Anda di halaman 1dari 8

Terdapat dua aliran tertua dan terbesar, yaitu materialisme dan idealisme.

Aliran-aliran
lain,selain dua aliran tersebut pada prinsipnya merupakan reaksi yang berkembang kemudian
terhadap kedua alirantersebut. Dibawah ini akan dijelaskan aliran materialisme dan aliran
idealisme.
1. 1. Materialisme
Materialisme adalah paham filsafat yang meyakini bahwa esensi kenyataan, termasuk esensi
manusia bersifat materialis atau fisik. Ciri utama dari kenyataan fisik atau material adalah
bahwa ia menempati ruang dan waktu, memiliki keluasan (res extensa), dan bersifat objektif,
maka ia bisa diukur, dikuantifikasi (dihitung), diobservasi. Alam spiritual atau jiwa, yang
tidak menempati ruang, tidak bisa disebut esensi kenyataan, dan oleh karena itu ditolak
keberadaannya.
Para materialis percaya bahwa tidak ada kekuatan apa pun yang bersifat spiritual di balik
gejala atau peristiwa yang bersifat material itu. Kalau ada peistiwa atau gejala yang masih
belum diketahui, atau belum bisa dipecahkan oleh manusia, maka hal itu bukan berarti ada
kekuatan yang bersifat spiritual dibelakang peristiwa tersebut, melainkan karena pengetahuan
dan akal kita saja yang belum dapat memahaminya. Penjelasan tentang gejala tersebut tidak
perlu dicari di dalam dunia spiritual, karena tidak ada yang namanya dunia spiritual.
Jenis lain dari materialisme adalah naturalisme. Materialisme atau naturalisme percaya bahwa
setiap gejala, setiap gerak, bisa dijelaskan menurut hukum kausalitas, hukum sebab-akibat,
atau hukum stimulus-respons. Gejala yang kita amati tidak bergerak dengan sendirinya,
melankan karena ada sebab-sebab eksternal yang mendahului atau menggerakkannya.
Konsep manusia menurut pandangan materialisme
Manusia adalah bagian dari alam atau materi. Sebagai bagian dari alam, manusia adalah
objek yang substansinya adalah berkeluasan. Manusia adalah mesin atau kumpulan sel dan
sistem syaraf. Manusia adalah daging (tubuh) tanpa jiwa. Ia adalah daging (tubuh) yang
menempati ruang dan waktu. Sebagai tubuh (daging), manusia mengalami perkembangan dan
penyusutan, sejalan dengan perjalanan waktu.
Manusia merupakan makhluk yang determenistik, tidak memiliki kebebasan. Perilaku
manusia tidak lain adalah akibat dari suatu sebab eksternal. Perilaku manusia tidak berasal
dari dirinya sendiri (self-determined). Manusia berperilaku karena ada suatu sebab yang
mendahuluinya (stimulus), yang menuntut untuk diberikan respons atau reaksi.
Tokoh-tokoh
Demokritos, Ludwig Feurbach, Thomas Hobbes, Isaac Newton, Karl Max, Charles Darwin,
Sigmund Freud.
Kelebihan
- Materialisme menjunjung sikap legalitas dimana untuk menjunjung suatu kepastian
sehingga tidak tercipta kesewenang-wenangan.
- Materialisme berpegang teguh pada kenyataan, dengan kata lain menolak hal-hal yang
bersifat abstrak.
Kekurangan
- Aliran ini meyakini bahwa doktrin alam semesta yang digambarkan di sains merupakan
materialism sederhana (tidak meyakini realitas tertingggi/mutlak).
2. 2. Idealisme
Menurut aliran ini, kenyataan sejati adalah bersifat spiritual (oleh sebab itu, aliran ini sering
juga disebut spiritualisme). Para idealis percaya bahwa ada ada kekuatan atau kenyataan
spiritual di belakang setiap penampakan atau kejadian. Esensi dari kenyataan spiritual ini
adalah berpikir (res cogitans). Karena kekuatan atau kenyataan spiritual tidak bisa diukur atau
dijelaskan berdasarkan pada pengamatan empiris, maka kita hanya bisa menggunakan
metaphor-metafor kesadaran manusia. Misalnya, kekuatan spiritual dianggap bersifat
rasional, berkehendak, berperasaan, kreatif, dan lain-lain.
