yesus tetapi hanya satu subjek (Firman) shg Maria boleh
disebut sebagai Bunda Allah (teotokos) ------ condong Apollinarius?
d. Kelompok Antiokia tidak puas dan melakukan perlawanan  merumuskan syahadat sendiri
e. Tahun 433,”Formula Unionis” (ditulis Theodoretus) yg disetujui oleh Paus Sixtus III
1) Firman Allah yg mjd manusia dlm waktu adl Firman Allah yg kekal, maka Yesus adl baik
ilahi maupun insani dalam satu subjek
2) Dengan demikian, teotokhos diterima; communicatio idiomatum juga diterima

4. Monophysitise dan Konsili Kalsedon (451)


a. Pendukung Nestorius tdk menerima Konsili Efesus + Formula Unionis  mendirikan Grj
Nestorian
b. Pendukung Cyrillus juga tidak puas  Eutykhes (405) jatuh pada monophysitisme. Ajarannya:
1) Sbl inkarnasi, Kristus punya dua kodrat, tapi setelah inkarnasi hanya satu:
 Satu Kristus, satu Putra, satu Tuhan dlm satu hypiostases dan satu prosopon

2) Yesus hanya satu kodrat, yaitu Allah yg menjadi daging dan menjadi manusia
3) Kristus lahir dr Maria dan sepenuhnya manusia tetapi tidak sehakikat dg manusia
4) Kristus sungguh manusia utuh tapi kemanusiaan-Nya berbeda dg manusia pd umumnya
5) Keilahian dan kemanusiaan Yesus tidak tercampur
Setelah inkarnasi, kemanusiaan Yesus diserap dlm kodrat ilahinya sehingga Kristus hanya memiliki sati
kodrat, yaitu kodrat ilahi ================ Monophysit (Alexandria)

c. Flavianus (batrik Konstatinopel) bereaksi dg sinode:


 sesudah inkarnasi, Yesus memiliki dua kodrat (ek dua physeis) sekaligus satu Kristus, satu
Putra
dan satu Tuhan dalam satu diri (hypostases) dan satu pribadi (prosopon)
d. Paus Leo Agung mendukung Flavianus ”Tomus Leonis”: Kristologi Firman - Manusia
1) Yesus adl pribadi Allah - manusia, yaitu Dia yg mjd daging, identik dg Firman ilahi
2) Dlm pribadi Firman yg mjd mns ada dua kodrat yg selaras tapi tak tercampur

39
3) Krn keduanya satu pribadi, communicatio idiomatum dpt diterima dg alasan sotereologis.
e. Eutykhes didukung oleh Dioscorus dan Kaisar Theodsius II ”sinode Efesus” (449):
1) Merehabilitasi Eutykhes
2) Memecat Flavianus dan Theodoretus
3) Mencabut Formula Unionis
f. Paus Leo memanggil Konsili Kalsedon (451): Penyeimbang Alexandria - Antiokia
1) Menolak keputusan sinode Efesus, merehabilitasi Flavianus, mengutuk Eutykhes dan
Dioscorus
2) Menolak monofisitisme dg mengatakan bahwa kodrat ilahi dan kodrat manusiawi
terbedakan demi keselamatan kita
3) Kesatuan Kristus adl kesatuan dlm satu pribadi (persona) atau hypostasis

Tekanan Kalsedon: perbedaan kedua kodrat sekaligus kesatuannya dalam satu pribadi Yesus (Yesus
sungguh Allah – sungguh manusia)
 Kristologi negatif: tak tercampur, tak terpisahkan, tak terbagi, tak berubah
 Kristologi PB: Firman Allah menjadi manusia dlm diri Kristus

RINGKASNYA:
1. Konsili Nicea (325)
 Diprakarsai oleh Kaisar Konstantin karena alasan politis demi kesatuan kekaisaran  perlu
kesatuan (ajaran) Gereja
 Melawan Arius yang mengajarkan bahwa Logos diciptakan (genetos) sebagai makhluk
ciptaan yang tertinggi. Latar belakang pemikiran Arius adalah ajaran Plotinos (Neo platonik)
tentang makhluk perantara Allah – Manusia yang disebut demiurgos. Maka, Yesus
disamakan dg demiurgos, yaitu: ciptaan yang tertinggi, bukan Allah - bukan manusia, tetapi
makhluk antara.
 Mengajarkan bahwa Logos dilahirkan (gennetos) bukan diciptakan (genetos). Anak adl
homousios tui patri, sehakikat dg Bapa, consubtansialis. Yesus tetap berbeda dengan Bapa
tetapi sungguh ilahi seperti Bapa.
 Namun, Nicea belum menyelesaikan masalah krn tidak menjawab kemanusiaan Yesus.
 Ajaran Nicea dibela dan dikembangkan oleh Athanasius rumusan “pertukaran yang
mengagumkan” (admirabile commersium). Artinya, Allah menjadi manusia supaya manusia
menjadi Allah. Hal ini hanya mungkin terjadi jika ada Allah yang menjadi manusia dan
kembali menjadi Allah. Dia adalah Yesus Kristus. Maka, Yesus sungguh ilahi seperti Bapa
demi keselamatan manusia (sotereologis).

2. Konsili Konstantinopel (381):


 Melawan Pneumatomachi yang mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah ciptaan Logos dan
Appolinarisme yang mengajarkan bahwa badan Yesus dijiwai oleh sabda.
 Mengulang ajaran Konsili Nicea dengan tambahan penjelasan tentang RK. RK berasal dari
Bapa (Mulai 1054, rumusan ditambah RK berasal dari Bapa dan Putra “filioque”).
 Menekankan keutuhan kodrat manusiwi YK sebab badan + jiwa-Nya dijiwai oleh Firman

3. Konsili Efesus (431):


 Melawan Nestorius yang menekankan perbedaan 2 pribadi dalam YK sehingga tidak
menerima iman Kristotokhos (utk menghormati keilahian Yesus) dan Teotokhos (untuk
menghormati kemanusiaan Yesus).
 Ajaran Cyrilus diterima oleh Gereja karena lebih meyakinkan. Ia merumuskan bahwa Yesus
adalah kesatuan pribadi dengan 2 kodrat/hipostasis (phusit) bukan perbedaan 2 kodrat
dalam 1 pribadi (plausit).

40
 Masalah tidak selesai, perpecahan tetap terjadi.  Paus Leo Agung membuat “Thomus
Leonis” yang mengajarkan bahwa Yesus seluruhnya sama dengan ilahi dan seluruhnya sama
dengan kita (totus in Suis – totus in nostris).

4. Konsili Kalsedon (451):


 Melawan Monofisitisme yg mengajarkan bw Yesus hanya mempunyai 1 kodrat, yaitu kodrat
ilahi.
 Mengajarkan bahwa YK sempurna dalam keallahan-Nya sekaligus sempurna dalam
kemanusiaan-Nya. Yesus adalah sungguh Allah – sungguh manusia. Kedua kodrat itu
berbeda, tidak tercampur, tak terpisahkan).

Tambahan: buat tabel terperinci

Demi keselamatan manusia


Omong Kristologi tak hanya demi Yesus sendiri tapi demi manusia juga (sotereologi). Kita tak
mungkin diselamatkan bila Yesus bukan sungguh Allah. Karena hanya Allah yang menyelamatkan.
Manusia juga tidak mungkin diselamatkan jika Yesus bukan manusia karena antara Allah dan
manusia terbentang jarak yang jauh. Dengan inkarnasi, Allah mau menjadi manusia. Maka, Yesus
yang sungguh Allah dan sungguh manusia ada dalam dalam pribadi.

41
TESIS 8
Dalam Yesus Kristus, Allah membenarkan, menguduskan dan mengangkat manusia berdosa
menjadi anak-anak-Nya

Pokok Bahasan: Kristologi  Sotereologi (Alkitabiah dan Dogmatik)


1. Alkitabiah: Penyelamat: tidak hanya dikenakan pd Allah (Luk 1:47; 1Tim 1:1; 2:3) tapi juga pd
Yesus (Luk 2:1.14; Yoh 4:42; Kis 5:31) yg berpuncak pd salib (Rm 1:16; 1Kor 1:18)

 Injil: Luk 2:11.29-32; 19:9-10; Mrk 10:45; Mrk 14:24


 Pewartaan Gereja Perdana (Kis 4:12; 1Ptr 2:23-24; Ibr 5:7-9)
 Pewartaan Paulus (Rm 3:25; 5:6.9-11.19; 1Kor 15:3-4; Gal 3:26)

2. Tradisi/Dogmatik:
 Dosa asal dan dosa pribadi: Agustinus, K. Kartago, K. Orange II, K. Trente
 Iustificatio: Noninalisme, Luther, Reformasi, K. Trente

Diskusi:
1. Peran Yesus Kristus dalam karya keselamatan
2. Tindakah penyelamatan Allah adalah: membenarkan, menguduskan, dan mengangkat manusia
berdosa menjadi anak-anak Allah

Penjelasan Tesis:
1. Realitas manusia adalah berdosa (Rm 3:9-20)
a. Dosa adalah setiap pikiran, kata-kata, dan tindakan yang dengan sadar tidak taat kepada
kehendak Allah atau menolak Allah dan kebaikan serta cinta-Nya (bdk. Kej 3:1-24; Yoh 3:16-
21; 9:1-41; 11:9-10).  lih. Suplemen!
b. Akibat dosa adalah rusaknya hubungan baik dan harmonis antara manusia dengan Allah,
sesama, dan alam (Kej 3:1-24). Singkatnya, manusia berada dalam situasi tidak selamat
sehingga membutuhkan keselamatan, penyelamat, dan penyelamatan.
c. Dalam perspektif iman Kristiani, keselamatan berarti pulihnnya hubungan yang baik dan
harmonis antara manusia dengan Allah, sesama dan alam; satu-satunya penyelamat adalah
Allah yang melakukan tindakan penyelamatan melalui Yesus Kristus dengan membenarkan,
menguduskan, dan mengangkat manusia menjadi anak-anak Allah.

2. Peran Yesus Kristus dalam karya keselamatan


1) Penyelamat: tidak hanya dikenakan pd Allah (Luk 1:47; 1Tim 1:1; 2:3) tetapi juga pd Yesus
(Luk 2:1.14; Yoh 4:42; Kis 5:31) yang berpuncak pada salib (Rm 1:16; 1Kor 1:18)
 Gal 3:26, “kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus”
 Luk 2:11 “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”
 Luk 2:29-32 "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera,
sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu,
yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi
penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." (Kd.
Simeon)
 Luk 19:9-10 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah
ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan
menyelamatkan yang hilang."
 Puncak: wafat dan kebangkitan Yesus

42
- Kesadaran diri Yesus sendiri (Mrk 10:45; Mrk 14:24)
- Pewartaan Gereja Perdana (Kis 4:12; Ibr 5:7-9)
- Pewartaan Paulus (Rm 3:25; 5:6.9-11.19; 1Kor 15:3-4)
- Latar belakang PL “Hamba Yahwe yang menderita” (Yes 53)  1Ptr 2:23-24
 Peran Roh Kudus: jaminan keselamatan (Rm 5:5; 8:11; 2Kor 1:22)
2) Allah menyelamatkan dalam Yesus
 Yesus adalah Emanuel, yaitu Allah beserta kita (Mat 1:23). Ia adalah Sang Sabda yang
ada bersama-sama Allah dan yang adalah Allah (Yoh 1:1) telah menjadi manusia dan
diam di antara kita (Yoh 1:14). “Sebab Allah yang dahulu berulang kali dan dalam
berbagai cara berbicara dengan nenek moyang kita dengan perantaraan para nabi, pada
zaman akhir ini berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya (Ibr 1:1).
 Yesus diutus oleh Allah untuk menyelamatkan manusia:
- Luk 4:18-19.21 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan
bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." ... "Pada hari ini genaplah nas ini
sewaktu kamu mendengarnya."
- Yoh 3:16-17 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-
Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.Sebab Allah mengutus Anak-
Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan utk
menyelamatkannya oleh Dia.”
 Yesus mengidentifikasi diri dan karya-Nya dengan Allah:
- “Aku berkata kepadamu” (Mat 5:18.20.22, dll)
- Yesus mempunyai kuasa mengampuni dosa yga dlm hak Allah (Mrk 2:5; Luk 24:7)
- Yesus menyatakan kesatuan-Nya dengan Bapa (Yoh 10:30; 14:9.11)
 Yesus wafat disalib untuk menebus dosa manusia:
- Kesadaran diri Yesus sendiri (Mrk 10:45; Mrk 14:24)
- Pewartaan Gereja Perdana (Kis 4:12; Ibr 5:7-9) PL “Hamba Yahwe” (Yes 53)
- Pewartaan Paulus (Rm 3:25; 5:6.9-11.19; 1Kor 15:3-4)
 Kebangkitan Yesus  kebangkitan manusia:
- 1Kor 15:20 “Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang
sulung dari orang-orang yang telah meninggal”
- Rm 6: 3-5 “kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam
kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia
oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari
antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup
yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan
kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan
kebangkitan-Nya.

3. Tindakah penyelamatan Allah adalah: membenarkan, menguduskan, dan mengangkat manusia


berdosa menjadi anak-anak Allah
1) Diskusi pada masalah ini terkait dengan persoalan iustificatio Luther vs Trente)
0. Persoalan dasar: rahmat dan kebebasan manusia
 Nominalisme: tekankan kebebasan/kuasa Allah yg mutlak (absolut) dan terarahkan
(ordinata)
- Rencana keselamatan: Tuhan bebas memberi rahmat tapi Ia terikat pd kebaikan
Nya
- Manusia tergantung mutlak pada Tuhan

43
 Gabriel Biel: Allah dpt menyelamatkan tanpa syarat entah orang baik, entah orang jahat
- Namun, Tuhan mengikat diri utk memberi rahmat kepada manusia yg berusaha
- Maka, asal manusia berusaha, Tuhan pasti memberi rahmat
- Usaha manusia ini tidak membutuhkan rahmat
1. Martin Luther (1483-1546)
 Realitas hidup: - Mns berusaha utk hidup suci tapi nyatanya berdosa (Rm 7:19)
- Usaha manusia tidak menjamin keselamatan
 Pengalaman menara:
- Rm 1:17 Manusia dibenarkan karena imannya pada Kristus, bukan krn usahanya
- Konkupisensi tetap = dosa tetap
- Rahmat: penerimaan orang berdosa oleh Allah  disusul dg penyucian
- Iman: penyerahan total dan penuh kepercayaan pada sabda pengampunan dlm KS
2. Reformasi: Manusia dibenarkan secara cuma-cuma karena Kristus oleh iman (Rm 3-6)
 Dosa asal = krn konkupisensi, manusia dikuasai iblis  berada dlm keadaan budak  tak
mampu berbuat baik  tak bisa selamat dg usahanya sendiri  butuh
rahmat
 Pembenaran = extra nos, yaitu dinyatakan benar oleh Allah
 Simul iustus et peccator: - Manusia sekaligus dibenarkan tapi sekaligus tetap
berdosa
- Allah tidak memperlakukan manusia sbg berdosa
2
 Anugerah cuma dr Allah, mns hanya mengakui sbg pendosa & berserah pd janji

Allah
 Buahnya: pencurahan RK, mengenakan kebenaran Kristus, pendamaian dg Allah

 Kesimp: - Tekanan pada rahmat mutlak (= Agustinus ?)


- Simul iustus et peccator (≠ Agustinus: mns dibenarkan, dosa dihapus)
- rahmat extra nos (≠ Agustinus: rahmat diberikan dlm diri sbg reparasi kodrat)
3. Konsili Trente
 Dosa asal: manusia ada dalam situasi dosa  tak mampu membebaskan diri sendiri
 perlu penebusan Kristus
 Pembenaran:
- Pemindahan status: anak Adam pertama  Anak Allah karena Adam kedua
- Manusia sungguh diampuni dan dikuduskan (vs Reformasi)
- Proses: Rahmat menggerakkan dan mengarahkan manusia untuk bertobat (tdk
pasif)
 Keselamatan: Allah memberi rahmat  mns beriman dan berbuat baik
- Allah memberi rahmat yg membangkitkan iman shg mns didorong utk bertobat
- Luther terlalu menekankan iman. Percaya/beriman = diselamatkan
- Trente: Manusia tak tahu pasti akan keselamatannya karena Allah yang
menyelamatkan.
Maka, manusia berserah dan menanggapi rahmat Allah.
 Post pembenaran: manusia berusaha agar tidak kehilangan kebenaran. Jika kehilangan
kebenaran krn dosa, manusia harus bertobat terus. Perbuatan baik membuahkan hidup
kekal.
 Kesimpulan: - Rahmat tidak meniadakan kebebasan manusia
- Pembenaran: perubahan status, menguduskan
- Pembenaran adl proses: rahmat – iman – pertobatan
- Perbuatan baik: gejala dan buah pembenaran, menghasilkan hidup kekal

2) Manusia membutuhkan pahala Kristus (Dekrit Trente tentang Pembenaran bab 3)


Namun, sungguhpun “Kristus telah mati untuk semua orang (2Kor 5:15), tidak semua menerima
anugerah dari kematian-Nya, tetapi hanyalah mereka yang kepada-Nya dibagikan pahala
penderitaan-nya. Sebab sama seperti orang lahir pendosa karena sebagai keturunan Adam - sebab

44
karena dia mereka mendapat dosa, sejak kandungan ibunya, oleh pembiakan -,begitu juga mereka
tak pernah akan dibenarkan, kalau tidak dilahirkan kembali dalam Kristus, dan dengan kelahiran
kembali itu menerima, karena pahala sengsara Kristus, rahmat yang membuat mereka menjadi orang
benar. Sang Rasul mengajar kepada kita supaya senantiasa mengucap syukur untuk anugerah ini
kepada Bapa, “yang selayaknya kita untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-
orang kudus di dalam terang” (Kol 1:12), melepadkan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan
kita ke dalam kerajaan Anak-Nya yang terkasih; di dalam Dia kita mempunyai penebusan dan
pengampunan dosa (Kol 1:13-14)  DS 795/1523; ND 1927

3) Dengan perubahan status itu, manusia tidak hanya diampuni dosanya tetapi sungguh
dikuduskan (Dekrit Trente tentang Pembenaran bab 7)
Tidak hanya berarti pengampunan dosa saja, tetapi juga pengudusan dan pembaruan hidup batin
karena menerima rahmat dan karunia-karunia dengan bebas, sehingga manusia dari pendosa
menjadi orang benar dan dari musuh menjadi sabahat, supaya menjadi “ahli waris hidup kekal sesuai
dengan pengharapan (Tit 3:7)  DS 799/1528; ND 1932

4) Pembenaran dipahami sebagai “pemindahan dari status manusia yang lahir sebagai anak
Adam yang pertama kepada status rahmat dan status ‘pengangkatan menjadi anak’ Allah
berkat Adam kedua, yakni Yesus Kristus” (Dekrit Trente tentang Pembenaran bab 4)
Dengan kata-kata itu diberikan semacam deskripsi dari pembenaran orang berdosa yang merupakan
pemindahan status dari manusia yang lahir sebagai anak Adam yang pertama, kepada status rahmat
dan status “pengangkatan menjadi anak” Allah (Rm 8:15) karena Adan kedua, yakni Yesus Kristus
penyelamat kita; sejak Injil dimaklumkan pemindahan itu tidak dapat terjadi tanpa permandian
kelahiran kembali atau keinginan untuk menerimanya, sebagaimana tertulis, “jika seorang tidak
dilahirkan kembali dari air dan Roh Kudus, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (Yoh 3:5) 
DS 796/1524; ND 1928
4. Refleksi sistematis tentang keselamatan ditempatkan dalam konteks dosa
 Pembenaran: - meliputi paham rahmat dan dosa
- merupakan proses kelahiran kembali berkat pahala Kristus (Rm 6:3-4)
- diarahkan kpd seluruh manusia tetapi ditanggapi secara personal
 Sejarah keselamatan: - Adam berdosa  otomatis kena pd manusia (sejarah kemalangan)
- Kristus mengalahkan dosa  otomatis kena pd mns (sjr keselamatn)
 Tanggapan manusia: Iman (baik pengungkapan maupun perwujudannya)
 Hasil pembenaran: - manusia baru/Anak Allah (perubahan status)
- menerima RK: melawan dosa menuju keselamatan eskatologis
 Trente dan Reformasi saling melengkapi:
- Pembenaran: dari pihak Allah (rahmat) sekaligus pihak manusia (usaha bebas)
- Simul iustus et peccator: mns sudah dibenarkan (hdp baru) tapi masih bisa berdosa
- Rahmat: relasi Allah – Manusia ~ gratia inreata: Allah memberikan diri
~ gratia creata: rahmat dalam diri manusia

Supleman (Dosa Asal)


1. Agustinus
 Dasar pemikiran:
- 1 Kor 15:22 dan Rm 5:19 = dosa Adam  mns berdosa  tdk selamat  butuh rahmat
- Ajaran Bapa-Bapa Gereja yang lain
- Praktik baptis bayi: pengampunan dosa asal
- Realitas kejahatan adl bukti realitas dosa (adanya kuasa dosa)
 Alur pemikiran:
- Akibat dosa Adam: maut + konkupisensi (kecenderungan dosa: massa lutti, massa peccati)
- Karena dosa Adam diwariskan, maka manusia punya kesatuan otomatis dg dosa Adam
- Sifat dosa asal:~ pra-pribadi, sosio-historis, tak terbatas pd baptis bayi
~ bukan sekedar konkupisensi tapi situasi asali

45
~ sebagai kuasa dosa yg mewujud dlm pribadi-pribadi
~ dapat dihilangkan melalui pembaptisan
2. Konsili Kartago (411):
 Kematian dan kemalangan adalah akibat dosa Adam
 Baptis anak-anak:- karena anak-anak terkena dosa Adam (vs Pelagius)
- pentingnya pengampunan lewat permandian
3. Konsili Orange II (529)
 Dosa Adam berpengaruh pada badan dan jiwa manusia shg bisa binasa
 Akibat dosa Adam:- merugikan diri sendiri dan keturunannya
- dosa = kematian badan dan jiwa (tidak hidup kekal)
- lemahnya kehendak bebas utk mencintai Allah
 Maka, rahmat mutlak diperlukan
4. Konsili Trente (1546)
 Pokok pembicaraan: iustificatio manusia dr dosa, fakta dosa, sarana utk menghilangkan dosa
 Akibat dosa Adam:- Adam kehilangan iustitia originalis (kesucian, kebenaran, kena murka)
- Adanya maut dan konkupisensi (kuasa setan)
- Diteruskan kpd mns  apa yg hilang pd Adam, hilang pd mns
 dosa asal: bukan peniruan (Pelagius + Swingli) tapi penerusan
 menjadi dosa pribadi bagi masing-masing
 Dosa Adam hanya bisa dihilangkan dengan pahala Kristus melalui baptis
- Maka, baptis bayi mutlak demi pengampunan dosa dan hidup kekal
- Pembenaran bukan simul iustus et pecator, tetapi
 Dg rahmat Kristus melalui baptis, mns sungguh diampuni & dosa diambil/dihapus
 Yang tetap ada hanya konkupisensi yg berpotensi dosa
 Kesimpulan:- Adam kehilangan iustitia originalis dan menerima maut + konkupisensi
- Dosa Adam + akibatnya diteruskan  mns punya dosa asal sbg dosanya sdr
- Dosa asal dihapus dengan baptis tetapi kokupisensi tetap ada

5. Refleksi sistematis atas dosa asal


a. Manusia lahir dlm keadaan dosa
- Dosa: tiadanya hubungan dengan Allah yang seharusnya ada
- Allah menawarkan diri tapi manusia menolak  manusia berada di luar Tuhan
b. Bukan karena kesalahan sendiri
- Bersifat pra-pribadi scr temporal dan eksistensial  mjd dasar dosa pribadi yg kongkret
c. Tetapi karena lahir dalam keadaan dosa
- Situasi mns adl tak mampu berhubungan dg Tuhan dan menerima rahmat karena
masing-masing telah bersolidaritas pada situasi dosa
- Maka, perlu solidaritas Kristus sehingga relasi dg Allah terjalin kembali
d. Berdasarkan pada keadaan awal
- Dosa asal adl akibat dari dosa Adam

Jadi: - Dosa asal: realitas yang menghambat manusia utk berelasi dg Allah
- Perlu campur tangan Allah  dalam dan melalui Yesus Kristus

46
TESIS 9
Kaum beriman kristiani menghayati keselamatan dalam Yesus Kristus dengan menanggapi secara
bebas karunia Allah dan ikut serta dalam sejarah keselamatan menuju kepenuhannya.

1. Kaum beriman Kristiani


a. Siapakah kaum beriman Kristiani?
1) Kan. 204 - § 1. Kaum beriman kristiani ialah mereka yang, karena melalui baptis
diinkorporasi pada Kristus, dibentuk menjadi umat Allah dan karena itu dengan caranya
sendiri mengambil bagian dalam tugas imami, kenabian dan rajawi Kristus, dan sesuai
dengan kedudukan masing-masing, dipanggil untuk menjalankan perutusan yang
dipercayakan Allah kepada Gereja untuk dilaksanakan di dunia.
2) Kan. 205 - Yang secara penuh ada dalam persekutuan Gereja katolik di dunia ini ialah
orang-orang terbaptis yang dalam tatanannya yang kelihatan dihubungkan dengan
Kristus, yakni dengan ikatan-ikatan pengakuan iman, sakramen-sakramen dan
kepemimpinan gerejawi.
3) LG 14: Kaum Beriman Kristiani adalah “mereka yang mempunyai Roh Kristus, menerima
baik seluruh tata-susunan Gereja serta semua upaya keselamatan yang diadakan di
dalamnya, dan dalam himpunannya yang kelihatan digabungkan dengan Kristus yang
membimbingnya melalui Imam Agung dan para uskup, dengan ikatan-ikatan ini, yakni:
pengakuan iman, sakramen-sakramen, dan kepemimpinan gerejani serta persekutuan”
b. Titik tolak refleksi adalam manusia: antropologi, sosiologi, fenomenologi
 Realitas manusia adalah berdosa (Rm 3:9-20)
 Dosa adalah setiap pikiran, kata-kata, dan tindakan yang dengan sadar tidak taat kepada
kehendak Allah atau menolak Allah dan kebaikan serta cinta-Nya (bdk. Kej 3:1-24; Yoh
3:16-21; 9:1-41; 11:9-10).
 Akibat dosa adalah rusaknya hubungan baik dan harmonis antara manusia dengan Allah,
sesama, dan alam (Kej 3:1-24). Singkatnya, manusia berada dalam situasi tidak selamat
sehingga membutuhkan keselamatan, penyelamat, dan penyelamatan.
 Dalam perspektif iman Kristiani, keselamatan berarti pulihnnya hubungan yang baik dan
harmonis antara manusia dengan Allah, sesama dan alam; satu-satunya penyelamat
adalah Allah yang melakukan tindakan penyelamatan melalui Yesus Kristus dalam
sejarah; dan manusia bebas menanggapi karya keselamatan Allah tersebut.
 Sejarah keselamatan:
Perjanjian Lama (persiapan/janji) Perjanjian Baru (pelaksanaan) sekarang(pemenuhan)

Penciptaan Abraham Inkarnasi Paskah Parusia


Dulu adl janji Allah pada Abraham dan yang mejadi nyata saat Daud meraja. Namun,
karena dosa mereka dibuang ke Asyur dan Babel. Yes 65:16 mengingatkan kerinduan
akan keselamatan. Dalam PB,keselamatan sudah terlaksana dalam Yesus tetapi belum
penuh (2Tes 1:2). YK sebagai juru selamat karena solidaritas yang negatif (2Kor 5:21) dan
solidaritas yang positif (1Kor 5:17)

2. Keselamatan dalam Yesus Kristus


a. Keselamatan dalam Kitab Suci
1) PL: Syaloom “damai sejahtera” (Im 26:3-13)
 Selamat: kesuburan tanah (3-5,10), harmoni / keselarasan dg Allah (6-8), keturunan (9),
kehadiran Allah sbg bukti kesetiaan-Nya (11-13)

47
 Tidak selamat: penyakit dan kehancuran panen (16-17), kemarau/ tanaman rusak (18-
20), lawan, penyakit, kelaparan (23-26), bencana, kanibalisme, kehancuran tempat
ibadah (27-30), pembuangan, kehilangan jati diri, mjd org asing (33 dst)
 Syaloom adalah anugerah Tuhan (Yes 9:6; 26:12) kepada umat yang:
- Teguh hatinya dan percaya (Yes 26:3)
- Melakukan kebenaran (Yes 32:17)
- Memperhatikan perintah-perintah Tuhan (Yes 48:18)
- Tidak hidup fasik (Yes 48:22)
2) PB: a- Eirene “damai sejahtera”  dipakai sebanyak 61 ayat
 Permulaan hidup Yesus (Luk 1:79; 2:14.29)
 Karya Yesus (Luk 10:5; Yoh 14:27; 16:33)
 Sesudah Yesus bangkit (Luk 24:36; Yoh 20:19.21.26)
 Kehidupan Gereja (2Tes 1:2; 3:16)
b- Soteria “bebas dari”  dosa (Rm 6:7) dan maut (Rm 5)
 hukum (Rm 7:3)
 Roh-roh dunia (Kol 2:20)
 Keselamatan terpenuhi dalam Yesus Kristus (Keselamatan melalui dan dalam Yesus)
 Luk 2:11 “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus”
 Luk 2:29-32 "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai
sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan
yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu
terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan
bagi umat-Mu, Israel." (Kd. Simeon)
 Luk 19:9-10 Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada
rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang
untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."
 Aneka macam mukjizat yang dibuat oleh Yesus
 Puncak: wafat dan kebangkitan Yesus
- Kesadaran diri Yesus sendiri (Mrk 10:45; Mrk 14:24)
- Pewartaan Gereja Perdana (Kis 4:12; Ibr 5:7-9)
- Pewartaan Paulus (Rm 3:25; 5:6.9-11.19; 1Kor 15:3-4)
- Latar belakang PL “Hamba Yahwe yang menderita” (Yes 53)  1Ptr 2:23-24
 Peran Roh Kudus: jaminan keselamatan (Rm 5:5; 8:11; 2Kor 1:22)
b. Ajaran Gereja (Patristik)
 Pokok: Allah menyelamatkan dg cara masuk dlm sejarah, ≠ usaha mns utk lepas dr dunia
 Empat tema pokok yang berkembang:
1- Penebusan Latar belakang: manusia dikuasai oleh dosa (Rm 5-6)
2- Pembebasan Cara: Allah datang kpd manusia dalam diri Yesus (Inkarnasi)
Maka: manusia ditebus dan dibebaskan, artinya:
- dibebaskan dari kuasa dosa dan kodrat materi diilahikan
- bukan dibebaskan dr materi
3- Pengilahian (Yunani + Biblis)
a) Biblis: mns dibebaskan dr budak dosa shg ikut serta dlm hdp Allah berkat RK (Rm 6)
b) Yunani: mns lepas dr dunia dan menjadi ilahi / bersatu dg Yang Ilahi
c) Patristik: pengilahian terjadi berkat YK dan RK = mjd anak Allah (Rm 8; Gal 3:26)
- Pengilahian terjadi berkat Rahmat, bukan usaha manusia
- Manusia adl imago Dei (rupa Allah) dan similitudo Dei (gambar Allah)
~ Similitudo: keserupaan dg Allah dlm keilahian (relasi dg Allah)
~ Imago: keserupaan dg Allah dlm menguasai ciptaan (kodrat manusia)
- Dosa: similitudo suram tetapi imago tetap
- Penyelamatan: pemulihan similitudo oleh YK

48
4- Pendidikan (vs Gnostik)
- Kristus adl guru sejati yang menuntun pada kebenaran sejati
- Keselamatan: mengikuti jalan yg ditunjukkan oleh Allah, yaitu YK (Yoh 8:12; 14:6)
- Proses: pendidikan = mjd murid Yesus (Arete: tahu dan melaksanakan ajaran YK)
c. Konsili Vatikan II
 LG 2.3: “Atas keputusan kebijaksanaan serta kebaikan-Nya yang sama sekali bebas dan
rahasia, Bapa yang kekal menciptakan dunia semesta. Ia menetapkan, bahwa Ia akan
mengangkat manusia untuk ikut serta menghayati hidup Ilahi. Ketika dalamdiri Adam
umat manusia jatuh, Ia tidak meninggalkan mereka, melainkan selalu membantu
mereka supaya selamat, demi Kristus Penenbus, ‘citra Allah yang tak kelihatan, yang
sulung dari segala makluk’ (Kol 1:15). Adapun semua orang, yang sebelum segala
zaman telah dipilih oleh Bapa, telah dikenal-Nya dan ditentukan-Nya sejak semula,
untuk menyerupai citra putera-Nya, supaya Dialah yang menjadi sulung diantara
banyak saudara (Rom 8:29). ... Maka datanglah Putera. Ia diutus oleh Bapa, yang
sebelum dunia terjadi telah memilih kita dalam Dia, dan menentukan, bahwa kita akan
diangkat-Nya menjadi putera-putera-Nya. Sebab Bapa berkenan membaharui segala
sesuatu dalam Kristus (Ef 1:4-5.10). Demikianlah untuk memenuhi kehendak Bapa
Kristus memulai Kerajaan sorga didunia, dan mewahyukan rahasia-Nya kepada kita,
serta dengan ketaatan-Nya Ia melaksanakan penebusan kita.”
 DV 4: “Yesus Kristus, Sabda yang menjadi daging, diutus sebagai “manusia kepada
manusia”, “menyampaikan sabda Allah” (Yoh 3:34), dan menyelesaikan karya
penyelamatan, yang diserahkan oleh Bapa kepada-Nya (Yoh 5:36; 17:4). Oleh karena itu
Dia – barang siapa melihat Dia, melihat Bapa juga (Yoh 14:9) – dengan segenap kehadiran
dan penampilan-Nya, dengan sabda maupun karya-Nya, dengan tanda-tanda serta
mukjizat-mukjizatnya, namun terutama dengan wafat dan kebangkitan-Nya penuh
kemuliaan dari maut, akhirnya dengan mengutus Roh Kebenaran, menyelesaikan wahyu
dengan memenuhinya, dan meneguhkan dengan kesaksian ilahi, bahwa Allah menyertai
kita, untuk membebaskan kita dari kegelapan dosa serta maut, dan untuk membangkitkan
kita bagi hidup kekal.

3. Peran Gereja dalam keselamatan:


a. Gereja sebagai sakramen keselamatan
Dokumen Isi

 Yesus Kristus terang para bangsa (penyelamat) =


LG 1 Veluti Kristologis
 Gereja: tanda dan sarana kesatuan dengan Allah dan
sesama (kompromis)
 Tak ada sebutan langsung Gereja sebagai sakramen tapi
LG 8 Analogi sakramentalitas jelas sekali: Gereja punya 2 sisi (ilahi-manusiawi)
 Dua sisi Gereja tidak sama dengan unio hypostatica
Kristus
LG 9  Gereja: sakramen kelihatan (Gereja menampakkan
Kristus sehingga semua orang dapat mengalami-Nya)
 Gereja: sakramen penyelamatan Allah melalui Kristus
LG 48
dalam RK bg manusia
 Konteks: eskatologis
GS 45 (Grj-  Gereja: sakramen keselamatan bagi semua (hadirkan
dunia) Allah dlm Kristus)
 Yesus: sumber keselamatan (pusat, kerinduan, tujuan
manusia)

49
AG 1 (misi)  Gereja: sakramen keselamatan (diutus mewartakan Injil
ke seluruh dunia)

b. Extra Ecclesiam Nulla Salus


 Konteks:
- Skisma: memisahkan diri secara formal dari Gereja, ≠ krn masalah doktrin tapi
indisipliner
- Bidaah: tidak mau menerima ajaran resmi Gereja (doktrin) dan mengajarkan yg sesat
(beda)
- Murtad: meninggalkan Gereja (keluar dari Gereja)
 Cyprianus berhadapan dengan banyak orang yang murtad dengan membeli ‘libellus’ pada
masa penganiayaan Decius. Ajaran Extra Eclesiam Nulla Salus dikenakan pada mereka yang
semula berada dalam kesatuan dengan Gereja (anggota Gereja) tapi kemudian
memisahkan diri atau keluar dari kesatuan tersebut; bukan untuk orang yang beragama
lain.
 KV II mengajarkan bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk
keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia
hadir bagi kita dalam tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya
iman dan babtis (Mrk 16:16; Yoh 3:5). Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja,
yang dimasuki orang-orang melalui babtis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata
ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja katolik itu didirikan oleh Allah melalui
Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau
tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan (LG 14). Namun, Konsili juga
menghargai keselamatan di luar Gereja, “Namun rencana keselamatan juga
merangkum mereka, yang mengakui Sang Pencipta; diantara mereka terdapat
terutama kaum muslimin, yang menyatakan bahwa mereka berpegang pada iman
Abraham, dan bersama kita bersujud menyembah Allah yang tunggal da n maharahim,
yang akan menghakimi manusia pada hari kiamat. Pun dari umat lain, yang mencari
Allah yang tak mereka kenal dalam bayangan dan gambaran, tidak jauhlah Allah,
karena Ia memberi semua kehidupan dan nafas dan segalanya (Kis 17:25-28), dan
sebagai Penyelamat menhendaki keselamatan semua orang (lih. 1Tim 2:4). Sebab
mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi
dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan
kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat
memperoleh keselamatan kekal (LG 16)

4. Bagaimana Kaum Beriman Kristiani menghayati keselamatan dalam Yesus Kristus?


a. Menanggapi secara bebas karunia Allah (DV 5)
1) Keselamatan adalah karunia/rahmat Allah bukan usaha manusia
 Agustinus >< Pelagius
Agustinus Pelagius
- Pijakan: pengalaman pribadi dan - Pijakan: pengalaman pastoral dan Sirakh
Paulus - Dosa adl pribadi (menolak dosa asal)
- Mns mewarisi dosa Adam (dosa asal) - Pandangan bw mns lemah & Allah
- Situasi manusia adl berdosa mutlak pengampun hanya kedok utk tidak
butuh rahmat scr mutlak berusaha dan btgjwb
- Kodrat mns adl rahmat  mns bisa
- Mns bertobat krn rahmat Tuhan berusaha
- Peran Yesus: mutlak utk menebus - Peran Yesus tidak mutlak: hanya teladan
mns yang kehilangan hak sbg anak dan mengampuni dosa (mempermudah

50
Allah keselamatan)
 Konsili Kartago (418)
- YK mutlak perlu utk keselamatan, tdk hanya mempermudah & membantu usaha mns
- Rahmat: ~ mutlak untuk keselamatan karena memberi pengampunan dosa
~ memampukan manusia utk menghindari dosa
 Konsili Orange II (529)
- Mengutuk Semi-Pelagianisme: Allah mengampuni & memberi rahmat krn mns
memohon
- Yang benar: Rahmat Allah yang memulai dan manusia menanggapi
 Alasan: manusia (ciptaan) tergantung pada Pencipta (Allah)

 Kesimpulan:
- Keselamatan terjadi karena rahmat Allah
 Gratia inreata: rahmat sebagai sikap Allah sendiri yg menyelamatkan mns
 Gratia creata: rahmat dalam diri manusia sbg kemampuan tetap (habitus)
- Rahmat: Allah menggerakkan manusia terus menerus utk berusaha/mengubah hidup

2) Manusia menanggapinya
 Dibutuhkan proses keselamatan (Trente bab 5,6,8):
Berpangkal dari rahmat, rahmat menggerakkan dan mengarahkan kepada pertobatan,
lalu dengan rahmat Allah manusia menjawab atau menolak.
- Selanjutnya Konsili menyatakan bahwa pada orang dewasa pembenaran berpangkal pada
rahmat Allah, yang mendahului kita, karena Yesus Kristus; maksudnya pada panggilan-Nya
yang memanggil orang tanpa pahala apapun dari pihak mereka. Dengan demikian, mereka
yang kerena dosa telah berpaling dari Allah, oleh rahmat-Nya yang menggerakkan dan
membantu mereka, diarahkan untuk bertobat, ke arah pembenaran mereka sendiri dengan
menerima rahmat secara bebas serta kerjasama dengannya. Begitu Allah menyentuh hati
oleh penerangan Roh Kudus, tetapi manusia tidak tinggal diam saja bila menerima bisikan
hati itu, sebab ia juga tidak dapat menolaknya; namun tanpa rahmat Allah, dengan kemauan
bebas saja, ia juga tidak dapat bergerak menuju kebenaran di hadapan Tuhan. Oleh karena
itu, dengan kata-kata Kitab Suci: “Kembalilah kepada-Ku, maka Aku kembali kepadamu” (Za
1:3) kita diperingatkan akan kebebasan kita; sebaliknya kalau kita menjawab: “Bawalah kami
kembali kepada-Mu, ya Tuhan, maka kami akan kembali” (Rat 5:21), kita mengakui bahwa
rahmat Allah mendahului kita.  DS 797/1525; ND 1929
- Orang diarahkan kepada kebenaran, bila dengan dorongan dan bantuan rahmat ilahi
mendapat iman ‘dari pendengaran’ (Rm 10:17) dan dengan bebas digerakkan menuju Allah,
dengan percaya bahwa apa yang diwahyukan dan dijanjikan oleh Allah, sungguh benar,
terutama bahwa orang berdosa dibenarkan oleh Allah karena rahmat-Nya, ‘karena
penebusan dalam Kristus Yesus (Rm 3:4); dan kemudian dengan kesadaran bahwa kita orang
berdosa, berkembang dari rasa takut untuk keadilan ilahi, yang mengejutkan tapi berguna,
kepada ranungan mengenai belas kasih Allah; lalu diberi semangat untuk berharap karena
percaya bahwa Allah akan baik hati terhatap mereka kereka Kristus dan mulai mencintai-Nya
sebagai sumber segala kebenaran dan oleh karenanya mulai membenci dan merasa mengeri
terhadap dosa, artinya mulai timbul rasa tobat yang harus ada sebelum permandian, mulai
hidup baru dan menjalani perintah-perintah Allah.  DS 798/1526; ND 1930
- Sang Rasul berkata bahwa manusia dibenarkan ‘oleh iman’ dan ‘dengan cuma-cuma’ (Rm
3:22.24). kata-kata itu harus dimengerti menurut maksud yang selalu dipertahankan dan
dirumusan dalam kesepakatan Gereja Katolik, yakni bahwa itulah sebabnya kita katakan
dibenarkan oleh iman, karena ‘iman adalah awal keselamatan manusia’ dasar dan akar
segala pembenaran, dan ‘tanpa iman tidak mungkin orang dapat membuat Allah berkenan
kepadanya’ (Ibr 11:6) dan menjadi satu anak-anak-Nya. Dikatakan bahwa kita dibenarkan
‘dengan cuma-cuma’ oleh sebab dari segala sesuatu yang mendahului pembenaran, entah itu
iman entah itu pekerjaan, tidak ada yang dapat memperoleh rahmat pembenaran; ‘jika

51
karena rahmat, maka bukan karena perbuatan, sebab jika tidak demikian’, kata rasul itu,
‘rahmat bukan rahmat lagi’ (Rm 11:6)  DS 801/1532; ND 1935
 Manusia menerima wahyu dengan iman (DV 5)
Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan “ketaatan iman”
(Rom 16:26; 1:5; 2Kor 10:5-6). Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri
seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan “kepatuhan akalbudi serta
kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan”, dan dengan secara
sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikurniakan oleh-Nya.

b. Ikut serta dalam sejarah keselamatan menuju kepenuhannya


1) Sejarah keselamatan
Perjanjian Lama (persiapan/janji) Perjanjian Baru (pelaksanaan) sekarang(pemenuhan)

Penciptaan Abraham Inkarnasi Paskah Parusia


2) Manusia masuk dalam sejarah keselamatan (bdk. Tesis 4: Allah masuk dalam sejarah)
 Ibr 10:19-21, “... oleh darah Kristus, kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke
dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita
melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai Imam Besar sebagai Kepala
Rumah Allah”
 Roh Kudus memasukkan kita ke dalam sejarah keselamatan (bdk. Yoh 4:23)
 Rm 6:3-5, “... kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam
kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh
baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara
orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita
juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya”.
3) Sejarah keselamatan sudah dan belum  menuju kepenuhan
Rencana keselamatan Allah sudah terlaksana dalam diri Yesus sebab melalui salib Ia tidak
hanya berpartisipasi dalam penderitaan kita tetapi juga menjadikan penderitaan kita
sebagai milik-Nya dan mengambil kematian kita ke dalam hidup-Nya melalui kebangkitan-
Nya. Wafat dan kebangkitan Yesus merupakan awal masa depan kita sebab adanya
penebusan menungkinkan adanya eskatologi. Dengan kata lain, wafat dan kebangkitan
Yesus merupakan awal pelaksanaan janji keselamatan bagi kita yang akan terus
berlangsung dan mencapai kepenuhannya di akhir zaman, ketika Allah menjadi semua
dalam semua (1Kor 15:28) langit baru - bumi baru, ketika segala sesuatu ditakhlukkan si
bawah Kristus (Why 21). Pada saat karya keselamatan itu terbentang pada tahap antara
pelaksanaan dan pemenuhannya ini, manusia dipanggil untuk berpartisipasi mewujudkan
karya keselamatan itu sesuai dengan situasi kongkret yang dihadapi. Misalnya:
4. Gaudium et Spes (pemulihan martabat)
 Gereja mengakui otonomi dan nilai positif dunia scr wajar tanpa melepaskannya dr
Sg. Pencipta serta mau terlibat dan berdialog (membawa terang dan keselamatan)
 Visi Antropologi
1) Martabat manusia adl citra Allah:
- Manusia berasal dan menuju kepada Allah  tak lepas dr kesatuan dg Allah
- Allah berinisiatif memanggil manusia  bdk. Penciptaan mns adl inisiatif Allah
- Martabat citra Allah ternoda oleh dosa  mns jauh dr Allah & lepas dr
kesatuan
- Allah tdk membiarkan manusia  inkarnasi: Putra memulihkan relasi dan
martabat
2) Solidaritas antar sesama mns sbg citra Allah
- Dasarnya adl kasih dan persamaan martabat manusia

52
- Tata masyarakat mengarah pada martabat manusia
- Kristus menyempurnakan solidaritas antar sesama manusia melalui
solidaritas-Nya
3) Manusia diangkat mjd tuan atas ciptaan
- Partisipasi dlm membangun dunia
- Dunia ada dalam kuasa dosa  perlu penebusan: ciptaan dan dunia baru
 Keselamatan: - Menjunjung tinggi martabat manusia
- Mengangkat manusia – memuliakan Allah
- Terjadi di dunia  menuju kepenuhan eskatologis
5. Paulus VI (tugas Gereja: misi perdamaian)
 PP: dunia sedang sakit karena segala sesuatu diukur secara ekonomi. Keselamatan
diarahkan untuk membangun dunia yang berkeadilan dan menghargai martabat
manusia
 EN: penginjilan diarahkan demi perubahan batin dan penebusan yg menyentuh
situasi kongkret dalam perjuangan menegakkan keadilan
6. Yohanes Paulus II (dimensi Kristologis)
 RH: manusia adl citra Allah yg punya hubungan personal dg Allah, mampu mencintai
yg baik serta menerima pemberian Allah dan mengembangkannya. Namun, citra ini
dirusak oleh dosa sehingga martabat manusia menjadi pudar (tidak hilang). Maka,
penebusan Kristus memulihkan relasi dan martabat manusia
 DM: dua dimensi penebusan, ilahi (menyatukan dan merekonsiliasi dg Bapa) dan
manusiawi (mencipta manusia secara baru dan memulihkan martabat)
 RH: Kristus menawarkan keselamatan dan Gereja mempunyai tugas utk mewartakan
bhw pokok keselamatan adl percaya dan menerima Bapa dan kasih-Nya yang
dinyatakan melalui YK dalam RK. Kerajaan Allah diperuntukkan bagi semua orang,
mengubah hubungan antar manusia dan memulihkan hubungan antara Allah dg
sesama.

53
TESIS 10
Gereja, yang merupakan kesatuan orang beriman dalam Kristus, tampak sebagai persekutuan
paguyuban-paguyuban, disatukan dan dilayani oleh hirarki, serta dipanggil untuk menjadi
sakramen keselamatan universal menuju kepenuhannya. Dalam masyarakat majemuk, Gereja
hadir dalam dialog, kerja sama dan persaudaraan sejati dengan semua orang.

Tesis ini berbicara mengejai hakikat dan perutusan Gereja (bdk. LG 1)


1. Hakikat Gereja: a. Kesatuan orang beriman dlm Kristus
b. Persekutuan paguyuban-paguyuban koinonia
c. Disatukan dan dilayani oleh hirarki
2. Perutusan Gereja: a. Menjadi sakramen keselamatan universal misteri/ sakramen
b. Dialog, kerja sama, dan persaudaraan sejati

1. Hakikat Gereja
a. Gereja
 Kata “gereja” berasal dari kata “igreja” (Portugis), “ecclesia” (Latin), dan “ekklesia” (Yunani)
= “rapat, sidang, paguyuban, atau perkumpulan rakyat”  “perkumpulan orang beriman”.
 Orang beriman adalah orang-orang yang berkat sakramen baptis telah menjadi anggota
tubuh Kristus dan terhimpun sebagai umat Allah (bdk. LG 31; Kan 204§1 ).
 Maka, Gereja dapat dimengerti sebagai persekutuan umat Allah yang berkat sakramen
baptis dan karya Roh Kudus dibentuk menjadi Tubuh Mistik Kristus.

b. Kesatuan orang beriman dalam Kristus


 Gereja sebagai umat Allah berakar pada tradisi Perjanjian Lama, yaitu sejak panggilan
Abraham (Kej 12:1-9) yang menurunkan umat Israel sebagai bangsa terpilih menjadi umat
Allah (Kel 6:6; Ul 27:9; LG 9). Pilihan atas Israel ini merupakan persiapan bagi Gereja, yaitu
umat Allah yang baru, yang dipanggil dari segala bangsa (Kis 15:14; 1Ptr 2:9-10).
 Gereja sebagai umat Allah yang baru merupakan Tubuh Mistik Kristus sebab Kristus telah
mengumpulkan saudara-saudara-Nya dari segala bangsa, dan dengan mengaruniakan
Roh-Nya. Ia secara gaib membentuk mereka menjadi Tubuh-Nya (LG 7).
 Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus menunjuk dua aspek sekaligus:
1) Kesatuan organik setiap orang dengan Kristus (bdk. Kol dan Ef)
- Gereja adl kepenuhan (pleroma) Kristus (Ef 1:23)
- Kristus adalah Kepala (Ef 1:22; 4:15) dan Gereja adalah Tubuh-Nya (Kol 1:18) 
Kristus menjadi sumber hidup Gereja (Ef 4:16; Kol 2:19) sekaligus pemimpin Gereja
(Ef 1:23; Kol 1:18).
- Kesatuan Gereja dengan Kristus ini terjadi berkat penebusan Kristus dan pencurahan
Roh Kudus, karena dengannya umat Allah dibentuk menjadi Tubuh Kristus (LG 7).
- Kesatuan Gereja dengan Kristus menunjukkan bahwa Kristus melimpahkan karunia
pada Gereja untuk bertumbuh menuju pada-Nya (Ef 4:11-16) sehingga Gereja
menyerupai Kristus (Gal 4:19) dan mencapai kepenuhan pada Allah (Ef 3:19)
2) Kesatuan metaforis antar sesama anggota jemaat (bdk. Rm 12:4-8; 1Kor 12)
- Kesatuan dinyatakan dalam sakramen, terutama baptis dan ekaristi. Dalam baptis,
umat beriman menjadi serupa dengan Kristus dan menjadi satu tubuh serta
disatukan dalam kebangkitan (Rm 6:4-5). Dengan ekaristi, umat menyantap dari satu
tubuh dan semua menjagi anggota tubuh-Nya (1Kor 12:37)
- Masing-masing anggota Gereja menerima hidup dr Kristus dg pembedaan fungsi dan
kharisma demi kebersamaan
 Relasi antara Gereja dengan Kristus

54
1) Personal sekaligus komunal atas dasar iman kepada Kristus
2) Misteri: kelihatan sekaligus tidak kelihatan
3) Gereja tidak identik dengan Kristus  Gereja Kristus subsistit in Gereja Katolik (LG 8)
4) Ikatan iman, cinta, ketaatan

c. Persekutuan paguyuban-paguyuban (communion of communities)


 Gereja sebagai persekutuan paguyuban menayangkut 2 aspek sekaligus:
1) Ruang/tempat: Gereja terdiri dari persekutuan jemaat-jemaat lokal yang tersebar di
berbagai tempat (LG 7: dari segala bangsa) dengan ikatan: pengakuan iman, sakramen-
sakramen, dan kepemimpinan Gereja serta persekutuan (LG 14; Kan 205).
2) Waktu: meliputi semua orang sejak zaman Abil sampai orang-orang terpilih di kemudian
hari (LG 2) sehingga Gereja meliputi kaum beriman musafir di dunia ini, mereka yang
sudah meninggal dan sedang mengalami penyucian serta persekutuan para kudus di
surga (LG 49)
 Communio Gereja mengatasi hal-hal khusus:
- Mengatasi keseragaman dan memberi tempat pada keanekaragaman (Rm 12:4-8; 1Kor
12)
- Wujud konkret communio adalah Gereja-Gereja lokal di mana “dalam jemaat setempat
yang dipimpin oleh uksup, hadirlah Gereja Universal (LG 26) sehingga Gereja Universal
direalisasikan secara penuh dalam Gereja Partikular (LG 23)
- Secara lebih konkret, communion of communities hidup dalam Paroki, Lingkungan, dan
Keluarga sebab merekalah jemaat yg disatukan dalam iman akan Yesus Kristus (FABC
’90)
 Communio umat baru mempunyai ciri (LG 9):
- Berasal dari segala bangsa
- Disatukan oleh Roh
- Kristus sebagai Kepala
- Berziarah menuju Kerajaan Allah (eskatologis)

Kesimpulan: Gereja sebagai paguyuban merujuk kepada Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus dan
Gereja sebagai Umat Allah. Gereja pertama-tama bukanlah sebuah institusi yang terorganisir, tapi
lebih bersifat spiritual batiniah.

d. Disatukan dan dilayani oleh hirarki


 Hirarki (hiros: suci + archein: berkuasa) merupakan prinsip tata susunan yang mengatur
alam, masyarakat, malaikat, dan Gereja. Hirarki adalah struktur/organ dalam Gereja yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan fungsi sosio-historis Gereja.
 Dalam Gereja Katolik, hirarki terdiri dari uskup, imam, dan diakon (Kan 330-572; LG bab III).
 Hirarki berfungsi sebagai pemersatu dan pelayan umat beriman (LG 27) yang secara
historis dapat dijelaskan sebagai berikut:

- Yesus memilih 12 rasul untuk ikut serta dalam karya perutusan-Nya


LG 19 - Setelah zaman Yesus, para rasul meneruskan karya Yesus  dipimpin oleh
Petrus
LG 20 - Para rasul “digantikan” oleh para uskup dg fungsi meneruskan tugas para
rasul
- Tugas yg diemban para uskup adl mewartakan Injil dan menggembalakan
umat
- Para uskup juga menjadi pemersatu jemaat dan wujud kelihatan serta
penampakan dari Roh yang mempersatukan umat secara tidak kelihatan
- Secara konkret, para uskup mengemban tugas sebagai nabi: mengajar (LG

55
25), imam: menguduskan (LG 26), raja: menggembalakan + mempersatukan
(LG 27)
- Hirarki mewujudkan communio dengan membentuk kolegialitas para uskup,
LG 21
yang tampak dalam konsili, konferensi para uskup, tahbisan uskup baru.
LG 28.29 - Imam dan diakon mengambil bagian dalam tugas perutusan para uskup

 Paus: asas dan dasar kelihatan dari Gereja Universal sekaligus pemersatu Gereja
Partikular.
 Uskup: mewakili dan bertanggung jawab pada Gereja Partikular (keuskupannya); dalam
kolegialitas: mewakili dan bertanggung jawab atas Gereja Universal.