Dengan diakuinya kenyataan sejati sebagai bersifat spiritual, tidak berarti bahwa idealis
menolak kekuatan-kekuatan yang bersifat fisik (material) dan menolak adanya hokum alam.
Sebagaimana dikemukakan Hegel (1770-1831) kekuatan fisik dan hukum alam itu memang
ada, tetapi keberadaannya merupakan manifestasi dan kekuatan atau kenyataan yang sejati
dan lebih tinggi, yakni Roh Absolut. Seperti halnya kebudayaan dan kesenian merupakan
manifestasi lahiriah dari jiwa manusia, alam fisik pun adalah manifestasi lahiriah dari
kenyataan sejati, yani Roh Absolut atau Tuhan. Para idealis percaya adanya gerak pada setiap
planet dan adanya hukum alam, tetapi baik gerak planet-planet maupun hukum alam, sudah
didesain terlebih dulu oleh kekuatan spiritual.
Konsep manusia menurut pandangan Idealisme
Sejumlah besar penganut paham idealism mempunyai pandangan deterministik mengenai
manusia. Mereka menyatakan bahwa Roh Absolut (Tuhan) adalah bebas dan tidak berhingga,
tetapi manusia sebagai bagian atau perwujudan dari Roh Absolut, tidak bebas dan berhingga.
Baik kedudukan maupun tindakan manusia sudah diatur atau ditentukan sebelumnya oleh
Roh Absolut. Tidak ada kebebasan manusia, baik secara individual maupun secara kolektif,
karena kebebasan manusia sesungguhnya adalah kebebasan Roh Absolut. Perkembangan
manusia pada dasarnya adalah perkembangan Roh Absolut.
Akan tetapi, tidak semua idealismempunyai pandangan yang deterministik seperti itu. Di
Antara para idealis banyak juga yang menekankan kebebasan manusia. Ini terutsms tampak
pada salah satu aliran dari idealism yang disebut personalisme. Personalisme menekankan
bahwa Roh bersifat pribadi-pribadi (individual), masing-masing berdiri sendiri-sendiri,
sehingga setiap pribadi, setiap individu, mempunyai kebebasan untuk mengekspresikan
dirinya sendiri.
Tokoh-tokoh idealisme:
Plato, George Wilhelm Friedrich Hegel, Immanuel Kant, David Hume, Al Ghazali, Johan
Gottlieb Fitche, Friedrich Wilhelm Joseph von Schelling.
Kelebihan
- Aliran ini menjunjung ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya.
- Aliran ini dapat melukiskan suatu rencana atau program yang belum ada.
Kekurangan
- Aliran ini memandang jiwa mempunyai kedudukan utama dalam alam semesta sementara
mteri hanyalah gagasan yang tidak jelas.
- Suatu rencana yang belum ada belum tentu benar dan sesuai menurut jiwa itu sendiri.
Aliran-aliran Lain
Di samping kedua aliran tersebut, terdapat beberapa aliran lain seperti dualism, vitalisme,
eksistensialisme, dan strukturalisme. Aliran-aliran tersebut merupakan reaksi atas
materialisme dan idealism.
a. Dualisme
Menurut aliran dualisme, kenyatan sejati pada dasarnya adalah baik bersifat fisik maupun
spiritual. Semua hal dan kejadian di alam semesta ini – apakah itu pergerakan bintang-
gemintang di angkasa raya maupun perilaku dan berbagai kejadian dalam sejarah umat
manusia –pada dasarnya tidak bisa diasalkan hanya pada satu substansi atau esensi saj. Tidak
betul kalau dikatakan bahwa esensi kenyataan adalah sesuatu yang bersifat fisik material,
karena banyak kejadian di dunia ini yang tidak bisa dijelaskan berdasarkan pada gejala-gejala
yang bisa diukur oleh ilmu-ilmu alam atau diamati oleh pancaindera. Tidak betul juga jika
dikatakan bahwa esensi kenyataan adalah roh atau jiwa, karena siapa pun tidak bisa
menyangkal keberadaan dan kekuatan yang nyata dari materi. Yang betul adalah bahwa
kenyataan sejati merupakan perpaduan antara materi dan roh.
Konsep manusia
Apa yang merupakan esensi dari kenyataan adalah juga merupakan esensi dari manusia.
Makhluk adalah makhluk yang terdiri dari dua substansi, yakni materi dan roh, atau tubuh
dan jiwa. Sebagaimana dikemukakan oleh Descartes (1596-1650), tubuh adalah substansi
yang ciri atau karakteristiknya adalah berkeluasan (res extensa), menempati ruang dan waktu.