2. Perutusan Gereja
a. Menjadi sakramen keselamatan universal sampai pada kepenuhannya
 Rencana keselamatan Allah bersifat universal karena ditujukan kepada semua orang (LG 2)
 Gereja di dunia, yang berada dalam tahap antara pelaksanaan keselamatan dalam
kebangkitan Kristus (Paskah) dan kedatangan-Nya kembali (parusia) dipanggil untuk
menjadi sakramen keselamatan universal. Artinya, Gereja dipanggil untuk mengambil
bagian dalam mewartakan dan mengerjakan karya keselamatan bagi semua orang (GS 1;
LG 17) dengan menyalurkan buah-buah keselamatan kepada manusia (LG 8) sampai pada
kepenuhan keselamatan, yaitu ketika Kristus datang kedua kalinya dan segala sesuatu
diperbarui dalam Kristus pada kemuliaan surga (Kis 3:21) di mana Ia menjadi segala dalam
segala (1Kor 15:28).
 Gereja sebagai sakramen keselamatan

Dokumen Isi

 Yesus Kristus terang para bangsa (penyelamat) =


LG 1 Veluti Kristologis
 Gereja: tanda dan sarana kesatuan dengan Allah dan
sesama (kompromis)
LG 8  Tak ada sebutan langsung Gereja sebagai sakramen
tapi sakramentalitas jelas sekali: Gereja punya 2 sisi (ilahi-manusiawi)
Analogi  Dua sisi Gereja tidak sama dengan unio hypostatica
Kristus
LG 9  Gereja: sakramen kelihatan (Gereja menampakkan
Kristus sehingga semua orang dapat mengalami-Nya)
 Gereja: sakramen penyelamatan Allah melalui Kristus
LG 48
dalam RK bg manusia
 Konteks: eskatologis
GS 45  Gereja: sakramen keselamatan bagi semua (hadirkan
(Gereja - Allah dlm Kristus)
dunia)  Yesus: sumber keselamatan (pusat, kerinduan, tujuan
manusia)
AG 1 (misi)  Gereja: sakramen keselamatan (diutus mewartakan
Injil ke seluruh dunia)

b. Dialog, kerja sama, dan persaudaraan sejati


 Di dunia ini, Gereja hidup, hadir, dan berada di tengah-tengah (bersama) umat manusia
yang majemuk (agama, ras, suku, pekerjaan, situasi sosial-ekonomi, dll). Konteks
kemajemukan Gereja Asia, misalnya adalah: kemiskinan, pluralitas budaya, dan pluralitas
agama.

56
 Berhadapan dengan situasi yang majemuk ini, perutusan Gereja sebagai sakramen
keselamatan akan terlaksana dengan baik, jika Gereja membuka diri untuk berdialog,
bekerja sama, dan membangun persaudaraan sejati dengan semua orang.

Suplemen:
Empat kata kunci eklesiologi Konsili Vatikan II: sakramen, koinonia, misi, diakonia
1. Misteri/sakramen
a. Latar belakang: untuk mengganti istilah Gereja militan dan triumphan
b. Konsep misteri:
1) Kitab Suci:- Sesuatu yg tersembunyi, rahasia (Tob 12:7; Yud 2:2), rahasia Allah (Keb
2:22)
- Rahasia: menyingkap sesuatu dg campur tangan Allah (Dan 2:18-19.27-
30.47)
- Pengalaman religius atas campur tangan Allah (Dan 2:47)
2) Yudaisme: penyingkapan/pewahyuan kehendak Allah
3) Snackenburg: a) Ilahi sekaligus insani
Dasarnya: - Sabda Allah disampaikan dalam bahasa manusia
(1Tes 2:13)
- dlm perjamuan, kata-kata manusia menyatakan kekuatan
ilahi
b) Duniawi sekaligus mengatasi duniawi
Allah hadir dalam realitas duniawi Gereja sebab Gereja adalah
kawanan domba Allah yang dipimpin pastor atas nama Kristus
c) Historis sekaligus eskatologis
- Historis: terikat ruang - waktu // eskatologis: mengatasi ruang –
waktu
- Gereja: masih di dunia tapi telah menerima penebusan Kristus
(2Kor 4:4; Rm 12:2) dan telah disucikan untuk selamanya
(Ibr 10:10)
- Gereja adalah dua aspek dalam satu realitas
~ Faktual: komunitas manusiawi
~ Esensi: orang-orang yg disatukan mjd anak-anak Allah oleh
Kristus
d) Konsep Teadrik: kesatuan insani – ilahi
- Dasar: inkarnasi = Gereja memantulkan misteri inkarnasi
- Analogi: sabda yang menjadi daging
c. Dimensi-dimensi Gereja sebagai Misteri
1) Sakramental – yuridis (tampak dalam hirarki apostolis)
2) Spiritual – material (tampak dalam hakikat Gereja sebagai gambar Kristus)
3) Transenden – imanen (Allah imanen dlm Grj sbg sumber kesatuan dan bonum commune)
d. Misteri dan Sakramen menurut KV II
1) Misteri (hakikat): - Mengungkapkan dimensi historis dan spiritual Gereja
- Analogi: inkarnasi = yang ilahi masuk dalam dimensi manusiawi dan
manusia terbuka pada kepenuhan ilahi
- Misteri Gereja lahir dr Tinitas: menurut rencana Bapa, direalisasikan
dlm Kristus dan disempurnakan Roh Kudus
2) Sakramen (fungsi): - Gereja adl sakramen Yesus Kristus (Yesus adalah sakramen Allah)
- Gereja menghadirkan Kristus dan karya-karya-Nya
- Gereja menjadi tanda persatuan Allah dengan manusia

2. Communio/koinonia
a. PC Boni: - Communio vertikal = Kristologis (1Kor 1:9)

57
 Kesatuan terjadi berkat baptis (1Kor 12:13), ekaristi (1Kor 10:16-17), penderitaan
Kristus (Flp 3:10), dan Trinitas (1Yoh 1:3)
- Communio horizontal = Ekklesiologis)
 Dalam RK (Flp 2:1), tradisi dan ajaran yg sama (1Yoh 1:3), dalam perbedaan
(Rm 15:16; 1Kor 12:7), solidaritas dan kerja sama (Rm 12:13; Gal 6:6)
b. G. Lampe: - PL: Communio adl sharing-relasional atas inisiatif Allah, atas dasar perjanjian
dan kesetiaan serta menekankan relasi personal dengan Allah
- PB: Communio dihayati berkat iman akan YK dan dipersatukan oleh RK
c. Theologi Diggest: Komunio as fellowship
- Fellowship among person (Gal 2:7-9; Kis 11:22; 15:39-40)
- Fellowship in writting: communio terbentuk berkat penerimaan surat yg sama
(Paulus/Petrus)
~ Kolose dan Kapadokia (Kol 4:16); Galatia dan Prigia (Gal 1:2)
~ Asia (1Ptr 1:1)
- Fellowship in material resources/derma (Kis 2:41-47; 4:32-37; 11:27-30; 12:15)
- Fellowship in conviction: kesatuan dalam iman dan penerusan inan (1Kor 15:11)
d. Communio dalam KV II:
- Dasarnya: Teologi Paulus = persekutuan Triniter (1Kor 1:9; 13:13; Flp 1:5) dan macam-
macam karunia dalam satu Roh (1Kor 12:1-11)
- Makna:~ persekutuan umat kristani dlm hdp sehari-hari dan dlm harapan akan
kebangkitan
~ kenyataan organis yang perlu bentuk yuridis dan dijiwai oleh kasih
~ oemunitas iman, harapan, kasih
- Ciri: ~ Kristologis, ekaristis, communio sanctorum, terjadi dalam sabda dan sakramen
~ dibenarkan oleh Kristus, bertindak dlm rahmat, digerakkan oleh Roh, bersifat

pengudusan
- Prinsip: unitas and universalitas in differsabilitas

3. Misi/apostolik
a. Konsep misi pada masa pra-KV II:
- Akar dan asal-usul misi adalah panggilan mesianik Yesus (Luk 4:18-19)
- Panggilan dan perutusan para rasul dimaksudkan untuk meneruskan misi Yesus
- Patristik: ~ Tertulianus: misi Gereja // misi Yesus  apologetik dg doktrin-doktrin
~ Agustinus: pokok misi adalah pewartaan Injil dan plantatio ecclesia
~ Yoh. Chr: Gereja menjadi ragi yang berpengaruh dalam masyarakat
b. Konsep misi dalam KV II:
- Dua aspek: ~ Intrinsik: melekat pada hakikat Gereja (significan secara intern)
~ Ekstrinsik: kepedulian pada masyarakat (relevan secara ekstern)
- Peka dalam menangkap dan menanggapi tanda-tanda zaman
- Rumusan: AG 1 dan LG 17
c. Konsep misi pasca KV II:
- Evangeli Nuntiandi: universalitas misi
- Redemptoris Missio: ~ Dasar misi: perutusan putra (Luk 4:18-19)
~ Misi merupakan tugas semua orang beriman
~ Misi meliputi dimensi: Kristologis, Pneumatologis, Soteriologis)
- Modern: misi kontekstual demi mengangkat martabat manusia (humanisasi)
 Misi berkaitan dengan fungsi dan panggilan Gereja sebagai sakraman KA (LG 9,17)
 Missi berhubungan dg succesuio apostolika: berasal dr para rasul, meneruskan tugas
rasul
 Tujuan misi: semakin banyak orang yang diselamatkan

4. Diakonia/Gereja dan dunia

58
a. Dasar pemikitan: Gereja integral dengan dunia antropologis (bdk. LG 2)
- Maksud pokok: ~ memanusiakan dunia demi kehidupan manusia yg lebih manusiawi
~ memasukkan dunia dlm ranah teologis (dunia diciptakan & diatur yg
ilahi)

Kosmos
Antropologis
Historis
Aliran Optimistik
- Dunia bagaimana keduanya didamaikan?
Aliran Pesimistik
Ciptaan  jatuh dalam dosa
Teologis
Proses pertobatan

b. Sikap Gereja:
- Diakonia: Gereja berdialog dengan dunia (jalan tengah optimistik dan pesimistik)
 Dunia diciptakan demi manusia
 Manusia yang bermartabat bertugas memanusiawikan dunia supaya manusia semakin
manusiawi dan Tuhan semakin dimuliakan
- Gereja bekerja sama dengan semua pihak demi martabat manusia dengan prinsip:
 Gereja tidak terisolir dari dunia
 Gereja tidak “menggerejakan” dunia
- Dua level pemikiran KV II:
 Gereja membantu panggilan dasar manusia untuk sadar akan keberadaan dan arti
hidupnya
 Gereja memberi prinsip-prinsip dasar kristiani:
~ Sanctificatio mundi – gloria Dei
~ Melayani manusia dan ikut bertanggung jawab demi keselamatannya
~ Mengambil bagian dalam perutusan Kristus

59
TESIS 11
Gereja diutus oleh Kristus dalam Roh Kudus untuk mewartakan Kerajaan Allah, yang
mengundang pertobatan batin dan perubahan sosial, dan pada zaman ini perutusan itu
diwujudkan dengan menegakkan keadilan sebagai bagian integralnya.
S / P / O Pel/ Ket Tujuan + Ket Waktu / S / P / Ket Cara
(S) / P / OP / Ket
Pokok Bahasan :
1. Gereja diutus oleh Kristus dalam Roh Kudus untuk mewartakan Kerajaan Allah (LG 2)
2. Pewartaan Kerajaan Allah mengundang pertobatan dan perubahan sosial
3. Pada zaman ini, perutusan itu diwujudkan dengan menegakkan keadilan sebagai bagian
integralnya
Penjelasan Tesis
1. Gereja diutus oleh Kristus dalam Roh Kudus untuk mewartakan Kerajaan Allah
a. Perutusan Gereja merupakan hakikat Gereja itu sendiri sebab Gereja ada karena dan untuk
misi. Hal ini terkait dengan rencana Bapa dan perutusan Putra dan Roh Kudus sebagaimana
dirumuskan dlm AG 2, “Pada hakekatnya Gereja peziarah bersifat misioner, sebab berasal
dari perutusan Putra dan perutusan Roh Kudus menurut rencana Allah Bapa”.
b. Rencana Bapa tidak lain dan tidak bukan adalah rencana keselamatan bagi semua orang (LG
2, AG 2)  Kel 3:7-8; Luk 4:18-19.  Untuk melaksanakan rencana-Nya itu, Bapa mengutus
Putra-Nya, Yesus Kristus (AG 3).
c. Yesus melaksanakan perutusan Bapa dengan mewartakan kabar gembira kerajaan Allah:
 Pada saat Yesus dibaptis, langit terbuka dan turunlah Roh Allah seperti burung merpati
(Mat 3:16; bdk. Mrk 1:10; Luk 3:21-22). Sesudah pembaptisan, Yesus tampil sebagai
orang yang diurapi dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia berjalan berkeliling sambil
berbuat baik dan menyembuhkan banyak orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah
menyertai Dia (Kis 10:38). Yesus sendiri memberi kesaksian, “Roh Tuhan ada pada-Ku,
oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-
orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada
orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan
orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk
4:18-19).
 Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, ... Sejak waktu itulah
Yesus memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat” (Mat 4:13.17).
Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan
memberitakan Injil Kerajaan Allah17 (Mat 4:23; bdk. Luk 8:1; Mrk 1:15).
 Kerajaan Allah yang sudah dekat merupakan tema sentral pewartaan Yesus (Mrk 1:15;
13:29; Mat 10:7). Kata “dekat” tidak pertama-tama dimaknai secara temporal tetapi
personal, yaitu bahwa Allah sendiri dekat dgn kita dan efektif-berdaya guna bagi kita
(Mzm 145:18; Luk 18:7-8). Dalam hal ini, harus dikatakan bahwa kehadiran (Kerajaan)
Allah nyata dalam diri Yesus, khususnya ketika Ia membuat mukjizat: menyembuhkan
orang sakit, mengusir setan, membangkitkan orang mati, dll, singkatnya “Ia menjadikan
segala-galanya baik” (Mrk 7:27). Ketika Ia mengusir setan, Kerajaan Allah sudah datang
(Luk 11:20; Mat 12:28). Ketika Ia membuat orang buta melihat, orang lumpuh berjalan,

17
Kerajaan Allah (basiliea): Allah sendiri yang hadir di tengah-tengah umat dan bertindak sebagai raja yang
menyelamatkan mereka (bdk. Mzm 145:11-13). Namun, karena Orang Yahudi menghindari penyebutan
langsung nama Allah istilah “Allah meraja” diganti dengan istilah “Kerajaan Allah” (sebagaimana Allah
bersabda  Sabda Allah; Allah hadir  kehadiran Allah). Bahkan, untuk menghindari menyebut nama “Allah”
istilah “Kerajaan Allah” sering diganti dengan istilah “Kerajaan Sorga”.

60
orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada
orang miskin diberitakan kabar baik (Mat 11:4-5; Luk 7:22b), ia menghadirkan kerajaan
Allah (Yes 35:4-6).
 Selama hidup dan karya historis-Nya, Yesus diikuti oleh banyak orang (Luk 8:4). Dg kata
lain, pewartaan Kerajaan Allah mengumpulkan banyak orang beriman pd Yesus.
1- Kedua belas rasul sebagai kelompok inti (Mat 10:1-4, et par.)
2- Para murid yg menyertai Yesus dlm perjalanan (Mrk 2:14; Luk 8:1-4; Mrk 15:40-41)
3- Orang-orang percaya yang tersebar di banyak tempat dan tetap tinggal di tengah-
tengah keluarga mereka (Mrk 5:19-20)
 Orang-orang yang menerima dan percaya pada Yesus ini membentuk komunitas,
“Mereka senantiasa datang berkumpul bersama kami selama Tuhan Yesus bersama-sama
dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga
meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya” (bdk.
kesaksian Petrus dlm Kis 1:21-22). Kepada mereka, Yesus yang bangkit juga mewartakan
Kerajaan Allah (Kis 1:3)18 dan mengutus mereka. “Pergilah, jadikanlah semua bangsa
murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah,
Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:19-20; bdk. Mrk
16:15-20). Yesus juga memberi kuasa, yaitu Roh Kudus kepada para murid, “kamu akan
menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku
di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis 1:8) ....
“Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam
bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk
mengatakannya”. (Kis 2:4). Pentakosta mengubah para murid untuk berani mewartakan
dan bersaksi tentang Yesus sehingga banyak orang menjadi percaya dan kemudian
dibaptis (Kis 2:1-40). Mereka inilah kemudian membentuk komunitas jemaat perdana,
inilah perwujudan Gereja dalam sejarah (Kis 2:41-47).
d. Gereja perdana terus berkembang sampai zaman sekarang. Gereja kita adalah Gereja
apostolis, yaitu berasal dari para rasul dan berpegang teguh pada ajaran/kesaksian iman
para rasul. Dengan demikian, perutusan Yesus bagi para rasul dan Gereja Perdana adalah
perutusan Gereja zaman sekarang juga. Kepada para rasul, Yesus mengutus, “Pergilah ke
seluruh dunia, beritakanlah Injil [ + Kerajaan Allah – Mat 4:23] kepada segala makhluk” (Mrk
16:15). Dengan demikian, Gereja juga diutus untuk mewartakan Kerajaan Allah.
 Roh Kudus yang dicurahkan pada para rasul juga dicurahkan kepada setiap anggota
Gereja utk senantiasa menyertai Gereja dalam melaksanakan tugas perutusan ini (AG 5)
e. Aneka macam “penerjemahan” perutusan untuk mewartakan Kerajaan Allah :
- Patristik (Agustinus): plantatio ecclesia (mewartakan Injil dan melahirkan Gereja)
- KV II: “Gereja sbg garam dunia dan terang dunia (lih. Mat 5:13-14), dipanggil secara lebih
mendesak untuk menyelamatkan dan membarui semua ciptaan, supaya segala sesuatu
dibarui dalam Kristus, dan supaya dalam Dia orang-orang merupakan satu keluarga dan
satu Umat Allah” (AG 1). Oleh karena itu, segala kegembiraan dan harapan, duka dan
kecemasan orang-orang zaman sekarang terutama kaum miskin dan siapa saja yang
menderita merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid
Kristus juga (GS 1).
- Dewasa ini, dikembangkan misi kontekstual Gereja demi mengangkat martabat manusia
(humanisasi). Misi humanisasi ini mendapatkan dasarnya dari misi Yesus sendiri, “Roh
Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik
18
Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia
membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan
berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.

61
kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta,
untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang” (Luk 4:18-19). Sehingga, orang buta melihat, orang lumpuh berjalan,
orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada
orang miskin diberitakan kabar baik (Mat 11:4-5; Luk 7:22b).
f. Gereja dan Kerajaan Allah (LG 2):
Gereja, yang diperlengkapi dengan kurnia-kurnia Pendirinya, dan yang dengan setia
mematuhi perintah-perintah-Nya tentang cinta kasih, kerendahan hati dan ingkar diri,
menerima perutusan untuk mewartakan Kerajaan Kristus dan Kerajaan Allah, dan
mendirikannya ditengah semua Bangsa. Gereja merupakan benih dan awal mula Kerajaan itu
di dunia. Sementara itu Gereja lambat-laun berkembang, mendambakan Kerajaan yang
sempurna, dan dengan sekuat tenaga berharap dan menginginkan, agar kelak dipersatukan
dengan Rajanya dalam kemuliaan.
- Gereja Kristus subsistit in Gereja Katolik
- Kerajaan Allah > Gereja  Gereja adl benih, awal, menghadirkan KA di dunia
- Gereja terus berjuang dan berusaha untuk mencapai kepenuhan Kerajaan Allah

2. Pewartaan Kerajaan Allah mengundang pertobatan dan perubahan sosial


a. “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada
Injil” (Mrk 1:15). Kerajaan Allah menuntut dan menggerakkan pertobatan. Dalam Kitab
Suci, hal ini tampak melalui sikap Mateus dan Zakheus, si pemungut cukai (bdk. Mat. 9:9-13
dan Luk. 9:1-10). Selain itu, dalam merwartakan Kerajaan Allah, Yesus juga berbicara tentang
hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai Kerajaan Allah, yaitu: uang/mamon (Mat 6:26;
Luk 16:13), gengsi/kesombongan (Mat 18:1-8), mementingkan diri sendiri (Mat 5:43-48), dan
kekuasaan (Mrk 10:42-45). Atas keempat hal tersebut, Yesus menuntut pertobatan yang
sejati, yaitu sikap:
- Solidaritas dan berbagi (Luk 6:29-30.35; 14:13-14; Mrk 6:37)
- Rendah hati dan tidak munafik (Mat 18:3)
- Mengupayakan kebaikan bersama seluruh umat manusia (Mat 5:43-44)
- Menghayati kekuasaan untuk melayani (Mrk 10:42-45)
b. Pertobatan adalah sebuah “metanoia” yakni pertobatan radikal, perubahan budi maupun
hati (EN.10.11 bdk Mat.4:17). Pertama-tama, pertobatan ini menyangkut pertobatan pribadi.
Namun, hampir semua dosa pribadi selalu membawa akibat bagi kehidupan bersama (bdk.
dosa pemungut cukai/koruptor, berzinah, mencuri, menguasai, menindas, sewenang-
wenang, dll). Maka pertobatan yang dituntut tidak hanya pertobatan pribadi tetapi juga
pertobatan atau perubahan sosial. Dalam hal ini, kita berbicara mengenai struktur dosa yang
berlawanan dengan nilai-nilai Kerajaan Allah, yaitu keseluruhan faktor-faktor negatif, yang
melawan kesadaran yang sejati akan kesejahteraan bersama bagi semua orang dan
menentang keharusan untuk meningkatkannya sehingga menciptakan hambatan-hambatan
yang cukup sulit diatasi baik pada orang-orang maupun lembaga-lembaga (GS 25). Struktur-
struktur itu berakar dalam dosa pribadi dan selalu berkaitan dengan tindakan-tindakan
konkret mereka yang membentuk struktur-struktur itu, memantapkannya, dan
menjadikannya sukar ditiadakan19 (SRS 36).
19
Anjuran Apostolik “Reconciliatio et Paenitentia” (tg. 2 Desember 1984) 16: “Bila Gereja berbicara tentang
situasi dosa, atau bila mengecam sebagai dosa-dosa sosial situasi-situasi tertentu atau perilaku kolektif
kelompok-kelompok sosial tertentu, besar atau kecil, atau bahkan bangsa-bangsa secara keseluruhan dan blok-
blok bangsa-bangsa , Gereja menyadari dan menyatakan, bahwa kasus-kasus dosa sosial itu tumbuh akibat
penimbunan dan pengelompokan banyak dosa pribadi. Di situlah terdapat dosa-dosa pribadi merkea yang
menyebabkan dan mendukung kejahatan, atau yang menyalahgunakannya; mereka yang sebenarnya mampu
menghindari, meniadakan, atau sekurang-kurangnya membatasi kejahatan-kejahatan sosial tertentu, tetapi tidak
menjalankannya karena malas, rasa takut atau persekongkolan diam-diam, melalui kerjasama rahasia atau sikap

62
c. Perubahan sosial berkaitan dengan perubahan-perubahan dalam struktur masyarakat.
Menurut Giddens, perubahan sosial akan terjadi jika semakin banyak warga masyarakat
menerapkan kesadaran refleksif dalam hidupnya dan aturan serta fasilitas dikuasai oleh
orang baru20. Dengan kata lain, jika semakin bannyak orang melakukan pertobatan pribadi
dengan meninggalkan nilai-nilai yang bertentangan dengan Kerajaan Allah, perubahan sosial
akan terjadi.
3. Pada zaman ini, perutusan itu diwujudkan dengan menegakkan keadilan sebagai bagian
integralnya
a. Pada tahun 1971, Sinode Uskup-uskup Sedunia III di Roma, mengeluarkan pernyataan “ Isutitia
in Modo”. Melalui pernyataan ini, Gereja menyadari dan menegaskan bahwa “keterlibatan
dalam penegakan keadilan dan partisipasi dalam perubahan dunia merupakan unsur
konstitutif pewartaan kabar gembira, yakni perutusan Gereja untuk penebusan umat
manusia dan untuk pembebasannya dari segala penindasan”.
b. Ketidakadilan adalah masalah terbesar manusia pada zaman ini. Banyak fakta memunjukkan
bahwa sebagian besar orang (buruh, petani kecil, PRT, dll) menderita karena diperlakukan
tidak adil. Ketidakadilan ini jelas bertentangan dengan nilai-nilai Kerajaan Allah yang
mengembangkan semangat solidaritas dan berbagi demi kebaikan seluruh umat manusia.
Oleh karena itu, perutusan untuk mewartakan Kerajaan Allah menjadi sangat relevan dan
kongkret dalam perjuangan untuk menegakkan keadilan. Perjuangan untuk menegakkan
keadilan ini merupakan bagian dari, tugas pewartaan Gereja perlu menyangkut 3 hal, yaitu:
pemulihan martabat manusia sebagai citra Allah (GS 29), mengusahakan situasi yang adil dan
damai (GS 39), dan mengusahakan kesetiakawanan antar bangsa (GS 32).
c. Keadilan yang dimaksudkan adalah keadilan sosial, yaitu:
- Memenuhi hak-hak dasar seseorang dg memperhitungkan seluruh aspek kemanusiaan yg
melekat pada pribadi org tsb.
- Memenuhi hak-hak sosial: pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan interaksinya dg sesama
- Hak utk diterima di dalam masyarakat.
d. Dalam ASG, keadilan berarti memberikan kepada sesama apa yang menjadi hak dan
kebutuhannya yang meliputi iustitia commutativa (balas jasa yg seimbang) dan iustitia
distributiva (kekayaan dibagi rata menurut kebutuhan masing-masing) serta iustutia legal
(diatur oleh hukum).
4 tema pokok keadilan dalam ASG:
1) Keadilan dengan hormat pada kerja
- RN (Leo XIII): Majikan tdk boleh memperlakukan buruh sbg budak tapi hrs membayar
upah yg adil, yaitu yang menjamin hidup layak. Sementara itu, buruh punya hak
berserikat untuk mengemukakan tuntutan yg wajar dan medesak pelaksanaannya.
- QA (Pius XI): upah yg adil hrs berdasarkan kesepakatan dan hrs memenuhi kebutuhan
hdp buruh itu sendiri beserta keluarganya, baik material (makan-kesehatan) maupun
budaya (pendidikan-rekreasi). Selain itu, QA juga menekankan bahwa hak milik
bersifat sosial.

tidak acuh; mereka yang melarikan diri dengan dalih bahwa dunia sudah tidak mungkin dibubah lagi; begitu
pula mereka yang mengelakkan usaha dan pengorbanan yang dituntut, dengan mengemukakan alasan-alasan
semu yang muluk-muluk. Maka tanggung jawab yang sesungguhnya ada pada orang-orang perorangan . situasi
sendiri-atau begitu pula suatu lembaga, suatu struktur, masyarakat sendiri-bukan pelaku tindakan-tindakan
moral. Oleh karena itu situasi sendiri tidak dapat dengan sendirinya baik atau buruk”: AAS 77 (1985) hlm.217.
20
Tindakan seseorang, biasanya dimotivasi oleh :
1. Bawah sadar : tindakan yang tidak disadari dan sulit dijelaskan  ex. Saradan, instingtif
2. Kesadaran praktis : tindakan yg tidak perlu dipertimbangkan (inilah yg membentuk struktur)  makan,
jalan
3. Kesadaran refleksif : tindakan yg didasari pertimbangan, ambil jarak, nilai, dan makna (inilah sumber
prubahan)  ex. Retret.

63
- GS (KV II): kondisi kerja hrs sesuai dg martabat manusia, upah hrs memadai, karyawan
dpt berpartisipasi dlm menentukan kebijakan perusahaan dan ekonomi nasional (GS
67).
- LE (YP II): modal itu diperoleh dari kerja sehingga kepentingan kerja (manusia) harus
diletakkan di atas kepentingan modal. Selain itu, ditegaskan pula bahwa kesempatan
kerja merupakan tuntutan keadilan yang dasariah (LE 8).
2) Keadilan dengan menata masyarakat secara manusiawi
- QA: pentingnya solidaritas dlm pembaruan tata sosial utk mengatasi masyarakat kelas
(kapitalis) dan masyarakat tanpa kelas/inisiatif (sosialis)
- MM (John XXIII): manusia adalah dasar, sebab, dan tujuan setiap lembaga sosial
sehingga prinsip solidaritas dan subsidiaritas harus dijunjung tinggi.
- PT (John XXIII): pentingnya penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia dengan
mengembangkan toleransi dan partisipasi secara bertanggung jawab dalam hidup
politik sehari-hari (bdk. GS 76).
- CA (YP II): demi pembangunan masyarakat yg manusawi, Gereja mendukung sistem
demokrasi yang menjamin peranserta warga negara dalam pengambilan keputusan
politis, memilih pemimpin dan meminta pertanggung jawaban mereka.
3) Keadilan Sosial memberantas kemiskinan
- Pembangunan menyebabkan terjadinya kesenjangan yang tajam antara sekalompok
kecil orang/negara kaya dengan sekelompok besar orang/negara miskin (MM). Oleh
karena itu ditekankan pentingnya visi humanisme dalam pembangunan (PP) yang
diperjuangkan melalui tobat dalam wujud solidaritas atau “tekad mantap dan terus-
menerus, untuk bekerja bagi kepentingan umum, bagi kesejahteraan semua orang dan
seriap orang, karena kitas bertanggung jawab untuk semua” (SRS 38).
4) Keadilan melalui pembebasan
Dalam EN, Paulus VI mengungkapkan bahwa pusat pewartaan injil adalah warta
pembebasan, yaitu membebaskan manusia dari belenggu penderitaan karena
ketidakadilan dan penindasan sebagaimana dilakukan oleh Yesus sendiri. Gereja Asia
menanggapi seruan Paulus VI ini dengan memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah
supaya terciptalah perkembangan, keadilan, perdamaian, dan keserasian dengan Tuhan
di antara berbagai bangsa dan sengan semua ciptaan (FABC, Bandung 1990).

64
TESIS 12
Dalam sakramen-sakramen, Gereja mengungkapkan dan melaksanakan diri sebagai Sakramen
Kristus. Melalui sakramen-sakramen inisiasi, umat beriman disatukan dengan Kristus dan Gereja-
Nya, serta diutus menjadi saksi-Nya

A. KONTEKS DAN KERANGKA TESIS


 Tesis ini merupakan tesis sakramentologi. Tesis ini terdiri dari dua kalimat utama. Kalimat
pertama berbicara tentang sakramen pada umumnya dan hubungannya dengan Gereja
sebagai Sakramen Kristus. Kalimat kedua, secara lebih khusus, berbicara tentang sakramen
inisiasi Gereja – yaitu Baptis, Ekaristi, dan Krisma – serta maknanya bagi umat kristiani.
B. PENJELASAN TESIS
1. Dalam sakramen-sakramen
 Kalimat ini menjelaskan tentang bagaimana cara Gereja mengungkapkan dan
melaksanakan diri sebagai Sakramen Kristus. Secara konkret, cara pengungkapan dan
pelaksanaan diri tersebut tampak dalam sakramen-sakramen. Sakramen-sakramen yang
dimaksudkan di sini adalah ketujuh sakramen dalam Gereja, yaitu baptis, krisma, ekaristi,
rekonsiliasi, pengurapan orang sakit, perkawinan, dan imamat. Ketujuh sakramen itu
merupakan pengungkapan dan pelaksanan diri Gereja sebagai Sakramen Yesus Kristus
bagi orang secara konkret dan menurut situasi yang tertentu dan konkret pula.
(tambahan penjelasan)
 Pada awalnya, istilah Sakramen memang belum menunjuk pada ketujuh sakramen dalam
Gereja. Istilah Sakramen  sacramentum (Latin) dari kata dasar sacr, sacer yang berarti
kudus, suci, lingkungan orang kudus. Sacere: menyucikan, menguduskan, atau
mengkhususkan seseorang/sesuatu bagi bidang yang kudus. Sacramentum menunjuk
pada tindakan penyucian atau hal yang menguduskan. Dalam masyarakat Romawi,
istilah sacramentum menunjuk pada: (1) sumpah prajurit untuk menyatakan diri mau
mengabdi pada dewata dan Negara (2) uang jaminan/denda yang ditaruh dalam kuil
dewa oleh orang-orang yang berperkara dalam pengadilan.
 Istilah ini sering digunakan untuk menerjemahkan istilah Yunani MysterionIbrani: Sod,
Aram: raz. Kata mysterion berakar dari kata my, kata kerja myein: menutup mulut/ mata
sebagai reaksi atas pengalaman yang mengatasi nalar, pengalaman yang tak dapat
diungkapkan dengan kata-kata. Maka, makna dasar mysterion berhubungan dengan Yang
Ilahi, pangalaman batin yang tak terungkapkan dengan kata-kata. Dalam PL, istilah
mysterion menunjukan dinamika Allah yang menyingkapkan diri-Nya/rencana
penyelamatan-Nya dalam sejarah manusia (Dan 2:28-30,47). Dalam PB, istilah itu
menunjukan pada rencana penyelamatan Allah yang diwujudkan dan terlaksana dalam
sejarah dan memuncak pada diri YK (Ef 10:9-10, Kol 1:26, Rom 16:25-26). Semua
pembicaraan tentang sakramentalitas hanya mungkin dan berarti jika berpangkal pada
Yesus Kristus. Kesimpulannya, istilah sakramen dalam KS belum menunjuk pada tujuh
sakramen, tetapi istilah ini menunjuk pada dua ciri pokok: (1) mysterion menunjuk pada
tegangan dinamik antara Yang Ilahi dan yang manusiawi, yang tidak kelihatan dan
kelihatan, rencana penyelamatan Allah yang tidak kelihatan dan penyingkapannya yang
kelihatan dalam sejarah (2) mysterion menunjuk pada sejarah penyelamatan yang
terlaksana dan memuncak dalam YK.
2. Gereja mengungkapkan dan melaksanakan diri
 Kalimat ini menjelaskan tentang makna sakramen-sakramen dalam kehidupan Gereja.
Sakramen-sakramen merupakan pengungkapan dan pelaksanaan diri Gerja. Untuk
memahami hal tersebut, ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan. Pertama, sakramen-
sakramen adalah perayaan Tubuh Mistik Yesus Kristus, yakni kepala dan tubuh-Nya (SC

65
7). Artinya perayaan sakramen-sakramen merupakan tidakan Kristus sebagai kepala dan
sekaligus tindakan seluruh Gereja sebagai Tubuh Kristus. Kristus dan Gereja bertindak
dalam kesatuan tindakan perayaan atau ibadat. Kristus hadir dan bertindak dalam dan
bersama Gereja, dan Gereja selalu bertindak dalam dan bersama Kristus.
Kedua, dalam perayaan sakramen-sakramen itu Gereja mengungkapkan dan
melaksanakan diri. Artinya melalui sakramen-sakramen itu diungkapkanlah,
ditampilkanlah, dan terlaksanalah apa yang disebut dengan Gereja (SC 2). Gereja sebagai
umat menampilkan dirinya secara eksplisit dalam sakramen-sakramen. Setiap perayaan
liturgi sakramen selalu membangun dan membentuk Gereja. Di mana ada umat
berkumpul untuk merayakan sakramen, terutama Ekaristi, di sanalah hadir Gereja (LG
26). Di satu pihak, perayaan sakramen-sakramen mengandaikan adanya Gereja yang
merayakan. Dan di pihak lain, perayaan sakramen-sakramen itu membangun dan
membentuk Gereja. Maka, Gereja berwenang untuk menentukan mana-mana yang harus
dibuat oleh orang apabila merayakan sakramen-sakramen. Syarat yang dibuat
dimaksudkan untuk menjaga dan memastikan bahwa sakramen-sakramen merupakan
pengungkapan dan pelaksanaan diri Gereja.
3. sebagai Sakramen Kristus
 Kalimat ini menjelaskan tentang diri macam apa yang diungkapkan dan dilaksanakan oleh
Gereja dalam sakramen-sakramen. Jawabannya, Gereja mengungkapkan dan
melaksanakan dirinya sebagai Sakramen Kristus. Artinya, Gereja merupakan simbol real
yang menghadirkan Kristus sendiri beserta seluruh karya penebusan-Nya bagi dunia.
Gereja menampakkan secara manusiawi-historis Tuhan kita Yesus Kristus dan karya
penebusan-Nya kepada masyarakat dunia. Fokus dan pusat yang menghadirkan misteri
kehidupan bersama Allah tetaplah Yesus Kristus. Gereja membantu orang-orang zaman
ini untuk mengenal dan berelasi dengan Yesus Kristus. Gereja hanya menjadi sakramen
sejauh berhubungan dengan Yesus Kristus.
 Gereja sebagai himpunan umat beriman tersebut memiliki ciri sacramental. Artinya
dalam Gereja tersebut, terdapat segi ilahi dan manusiawi (antropologis). Segi Ilahinya
adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri yang hadir di tengah Gereja dalam Roh Kudus. Melalui
Gereja, hadirlah Yesus Kristus yang menyelamatkan. Maka, gereja bercorak kristologis
dan sekaligus pneumatologis. KristologisIa memimpin Gereja, mimilih umat-Nya,
mengutus umat jadi saksi-Nya, dan menggerakkan Gereja untuk mengarungi sejarah
manusia hingga akhir zaman. Pneumatologis RK yang mempersatukan Gereja dengan
YK, RK menghadirkan misteri penyelamatan dan karya-karya-Nya yang menyelamatkan
sepanjang sejarah. Segi manusiawinyakelihatan dari warganya yang terdiri dari orang
tertentu, struktur kepemimpinan yang jelas, adanya tradisi liturgis dan pewartaannya
sendiri.
 Sakramentalitas Gereja dalam KS
- Gereja sebagai sakramen baru dikenal abad XIX.
- Namun dalam KS sudah mengenal gagasan sakramentalitas Gereja, ex: Garam dunia
(Mat 5:13-14), doa Yesus kepada murid-murid-Nya: Yesus dan Bapa adalah satu (Yoh
17; 23), Gereja Tubuh Kristus (Rom 12:4-6).
 Sakramentalitas Gereja dalam pandangan Gereja
a) Ajaran KV II
- Dua dukumen pokok yang membahas hal itu ada dalam LG dan GS.
- LG1: Gereja dalam Kristus bagaikan sakramen (Veluti sacramentum). Mengapa
hanya bagaikan? Karena pada waktu itu belum seluruh pihak menyepakati kata
sakramen untuk Gereja. Banyak orang memahami sakramen secara lebih luas,
akan tetapi juga banyak kalangan yang memahaminya sebatas pada ketujuh
ritus sebagaimana dipahami pada abad pertengahan.

66
- LG 8: Gereja mempunyai dua unsur: manusiawi dan ilahi. Gereja itu mirip unio
hypostaticapenyatuan personal, kesatuan kodrat Ilahi dan manusiawi dalam
diri Kristus sedemikian rupa sehinga keduanya tidak terpisah dan tidak
tercampur.
- LG 9: Gereja menjadi sakramen kelihatan yang menandakan kesatuan yang
menyelamatkan.
- LG 48: Gereja sebagai sakramen keselamatan bagi semua orang. Artinya dalam
Gereja hadirlah karya keselamatan Allah sendiri melalui YK dan jaminannya
adalah RK sendiri yang dikurniakan pada Gereja (Ef 1:4).
- LG 59: Sakramentalitas Gereja ditempatkan dalam peran Maria. Sakramentalitas
Gereja merangkum seluruh orang kudus, terutama Maria yang telah menikmati
karya keselamatan Allah.
- GS 45: Gereja adalah sakramen keselamatan bagi semua, yang manampilkan
dan sekaligus mewujudkan misteri Kasih Allah terhadap manusia
- AG 5: Gereja sebagai sakramen keselamatan dan mengemban tugas
menyiarkan iman serta keselamatan Kristus.
b) Cara membaca ajaran Gereja sebagai Sakramen
Ada 4 poin penting untuk menafsirkan sakramentalitas Gereja dalam KV II, menurut
Walter Kasper:
- Gereja sebagai sakramen keselamatan harus dimengerti dalam keseluruhan
eklesiologi KV II.
- Gereja sebagai sakramen keselamatan harus diletakkan dalam konteks kristologi
yang kuat (LG 1, 48). Ciri kristologis harus betul-betul disadari. Kristus sebagai
sakramen induk.
- Gereja sebagai sakramen keselamatan juga berada dalam konteks eskatologis.
Artinya Gereja berada dalam tanda keselamatan yang sudah tampak dan
sekaligus juga belum dipenuhi.
- Gereja sebagai sakramen menunjuk pada realitas yang kompleks yang memuat
tegangan ilahi-manusiawi dan orang hanya bisa memahami dalam iman.
Kesimpulan Teologis:
- Kristus adalah sakramen Induk. Sebagai sakramen, YK adalah tanda-seluruh diri dan
hidup-Nya-yang sekaligus menghadirkan Allah sendiri.
- Gereja disebut sakramen sejauh menjadi tanda yang real menghadirkan YK, sebagai
satu-satunya Sakramen itu.
- Ketujuh sakramen hanyalah aktualiasi dan konkretisasi Gereja sebagai sakramen YK.
Dalam tujuh sakramen itu hadirlah Gereja yang adalah Sakramen YK.
- Gereja sebagai sakramen mengoreksi pemahaman Gereja yang institusional,
piramidal, klerikalistis, dan triumphalis.
4. Melalui sakramen-sakramen inisiasi
 Kalimat ini berbicara tentang sakramen-sakramen inisiasi. Sakramen-sakramen inisiasi
merupakan cara yang bermakna untuk menyatukan umat beriman dengan Kristus dan
Gereja-Nya serta diutus menjadi saksi-Nya. Sakramen-sakramen inisiasi ini menunjuk
pada sakramen baptis, krisma/penguatan, dan Ekaristi dalam Gereja.
 Istilah inisiasi sendiri berasal dari kata Latin inire atau initiare, yang berarti: memasuki,
masuk atau bergabung ke dalam suatu kelompok, atau menerima seseorang dalam
kelompok tertentu. Initiatio; masuknya atau diterimanya, masuknya atau bergabungnya
seseorang ke dalam suatu kelompok. Jadi, dari istilah itu ada 2 gerakan pokok; (1)
seseorang yang masuk ke kelompok tertentu (2) kelompok tersebut menerima orang itu
ke dalamnya. Ada tindakan saling masuk dan menerima.
 Gereja sebagai komunitas umat manusia juga memiliki tradisi inisiasi. Tradisi inisiasi
ini tampak dalam sakramen-sakramen inisiasi Gereja, yaitu pembaptisan, penguatan,

67
dan Ekaristi, terutama Ekaristi yang pertama. Sakramen-sakramen inisiasi ini sering
disebut sebagai sakramen karunia kebersamaan, karena orang dapat merasakan
kebersamaan dengan Allah yang dianugerahkan melalui YK dan kini ditampakkan dalam
Gereja sebagai anugerah dan kurnia, bukan karena jasa atau prestasi seseorang. Melalui
baptis, penguatan, dan ekaristi, seseorang menerima anugerah keselamatan -
kebersamaan dengan Allah - yang kini ditampakkan dan ditawarkan melalui Gereja.
Dengan bergabung ke dalam persekutuan dengan Gereja, seseorang dimasukkan ke
dalam kebersamaan dengan Allah.
 Bagaimana sejarah inisiasi dalam Gereja?
 PB tidak mengenal istilah inisiasi karena istilah ini merupakan istilah yang sering
digunakan dalam dunia kafir seperti agama misteri di masyarakat Yunani.
 Namun, gagasan dan praktek inisiasi sudah dimiliki oleh Gereja Perdana, yaitu
melalui pembaptisan, penumpangan tangan, dan Ekaristi. Urutan dan jenisnya
tidak seragam pada waktu itu. EX: Kis 8:17 dan 19:5-6pembaptisan
dihubungkan dengan penumpangan tangan sebagai tanda permohonan
pencurahan RK. Ada suatu jemaat yang hanya dengan pembaptisan, dan yang
lain dengan pembaptisan dan penumpangan tangan. Maka, belum ada
keseragaman dalam inisiasi.
 Abad III-IVketiga sakramen masih diberikan secara bersama-sama, kepada
orang dewasa maupun kanak-kanak.
 Sejak abad IV, di Barat, penumpangan tangan dipisahkan dari pembaptisan dan
hanya diterimakan oleh uskup. Empat faktor yang mempengaruhinya: (1) Praksis
baptisan bayi sudah umum. Penerimaan baptis semakin jadi tugas imam dan
diakon. (2) Baptisan untuk orang sakit. Saat orang sakit minta baptis, setelah
sembuh datang pada uskup untuk menerima penumpangan tangan. (3)
Penerimaan orang bertobat dari kelompok bidaah dalam Gereja. Baptis yang
telah diterima orang itu sah, sehingga untuk menerimanya hanya diperlukan
penumpangan tangan secara resmi oleh uskup. (4) dengan warga gereja yang
semakin banyak dan tersebar di pelbagai tempat, krisma jadi previligi uskup, agar
uskup semakin mengenal umatnya.
 Abad PertangahanGereja Timur: tetap mempertahankan kesatuan baptisan,
krisma, Ekaristi. Gereja Barat: mengembangkan penumpangan tangan sebagai
upacara tersendiri.
 Abad XIIbaptisan dan krisma sudah dipandang sebagai dua sakramen
tersendiri.
 KV IIketiga sakramen itu sebagai satu kesatuan penuh inisiasi kristiani (SC 17,
AG 14, Kan 842, 2 )
 Teologi Inisiasi
 Pertanyaan pokoknya: bagaimana kesatuan sakramen inisiasi dapat
dipertanggungjawabkan secara Teologis? (1) Secara antropologis, sakramen
inisiasi memiliki kesatuan dengan sakramen-sakramen yang menandai kehidupan
sejak lahir, tumbuh, dan berkembang dewasa. (2) Sakramen inisiasi menurut
kesatuan perutusan trinitaris, yakni perutusan Putra oleh Bapa dalam RK, dan
perutusan RK oleh Bapa dan Putra.
 Perutusan tampak dalam misteri inkarnasi dan misteri Paskah yang menunjuk
pada dimensi kristosentris. Dimensi ini sangat tampak dalam baptisan.
Baptisdipersatukan dengan Kristus.
 Krisma: RK memampukan kita untuk menanggapi dan menjawab pemberian diri
Allah melalui Kristus dan kita juga diutus oleh Bapa dan Putra.
 Ekaristi: mengalami seluruh karya penyelamatan Allah Bapa melalui Putra dalam
Roh Kudus secara sacramental dalam simbol roti dan anggur.

68
o Sakramen Baptis
a. Sakramen baptis dalam KS
- Kata baptisYunani: baptizein (kb: baptisma)membenamkan, menenggelamkan
dalam air, entah seluruh atau sebagian.
- Tradisi Israel mengenal macam-macam upacara pentahiran, termasuk menggunakan
percikan air (Bil 19:17-22) atau mandi di sungai (2Raj 5:14). Kelompok Eseni
menggunakan ritus itu untuk menunjukkan mereka sebagai kelompok terpilih.
- Baptisan Yohanes merupakan baptisan yang diterimakan oleh Yohanes. Maknanya
adalah untuk pertobatan (Mark 1:4).
- Baptisan Yesus. Maknanya: (1) Yesus menempatkan diri sebagai pribadi yang ikut
menantikan kedatangan Kerajaan Allah pada akhir zaman. (2) Yesus menunjukkan
solidaritas pada bangsanya yang membutuhkan penyelamatan dari Allah. (3) Matius
melihat hal itu untuk menggenapi kehendak Allah (Mat 3:15).
- Beberapa makna teologis baptisan dalam PB:
1. Baptisan sebagai tanda imanArtinya, baptisan itu mengandaikan iman dan di lain
pihak iman dari orang itu harus dihidupi ( Mark 16:16).
2. Baptisan sebagai penyerupaan pada YKdengan baptisan, seseorang menjadi
serupa dengan YK, karena mengambil bagian dalam seluruh hidup dan nasib YK
(Rom16:1-4).
3. Baptisan sebagai pengampunan dosa(Kis 2:38).
4. Baptisan mengurniakan RK (Kis 2:38).
5. Baptisan mempersatukan kita dalam satu tubuh Gereja(1Kor 12:13).
6. Baptisan sebagai karunia hidup barudengan baptis, orang dilahirkan dalam Roh
(Yoh 3:5.7)
b. Makna Teologis Sakramen Baptis
 Baptisan mempersekutukan kita dengan YKdengan baptisan, kita dipersekutukan
dengan pribadi YK dan seluruh peristiwa YK.
 Baptisan mempersekutukan kita dengan Allah Tritunggalmelalui baptisan, kita
dimasukkan dalam komunitas trinitaris, yaitu dialog antara antara Bapa dan Putra
yang berlangsung dalam RK
 Baptisan memasukkan kita ke dalam persekutuan Gerejadengan baptisan,
seseorang diterima sebagai warga baru Gereja.
 Baptisan sebagai ikatan kesatuan ekumenisbaptis merupakan satu-satunya
sakramen yang diterima dalam seluruh Gereja. Gereja yang satu semakin dapat
mengakui validitas praktek baptisan yang ada di Gereja lain.
c. Baptisan Perlu bagi Keselamatan
 Pertanyaan pokoknya: Apakah baptisan syarat mutlak keselamatan?
 Dalam KSada dua tegangan yang berbeda. Pertama, keselamatan hanya mungkin
terjadi kalau mereka bertobat dan beriman pada Kristus dengan cara memberikan
diri untuk dibaptis (Yoh 3:5). Kedua, keselamatan ditujukan kepada semua orang
tanpa ada syarat harus baptis (Mat 25: 31-46).
 Zaman PatristikExtra ecclesiam nulla sallusorang belum dibaptis bukan anggota
Gereja, jadi tidak dapat selamat. Tapi pada abad ini juga mengenal baptisan darah.
Artinya orang yang meninggal karena beriman pada Kristus, meski belum dapat
dibaptis tentu juga akan diselamatkan.
 Abad Pertengahanorang berpandangan bahwa mereka yang dibaptis akan
selamat. Namun abad itu juga mengenal Votum baptismi: kerinduan akan baptisan
bisa berdampak akan keselamatan.
 Zaman modernajaran votum baptismi dikembangkan ke dalam ajaran Votum
implicitum baptismi. Artinya, orang sebenarnya dapat selamat, walaupun tidak

69
dibaptis atau bahkan secara eksplisit tidak ingin dibaptis, sejauh ia memiliki
kerinduan akan Allah dan keselamatan.
 Vatikan II Gereja yang berziarah merupakan jalan keselamatan (LG 14). Akan
tetapi di lain pihak, Gereja mengakui adanya kebenaran yang sungguh berasal dari
Allah di luar Gereja dan berbicara keselamatan bagi orang yang merindukan Allah.
Maka, Gereja dan sakramen-sakramen dilihat sebagai fungsi yang mengantarai.
d. Problem baptisan Bayi
 Sejarahnya
- PB tidak pernah menyebut secara eksplisit tentang baptisan bayi
- Abad II menyebut ada praktek baptisan baptisan bayi. Ini kesaksian Origenes dan
Ter5tulianus.
- Abad V praktek baptisan bayi sudah menyebar ke mana-mana. Ini berkaitan
pertikaian dengan Gereja dengan Pelagianisme berkaitan dengan dosa asal.
- Abad XVIkelompok reformatores dari Gereja Anabaptis menolak batisan bayi. Tapi
Calvin, Luther, Zwingli menerima batisan bayi.
- Abad XX ada teolog protestan yang Karl Barth yang mempermasalahkan baptisan
bayi berpangkal dari kebebasan dan keputusan pribadi dalam beriman.
 Beberapa Argumen yang menolak Baptisan Bayi
- Iman dipahami sebagai tindakan pengakuan dan persetujuan yang pribadi dan
personal.
- Iman dipahami sebagai tanggapan atas pewartaan yang telah terjadi sebelumnya.
- Iman dipahami sebagai tindakan manusia yang mengandaoikan kebebasan dan
tanggung jawab.
 Beberapa Argumen yang setuju
- Bukankah iman tidak dapat disempitkan pada masalah pribadi saja
- Model iman itu tidak hanya hanya dari pewartaan sajaiman akan berkembang
sesudah baptisan
- Bukankah iman itu karunia Allah, dan bukan sekedar usaha dan tindakan manusia
 Beberapa jawaban Teologis tentang Baptis Bayi
- Penebusan dan keselamatan merupakan karunia. Iman adalah tanggapan
keterbukaan manusia akan kurnia itu. Ungkapan ketebukan tpaling tampak dalam
baptis abayi.
- Beriman berarti bersama orang lain. Iman dalam Gereja.Orang tidak dalpat lepas
dari komunitas. Maka, baptisan bayi dilakukan jikalau ada jaminan dari lingkungan
bayi untuk mengembangkan iman bayi.
- Beriman bukan sekali jadi tetapi proses yang terus menerus.
 Masa dan Tahap baptis (4 masa dan 3 tahap)
- Masa PrakatekumenatTahap I: upacara pelantikan menjadi katekumen
- Masa ketekumenat untuk katekumenTahap II: Upacara pemilihan sebagai calom
baptis atau pengukuhan katekumen terpilih.
- Masa persiapan akhirTahap III: perayaan sakramen-sakramen inisiasi
- Masa mistagogi: masa pemantaban iman. Biasanya berlangsung dari masa Paskah
sampai Hari Raya Pentakosta.
o Sakramen Krisma
a. Penguatan dalam KS
- Gereja perdana masih menyatukan sakramen insiasi
- Istilah penguatanlatin confirmation. KrismaYun: chrisma, krima: penguatan 
(kk) chrio, chriein: mengurapi
- PBmenghubungkan penerimaan krisma dng pengurapan minyak (Luk 4:18; Kis
4:27)
- PB juga menghubungkan dengan tindakan penumpangan tangan(Kis 8:14-17)