Akan tetapi, dengan diakuinya keberadaan tubuh, tidak berarti harus menolak keberadaan
jiwa. Keberadaan jiwa, meski tidak bisa diamati secara inderawi, tetapi bisa dibuktikan
melaui rasio (pikiran). Roh atau jiwa ini bersifat mutlak dan tidak bisa diragukan, meski
sebagai sesuatu yang bersifat spiritual ia tidak menempati ruang dan dan waktu, tidak bisa
diukur, dihitung, atau dikuantifikasi sebagaimana materi. Maka esensi manusia yaitu jiwa dan
tubuh.
Tokoh-tokoh
Thomas Hyde, Rene Descartes, Leibniz, Immanuel Kant, Plato.
Kelebihan
- Dualisme dapat memadukan antara hakikat rohani dan materi.
- Dualisme meyakini meskipun ada 2 substansi terpisah namun keduanya saling berkaitan
erat satu dengan yang lain.
Kekurangan
- Aliran ini terkesan membingungkan karena pada dasarnya memadukan sesuatu yang
berlawanan yakni aliran materialisme dan idealisme sehingga tidak mempunyai kebenaran
hakiki didalamnya yang dijadikan sebagai kepastian sumber aliran ini.
b. Vitalisme
Vitalisme adalah paham di dalam filsafat yang beranggapan bahwa kenyataan sejati pada
dasarnya adalah energi, daya, kekuatan, atau nafsu yang bersifat irrasional atau tidak-
rasional. Vitalisme percaya bahwa seluruh aktivitas atau perilaku manusia pada dasarnya
merupakan perwujudan dari energy-energi atau kekuatan-kekuatan yang tidak-rasional dan
instingtif. Setiap keputusan atau perilaku manusia yang dianggap “rasional” pada dasarnya
adalah rasionalisasi saja dari keputusan-keputusan yang tidak-rasional tersebut. Manusia
merasa bahwa perilakunya seolah-olah dilandasi oleh keputusan-keputusan yang rasional,
tetapi sesungguhnya didasari oleh energi, naluri, atau nafsu yang tidak-rasional. Rasio
hanyalah alat yang berfungsi untuk merasionalisasikan hal-hal atau keputusan-keputusan
yang sebetulnya tidak-rasional.
Konsep manusia
Peristiwa-peristiwa penting yang menentukan jalannya sejarah dan peradaban manusia,
seperti revolusi-revolusi, hamper selalu digerakkan oleh dorongan-dorongan atau energi-
energi yang sangat tidak-rasional dan liar. Peristiwa-peristiwa tersebut bersumber dari energy
yang tidak-rasional, yang sering dinamakan “kehendak buta” (Schopenhauer), atau
“kehendak untuk berkuasa” (Nietzsche), atau Id (Freud). Hewan dan manusia, melalui
kehendaknya yang tidak-rasional dan liar, justru lebih bisa mempertahankan hidupnya
daripada menggunakan pikiran yang rasional. Dalam banyak kasus dan kejadian, pikiran-
pikiran rasional tunduk atau menjadi alat untuk kehendak yang tidak-rasional.
Tokoh-tokoh
Henry Bergson, Friedrich Neitzhe, Johan Jacob Berzelius, Galen.
Kelebihan
- Aliran ini meyakini bahwa ada kekuatan yang memiliki peran esensial mengatur segala
sesuatu yang ada di alam semesta ini (Tuhan).
- Aliran ini memandang bahwa kehidupan ini tidak sepenuhnya dijelaskan secara fisika dan
kimiawi, karena hakikatnya berbeda dengan yang tak hidup.
Kekurangan
- Aliran ini ditentang karena oleh beberapa orang karena dalam ilmu alamiah dikatakan
bahwa segala sesuatunya harus dapat dianalisis secara eksperimen.
c. Eksistensialisme
Istilah eksistensi berasal dari kata existere (eks = keluar, sister = ada atau berada). Dengan
demikian, eksistensi memiliki arti sebagai “sesuatu yang sanggup keluar dari keberadaannya”
atau “ sesuatu yang mampu melampaui dirinya sendiri”.Eksistensialisme tidak membahas
esensi manusia secara abstrak, melainkan secara spesifik meneliti kenyataan kongkret
manusia sebagaimana manusia itu sendiri berada dalam dunianya. Eksistensialisme tidak
mencari esensi atau substansi yang ada di balik penampakan manusia, melainkan hendak
mengungkap eksistensi manusia sebagaimana yang dialami oleh manusia itu sendiri. Esensi
atau substansi mengacu pada sesuatu yang umum, abstrak, statis, sehingga menafikan sesuatu
yang kongkret, individual, dan dinamis. Sebaliknya, eksistensi justru mengacu pada sesuatu
yang kongkret, individual, dan dinamis.