70
b. Tiga dimensi Sakramen penguatan
- Antropologis: sesuai dengan kebutuhan dasar manusia. Artinya symbol-simbol yang
digunakan amat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Minyak: kesembuhan,
menggoreng, menggerakkan mobil. Penumpangan tangan: pemberian doa restu,
pengalihan tugas.
- Sakramental-eklesiologis: partisipasi dalam tugas Gereja. Artinya, krisma bukan
hanya memberikan kekuatan dalam melawan kekuatan jahat, tetapi memampukan
seseorang memikul tanggung jawab dalam Gereja.
- Dimensi kristologis: saksi Kristus. RK yang diterima memampukan seseorang
menjadi saksi Kristus
c. Teologi Sakramen Penguatan
- Realisasi iman berkat RK. Melalui penguatan, RK memampukan seseorang secara
eksplisit sebagai murid Kristus dan bertanggung jawab terhadap tugas dan
kewajiban.
- Menghayati RK sebagai jiwa dan prinsip hidup Gereja. Gereja bukan sekadar
kumpulan manusiawi, tetapi ilahi yang dikumpulkan oleh Allah melalui Kristus dalam
RK. RK sebagai prisip hidup batin dan jiwa Gereja.
- Gereja tidak hadir untuk dirinya sendiri, tetapi bagi dunia. Gereja dipanggil untuk
menjadi pembawa keselamatan bagi dunia.
d. Hal-hal praktis tentang Krisma
- Usianya berapa? KHK kan 891 7 tahun, ketika orang sudah dapat menggunakan
akal budi. Statuta Regio Jawa psl 88 13-15 tahun.
o Sakramen Ekaristi
a. Istilah
- EkaristiYun: Eucharistia= puji syukur. Kata ini untuk menterjemahkan kata Yahudi
brikat= doa puji syukur. So, Ekaristi menekankan puji syukur atas atas karya
penyelamatan Allah melaui YK.
- Misadiambil dari bahasa latin “ite missa est” (pergilah, kalian diutus). Kata ini
menekankan aspek perutusan untuk melayani Tuhan serta mewartakan kabar
gembira kepada seluruh dunia.
b. Makna Teologis Ekaristi dalam PB
- Ekaristi sebagai persekutuan kebersamaan dengan Kristus
- Ekaristi sebagai persekutuan kebersamaan dengan seluruh Gereja
- Ekaristi sebagai kehadiran Yesus dalam Rupa Roti dan Anggur
- Ekaristi sebagai darah perjanjian baru
- Ekaristi sebagai penebusan dan pengampunan dosa
- Ekaristi sebagai partisipasi perjamuan eskatologis
- Ekaristi sebagai penetapan Tuhan
- Ekaristi sebagai pewartan tanda iman
c. Refleksi Teologi
- Dimensi Kristologis: Ekaristi sebagai kurban (SC 2, 7, 47), perayan kenangan
(anamneses) (SC 47), sakramen (SC 47), perjamuan Paskah.
- Dimensi Eklesiologis: Ekaristi sebagai perayaan Gereja (SC 26), Ekaristi sebagai pusat
liturgy (SC 6), Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan Gerja (LG 11)
- Dimensi Trilogis rahmat: rahmat yang diterima dalam ekaristi adalah kebersamaan
dengan Allah, pengampunan dosa, dan pengudusan.
- Dimensi Eskatologis: ekaristi berarti mencicipi liturgy surgawi, jaminan kemuliaan
yang akan datang.
5. umat beriman disatukan dengan Kristus dan Gereja-Nya, serta diutus menjadi saksi-Nya
(LG 1 dan 7)

71
 Kalimat ini menjelaskan tentang makna sakramen-sakramen inisiasi bagi kehidupan
umat beriman. Makna pokok dari sakramen inisiasi adalah persatuan dengan Kristus
dan Gereja-Nya, serta diutus menjadi saksinya.
 Melalui sakramen baptis, seseorang disatukan dengan Kristus dan Gerejanya. Disatukan
dengan Kristus berarti menjadi serupa dan senasib dengan Yesus Kristus dan mengambil
bagian dalam seluruh peristiwa hidup Yesus, terutama sengsara, wafat, dan
kebangkitanNya. Persekutuan dengan Kristus berarti juga disatukan dengan komuntitas
tritaris. Sedangkan disatukan dengan Gereja berarti seseorang yang menerima
sakramen-sakramen inisiasi dianggap sebagai anggota resmi dan penuh Gereja.
Peneriman seseorang dalam anggota gereja itu ditandai dengan peneriman sakramen
baptis dan menjadi penuh dalam sakramen krisma.
 Selain bermakna persatuan, sakramen inisiasi juga bermakna perutusan. Setiap orang
yang telah menerima sakramen inisiasi diutus untuk menjadi saksi Kristus. Makna
perutusan ini sangat kelihatan dalam sakramen krisma. Melalu sakramen krisma, RK
memampukan orang untuk menjadi saksi kristus dan berpartisipasi penuh dalam
imamat Yesus Kristus. Umat beriman dilantik untuk ikut berpartispasi memikul tugas
tanggung jawab Gereja untuk mewartakan karya keselamatan Allah di tengah dunia.
 Persatuan dan perutusan itu mengalami puncaknya dalam ekaristi, sebab dalam PE,
seluruh misteri karya Allah yang terlaksana dalam diri YK yang memuncak dalam
peristiwa wafat dan kebangkitannya dihadirkan kembali seacra konkret (hic et nunc).
Kehadiran itu menjadi konkret dalam symbol rupa roti dan anggur, yang menjadi tubuh
dan darah Kristus. Implikasinya, dalam PE, umat beriman mengalami persekutuan
kebesaman dengan Kristus dan Gereja. Melaui Ekaristi itu, umat kristiani memperoleh
rahmat keselamatan dan kita pun diutus untuk membagikan rahmat keselamatan
tersebut kepada orang lain. “Ite missa est”.

Tambahan – Perkembangan mengenai penggunaan istilah Sakramen

a) Patristik: tidak seragam (1) sebagaimana dimengerti dalam KS, (2) mulai dipakai untuk
pengertian upacara-upacara suci.

b) Abad Pertengahan dan Zaman Reformasi sampai Awal Abad XX: mengalami penyempitan, yakni
sebagai ritus/ upacara Gereja yang ditetapkan oleh YK sendiri dan berjumlah 7 buah dan
berdaya guna secara ex opere operato.

c) Konsili Lyon II (1274) secara resmi mengajarkan sakramen Gereja berjumlah 7 kemudian
dinyatakan kembali dalam Konsili Florenz (1439) diteguhkan oleh Konsili Trente (1547).

d) Pertengahan Pertama Abad XX: Pembaruan Liturgi di Eropa, khususnya di lingkungan teologi
Katolik: Teologi Misteri-Odo Casel (1886-1948)  berhasil mengembalikan konsep awal tentang
sakramen menurut KS dan Patristik  yakni dimana Kristus dan KKA sendiri hadir dan dirayakan
dalam perayaan liturgi  Sakramen: menunjuk struktur sakramental dari sejarah keselamatan
Allah yang terlaksana dalam YK (bukan ‘penyalur’ rahmat, bukan sekedar ritus/upacara liturgi).

e) Dewasa ini: (1) istilah “sakramen” tidak langsung menunjuk pada ritus ketujuh sakramen, tapi
menunjuk YK sendiri yang adalah sakramen induk/ pokok, (2) menunjuk Gereja sendiri sebagai
sakramen dasar sejauh ada hubungan dengan YK.

f) KV II: Gereja adalah Sakramen (LG 1, 9, 48).

 artinya, apa yang tampak dalam Gereja menjadi simbol real dan efektif yang menghadirkan
keselamatan Allah yang telah terlaksana di dalam Kristus bagi dunia.

72
 7 sakramen: konkretisasi Gereja sebagai sakramen dasar dalam kehidupan konkret
manusia.

73
TESIS 12
Dalam sakramen-sakramen, Gereja mengungkapkan dan melaksanakan diri sebagai Sakramen
Kristus. Melalui sakramen-sakramen inisiasi umat beriman disatukan dengan Kristus dan Gereja-
Nya, serta diutus menjadi saksi-Nya.

Konteks:
1. Merupakan tesis sakramen pada umumnya dan sakramen inisiasi
2. Menungkapkan sakramentologi yang ditekankan KV II, Gereja sebagai sakramen YK (LG 1)
3. Hakikat Gereja sebagai sakramen menjadi nyata melalui ke-7 sakramen
4. Oleh karena itu, tepat dikatakan bahwa melalui ke-7 sakramen, Gereja mengungkapkan dan
melaksanakan diri-Nya
Bagian pertama:
Gereja mengungkapkan dan melaksanakan diri sebagai Sakramen Kristus dalam sakramen-sakramen
1. Pengalaman sakramental
a. Hidup manusia = berasal dari Allah – bersama Allah – menuju pada Allah
masa lampau masa kini yang akan datang
b. Struktur dasar pengalaman:
Kebersamaan: - Allah Menunjuk pada relasi dg
Isi Pengalaman Dasar
- Sesama Allah (yang ilahi)
Pengalaman Isi terungkap dalam bentuk Terungkap dalam Terungkap dalam
Pengalaman Pengalaman konkrit yg
Btk Kegiatan bersama
Konkrit indrawi dan manusiawi
c. Pengalaman sakramental adalah:
Pengalaman akan Allah dan relasi kita dengan Allah yang terungkap dan terlaksana dalam
pengalaman konkrit sehari-hari yang manusiawi
Cirinya: - Ada ketegangan antara isi dan bentuk // yang ilahi dan yang manusiawi
- Selalu historis, bukan mitologis
2. Sakramen:
Sakramen  Sacramentum (Latin)  Mysterion (Yunani)  sod (Ibr) / Raz (Aram)
a. Sacramentum:
 Arti dasar: sacr/sacer = kudus, suci (sacrare = menguduskan)
 Romawi: sumpah prajurit dan uang jaminan (ada hubungannya dg yang ilahi)
 Pada abad II, kata ini dipakai untuk menterjemahkan kata mysterion
b. Mysterion: my – myein = ungkapan pengalaman akan yang transenden
KSPL: pengertian pokok mysterion:
- tegangan yang ilahi – manusiawi, yaitu rencana keselamatan Allah yg terlaksana dlm
sejarah
- konteks: sejarah karya keselamatan Allah
KSPB: pengertian pokok mysterion:
- tengangan yang ilahi – manusiawi, yaitu rencana keselamatan Allah yg terlaksana
dlm Yesus
- konteks: sejarah karya keselamatan Allah
3. Yesus Kristus: sakramen hidup Allah dan sakramen kebersamaan dengan Allah
a. Yesus sungguh Allah – sungguh manusia (ada tegangan Yang Ilahi – manusiawi)21.
b. Allah hadir dalam Yesus, Yesus adalah wahyu Allah
1) Kesaksian KS: - Kol 2 :2 “Yesus adalah misteri Allah (mysterion tou theou)”
- Ibr 1:3 “Yesus adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar Allah”
Yesus sungguh Allah: “Aku berkata”, “Aku dan Bapa adalah satu”, Yesus mengampuni dosa.
21

Yesus sungguh manusia: makan, menangis, wafat

74
Yesus adl sakramen induk: Pribadi dan karya Yesus menjadi tanda dan menghadirkan
Allah secara utuh. Seluruh pewahyuan dan karya keselamatan Allah tampak dan
terlaksana dalam Yesus. Yesus adalah simbol real hidup Allah sendiri

2) Sakramentalitas Yesus dalam teologi:


 Agustinus: membedakan sacramentum tantum (tanda luar) dan res tantum (isi /
rahmat)
 Yesus sbg sacramentum karena menandakan Allah; dalam diri Yesus berisi Allah
 Konsili Kalkedon (451): menentang monofisitisme 22
 “Yesus sungguh Allah-sungguh manusia dlm satu pribadi (prosopon) &
hypostasis”
 LG 8: Misteri Kristus adalah sabda yang menjelma
c. Yesus Kristus sebagai sakramen kebersamaan dengan Allah
= Kesatuan/kebersamaan dengan Allah dan sesama mendapat kepastian dalam Kristus
 kasih pada Allah dan sesama

 derita mendapat makna dalam salib Kristus

4. Gereja sebagai sakramen Yesus Kristus dalam Roh Kudus


- Gereja berdimensi ilahi (Kristus hadir dalam RK) – manusiawi (organisasi, kelihatan)
- Gereja menghadirkan YK sbg puncak karya keselamatan Allah ( = salib)
a. Kitab Suci: - Gereja sebagai tubuh Kristus (Rm 12:4-6, 1 Kor 12:27, Kol 1:8, Ef 4:15-16)
- Gereja sebagai garam dan terang dunia

b. Konsili Vatikan II
Dokumen Isi

LG 1 Veluti  Yesus Kristus terang para bangsa (penyelamat) =


Kristologis
 Gereja: tanda dan sarana kesatuan dengan Allah dan
sesama (kompromis)
LG 8 Analogi  Tak ada sebutan langsung Gereja sebagai sakramen tapi
sakramentalitas jelas sekali: Gereja punya 2 sisi (ilahi-manusiawi)
 Dua sisi Gereja tidak sama dengan unio hypostatica
Kristus
LG 9  Gereja: sakramen kelihatan (Gereja menampakkan
Kristus sehingga semua orang dapat mengalami-Nya)
LG 48  Gereja: sakramen penyelamatan Allah melalui Kristus
dalam RK bg manusia
 Konteks: eskatologis
GS 45 (Grj-  Gereja: sakramen keselamatan bagi semua (hadirkan
dunia) Allah dlm Kristus)
 Yesus: sumber keselamatan (pusat, kerinduan, tujuan
AG 1 (misi) manusia)
 Gereja: sakramen keselamatan (diutus mewartakan Injil
ke seluruh dunia)
5. Tujuh Sakramen:
a. Setiap manusia merindukan keselamatan yang bersumber pada Allah

22
Mengajarkan bahwa setelah adanya kesatuan antar kodrat ilahi dan manusiawi dalam diri Yesus, kodrat
manusiawi Yesus melebur dalam kodrat ilahinya sehingga Yesus hanya mempunyai satu kodrat (ilahi saja)

75
b. Keselamatan hanya terjadi melalui Yesus Kristus (Yesus adalah sakramen Allah)
c. Yesus Kristus dihadirkan oleh Gereja (Gereja adalah sakramen Yesus Kristus) dg 7 sakramen
= 7 sakramen menjadi pengungkapan dan pelaksanaan diri Gereja sebagai sakramen YK
kepada
masing-masing orang yang percaya
d. Model-model Teologi Sakramen dewasa ini:
1) Sakramen-sakramen sebagai medan perjumpaan dengan Kristus (Rahner)
2) Sakramen-sakramen sbg realisasi simbolis = simbol merealisasikan yg disimbolkan
3) Sakramen-sakramen menyentuh situasi dasar dan konkrit manusia (Rahner)
4) Sakramen-sakramen sebagai sarana komunikasi antara Allah dg manusia melalui simbol
5) Sakramen-sakramen sbg pesta keselamatan (dimensi keagungan, komunal, simbolis)
e. Sakramen-sakramen dalam konteks liturgi Gereja
1) Unsur-unsur sakramen dalam liturgi:
 Perjanjian: aktualisasi dari perjanjian baru yang didirikan YK (Lk 22:20)
 Perjumpaan-Komunikatif: dialog yg menyelamatkan (katabatis-anabatis)
 Kebersamaan: Jemaat-Kristus-antar jemaat
 Sejarah keselamatan: menyampaikan keselamatan langsung kpd masing 2 umat
beriman
2) Sakramen-sakramen dalam persepektif teologis-liturgis:
 Kristologis: sakramen sbg perayaan kehadiran YK dan karya penyelamatan-Nya (SC
7)
 Eklesiologis: sakramen mrpk pengungkapan dan pelaksanaan hakikat Gereja (SC 2)
 Antropologis: sakramen menyentuh situasi konkrit manusia bds simpul-simpul
kehidupan
f. Yesus Kristus dan 7 sakramen (Lk 11:20; Mt 11:4-6; Mrk 6:11)
- Sakramen-sakramen dihubungkan dengan hidup dan karya publik Yesus
- pewartaan Yesus akan Kerajaan Allah selalu melalui sabda dan karya
- sakramen-sakramen dipandang sbg cara Tuhan berkarya dalam tindakan simbolis
- sakramen-sakramen Gereja sesuai dengan yg dibuat Yesus:
~ baptis  Yesus dibaptis ~SOS  Yesus menyembuhkan orang sakit
~ krisma  karya Yesus dalam RK ~Perkawinan  Yesus menghargai perkaw
~ Ekaristi  PMT ~Tahbisan  Yesus memilih 12 rasul
~ Tobat  Yesus mengampuni dosa

Bagian kedua:
Melalui sakramen-sakramen inisiasi, umat beriman disatukan dengan Kristus dan Gereja-Nya serta
diutus menjadi saksi-Nya

1. Sakramen inisiasi:
a. Inire // initiare: bergabung, masuk dalam kelompok
= Masuk dalam kebersamaan dengan Allah melalui karunia yang hadir dalam Gereja:
 Beriman dan menjadi anak Allah sebagai murid Kristus
 Bukan pertama-tama usaha pribadi tapi karunia dan pilihan Allah (Ef 1:3-8)
 Jadi: “Bersatu dengan Allah melalui YK dalam Gereja yg diimani sebagai karunia”
b. Teologi inisiasi
1) Titik tolak: Perutusan Trinitaris, 2 macam:
 Perutusan Putra oleh Bapa dalam RK
- melaksanakan rencana keselamatan Allah Bapa dlm sejarah dengan menjadi
manusia yang hidup, berkarya, wafat dan bangkit
 Perutusan RK oleh Bapa dan Putra

76
- menghadirkan dan membagikan karya keselamatan Allah Bapa yang
dilaksanakan oleh Putra kepada setiap orang  menjadi jaminan keselamatan

2) Dalam sejarah keselamatan Allah,

Perutusan Putra Perutusan RK


Berpuncak pada misteri Paskah Berpuncak pada peristiwa Pentakosta
Para Murid mengalami persatuan dan Para murid mengalami pencurahan
perjumpaan dengan Yesus yang bangkit Roh Kudus
 Kita tdk mengalami rangkaian peristiwa historis sebagaimana dialami para murid

3) Bagi orang beriman:


 Esensi Misteri Paskah dialami melalui dan dalam sakramen Baptis (Rm 6:1-14)
 Esensi Pentakosta dialami melalui dan dalam sakramens Krisma
 Perayaan Ekaristi: puncak ungkapan dan perayaan kehadiran Misteri Paskah
berkat RK secara sakramental (Kristologis + Pneumatologis)

2. Sakramen baptis:
a. Makna teologis baptisan PB:
1) Tanda iman: dengan baptis, orang menyatakan dan mengamini imannya dalam Gereja
(Kis 2:37-41; Mrk 16:16; Mat 28:19; Rm 6:1-14)
2) Membuat kita menyerupai Kristus (Rm 6:1-14)
3) Pengampunan dosa (Kis 2:38)
4) Karunia RK (Kis 2:38)
5) Mempersatukan kita dengan Gereja (1 Kor 12:13 = sebagai satu tubuh)
6) Karunia hidup baru (Yoh 3:5-7 = dilahirkan kembali)
b. Makna teologis sakramens baptis
1) Mempersatukan kita dg Kristus (Rm 6 = bersatu dg karya, sengsara, wafat, kebangkitan)
2) Mempersatukan kita dg Allah Tritunggal  Kristus sebagai pemersatu kunci
3) Mempersatukan kita dg seluruh Gereja (menjadi warga Gereja, diakronis dan sinkronis)
4) Menjadi ikatan ekumenis (OR 22)  mjd titik temu antar Gereja Kristus

3. Sakramen Krisma (Chrisma = pengurapan; Confirmatio = penguatan)


a. Dua data dalam KS
1) Pengurapan: - PL: pengurapan minyak utk melantik raja/nabi/imam (1Sam 16:13, Yes
61:1)
- PB: Yesus diurapi dengan ROH (Luk 4:18, Yes 61:1)  tak ada
upacaranya
- Gereja Perdana: tidak ada ritus, pengurapan RK sebagai metafor
“Pengurapan kpd umat beriman mrpk partisipasi dalam pengurapan Yesus oleh RK”
2) Penumpangan tangan // dicurahi RK (Kis 8:14-17 dan Kis 19:1-7)
b. Tiga dimensi sakramen Krisma:
1) Antropologis: pengurapan minyak adalah peristiwa dan pengalaman umum sehari-hari
2) Sakramental-Ekklesiologis: orang yg menerima Krisma menjadi warga Gereja penuh
dengan segala hak dan kewajibannya
3) Kristologis: dengan Krisma, seseorang menjadi saksi Kristus berkat karunia RK
c. Makna sakramen krisma:
1) Realisasi iman berkat daya RK (RK memampukan seseorang utk berkembang menjadi
dewasa (tahu tugas & tgjwb) dalam iman
2) Menghayati RK sebagai prinsip dan jiwa Gereja

77
- Prinsip: RK membentuk dan menumbuhkan Gereja
(Kis 2:7)
- Jiwa: RK memimpin dan menumbuhkan pemimpin-
pemimpin manusia bagi Gereja
3) RK menjamin dan menuntun Grj untuk menjalani perutusan di dunia
= RK memampukan Gereja menjadi saksi Kristus dan menjadi sakramen yg
menghadirkan keselamatan Allah (RK menjadi Roh misioner Gereja)

78
TESIS 13
Dalam perayaan Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup kristiani, Gereja
mengenangkan dengan penuh syukur misteri Paskah sampai Kristus datang kembali. Dalam
kenangan itulah, Kristus hadir dalam Roh Kudus yang menguduskan dan memberdayakan hidup
umat beriman di tengah masyarakat.

1. Istilah
 Istilah EkaristiYun: eucharistia—eucharistein (kk): memuji dan mengucap syukur. Kata ini
sering digunakan bersama kata kerja eulogein: memuji syukur, dan untuk menterjemahkan
kata Ibrani barekh: memuji, memberkati. Berakhah sering digunakan dalam konteks liturgi
Yahudi sebagai doa berkat yang berisi pujian, syukur, dan permohonan. Berkat atas roti. Kata
ini mau mengungkapkan tentang pujian syukur atas karya penyelamatan Allah yang terlaksana
dalam YK, yang berpuncak pada wafat dan kebangkitan-Nya. Sebagai istilah ini baru popular
abad XX, tetapi kata ini sudah ada sejak abad tiga pertama.
 Istilah lain yang digunakan seperti Misa, Pemecahan Roti, Perjamuan Tuhan, Sacrificium dan
oblatio.
 Misaberasal dari rumus pembubaran “ite missa est”, pergilah kalian diutus. Rumusan ini
biasa digunakan untuk penutupan pertemuan zaman Romawi kuno. Tekanannya pada aspek
perutusan ke hidup sehari-hari. Latin Mittere: mengutus. Setelah mengenangkan karya
penebusan Tuhan, kita diutus untuk menghadirkan penebusan itu dalam kehidupan sehari-
hari. Istilah ini popular pada abad V-VI.
 Pemecahan Rotiistilah ini mau menekankan pada sisi roti dan penerimaan roti ekaristik dan
pemecahan roti itu yang melambangkan kesatuan kita dengan Tuhan dan sesama. Istilah ini
berangkat dari tradisi para rasul yang berkumpul dan memecahkan roti (Kis 2: 42,46; 20:7.11).
 Perjamuan Tuhantekanan istilah ini adalah pada makna eskatologis perayaan ekaristi.
Perayaan ekaristi dihubungkan dengan kedatangan Tuhan pada akhir zaman. Dalam kitab suci
dapat dilihat Mat 25:10. Istilah ini digunakan oleh para reformatores abad XVI. Gereja katolik
gunakan istilah itu kembali pada KV IIDominica Cena (SC6.10)
 Sacrificium dan OblatioIstilah kurban dan persembahan bisa popular karena berkaitan
dengan Gereja awal yang menekankan aspek persembahan material yang dibawa ke altar.
Pada abad pertengahan istilah ini begitu popular berkaitan dengan misa votif—misa yang
dipersembahkan untuk intensi tertentu. KVIISC 2.6.7.10.47.49.55.
 Istilah lain yang sudah tidak digunakan lagi adalh sinaksis atau synaxis berarti pertemuan
jemaat.
2. Akar Perayaan Ekaristi
a. Perjamuan makan Yesus sbg tanda kehadiran Kerajan Allah
1) PE tidak terlepas dari YK yg mewartakan KA dg sabda dan karya-Nya
2) Perjamuan dg org berdosa + miskin: Allah berbelas kasih + KA merangkul semua org
3) [Dis]-kontinuitas dg PL: anugerah manna // penggandaan roti
b. Perjamuan Malam Terakhir
1) Institusi: perintah Tuhan kpd Grj utk merayakan ekaristi (Luk 22:19; 1Kor 11:24-25)
2) [Dis]-kontinuitas: PMT-PE (PMT bukan PE lho!)
a) Kontinuitas:
- PE dilaks Grj atas perintah Tuhan pd saat PMT
- Tind Grj dlm PE (DSA+komuni) mengenang tind Yesus dlm PMT
b) Diskontinuitas: - Isi PE: Perayaan iman akan wafat dan kebangkitan YK
 saat PMT Yesus belum wafat dan bangkit
- Fungsi PE: mengenang wafat dan kebangkitan YK

79
 PMT sbg perpisahan Yesus dan murid + utk m‘artikan sengsara
Yesus
c. Perjamuan-perjamuan makan Yesus yg bangkit
1) Pokok iman akan khdrn Tuhan & kebersamaan dengan-Nya dlm perayaan jemaat pasca-
Paskah
2) PE-kah? - YA: karena Yesus sudah wafat dan bangkit
- TIDAK: Injil tidak mewartakan PE tapi iman akan kebangkitan (Yh 20:24-29)
3. Ekaristi sebagai perayaan:
a. Celebratio-celebrare (plural): merayakan/menghadiri dalam jumlah banyak
b. Makna: 1) Kebersamaan: ekaristi adl perayaan bersama seluruh Grj pribadi (SC 7, 26, 27)
2) Partisipasi: ekaristi menuntut partisipasi sadar-paham & aktif-penuh (SC 14, 48)
3) Kontekstual: ekaristi dirayakan dalam si-kon tertentu, setempat, lokal (SC 37)
4. Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristen (SC 10)
a. Liturgi (leitos/laos: bangsa + ergon: karya) = karya pelayanan untuk kepentingan masyarakat
 Septuaginta: pelayanan ibadat (bdk. Yes 61:6; Sir 7:30)
 PB: - Ibrani: menunjuk pada imamat Yesus Kristus (Ibr 8:6; 9:21; 10:11)
- Kisah Rasul: ibadat kristiani (13:2a)
- Paulus: pewartaan Injil (Rm 15:16), amal kasih (2Kor 9:12; Rm 15:27)
 KV II: pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus oleh Tubuh Mistik (SC 7)
- Isi liturgi: keselamatan Allah yang dilaksanakan oleh Kristus (SC 5) demi pengudusan
umat manusia dan pemuliaan Allah (SC 2, 10)
- Subjek liturgi: Tubuh Mistik Kristus, yaitu Kristus dan Gereja (SC 7)
 Kan. 834 - § 1. Gereja memenuhi tugas menguduskan secara istimewa dengan liturgi suci,
yang dipandang sebagai pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus, di mana pengudusan
manusia dinyatakan dengan tanda-tanda indrawi serta dihasilkan dengan cara masing-
masing yang khas. Dengan liturgi itu dipersembahkan juga ibadat publik yang utuh kepada
Allah oleh Tubuh mistik Yesus Kristus, yakni Kepala dan anggota-anggota-Nya.
§ 2. Ibadat semacam ini terjadi apabila dilaksanakan atas nama Gereja oleh orang-orang
yang ditugaskan secara legitim dan dg perbuatan-perbuatan yg telah disetujui oleh otoritas
Gereja.
b. Liturgi adalah puncak dan sumber kehidupan Gereja (SC 1 0.11; LG 11)
SC 10  Puncak: sebab usaha-usaha kerasulan Gereja mempunyai tujuan agar semua
orang melalui iman dan baptis menjadi putra-putra Allah, berhimpun menjadi
satu, meluhurkan Allah di tengah Gereja, ikut serta dalam korban dan
menyantap perjamuan Tuhan.
 Sumber: liturgi, terutama ekaristi, mengalirkan rahmat kepada kita dan dengan
hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan manusia dan pemuliaan Allah
dalam Kristus.
PO 5 Sebab dalam Ekaristi suci tercakuplah seluruh kekayaan rohani Gereja, yakni
Kristus sendiri, Paskah kita dan Roti hidup, yang karena Daging-Nya yang
dihidupkan oleh Roh Kudus dan menjadi sumber kehidupan mengurniakan
kehidupan kepada manusia. Begitulah manusia diundang dan diantar untuk
mempersembahkan diri, jerih-payahnya dan segenap ciptaan bersama dengan-
Nya. Oleh karena Injil, sementara pada katekumen langkah demi langkah diantar
untuk menyambut Ekaristi, dan umat beriman, yang sudah ditandai dengan Baptis
suci dan Penguatan, melalui penyambutan sepenuhnya disaturagakan dalam
Tubuh Kristus.
Kan 897 Sakramen yang terluhur ialah Ekaristi mahakudus, di dalamnya Kristus Tuhan
sendiri dihadirkan, dikurbankan dan disantap, dan melaluinya Gereja selalu hidup
dan berkembang. Kurban Ekaristi, kenangan wafat dan kebangkitan Tuhan, di
mana Kurban salib diabadikan sepanjang masa, adalah puncak seluruh ibadat dan

80
kehidupan kristiani dan sumber yang menandakan serta menghasilkan kesatuan
umat Allah dan menyempurnakan pembangunan tubuh Kristus. Sedangkan
sakramen-sakramen lain dan semua karya kerasulan gerejawi melekat erat
dengan Ekaristi mahakudus dan diarahkan kepadanya.
 Ekaristi adalah pusat liturgi sebab melalui ekaristi mengalirlah karya penebusan (SC 2),
rahmat dan daya guna pengudusan manusia dan pemuliaan Allah (SC 10) di mana Gereja
tampil secara istimewa (SC 41).
5. Dalam perayaan Ekaristi, Gereja mengenangkan dengan penuh syukur misteri Paskah
sampai Kristus datang kembali.
a. Liturgi sebagai tindakan Kristus dan Gereja (SC 7.26; Kan 899)
 Dalam liturgi yang satu dan sama, Kristus bertindak melalui dan bersama Gereja – Gereja
bertindak melalui dan bersama Gereja. (bdk. Doxologi, “dengan perantaraan Kristus,
bersama Dia dan dalam Dia, bagi-Mu, Allah Bapa yang mahakuasa, dalam persekutuan
dengan Roh Kudus segala hormat dan kamuliaan sepanjang segala masa”)
 Liturgi sebagai tindakan Kristus dan Gereja berarti:
- Liturgi mjd penyerahan diri Kristus kepada Bapa dan Bapa menerimanya dlm Roh Kudus
- Kristus menjadi Imam Agung dan Pengantara kita (Ibr 8:1-2; 10:12; 9:15.24)
- Kristus memimpin liturgi melalui kehadiran-Nya dalam Gereja (SC 7)
- Gereja mempersembahkan Kristus kepada Bapa dalam RK sekaligus mempersembahkan
diri Gereja sendiri bersama Kristus (bdk. DSA II) sehingga Ekaristi membuat Gereja
bersatu dengan Allah melalui Kristus dalam Roh Kudus dan dengan warga Gereja sendiri
(SC 48)
- Liturgi adalah tindakan Gereja secara keseluruhan (SC 26.28; LG 10)
- Dalam ekaristi, lahir dan terbentuklan Gereja (LG 26)
b. Gereja mengenangkan dengan penuh syukur misteri Paskah sampai Kristus datang kembali
1) Ekaristi mengenangkan misteri paskah = anamnese (SC 5.6)
 Ekaristi menghadirkan kembali tindakan penyelamatan Allah di masa lampau secara
real, nyata, dan sakramentak sehingga mempunyai daya guna hic et nunc
 Misteri Paskah = wafat dan kebangkitan Kristus
- Wafat: YK menyerahkan diri secara utuh dan total kepada Bapa dalam Roh Kudus
- Kebangkitan: Bapa menerima penyerahan diri YK dalam Roh Kudus
- SC 6, “seperti Kristus diutus oleh Bapa, Ia mengutus para rasul yang dipenuhi Roh
Kudus Mereka bukan hanya untuk mewartakan Injil dan memberitakan bahwa
Putera Allah dengan wafat dan kebangkitan-Nya telah membebaskan kita dari kuasa
setan dan maut, dan telah memindahkan kita ke Kerajaan Bapa; melainkan juga
untuk mewujudkan karya keselamatan yang mereka wartakan itu melalui kurban dan
sakramen-sakramen, sebagai pusat seluruh hidup Liturgis. Demikianlah melalui
babtis orang-orang dimasukkan kedalam misteri Paskah Kristus: mereka mati,
dikuburkan dan dibangkitkan bersama Dia; ... Begitu pula setiap kali mereka makan
perjamuan Tuhan, mereka mewartakan wafat Tuhan sampai Ia datang. Oleh karena
itu pada hari Pentakosta, ketika Gereja tampil di depan dunia, mereka yang
menerima amanat Petrus “dibabtis”. Dan mereka “bertekun dalam ajaran para Rasul
serta selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa … sambil memuji Allah,
dan mereka disukai seluruh rakyat” (Kis 2:41-47). Sejak itu Gereja tidak pernah lalai
mengadakan pertemuan untuk merayakan misteri Paska”
- SC 47: Pada perjamuan terakhir, pada malam ia diserahkan, Penyelamat kita
mengadakan Korban Ekaristi Tubuh dan Darah-Nya. Dengan demikian Ia
mengabadikan Korban Salib untuk selamanya, dan mempercayakan kepada Gereja
Mempelai-Nya yang terkasih kenangan Wafat dan Kebangkitan-nya: sakramen cinta
kasih, lambang kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan Paskah. Dalam perjamuan

81
itu Kristus disambut, jiwa dipenuhi rahmat, dan kita dikurniai jaminan kemuliaan
yang akan datang.
 Pengenangan (anamnese) misteri Paskah terjadi secara sakramental dan pneumatis
- Sakramental: yg dilambangkan terjadi-terlaksana-menjadi nyata melalui dan dlm
simbol
- Pneumatis: Roh Kudus menghadirkan misteri Paskah dan memasukkan kita ke
dalamnya
2) Ekaristi: eucharistia, barakah (barekh  eucharistein, eulogein = puji syukur)
 Ekaristi sebagai perayaan puji syukur kepada Bapa atas karya penyelamatan-Nya di
masa lampau, dihadirkan pada masa kini, dan diharap kepenuhannya di masa datang
 Strukur PE: seluruh bagian mensyukuri karya penyelamatan Allah yg terlaksana dlm
Kristus
 Sifat dan bentuk dasar PE: puji syukur dalam bentuk perjamuan sakramental 
dibedakan:
- Bentuk makna: isi, hakikat = anamnese, epiklese, communio, kurban
- Bentuk perayaan: unsur material = umat berkumpul, doa, persembahan, komuni, dll
3) Dimensi ekatologis: sampai Ia datang kembali
 Roh Kudus yang dimohon dalam PE adalah karunia eskatologis (Ef 1:14; SC 6.8)
 PE menjadi partisipasi dan pencicipan liturgi surgawi (Mat 26:29; SC 8) dan jaminan
kemuliaan yang akan datang (SC 47)
4) Kisah dan kata-kata istitusi:
DSA: pusat dan puncak seluruh PE (PUMR 78), sebab:
- Teologis : DSA menghadirkan seluruh karya penebusan Kristus bg kita
- Liturgis : DSA didoakan imam sebagai "in persona Christi" dan pelayan seluruh Grj
- Yuridis: DSA adl forma sacramenti dari PE
a) Makna teologis kata-kata institusi:
(a) Partisipasi dlm perjamuan eskatologis
Aku berkata kepadamu: “Sesungguhnya Aku tidak akan minum lagi hasil pokok
anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam Kerajaan
Allah.” (Mrk 14:25)
(b) Kehadiran Yesus (realis praesentia)
“Inilah tubuh-Ku” (Mat 26:26) + “Inilah darah-Ku” (Mat 26:28)
(c) Penebusan (dan pengampunan) dosa (bdk. Yes 53)
“… yang diserahkan bagi kamu” (Luk 22:19) atas roti
“… yang bagi kamu” (1Kor 11:24)
“… yang ditumpahkan bagi orang banyak” (semua orang) (Mrk 14:24) atas anggur
“… yg ditumpahkan bg org banyak utk pengampunan dosa” (Mat 26:28)
(d) Perjajian Baru – Pembaruan Perjanjian
“... darah-Ku perjanjian” (Mrk 14:24; Mat 26:28; bdk Kel 24:8) dlm DSA
“... perjanjian baru dalam darah-Ku” (Luk 22:20; 1Kor 11:25; bdk. Yer 31:34) disatukan
(e) Penetapan Ekaristi
“Perbuatlah ini guna memperingati Aku?” (Luk 22:19; 1Kor 24:25)
b) Ekaristi dalam tulisan Paulus (1Kor 10:1-5.14-22; 11:17-34)  communio bds Ekaristi
(a) Ekaristi sebagai kebersamaan dg Kristus
“Bukankah piala pemberkatan, … adalah partisipasi (koinonia) dlm darah Kristus?
Bukankah roti yg kita pecah-pecahkan adl partisipasi (koinonia) dalam tubuh Kristus?”
(1Kor 10:6)
“Perjamuan Tuhan” = Tuan Rumah (1Kor 11:20) // “Meja Tuhan” = kurban (1Kor 10:21)
(b) Ekaristi sebagai kesatuan kebersamaan dg warga Gereja
“Karena roti adl satu, maka kita, sekalipun banyak adalah satu tubuh” (= Gereja)
(c) Ekaristi sebagai pewartaan wafat Kristus
“Mewartakan kematian Tuhan” (1Kor 11:26) = dabar: apa yg diwartakan terjadi

82
(d) Ekaristi sebagai perjamuan eskatologis
“sampai Ia datang” (1Kor 11:26) = dimensi eskatologis Ekaristi
c) Ekaristi dalam tulisan Yohanes (Yoh 6; 2:1-10; 13:2-20; 15:1-7; 19:34-37; 1Yoh 5:6-8)
(a) Ekaristi sbg kesatuan-kebersamaan hidup dg Kristus
“Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal dlm Aku dan Aku dlm
dia” (Yoh 6:56)
(b) Realisme kehadiran Kristus dalam Ekaristi
Sarx / daging (bukan soma/tubuh): menegaskan kehadiran Kristus dalam Ekaristi
Darah: menunjuk pada wafat Kristus di salib
(c) Ekaristi sbg karunia hidup kekal
Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu
tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup
di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai
hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. (Yoh 6:53-54)
(d) Ekaristi sbg tanda iman
"Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang
telah diutus Allah." (Yoh 6:29)
6. Kristus hadir dalam Roh Kudus yang menguduskan dan memberdayakan hidup umat
beriman di tengah masyarakat.
a. Kehadiran Kristus dalam Ekaristi
 Ekaristi sebagai perayaan kehadiran sakramental Yesus Kristus (J. Betz)
1- Kehadiran personal secara real-penumatis (bdk. Mat 18:20; 28:20, SC 7)
2- Kehadiran aktual = pribadi dan karya penyelamatan-Nya (misteri Salib/Paskah-Nya)
a) Peristiwa salib sebagai kurban
~ Kurban: kasih Allah menyerahkan anak-Nya demi keselamatan manusia (Rm 8:32)
~ Salib: penyerahan diri YK kpd Bapa  imam dan kurban satu dan sama (Ibr 1:26)
 sekali untuk selamanya (Ibr 7:27)
b) PE sebagai kurban salib secara sakramental
~ Salib: kurban berdarah; Ekaristi: kurban sakramental (DSA III)
~ Kristus sebagai subjek bersama Gereja (SC 7)
 Kristus adalah satu-satunya imam dan kurban
 Kurban Kristus hanya sekali dihadirkan secara sakramental
3- Kehadiran real (somatic) dalam roti dan anggur [bdk. Yoh 6:54-56]
o Realis praesentia:
- realiter: sungguh nyata dan real, tdk hanya signum, figura, virtus
- substantialiter/essential: esensi bukan aksiden
- Christus Totus
- extra usum, bukan hanya in usu
o Transubstantiatio: seluruh substansi roti dan anggur berubah menjadi tubuh dan
darah Kristus kendati aksidennya tetap
a. Ekaristi sebagai tindakan Kristus dan Gereja (SC 7; Kan 897)
Ia hadir dalam Korban Misa, baik dalam pribadi pelayan, “karena yang sekarang
mempersembahkan diri melalui pelayanan imam sama saja dengan Dia yang ketika itu
mengorbankan diri di kayu salib, maupun terutama dalam (kedua) rupa Ekaristi. Ia hadir
dalam sabda-Nya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam Gereja.
Akhirnya Ia hadir, sementara Gereja memohon dan bermazmur karena Ia sendiri berjanji:
bila dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situlah Aku berada di antara
mereka (Mat 18:28). Maka memang sewajarnya juga Liturgi dipandang bagaikan
pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus; di situ pengudusan manusia dilambangkan
dengan tanda-tanda lahir serta dilaksanakan dengan cara yang khas bagi masing-masing;
di situ pula dilaksanakan ibadat umum yang seutuhnya oleh Tubuh mistik Yesus Kristus,
yakni Kepala beserta para anggota-Nya. Oleh karena itu setiap perayaan liturgis sebagai

83
karya Kristus sang Imam serta Tubuh-Nya yakni Gereja, merupakan kegiatan suci yang
sangat istimewa. Tidak ada tindakan Gereja lainnya yang menandingi daya dampaknya
dengan dasar yang sama serta dalam tingkatan yang sama.
b. Kristus hadir dalam Roh Kudus (Ekaristi berdimensi epiklese-pneumatis)
 Konsekratotis: menguduskan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus
 Communio: menguduskan umat beriman dan membentuk sebagai persekutuan
c. Kristus menguduskan dan memberdayakan umat beriman di tengah masyarakat (SC 10)
 Daya guna ekaristi: “Liturgi berdoa supaya “mereka mengamalkan dalam hidup sehari-hari
apa yang mereka peroleh dalam iman” (2 7). Adapun pembaruan perjanjian Tuhan dengan
manusia dalam Ekaristi menarik dan mengobarkan umat beriman dalam cinta kasih Kristus
yang membara. Jadi dari Liturgi, terutama dari Ekaristi, bagaikan dari sumber, mengalirlah
rahmat kepada kita, dan dengan hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan
manusia dan permuliaan Allah dalam Kristus, tujuan semua karya Gereja lainnya (SC 10).
 Misa (ite misa est: pergilah kalian diutus)  tekanan pada perutusan

84
TESIS 14
Sejak awal keberadannya sampai dengan kematian yang dikehendaki Tuhan, hidup setiap manusia
harus dibela, dipelihara, dan dikembangkan dengan usaha-usaha dan cara-cara yang wajar.
Walaupun demikian, hidup jasmani tidaklah selalu merupakan nilai yang tertinggi dan karenanya
boleh dikorbankan demi nilai yang lebih luhur.

Bagian I:
Sejak awal keberadaannya sampai dengan kematian yang dikehendaki Tuhan, hidup setiap
manusia harus dibela, dipelihara, dan dikembangkan dengan usaha-usaha dan cara-cara yang
wajar.

1. Awal hidup dan keberadaan manusia


a. Kuno: late animation/ensoulment (Aristoteles  Thomas Aquinas)
= Embrio mulai hidup sejak jiwa masuk (bdk. Kej 2:7)
 Tandanya: quickening (gerak)
 Kapan: cowok 40 hari, cewek 90 hari
 Problem: perbedaan waktu, kepekaan ibu merasakan gerak janin
b. Modern: embrio hidup sejak selesainya proses pembuahan (24 jam pertama)
1) Kritik atas teori kuno: - mengandaikan perkembang dg loncatan dan disintegrasi
- genome, otak, jenis kelamin sudah terbentuk sejak pembuahan
- jika sejak awal tidak hidup  selanjutnya juga tidak hidup
2) Hasil penelitian beberapa ahli:
 L. Kass: sesudah pembuahan selesai, terjadilah individu baru
 Gilbert: fertilisasi adl proses fusi 2 sel seks yang menciptakan individu baru
 H. Pearson: “Duniamu terletak dalam 24 jam pertama sesudah pembuahan”
3) Teori Pre-Embrio: argumen pro dan kontra
 Latar belakang: a) IVF menunjukkan bahwa fertilisasi bukanlah hal yg penting (1978)
b) Parthenogenesis memungkinkan pembuahan tanpa ovum (pd
katak)
c) Kasus bayi kembar identik karena pembelahan sebelum 14 hari
So, sebelum 14 hari = pre-embrio  janin belum merupakan persona/individu
 janin belum mendapat status mns, hukum, moral.

 Argumen Pro dan Kontra


No Argumen Pro Argumen Kontra
- Esensi pembuahan ≠ teknik tp ovum &
Parthenogenesis dan IVF
sperma
1  pembuahan tdk mutlak utk terjadinya
- Parthenogenesis dan IVF tidak natural
indivu baru
- Parthenogenesis mustahil utk manusia
Heterogenesis:
- Ketiga bagian zigot integral utk khdp janin
 Zigot: blasticoel, tropoblast,
2 - Pemisahan adl potensionalitas
embrioblast  so, bukan manusia krn
- Bdk dg sel-sel tubuh yang rusak
yg menjadi mns hanya embrioblast
Monozigot: kembar identik - Kasus ini sangat langka dan extraordinary
3  Sbl 14 hari bukanlah individu krn msh - Sesudah 14 hari juga bisa terjadi kembar
bisa membelah siam
4 Ketergantungan - IVF: janin dpt hdp di luar kandungan pd hr
 Janin bukan persona krn tergantung pd 1-3
ibu - Adanya koordinasi intern: gerak, makan, O2
- Tdk ada masalah gol darah meski beda dg
ibu

85
- Genom janin mandiri
Ensoulment Terjadi loncatan 3 tahap perkembangan > <
5
 3 tahap: vegetatif, binatang, manusia perkembangan gradual
- Ketidaknormalan adl potensi
6 Prosentase keguguran tinggi
- Persona tdk tergantung statistik
- Blm berfungsi/tdk sadar spt org tidur khan
7 Otak tidak sadar dan belum berfungsi - tdk berfungsi/tdk sadar ≠ tidak
bereksistensi
- Janin mengubah struktur hormonal ibu
8 Sbl nidasi tak ada komunikasi dan relasi
- Janin tdk dibunuh oleh sistem imun ibu
- pada kasus IVF: hr 1-3 dpt hdp di luar rahim
9 Viability: janin tak bisa hdp di luar rahim

4) Identitas embrio: peristiwa penting sesudah pembuahan


a) Penentuan jenis kelamin (ovum: X  X + X = cewek; X + Y = cowok)
b) Penentuan genome: otonom dan menjadi identitas biologis
c) Koordinasi intern: membelah, gerak, ambil makanan dan O 2
d) Otonomi: energi sendiri, mengolah rangsangan, gol darah, hdp di luar rahim pd hr 1-3,
dll
e) Kontinyuitas dan gradualisasi perkembangan (dokontrol oleh genome sendiri)
2. Kematian yang dikehendaki Tuhan
 Kematian alamiah, yaitu ketika batang otak sudah mati tanpa intervensi manusia
 Bukan aborsi:
a. Provocatus: penghentian dan pengeluaran janin secara sengaja dan langsung dg cara apa
pun sebelum janin bisa hidup di luar kandungan
b. Keguguran: Berhentinya kehamilan sbl janin bisa hdp di luar rahim tanpa intervensi manusia
c. Terapiutis: Penghentian kehamilan dg indikasi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu
 ada 2 jenis: langsung dan tidak langsung
d. Eugenik: Penghentian kehamilan utk menghindari bayi cacat atau berpenyakit genetis
Ex. Anencephaly: janin yg tak punya tulang tengkorak
e. Selective: Penghentian kehamilan krn janin tidak sesuai keinginan
f. Embrio Reduction: Pengurangan embrio pada IVF
 Bukan euthanasia (tujuan, cara, motivasi):
a. Aktif langsung: melakukan intervensi medis dengan tujuan untuk menghentikan hidup
seseorang supaya penderitaan berhenti
b. Pasif langsung: tidak melakukan intervensi medis dengan tujuan untuk menghentikan
hidup seseorang supaya penderitaan berhenti
c. Tidak langsung: kematian pasien bukan tujuan langsung dari ada atau tidak adanya
intervensi medis untuk mengurangi penderitaan
d. Termasuk euthanasia: tidak memberikan perawatan ordinary
3. Hidup harus dibela, dipelihara, dikembangkan dengan usaha-usaha dan cara-cara yang wajar
a. Mengapa hidup harus dibela, dipelihara, dan dikembangkan?
 Hidup adalah anugerah dan milik Allah, manusia hanyalah administrator hidupnya
 Hidup adalah hak azasi yang paling dasar dan menjadi syarat sine qua non untuk
keberadaan manusia serta hak-hak asasi yang lain
 Hidup manusia mempunyai nilai luhur:
- Instinsik: melekat pada pribadi, bukan tambahan/pemberian dr luar, unik, tak
tergantikan
- Manusia adl gambar dan rupa Allah  anak-anak Allah
- Suci: krn berasal dr Tuhan, tak boleh dilanggar
b. Usaha-usaha dan cara-cara yang wajar:
1) Preventif (pencegahan):

86
- Mencegah lebih baik  tdk perlu merasakan penderitaan ~ tidak usah mengeluarkan
biaya
- Arti sempit: pemberian obat khusus, vaksinasi, screening, pengharusan/larangan
- Arti luas: menanggulangi penyakit-penyakit sosial (rokok, narkotika, alkohol, sex
bebas); pola hidup (makan, lingkungan, tempat kerja, olah raga, dll); masalah-
masalah sosial (penyandang cacat, remaja, lansia).
2) Terapiutik/Curatif (pengobatan)
- Sakit adalah peristiwa yang di luar kendali manusia 100% sebab betapa canggihnya
usaha manusia untuk tidak sakit, nyatanya tetap ada sakit dan derita.
- Pasien dibantu mengembangkan 3 sikap yg menyelamatkan:
1- Kesadaran akan keadaannya tanpa mengurangi dan melebih-lebihkan
2- Menerima tanpa putus asa tapi percaya bahwa Tuhan membuat yg baik dari yg
buruk
3- Persembahan yg dijalankan karena cinta kasih akan Tuhan dan sesama
3) Terapi dan Rehabilitasi: tindakan untuk pemeliharaan dan penyembuhan demi
kesejahteraan
- Terapi: tind medis utk memerangi sebab, gejala-gejala, dan komplikasi penyakit
- Rehabilitasi: perpaduan upaya medis, fisioterapis, dan psikologis serta latihan-latihan
untuk menghidupkan lagi atau meningkatkan efisiensi psikofisis yang cacat dalam
berelasi, dan bekerja secara produktif.
4) Analgensia dan Anestesia:
- Makna rasa sakit: mengambil bagian dalam sengsara dan penebusan Kristus
- Dalam batas ketahanan tertentu, para pelayan kesehatan dapat mencegah,
meringankan dan menghilangkan rasa sakit sehingga derita menjadi lebih manusiawi
dengan memberikan analgensia (tanpa menghiangkan kesadaran) atau anestesia
(menghilangkan kesadaran).
- Anestesia hrs diberikan dg tujuan langsung tidak untuk menghilangkan kesadaran
tetapi sekadar meredam rasa sakit dan hanya untuk keperluan klinis semata.
5) Beberapa prinsip:
 Totalitas-integritas: bagian demi keseluruhan
 Maka, boleh melakukan mutilasi, modifikasi, pengangkatan organ asal demi
kebaikan
pribadi, tidak merugikan seluruh organisme, tidak ada cara lain, hanya yang
berkaitan langsung dengan bagian yang sakit.
 Proporsional / Ordinary:
- Medis: secara ilmiah teruji, secara statistik berhasil, secara rasional tersedia,
- Moral: bermanfaat, menguntungkan pasien, tidak membebani fisik dan psikis,
biaya terjangkau.

Bagian II: Hidup jasmani bukanlah nilai tertinggi sehingga boleh dikorbankan demi nilai yang lebih
luhur
 Prinsip: hidup manusia tidak boleh dikorbankan atau dipakai sebagai sarana demi tujuan tertentu
 Akan tetapi, demi nilai yang lebih luhur (cinta kasih, iman, Kerajaan Allah  bdk. Yoh 15:13),
orang boleh mengorbankan hidupnya sendiri dengan syarat:
1. Ada persetujuan secara sadar dan bebas dari pribadi yang bersangkutan
2. Pengorbanan bukan sebagai tujuan pada dirinya tetapi hanya sebagai konsekuensi demi nilai
yang lebih luhur
 Kasus Aborsi karena pemerkosaan?
1. Janin yang diaborsi hanya dipakai sebagai sarana/alat demi tujuan ibu
2. Salah alamat dalam balas dendam, padahal janin tidak bersalah tapi justru korban
3. Janin bukan agresor

87
 Kasus perang?  boleh asal dinyatakan oleh pemerintah yg sah, untuk menghukum kejahatan,
dan untuk memperoleh kedamaian serta keadilan
 Thomas Aquinas: diterapkan dalam kasus legitime defense, death phenalty, dan just war dengan
syarat: dinyatakan oleh pemerintah yang sah, yang bersalah memang layak dihukum mati, demi
bonum commune.

Suplemen Penjelasan dari Rm. Kusmaryanto SCY

Tesis 14 (MORAL HIDUP)

Sejak awal keberadaannya sampai dengan kematian yang dikehendaki Tuhan, hidup setiap
manusia harus dibela, dipelihara dan dikembangkan dengan usaha-usaha dan cara-cara yang
wajar. Walaupun demikian hidup jasmani tidaklah selalu merupakan nilai yang tertinggi dan
karenanya boleh dikorbankan demi nilai yang lebih luhur.

Kerangka Tesis ada 2 yaitu:


1. Sejak awal keberadaannya sampai dengan kematian yang dikehendaki Tuhan, hidup setiap
manusia harus dibela, dipelihara dan dikembangkan dengan usaha-usaha dan cara-cara yang
wajar.  Hidup mns adl hak asasi yang paling dasar (pada umumnya)
2. Walaupun demikian hidup jasmani tidaklah selalu merupakan nilai yang tertinggi dan
karenanya boleh dikorbankan demi nilai yang lebih luhur. (dlm konteks tertentu, yaitu kalau
ada nilai yang lebih luhur, yaitu cinta pada Tuhan dan sesama).  Dasarnya: “Tidak ada cinta
yang lebih besar daripada cinta orang yang menyerahkannya nyawanya untuk sahabat-
sahabatnya” (Yoh 15:13). Nilai yang lebih luhur adalah cinta pada Tuhan dan sesama.
Diwujudkan dengan cinta pada tanah air atau negara. Harap dibedakan antara negara dan
pemerintah. Orang dapat bertentangan dengan pemerintah tetapi dlm kerangka bela
negara. Tidak selalu pemerintah yang sah adalah bagian yang harus dibela. Juga cinta pada
tanah air, Tuhan dan sesama.

Penjelasan detail:
Sejak awal keberadaannya
ini tentu saja mengandaikan masalah sejak awal maka pertanyaannya adalah kapan awal mula
kehidupan manusia itu? Dari secara biologis zaman sekarang ini orang sudah sampai pada
kesimpulan bahwa hidup mns sejak pembuahan. Akan tetapi ada yang mempermasalahkan misalnya
sampai dengan hari ke-14. Mengapa? Karena inilah nidasi (menempelnya embrio ke dinding Rahim)
karena sebelum nidasi bisa jadi kembar. Karena bisa kembar maka dia bukan persona, bukan
individu. Individu adalah in+dividere (tak terbagi). Karena sampai usia ke-14 hari belum individu
maka belum ada hidup. Benar bahwa embrio masih bisa membelah, tetapi itu adalah sebuah
potensi. Membelah menjadi kembar adalah sebuah kemungkinan dan belum tentu bahwa itu akan
terjadi, tetapi yang akan lebih jelas lagi kemudian yang berikutnya adalah bahwa hanya satu dari
270. Menjadi kembar identik itu prosentase yang sangat kecil tidak sampai 0,5 %. Ini generalisasi
yang terlalu dipaksakan. Ini argument tidak valid.
Demikian sebelum 14 hari masih bisa terjadi apa yg disebut dengan parthenogenesis. Misalnya
dikatakan bahwa suatu mahkluk hidup hanya dari ovum saja, tidak terjadi dari ovum dan sperma
misalnya pada katak (telur katak yang dirangsang dengan listrik bisa jadi katak). Sedangkan
plurigenesis dari embrio berumur 5 hari (lestukista) ternyata tidak semua menjadi karena ada air
ketuban, placenta, dsb, maka dikatakan bahwa ini adalah bagian integral dari embrio itu sendiri.
Tangan tetaplah saya bukan eksistensi yang lain selama bersama-sama dengan saya.
Asal usulnya jauh lebih ke belakang, soal late animation ini berasal dari embriologi aristoteles,
ditambahkan oleh Thomas, yaitu dalam kitab Kejadian ketika Tuhan menciptakan manusia dimulai
dari tubuh dulu lalu baru nafas dan baru hidup. Berpangkal dari Aristoteles, menurut Thomas
animasi jiwa masuk ke dalam badan, kalau yang laki-laki 40 hari kalau perempuan 90 hari. Jiwa

88
masuk ke dalam badan tidak serta merta terjadi late animation, penjiwaan yang tertunda. So, aborsi
yang terjadi sebelum jiwa masuk dalam badan ini tidak diekskomunikasikan, itu dosa kecil, jika jiwa
sudah masuk badan, dosa besar. Pandangan Thomas sekarang ini tidak benar. Dasarnya adalah
embriologi Aristoteles. Ini tidak mengerti apa yang terjadi perkembangan seperti yang terjadi
sekarang ini. Sejak awal mula…ada perdebatan sejak kapan manusia itu ada…Gereja mengatakan
sejak proses pembuahan, ada orang yang mengatakan: baru beberapa hari, yang paling didukung
adalah yang 14 hari dengan argumen dari Thomas Aquinas ini tadi.

Sampai dengan kematian yang dikehendaki Tuhan


Artinya, Gereja tidak pernah setuju dengan kematian yang tidak dikehendaki Allah, entah
membunuh atau bunuh diri. Gereja tidak setuju dengan pembunuhan. Alasannya: pertama-tama
dalam sepuluh perintah Allah dikatakan jangan membunuh. Dalam 10 perintah, perintah ke-5 tidak
dikatakan jangan membunuh anak yang belum lahir. Hanya dikatakan “jangan membunuh”. Yang
dibunuh adalah makhluk hidup. Tidak ada dalam KS larangan dilarang aborsi, maka larangan aborsi
tercakup dalam perintah ini. Yang bisa dibunuh adalah orang yang hidup, hidup dimulai dari
pembuahan. Maka mns tidak boleh dibunuh.
Kesucian hidup manusia: Yang menciptakan adalah Allah. Allah-lah sang pencipta dari hidup,
sehingga manusia bukanlah pemilik absolut dari hidupnya, dia hanyalah administrator dari hidup
maka tidak boleh mengambil hidup dari orang lain atau hidupnya sendiri dengan bunuh diri. Dalam
Donum Vitae no. 5 hidup manusia itu suci sebab sejak semula dia sudah melibatkan karya kerasulan
Allah. “sudah menyangkut karya penciptaan Allah”. DV no 5 hidup itu suci sejak semula karena
berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah.
Kematian yang dikehendaki Tuhan, hubungannya dengan eutanasia. Ialah ada tiga hal yang harus
dipegang: (1) metode: berbuat atau tidak berbuat, (2) intensinya supaya mati, dan (3) motif karena
rasa belas kasihan. Euthanasia ini berhubungan dengan bagian “hidup setiap manusia harus dibela,
dipelihara dan dikembangkan dengan usaha-usaha dan cara-cara yang wajar”
Dikembangkan dengan cara-cara yang wajar adalah cara-cara ordinary. Ordinari apa saja, yaitu:
Ordinary secara medis
1. bermanfaat
2. sudah teruji
3. berhasil secara statistik
4. tersedia
Ordinary secara moral
1. menguntungkan
2. bermanfaat
3. pertimbangan psikis, keuangan
Apa hubungannya dengan euthanasia? Tidak memberikan yang ordinary adalah eutanasia, tetapi
tidak memberikan yang ekstraordinary bukan eutanasia. Misalnya: Dokter sudah angkat tangan
terhadap pasien tertentu. Boleh dibawa pulang atau tidak? Boleh karena sudah tidak ada
manfaatnya, maka boleh dibawa pulang. Jadi tidak ada masalah. Ini bukan eutanasia. Tapi kalau
dikatakan “karena dokter sudah angkat tangan, boleh dibawa pulang supaya mati di rumah” artinya
intensi dari perbuatan membawa pulang adalah supaya ia mati. Ini adalah eutanasia. Tapi kalau
dikatakan ya sudah dibawa pulang karena dokter sudah tidak berbuat apa-apa, artinya sudah tidak
ada manfaatnya di rumah sakit. Dasar ordinary dan ekstraordinary ini dari berbagai sumber:
1. Pius XII pada tanggal 24 Nov 1957, “alasan natural dan kristiani manusia berhak jaga
kesehatan dan hidupnya dengan menggunakan sarana-sarana yang perlu jika diserang
penyakit, tetapi ia hanya diperbolehkan sarana yang ordinary”.
2. Deklarasi tentang eutanasia dari tahun 1980,
3. diulangi dari EV No 65.
Kematian yang dikehendaki Tuhan. Artinya, Orang tidak bisa memberi apa yang dia tidak punyai
(nemo dat quod non habet). Kita bukanlah the owner of our life.

89
Kata “harus dibela” artinya: hidup manusia itu mengindikasikan bahwa membela hidup adalah
keharusan sekaligus hak. So, bisa masuk Legitimate Defend, yakni orang punya hak sekaligus
kewajiban untuk mempertahankan hidup. Kalau mempertahankan hidup harus mencelakai orang
lain itu dengan syarat: memakai kekerasan secukupnya (tidak over). Kekerasan lebih dari sekedar
yang diperlukan. Misalnya: Kalau tentara Irak membela diri terhadap Amerika yang membawa bom
dengan membunuh itu diperbolehkan karena untuk mempertahankan diri dan dalam kerangka
membela negara. Inilah tujuannya, tujuannya bukan membunuh, tetapi terpaksa melakukan
pembunuhan.  Inilah kerangka legitimate defend
Hidup manusia harus dipelihara dan dikembangkan (berhubungan dengan penyakit)
Kalau ada orang yang sakit dan tidak mau dibawa ke RS adalah lalai terhadap kewajiban
membela/mempertahankan hidup. Membela dan mempertahankan hidup adalah hak sekaligus
kewajiban. Maka dikatakan harus dibela, bukan sebaiknya dibela. Hidup manusia itu adalah hidup
sendiri dan kelompok.  mns wajib membela

Walaupun demikian hidup jasmani tidaklah selalu merupakan nilai yang tertinggi dan karenanya
boleh dikorbankan demi nilai yang lebih luhur.
Dalam sejarah kekristenan Hidup sebagai martir selalu dipuji karena kematiannya yang menjadi
penting. Jadi martir tidak akan tercapai kalau yang menjadi tujuan adalah kematian itu sendiri.
Tujuannya bukan kematian tetapi membela atau memberi saksi. Mereka adalah saksi iman. Bukan
membela Allah karena Allahlah yang harus membela saya. Kematian adalah konsekuensi dari
membela iman, Konsekuensi yang tak terhindarkan dari kesaksian itu. Kalau memberi kesaksian
dengan tidak usah mengorbankan nyawa itu lebih baik tetapi kerapkali juga dalam situasi yang tak
terhindarkan. Motivasinya selalu iman kepada Allah atau cinta kepada sesama. Maka Maximilianus
Maria Kolbe, ia menjadi martir karena pertama-tama mengatakan “Motivasinya adalah demi cinta
kepada sesama, kepada keluarga, kepada Bapak itu, bukan demi kematian itu sendiri.”
So, hidup jasmani tidaklah selalu merupakan nilai yang tertinggi dan karenanya boleh dikorbankan
demi nilai yang lebih luhur. Mengapa? Krn Orang mengorbankan hidupnya demi cinta pada sesama
(Yoh 15:13).

Sejak awal keberadaannya: ada masalah sehubungan “kapan manusia hidup?” dengan Gropstain
soal sebelum 14 hari pre-embrio karena bisa membelah masih ada plurigenesis dan partenogenesis.
Persona dikaitkan dengan relasi dengan yang lain antar organ itu sendiri. Lalu soal late animation.
Pokoknya sejak proses pembuahan.  argument Aristoteles
Kematian yang dikehendaki Tuhan. Manusia adalah administrator yang baik dari hidupnya bukan
pemilik. So tidak boleh membunuh orang lain dan diri sendiri. Kasus euthanasia perlu dilihat
motivasinya. Motivasi untuk membunuh adalah eutanasia dan kalau sebaliknya yaitu soal
ekstraordinary adalah soal bukan eutanasia dan itu dibela oleh Gereja
Cara-cara yang wajar menunjuk ekstraordinary dan sebaliknya
Harus dari kodratnya, manusia dikarunia anugerah kemampuan untuk membela diri: ada reflek
menunjukkan kemampuan membela diri/menjauhkan diri (Thomas). Ada kewajiban untuk membela
hidup. Dalam kerangka membela hidup maka kematian dibenarkan.
Hidup manusia adalah nilai yang tertinggi dan nilai yang paling mendasar sehingga apapun juga kalau
itu bertentangan maka hidup manusia yang harus dimenangkan. Tetapi dengan alasan-alasan
tertentu bisa mengurbankan diri dengan inform consent. Segala sesuatu yang diperbuat terhadap
persona maka harus dapat izin dari orang itu. Supaya mendapat izin, maka pasien harus diberi
keterangan (informasinya) untuk dapat izin itu. Bukan hanya consentnya thok seperti terjadi di
Indonesia.
Ditransfer dari penjelasan Rm. Kusmaryanto
by Stef. Heriyanto
Sejak awal keberadaannya
 Hidup manusia itu dimulai sejak saat selesainya proses pembuahan (Tolak Aborsi 104-107).
Donum Vitae No.5: “Mulai dari saat pembuahan, hidup seorang manusia haruslah dihormati

90
secara absolut sebab manusia itu satu-satunya ciptaan yang dikehendaki bagi dirinya sendiri
dan jiwa rohaniahnya diciptakan segera oleh Allah. Identitasnya jelas, genomnya unik, jenis
kelaminnya jelas, sudah punya otonominya sendiri, dan sudah mempunyai orientasi
perkembangan yang jelas karena program inheren dalam dirinya.
 Istilah pra-embryo (Clifford Grobstein), awalnya dari IVF (pembuahan di luar tubuh). Embryo
bisa melalui parthenogenesis: ovum saja. Dalam binatang, jika korteks ovum itu diaktifkan
maka mulai hidup baru. Mns mjd persona-individu dalam arti legal-etis pada umur 14 hari
karena sebelum itu janin masih bisa menjadi kembar. Parthenogenesis adl cara yg tidak
natural, tidak normal. Pra embryo disinyalir utk mengurangi bobot moral dan yuridis.
 Sejak pembuahan disebut persona: Karena dia menampilkan diri sebagai suatu realitas
biologis definitif: dia adalah individu manusia secara utuh yang sedang berkembang, yang
secara otonom (berdikari), sedikit demi sedikit tanpa keterputusan (diskontinuitas),
mengaktualkan bentuknya sendiri dengan mewujudkan program yang secara intrinsik telah
ada di dalam genomenya sendiri. (Bdk. pertemuan para ahli genetika dan embriologi
manusia 2 Februari 2002 di Roma).
Mengapa harus dibela?
 Hak utk hidup adl hak yg paling mendasar krn hak asasi ada dan berakhir dg ada dan
berakhirnya mns. Segala HAM yang lainnya dibicarakan dlm kerangka dan demi manusia yg
hidup. Hak hidup menjadi syarat utama dan mendasar (sine qua non) membicarakan HAM,
mewujudkan, dan mengembangkan seluruh potensi, aspirasi dan mimpi-mimpi diri mjd
individu dn pribadi dewasa.
 Mns punya nilai intrinsik krn bukan diberi orang/instansi melainkan karena manusia itu
bermartabat sebab dia adl mns. Nilai itu ada sejak keberadaan mns dan berakhir dg
berakhirnya mns. Konsekuensinya, masing-masing hidup mns punya nilai yg tak terhingga,
lepas dari penampilan eksternalnya sehingga hidup mns punya nilai yg tak terhingga, lepas
dr penampilan eksternalnya sehingga hidup mns harus dihargai dan dipandang sbg yang
terpenting. Nilai itu menjadikannya unik.
 Pand Kristiani: Hellenisme: yg mulia adl mahkluk surgawi, Yudaisme: mns sangat istimewa
karna dicipta menurut gambar dan rupa Allah. PB: mns bukan sekedar puncak penciptaan ttp
berkat penebusan Kristus, diangkat jadi anak-anak Allah. EV 34 dan EV 38.
 Hidup mns itu suci: ada sst yg transenden, disendirikan. Suci berarti hidup mns tak boleh
dilanggar-dihina-dihancurkan. Sanctity of life (berada di lingkup ilahi, berasal dari Allah.
Kesucian itu bukan sst yg diperjuangkan atau ditambahkan ttp batas orla tak boleh langgar.
Konsekuensinya: (1) Allah pencipta dan pemilik hidup, manusia adl administrator (2) mns tak
berhak ambil hidup, itu artinya tempatkan diri lebih tinggi dr Allah (3) pembunuhan adl
pelanggaran berat pada kesucian hidup.
 Inviolability: Hidup itu anugerah indah dari Tuhan tetapi memilih Allah jauh lebih bernilai
dari hidup di dunia ini. Jadi, hidup itu bukanlah sesuatu yang tidak bisa diganggu gugat.
Orang bisa mengurbankan hidupnya demi sesuatu yang lebih luhur, demi Allah, demi
sesama. EV 47,”..hidup badaniah manusia di dunia ini bukanlah sesuatu yang absolud bagi
orang beriman, khususnya bila keadaan menuntut orang beriman tersebut untuk
menyerahkan nyawanya demi kebaikan yang lebih mulia dan lebih besar.” Ingat Thomas,
soal legitimate defense, death penalty dan just war bagaimanapun juga tetap tidak bisa
dibenarkan. Yang perlu diperhatikan dalam mengurbankan diri adalah motivasi (untuk
sesuatu yang lebih luhur), ada consent (persetujuan dengan bebas), kematian adalah
konsekuensi bukan tujuan itu sendiri.

Mengapa dipelihara dan dikembangkan?


 Tugasnya sebagai administrator yang bertanggung jawab, yaitu memelihara, melindungi,
menjaga tubuh badaniahmu demi kemuliaan Tuhan (1Kor 6:19-20 – soal tubuhmu adalah
bait Roh Kudus). Bertanggung jawab untuk untuk mempertahankan hidup itu haruslah

91
secara kreatif dan inovatif, tapi ingat bahwa hasil teknologi itu tidak bebas nilai karena sudah
punya intensi. Selain itu, manusia juga harus memelihara lingkungan hidup karena
berpengaruh pada kehidupan manusia itu sendiri. Ingat, Kej 1:28, “..beranak cuculah…”
Tafsirannya adalah bukan soal antropomorfisme tetapi soal kosmologis.

Tambahan: nilai entrinsik manusia - sensitive, vegetative, intelektual

92
TESIS 15
Perkawinan merupakan sebuah lembaga yang menyatukan laki-laki dan perempuan seumur
hidup dan melambangkan cinta kasih Allah pada manusia. Perkawinan harus mempunyai sifat
unitas dan indissolubilitas. Tujuan pokok dari perkawinan adalah kesejahteraan suami-istri dan
prokreasi serta edukasi keturunan.

S / P / OP / Ket + Ket. S / P / OP. S / P / OP

Pokok bahasan:
yang menyatukan laki-
laki dan perempuan
seumur hidup Sifat hakiki: - unitas
- indisolubilitas
Perkawinan merupakan Tujuan: - kesejahtaraan suami-istri
sebuah lembaga - prokreasi
melambangkan cinta - edukasi keturunan
kasih Allah dan manusia

1. Perkawinan merupakan sebuah lembaga :


a. Perkawinan adalah “perjanjian (foedus) melalui kesepakatan (consensus) antara seorang pria
dan seorang wanita utk membentuk kebersamaan seluruh hidup ...” (Kan. 1055; 1057) shg
melahirkan lembaga yang mendapat peneguhannya baik oleh Gereja maupun oleh
masyarakat (bdk. GS 48).
 Berkaitan dengan perjanjian perkawinan, beberapa hal harus diperhatikan:
1) Perjanjian terjadi dlm kesepakatan (consensus matrimonium facit - bdk. Kan. 1057§1),
maka:
 Kesepakatan merupakan syarat mutlak perkawinan
 Kesepakatan harus eksklusif (Kan. 1134)
 Kesepakatan harus dilakukan secara publik dan menurut hukum (Kan. 1108; 1117;
1127).
 Forma canonica ditegaskan sejak Konsili Trente (1543-1567)
 Forma Publika ditegaskan sejak Konsili Latheran IV (1215)
2) Arti Perjanjian (Kan. 1057§2):
- kemauan bebas,
- saling menyerahkan dan menerima diri,
- tidak dapat ditarik kembali (bdk. GS 48)
3) Unsur-unsur perjanjian:
~ Subjek: seorang laki-laki dan seorang wanita
~ Forma: kesepakatan verus, plenus, liber
~ Objek: kebersamaan seluruh hidup
~ Akibat: hak/kewajiban atas kebersamaan & peretubuhan
4) Sifat perjanjian: verus (Kan. 1101§2; 1102) – plenus (Kan. 1101§2) – liber (Kan. 1103)

Tiga syarat validitas perkawinan:


1. Subjek nikah (materia sakramenti)
a. Seorang laki-laki dan seorang perempuan (Kan. 1055; 1057)
b. Mampu secara hukum (Kan. 1057) = tidak terkena halangan nikah:
 Kodrati (Kan. 1083, 1084, 1085, 1092§1)  tidak bisa didispensasi

93
 Gerejawi (Kan. 1083, 1086, 1092§2, 1092, 1093, 1094)  bisa didispensasi
2. Konsensus/kesepakatan nikah (forma sakramenti  Kan. 1095-1107)
a. Verus: sungguh-sungguh (Kan. 1101§1)
b. Plenus: penuh, total (Kan, 1102§2)
c. Liber: bebas (Kan. 1103)
3. Tata peneguhan nikah (forma canonica)
a. Orang katolik = forma canonica  di hadapan otoritas Gereja dan 2 saksi (Kan.
1108)
b. Non katolik = forma publica  di hadapan peneguh resmi dan 2 saksi

b. Lembaga adalah pola perilaku yang mengatur fungsi dan peranan manusia dalam
masyarakat. Dalam hal ini, perkawinan adalah sebuah lembaga karena:
 Merupakan suatu pola perilaku yang mantap dan mempunyai fungsi untuk mengatur,
misalnya mengatur kehidupan seksualitas, pelestarian manusia, hak dan kewajiban
suami-istri baik internal mereka sendiri maupun dalam masyarakat.
 Mempunyai aturan main yang jelas dan legitim baik menyangkut hukum ilahi, hukum
kanonik, maupun hukum sipil (Kan. 1059)
 Kesimpulan: perkawinan merupakan sebuah lembaga karena kebersamaan hidup
suami-istri itu bersifat mantap dan stabil; diakui, diatur, dan dilegalisasikan oleh
masyarakat (agama + sipil); dan mengandung konsekuensi-konsekuensi berupa status
baru dalam masyarakat dengan segala macam hak dan kewajiban yang melekat di
dalamnya.
 Pandangan bahwa perkawinan mrp lembaga sudah diajarkan sejak Patristik (abad II):
1) lembaga ekonomis (mempermudah pengaturan harta dan warisan)
2) lembaga politis (bagian dr masyarakat luas)
3) lembaga yuridis (mempermudah legitimitas anak-anak yg lahir).
Dalam ajaran-ajaran Gereja dan para Paus, pandangan perkawinan sebagai lembaga juga
selalu disebut-sebut, misalnya: Arcacum 19 (Leo XII), Casti Conubii 6 (Pius XI), GS 48,
Humanae Vitae 8 (Paulus VI), Familiaris Consortio 14 (YP II).

2. Perkawinan menyatukan laki-laki dan perempuan seumur hidup:


a. Perspektif Biblis
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan
Kej 2:24
bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan
isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka
Mat 19:5-6
bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan
Allah, tidak boleh diceraikan manusia.
Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga
Mrk 10:6-9 keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua,
melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia.
Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
Ef 5:31
dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging

b. Perpektis Yuridis
Kan. 1055§1 Perjanjian (foedus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang
perempuan membentuk antara mereka persekutuan (consortium) seluruh
hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri

94
(bonum coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang
yang dibaptis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen.

Ciri-ciri hakiki (proprietates) perkawinan ialah unitas (kesatuan) dan


Kan. 1056 indissolubilitas (sifat tak-dapat-diputuskan), yang dalam perkawinan
kristiani memperoleh kekukuhan khusus atas dasar sakramen.

c. Ajaran Gereja
Ajaran Agustinus tentang 3 bonum perkawinan :
Casti Conubii 1930  Proles: menerima, memelihara, mendidik anak
(Pius XI) art.11  Fides: kesetiaan eksklusif suami-istri
 Sacramentum: menyatukan mempelai shg tidak bisa diceraikan
Persekutuan hidup dan kasih suami-istri yang mesra, yang diadakan
oleh Sang Pencipta dan dikukuhkan dengan hukum-hukumnya,
GS 48
dibangun oleh janji pernikahan atau persetujuan pribadi yang tak
dapat ditarik kembali.

3. Perkawinan melambangkan cinta kasih Allah dan manusia :


a. Perspektif Biblis
Perkawinan suami-istri Israel (Hosea dan Gomer) dipandang sebagai
Hos 1-3
lambang hubungan cinta antara Yahwe dan Israel
Perkawinan kristen sebagai kesatuan erat pria dan wanita, yang saling
mengasihi secara mendalam, merupakan lambang hubungan Kristus dan
Ef 5:21-33
Gereja.
 Teks ini mendasari sakramentalitas perkawinan (bdk. Kan. 1055)

b. Ajaran Gereja
Menegaskan kesucian martabat perkawinan krn melambangkan
Patristik hubungan cinta antara Kristus dan Gereja  konsekuensi: monogam dan
tak terceraikan
Abad Perkawinan dapat disebut “sacramentum” karena melambangkan dan
Pertengahan merayakan kenyataan yg suci, ialah kesatuan antara Kristus dan Gereja
Perkawinan merupakan “sacramentum” yg melambangkan kesatuan
antara Kristus dan Gereja sekaligus memuat “res sacramenti” dgn
Pra-Skolastik mengambil bagian dlm kenyataan luhur yg dilambangkannya itu, sejauh
perkawinan kristen menyebabkan suami istri menjadi anggota Gereja,
Tubuh Kristus itu
K. Verona Perkawinan sebagai sakramen sebagaimana baptis, tobat, dan ekatisti
(1184) (DS 761)
K. Lyon (1247) Perkawinan sebagai salah satu dari tujuh sakramen
Sakramen membuahkan rahmat dan perkawinan sakramental
K. Florens merupakan simbol kesatuan Kristus dan Gereja, diteguhkan dg
(1439) konsensus yg jelas, dan mempunyai 3 bonum (proles, fides,
sacramentum)
Perkawinan merupakan sakramen sebab menjadi tanda sakral yg
Ens. Arcacum
menghasilkan rahmat dan memberi gambaran atas pernikahan mistik
27
antara Kristus dan Gereja.
Ens. Casti Perkawinan itu tak terceraikan karena menampakkan persatuan
Conubii 36 sempurna antara Kristus dan Gereja (bdk. Ef 5:32)
Ens. Familiaris Perkawinan antara dua orang terbaptis merupakan simbol nyata dari
Consortio 13 perjanjian baru dan kekal antara Kristus dan Gereja, merupakan

95
sakramen, peristiwa keselamatan.
4. Sifat hakiki perkawinan: unitas et indisolubilitas
a. Perspektif Biblis
Kej 1:26-28; 2:18- Cita-cita perkawinan yang monogan (unitas)
25
Mal 2:16 “Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN”
“Mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.... Aku berkata
Mat 19:6.9 kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah
(porneia), lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.”
 2 arti porneia: 1perzinahan dan 2perkawinan belum/tidak sah.
“Laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan
isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah
Mrk 10:7-9
mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
1Kor 7:10-11 Kepada orang-orang yang telah kawin aku -- tidak, bukan aku, tetapi
Tuhan -- perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan
suaminya. .... Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya.

b. Perspektif Yuridis
Kan. 1056 - Ciri-ciri hakiki (proprietates) perkawinan ialah unitas (kesatuan) dan
indissolubilitas (sifat tak-dapat-diputuskan), yang dalam perkawinan kristiani
memperoleh kekukuhan khusus atas dasar sakramen.
 Perkawinan sakramen: perkawinan sah antara 2 orang yang telah/kemudian dibaptis
 Sakramentalitas perkawinan adalah dasar bagi sifat hakiki perkawinan
 Monogam atau unitas: perkawinan hanya sah jika dilaksanakan hanya antara seorang
pria dan seorang wanita (bdk. Kan. 1134). Dalam hal ini, poligami baik simultan maupun
succesiva, baik poliandri maupun poligini tidak dibenarkan. Maka, setiap perkawinan
kedua yang dicoba dilangsungkan tidak akan pernah diterima sebagai perkawinan sah
oleh Gereja, selama ikatan perkawinan pertama belum diputuskan atau dibatalkan oleh
kuasa Gereja.
 Perceraian sipil tidak pernah diakui oleh Gereja.
 Indisolubilitas atau “tak terceraikan”: perkawinan yang sah secara hukum mempunyai
akibat tetap dan tidak bisa diceraikan atau diputuskan oleh kuasa mana pun, kecuali oleh
kematian. Dibedakan menjadi:
 Indisolubilitas relativa (interna): ikatan perkawinan yang tidak bisa diputuskan oleh
kemauan dan persetujuan suami-istri (mereka tidak punya hak dan kuasa utk
mencabut konsensus perkawinan yg telah mereka ikarkan), namun bisa diputuskan
oleh kuasa Gereja yang berwenang setelah ketentuan-ketentuan yang dituntut oleh
hukum seperti dlm Kan. 1142 (ratum et non-consummatum) dan Kan. 1143-1149
(non sakramen).
 Indisolubilitas absoluta (externa): ikatan perkawinan yang tidak bisa diputuskan oleh
kuasa manusiawi mana pun, kecuali oleh kematian. Hal ini berlaku untuk perkawinan
ratum et conssumatum karena melambangkan secara penuh dan sempurna
hubungan cinta kasih antara Kristus dan Gereja (bdk. Ef 2:22-32)

c. Ajaran Gereja
Dengan mengacu pada ajaran Yesus dan Paulus, Patristik menegaskan ciri
Patristik eksklusif dan tak-terceraikan dari perkawinan. Namun, mereka memberikan
izin berpisah karena zinah tanpa memberi hak untuk menikah lagi.
Pertengahan Perkawinan bersifat monogam dan tak-terceraikan, namun diwarnai

96
perdebatan mengenai kapan sah-nya perkawinan dimulai: setelah
konsensus atau setelah conssumatio. Perkawinan non cunssumatum masih
bisa diputuskan.

Pra-Skolastik Perkawinan bersifat monogam dan tak-terceraikan, namun baru mutlak


tak-tercerikan jika sudah terjadi conssumatio.
 Alexander III: sah sejak konsensus tapi baru tak terceraikan ssd
conssumatio
 Innocentius III: mutlak tak-terceraikan jika sakramen dan sudah
conssumatio.
Perkawinan bersifat monogam dan tak-terceraikan (mutlak jika ratum et
K. Trente conssumatum)  ratum: perkawinan sah antara 2 orang baptis sah
(sakramen)
 Ens. Arcacum 6,33,48,50
Ajaran Paus/  Ens. Casti Conubii 19,20,31,34,35
Gereja  Ens. GS 49
 Ens. Familiaris Consortio 19,20

5. Tujuan perkawinan: kesejahteraan suami-istri, prokreasi, edukasi keturunan


a. Perspektif Biblis :
Kej 1:28 Prokreasi: “Beranakcuculah dan bertambah banyak...”
Unitif ( + kesejahteraan suami-istri): “seorang laki-laki akan meninggalkan
Kej 2:24 ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi
satu daging”
Tob 6-8 Perkawinan diharapkan menurunkan anak-anak

b. Perspektif Yuridis :
Kan. 1055 - § 1. ... menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri (bonum
coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak, ....
 Tujuan perkawinan dalam Kan. 1055 ini tidak lagi disusun secara hirarkis sebagaimana
dalam KHK 1917, “Tujuan primer perkawinan adalah prokreasi dan pendidikan anak;
sekunder adalah saling membantu dan penyaluran nafsu” (Kan 1013§1)
 Tujuan perkawinan: 1) bonum coniugum: kesejahteraan lahir dan batin
2) bonum proles: - prokreasi: terbuka pada keturunan
- edukasi: pendidikan anak scr manusiawi-spiritual

c. Ajaran Gereja:
Perkawinan mempunyai tujuan prokreatif, unitif, dll (pengelolaan
Patristik - Trente
nafsu)
Tujuan perkawinan:
Ens. Arcacum
1) Prokreasi, pendidikan anak
13,14,31,32
2) Saling membantu, perkuat kerukunan, kelola milik, dll
Tujuan perkawinan:
Ens. Casti Conubii
1. Prokreatif berdasarkan Kej 1:28
12-18,25
2. Persekutuan hidup seluruhnya
Tujuan perkawinan adl prokreatif, pengaturan kelahiran, pendidikan
anak – bukan hanya demi adanya keturunan saja (50). Hubungan
seksual antara suami istri mempunyai nilai yg tdk hanya berkaitan
GS 49-52
dg prokreasi (GS 49), pertama-tama demi kesejahteraan suami dan
istri. Namun demikian, anak-anak merupakan karunia perkawinan
yang paling luhur (GS 50)

97
Familiaris Consortio Perkawinan dan cinta suami-istri terarah pd kelahiran dan
14 pendidikan anak

Tujuan perkawinan di atas mempunyai konsekuensi bagi :


1) Metode pengadaan keturunan
 Gereja hanya menerima pengadaan keturunan secara alamiah karena dengan cara itu,
anak sungguh merupakan buah cinta siami-istri
 Gereja menolak pengadaan keturunan secara artiticial/buatan karena:
a) Dengan cara ini, anak bukan merupakan buah cinta suami-istri tetapi hasil
teknologi yang rawan dengan perendahan martabat, bisnis, bahkan pembunuhan
janin.
b) Memisahkan tujuan prokreatif dan unitif dari hubungan seksual (berbuat NO – hasil
YES).
2) Metode pengaturan kehamilan
 Gereja hanya menerima pencegahan kehamilan alamiah (pantang berkala) karena
hanya cengan cara ini, suami-istri tetap terbuka pada keturunan. Kalau toh mereka tidak
mendapatkan keturunan, mereka menggunakan sarana yang disediakan Tuhan
 Gereja menolak penggunaan kontrasepsi (melawan konsepsi = menolak keturunan =
tidak terbuka pada keturunan) dan kontravita (melawan kehidupan = membunuh),
apalagi praktik aborsi untuk mengatur keturunan. Memisahkan tujuan prokreatif dan
unitif dari hubungan seksual (bebuat YES – hasil NO)

98
TESIS 16
Orang Kristiani sebagai bagian masyarakat, dalam terang kitab suci dan ajaran sosial Gereja,
peduli dan terlibat dalam mencari pemecahan atas masalah-masalah masyarakat yang urgen dan
aktual, dengan memperhatikan pendekatan interdisipliner dan dalam kerja sama dengan
kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Kalimat pokok:

“Orang Kristiani peduli dan terlibat dlm mencari pemecahan atas masalah-masalah yg urgen dan
aktual”

1. Orang Kristiani dilihat sebagai bagian dari masyarakat, tidak hanya sebagai Gereja.
 Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial sehingga selalu hidup bersama dalam
kelompok atau komunitas demi kelangsungan hidupnya.
 Gereja sebagai persekutuan orang beriman merupakan salah satu komunitas hidup bersama
ini. LG bab II menyatakan Gereja sebagai umat Allah yang dibentuk dan dibangun dari orang-
orang beriman yang dipersatukan oleh Roh Kudus (LG 9). Umat Allah yang dipersatukan
sebagai Gereja ini, tentunya tidak terlepas dari hakikatnya sebagai makhluk sosial sebab
manusia yang secara hakiki bersifat sosial inilah yang dipanggil dan dipilih Allah menjadi umat-
Nya.
2. Peduli dan terlibat dalam mencari pemecahan atas masalah-masalah masyarakat yang urgen
dan aktual
 Pemahaman akan Gereja sebagai persekutuan umat Allah yang secara hakiki bersifat sosial ini
membawa konsekuensi bahwa Gereja mau tidak mau terikat pada tanggung jawab sosial.
Gereja tidak boleh hanya membatasi diri pada kegiatan liturgis-sakramental, tetapi juga harus
terjun dalam masalah-masalah sosial aktual yang dihadapi oleh masyarakat.
 Maka yang ditangani bukan masalah intern Gereja, tapi masalah sosial kemasyarakatan.
Masalah dalam masyarakat itu banyak sekali baik pada tingkat global maupun lokal, yaitu:
7 Masalah Sosial Aktual Gaudium et Spes
a. hak asasi manusia, a. Martabat perkawinan dan keluarga (47-52)
b. ketidakadilan gender, b. Kebudayaan: iman, nilai, budaya (54-62)
c. masalah ideologi, c. Sosial ekonomi: kerja, upah, sistem (63-72)
d. sistem ekonomi: liberalisme-kapitalisme, d. Hidup bernegara: politik (73-76)
e. lingkungan hidup, e. Perdamaian dan persatuan (78-90)
f. media massa, dan
g. moral hidup (aborsi, rekayasa genetika).

3. Peduli dan terlibat


Peduli dan terlibat: sikap batiniah dan tindakan lahiriah. Peduli harus mulai dari hati, dengan
pikiran. Dalam teologi proyek dipakai kata “keprihatinan iman”, ada live in, dianalisis, dirumuskan
keprihatinan iman, yaitu apa yang muncul di hati kita dalam terang iman terhadap masalah-
masalah tersebut, kita punya sikap batin, kita punya hati, tidak cuek, bukan cuma program-
program, jangan hanya mentalitas proyek untuk menghasilkan duit. Sedangkan, “Terlibat” mau
menunjukkan kita punya kepedulian, belarasa, compation. Lalu terlibat. Ada partisipasi aktif.
4. Mencari pemecahan
 Masalah–masalah sosial itu bergerak terus sehingga perlu dicari terus pemecahan. Kita mesti
mencari dengan pertolongan disiplin ilmu lain dan kerja sama dengan kelompok lain. Tetap

99
perlu diskusi dengan kelompok lain dengan pendapatan/gagasan lain, dan cari komitmen
bersama.
 Bahan-bahan masalah yang dipakai adalah Gaudium et Spes, yaitu teks kunci untuk hadapi
masalah-masalah sosial. GS mulai dengan menegaskan antropologi dan sosiologinya: Manusia
itu apa dan masyarakat itu apa. Kemudian peranan Gereja di dalam masyarakat. Baru
kemudian menunjuk masalah-masalah sosial yang urgen dan aktual (keluarga, pendidikan,
budaya, ekonomi, politik, kerja sama antar bangsa).
 Ensiklik-ensiklik sosial (RN) bicara soal sistem ekonomi. Inter Mirifica soal masalah media
masa. Minimal Gaudium et Spes sudah menjelaskan sikap Gereja terhadap masalah social
sampai saat itu. Dalam KS agak sulit ditemukan pemecahan masalah sosial karena zamannya
beda ketika KS ditulis; paling-paling hanya paham KS ttg manusia dan masyarakat sbg landasan
alkitabiah. Misal mns sbg makhluk social adalah Kej 2: Tidak baik manusia hidup seorang diri
saja. Paham perjanjian yang mengadakan perjanjian dengan YHWH adalah bukan orang per
orang, tetapi umat PL, umat PB. Kita sbg orang Kristiani bukan orang per orang, tapi kita
sebagai paguyuban.
 Landasan alkitabiah dari tesis 16 itu tidak mudah dicari. Masalah ideologi banyak terdapat
dalam CA, SRS. Paus menolak ideologi-ideologi. Rekayasa Genetik belum ada dokumen gereja.
Media massa dalam Inter Mirifica. Lingkungan hidup belum ada teks khusus dari kepausan,
tetapi ada teks dari KWI semacam surat gembala. “Sayangi lingkungan alam itu”, habitus
untuk mencintai alam ciptaan, APP KAS mencintai lingkungan hidup.

Keterangan:

1. Dalam terang KS dan ASG


Urgen itu mendesak, tidak pantas untuk ditunda-tunda untuk ditangani; aktual itu tidak khayalan
real, bukan dari masa lalu dan bukan dari masa depan, sekarang ini sudah menjadi masalah.
Karena kristiani maka menangani masalah tersebut dalam terang iman kristiani (KS dan Ajaran
Sosial Gereja), tidak hanya dengan akal sehat saja meskipun sebetulnya bisa.

a. Kitab Suci
1) KSPL: YHWH adalah Allah yang terlibat dalam sejarah hidup umat-Nya
YHWH ini berasal dari kata kerja Ibrani “hayah” yang berarti “ada, berada, hadir secara
aktif” (Kel 3). Dengan demikian, nama YHWH mengungkapkan sifat Allah yang selalu hadir
dan terlibat aktif dalam sejarah hidup dan pergulatan umat-Nya.
 Pembebasan dari Mesir (Kel 3:7-8).
 Menyertai perjalanan dan pergulatan bangsa Israel dalam perjalanannya menuju tanah
terjanji. Peristiwa penyeberangan Laut Teberau (Kel 14:15-31), penganugerahan manna
(Kel 16:1-36), dan kemenangan-kemenangan dalam melawan bangsa lain (Kel 17:8-16;
Yos 5:13-6:27, dll).
 Mengikat perjanjian dengan bangsa Israel (Ul 5:2).
 Ketika muncul masalah ketidakadilan, kesenjangan, dan penindasan terhadap orang-
orang miskin (1 Raj 21). Dalam situasi seperti ini, Allah tetap hadir dan menyertai
mereka. Ia tampil dengan memberikan kritik, peringatan dan kecaman melalui para
nabi-Nya. Nabi Amos mengecam ketidakadilan dan penindasan terhadap orang miskin
serta menubuatkan hukuman bagi Israel (Am 2:4-16; 8:4-8). Nabi Yesaya dan Mikha
mengecam kejahatan dan ketidakadilan sosial yang diderita banyak petani kecil karena
menjadi korban dari lapisan atas (Yes 5:8-24; Mi 2:1-3:12; 7:1-6). Atas nama Tuhan,
mereka menyampaikan kecaman dan protes serta menuntut pertobatan dan
meramalkan hukuman jika tidak ada pertobatan (Am 5:18-6:14; Yes 1:10-20).
 Selama masa pembuangan, Tuhan tidak membiarkan umat-Nya begitu saja. Ia
mengutus Nabi Yeremia dan Yehezkiel untuk mempersiapkan dan mendampingi

100
mereka. Keduanya mewartakan bahwa masa penghukuman akan segera berakhir dan
berganti dengan pengampunan dan penyelamatan (Yer 30:10-11; Yeh 34:11-31). Hal ini
menjadi nyata ketika Koresy dipakai oleh Tuhan sebagai alat-Nya untuk membebaskan
bangsa Israel (Ez 1:1; Yes 45:1-7).
2) KSPB: Emanuel, Allah Menyertai Kita
 Dalam pribadi Yesus, Sang Sabda yang ada bersama-sama Allah dan yang adalah Allah
(Yoh 1:1), menjadi manusia dan diam di antara kita (Yoh 1:14). Dalam diri Yesus sungguh
nyatalah Emanuel, Allah menyertai kita (Mat 1:23). “Sebab Allah yang dahulu berulang
kali dan dalam berbagai cara berbicara dengan nenek moyang kita dengan perantaraan
para nabi, pada zaman akhir ini berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya
(Ibr 1:1).
 Berdasarkan konteks historis pada masa Yesus, Palestina berada di bawah penjajahan
Roma. Penjajahan ini membuat situasi semakin parah. Masyarakat hidup dalam
ketidakamanan dan ketidakmakmuran, penuh kemiskinan dan penderitaan. Melihat
situasi penderitaan dan kemiskinan ini, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada
mereka (Mat 9:36; 14:14; 20:34; Mrk 1:41;8:2; Luk 7:13). Maka, Ia mengalamatkan
perutusan-Nya terutama bagi orang-orang yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan
menderita. Ia menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, memberitakan
pembebasan kepada para tawanan dan penglihatan bagi orang buta, serta
membebaskan orang-orang yang tertindas (Luk 4:18-20). Kepada orang-orang miskin,
Yesus juga menyatakan sabda bahagia sebab merekalah yang empunya Kerajaan Surga
(Mat 5:3). Sabda bahagia yang disampaikan dalam konteks pewartaan Kerajaan Allah ini
mengajak mereka untuk menaruh kepercayaan tanpa syarat terhadap Allah yang
campur tangan dalam sejarah manusia.
 Yesus berkonfrontasi menentang kelas atas yang terdiri dari para imam, ahli kitab, kaum
Farisi, dan para penguasa politik karena mereka menindas orang miskin (Mrk 10:42,
11:15-17; Mat 20:25, 23:4.13.23-24; Luk 7:25, 11:52, 12:13-33, 13:31-32.). Tindakan
Yesus ini mengakibatkan permusuhan dari kelas atas sehingga mereka bersekongkol
untuk membunuh-Nya (Mrk 3:6,12:1-12). Inilah yang kemudian terjadi: mereka
menyalibkan Yesus. Salib merupakan solidaritas Yesus atas nasib manusia yang paling
gelap. Salib yang diikuti kebangkitan merupakan puncak pembelaan Yesus atas nasib
orang miskin. Berkat kebangkitan-Nya, Ia kini hidup, hadir, dan menyertai manusia di
mana pun tanpa dibatasi lagi secara fisik baik oleh ruang maupun waktu. Dialah
sungguh Emanuel, Allah menyertai kita.
 Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk memberi perhatian kepada mereka yang lemah
dan miskin. Ia mengajak para murid untuk memberi kepada mereka yang meminta dan
meminjamkan tanpa mengharapkan balasan (Luk 6:30-35). Dalam mengadakan
perjamuan, Yesus meminta agar mereka mengundang orang-orang yang miskin, cacat,
lumpuh, dan buta (Luk 14:13-14). Secara tegas, Ia juga mengajak murid-murid untuk
memberi mereka makan sebagaimana terjadi dalam mukjizat penggandaan roti (Mat
14:16).
b. ASG
 Dalam Gaudium et Spes, Gereja menunjukkan keterbukaan yang lebar terhadap dunia
modern serta bermaksud untuk membangun dialog dan kerja sama dengan dunia. Dengan
tegas, Gaudium et Spes mengungkapkan segala kegembiraan dan harapan, duka dan
kecemasan orang-orang zaman sekarang terutama kaum miskin dan siapa saja yang
menderita merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus
juga (GS 1).
 Ajaran Sosial Gereja (ASG) merupakan keseluruhan ajaran Gereja untuk menelaah realitas-
realitas sosial sekaligus menyajikan pertimbangan dan memberikan pedoman-pedoman
untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang ada (CA 5). Melalui ASG, Gereja berusaha

101
untuk terus-menerus merumuskan maksud dan arah keterlibatannya dalam menghadapi
masalah-masalah kehidupan bermasyarakat yang majemuk dan berbeda-beda dalam
terang Injil dan tradisi Gereja (SRS 41).
 Gereja sungguh menunjukkan perhatian dan dedikasinya terus-menerus terhadap
golongan masyarakat yang secara khas dikasihi oleh Yesus (CA 11). Mereka ini meliputi
para pekerja atau buruh (RN 2), petani atau buruh tani (PP 9; LE 21), dan orang-orang cacat
(LE 22).
2. Dengan memperhatikan pendekatan interdisipliner dan dalam kerjasama dengan kelompok-
kelompok dalam masyarakat
 Karena masalah itu adalah masalah masyarakat maka tidak bisa tanpa kerja sama dengan
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Setiap masalah perlu kelompok-kelompok yang
berbeda-beda misal soal lingkungan hidup dengan green peace, masalah hak asasi kerja sama
dengan KOMNAS HAM, atau masalah media masa mungkin kerja sama dengan menteri
kominfo atau yang kerja di TV atau koran/internet. Partner kerja sama untuk setiap masalah
bisa berbeda-beda karena kelompok-kelompok masyarakat yang punya perhatian pada
masalah-masalah tertentu.
 Karena masalah urgen dan actual tidak hanya dpt ditangani dengan iman, tapi alat-alat lain,
maka butuh pendekatan interdisipliner, misalnya:
- Soal lingkungan hidup bukan hanya didekati dengan filsafat dan teologi tetapi juga ekologi.
- Soal media massa, kita mesti tahu soal ilmu komunikasi.
- Soal HAM, kita perlu tahu usaha PBB dan pemahaman tentang HAM.
- Soal sistem ekonomi, paling tidak kita tahu mengenai ilmu sosial, (terutama ilmu ekonomi),
tentang sistem ekonomi sentralistik, kapitalistik, dsb.
- Masalah gender itu disiplin mana yang tampaknya agak dekat atau membantu kita yaitu
mungkin soal psikologi pria dan wanita atau ilmu feminisme baik teologis maupun yang
non teologis. Dalam praktiknya adalah pilihan sesuai dengan kelompok atau disiplin ilmu
mana yang tampaknya menolong kita untuk menanggapi masalah-masalah sosial tersebut.

102
KERANGKA UMUM TESIS

A. TESIS FILSAFAT
 Tesis I : Filasafat Manusia 1
 Tesis II : Filsafat Pengetahuan (Epistemologi) 6
 Tesis III : Filsafat Ketuhanan 13

B. TESIS IMAN WAHYU


 Tesis IV : Wahyu 21
 Tesis V : Iman 25

C. TESIS KRISTOLOGI
 Tesis VI : Kristologi Alkitabiah 27
 Tesis VII : Kristologi Sistematik/Dogmatik 33

D. TESIS SOTERIOLOGI
 Tesis VIII : Soteriologi 42
 Tesis IX : Soteriologi 47

E. TESIS EKLESIOLOGI
 Tesis X : Eklesiologi 54
 Tesis XI : Eklesiologi 60

F. TESIS SAKRAMENTOLOGI
 Tesis XII : Sakramen2 dan Inisiasi 65
 Tesis XIII : Sakramen Ekaristi 77

G. TESIS MORAL
 Tesis XIV : Moral Hidup 83
 Tesis XV : Moral Perkawinan 91
 Tesis XVI : Moral Sosial 97

103
DEMI SUKSESNYA UJIAN BAKALOREAT
PESAN SPONSOR

Beberapa langkah untuk menjelaskan Tesis (ujian lisan):


1. Baca tesisnya dengan pelan/tenang
2. Jelaskan secara singkat maksud dari tesis  cari kalimat pokok (S-P), baru
keterangan tambahan (5-7 menit)
3. Kenali karakter dosen yang menguji

Beberapa langkah untuk menjelaskan Tesis (ujian tertulis):


1. Menjelaskan tesis selengkap mungkin
2. Cantumkan kutipan (alkitabiah dan dokumen Gereja)
3. Gunakan 45 menit untuk tiap tesis
4. Sisa waktu bisa untuk melengkapi tesis pertama

Ada 2 langkah dalam menjelaskan tesis secara umum:


1. Lihat letak tesis dalam seluruh kerangka Bakaloreat dengan seluruh gerak FTW
sebagai komunitas edukatif
2. Cermati rumusan kalimat tesis lalu tangkap apa yang mau dikatakan tesis
tersebut

Konkrit kepedulian pokok FTW:


1. Mengusahakan keterlibatan bersama
2. Merefleksikan masalah-masalah kemanusiaan
3. Dan mengkomunikasikannya

Perhatian FTW:
FTW mempunyai kepedulian untuk terlibat dalam hidup bersama, membangun
Gereja yang hidup dengan sumbangan khusus refleksi kritis atas iman dari
perspektif Kristiani.

TIGA (3) KERANGKA BESAR DARI 16 TESIS FTW:

I. MANUSIA DI HADAPAN YANG ILAHI (TESIS 1-3)


1. Mengaktualisasikan martabatnya
2. Mencari kebenaran
3. Mengalami Yang Transenden

II. PERISTIWA YESUS KRISTUS (TESIS 4-9)


4. Allah memberikan Diri kepada manusia sepanjang sejarah yang memuncak
pada Yesus Kristus

104
5. Manusia terus-menerus menanggapi pewahyuan dng iman
6. Injil memberitakan Yesus secara utuh
7. Konsili2 pada Abad2 I mempertahankan iman Alkitab akan Yesus Kristus
dalam relasi dng Allah Bapa & Roh Kudus
8. Dalam Yesus Kristus, Allah membenarkan, menguduskan serta mengangkat
manusia berdosa menjadi anak-anakNya
9. Kaum beriman kristiani menghayati keselamatan dlm YK

III.HIDUP DAN KETERLIBATAN GEREJA DLM MASY YG SEDANG BERUBAH


(TESIS 10-16)
10. Gereja disatukan dan dilayani oleh hirarki, serta dipanggil untuk menjadi
sakramen keselamatan universal  Gereja hadir dalam dialog,
kerjasama dan persaudaraan sejati dengan semua orang.
11. Gereja diutus oleh Kristus dalam Roh Kudus untuk mewartakan
Kerajaan Allah.
12. Gereja mengungkapkan dan melaksanakan diri sebagai Sakramen Kristus
 Melalui sakramen-sakramen inisiasi umat beriman disatukan dengan
Kristus dan Gereja-Nya, serta diutus menjadi saksi-Nya.
13. Gereja mengenangkan dengan penuh syukur misteri Paskah, sampai
Kristus datang kembali  Dalam kenangan itu, Kristus hadir dalam Roh
Kudus yang menguduskan dan memberdayakan hidup umat.
14. Hidup setiap manusia harus dibela, dipelihara, & dikembangkan dengan
usaha-usaha dan cara-cara yang wajar.
15. Perkawinan: sebuah lembaga yang menyatukan laki-laki dan perempuan
seumur hidup dan melambangkan cinta kasih Allah pada manusia 
Perkawinan: sifat unitas dan indissolubilitas Tujuan pokok perkawinan:
kesejahteraan suami-istri dan prokreasi serta edukasi keturunan.
16. Orang kristiani peduli dan terlibat dalam mencari pemecahan atas
masalah2 masyarakat yang urgen dan aktual, dengan pendekatan
interdisipliner dan dalam kerjasama dengan kelompok-kelompok dalam
masyarakat.

”Sukses yach, Ter....”

105

Anda mungkin juga menyukai