Konsep manusia
Dalam kenyataan hidup sehari-hari tidak ada sesuatu pun yang mempunyai ciri atau karakter
existere, selain manusia. Hanya manusia yang bereksistensi. Hanya manusia yangsanggup
keluardari dirinya, melampaui keterbatasan biologis dan lingkungan fisiknya, berusaha untuk
tidak terkungkung oleh segala keterbatasan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, para
eksistensialis menyebuit manusia sebagai suatu proses, “menjadi”, gerak yang aktif dan
dinamis.
Tokoh-tokoh
Jean Paul Satre, Soren Kierkegaard, Martia Buber, Martin Heidegger, Karl Jaippers, Gabril
Marcel, Paul Tillich.
Kelebihan
- Aliran ini memaparkan keekstensian manusia sebagai manusia yang memanusiakan
manusia. Kita dapat mengetahui apa sebenarnya peran manusia itu sendiri dalam kehidupan.
- Aliran ini menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral.
Kekurangan
- Pengertian dari aliran ini sulit dirumuskan bahkan masih terdapat simpang siur dari para ahli
- Aliran ini memandang bahwa manusia selalu merekontruksi dirinya, jadi materi yang
dibahas tidak pernah selesai.
d. Strukturalisme
Srukturalisme dapat diartikan sebagai aliran dalam filsafat manusia yang menempatkan
struktur (sistem) Bahasa dan budaya sebagai kekuatan-kekuatan yang menentukan perilaku
dan bahkan kesadaran manusia. Para strukturalis meyakini bahwa manusia pada dasarnya
merupakan makhluk yang tidak bebas, yang terstruktur oleh sistem bahasa dan budayanya.
Tidak ada perilaku, pola berpikir, dan kesadaran manusia yang bersifat individual dan unik,
yang bebas dari sistem Bahasa dan kebudayaan yang mengungkungnya. Bahasa dan budaya
di mana kita tinggal menentukan segala-galanya dan kita mau tidak mau tunduk kepadanya.
Konsep manusia
Aliran ini berpandangan bahwa “aku” atau manusia bukanlah pusat realitas. Makna dan
keberadaan manusia pada dasarnya tidak tergantung pada diri manusia itu sendiri, melainkan
pada kedudukan dan fungsinya dalam sistem, persis sama seperti makna dan keberadaan
huruf atau kata (istilah) dalam sistem bahasa tertentu. Ada aturan main yang menyebabkan
manusia, sadar atau tidak sadar, harus mematuhi aturan-aturan di dalam sistem tersebut.
Tokoh-tokoh
Robert Scholes, Ferdinand de Saussure, Leonard Bloomfield, Louis Hjlemslev, Roman
Osipocich Jakobson, Nikolai Trubetzkoy.
Kelebihan
- Aliran ini berhasil membuka perspektif-perspektif baru mengenai mitos.
- Aliran ini tidak hanya menarik dalam perspektif kajiannya namun juga dalam metodenya.
Kekurangan
- Bahasan dalam aliran ini tidak mudah diringkas dan sulit dipahami. Gagasannya sering
sangat abstrak.
- Kesulitan yang menyangkut transformasi logis yang digunakannya untuk berpindah dari
kaidah struktural dasar ke variasi penyempitan kultural.
e. Posmodernisme
Aliran posmodernisme diawali dengan kebangkitan era media informasi. Era informasi ini
bukan hanya mengubah pekerjaan kita tetapi juga menghubungkan seluruh belahan dunia.
Masyarakat informasi berfungsi berdasarkan jaringan komunikasi yang meliputi seluruh
muka bumi. Efisiensi sistem tersebut sangat mengejutkan.
Paham posmodernisme meragukan konsep kebenaran universal yang dibuktikan dengan
usaha-usaha rasio. Paham ini tidak mau menjadikan rasio sebagai tolok ukur kebenaran.
Posmodernisme mencari sesuatu yang lebih tinggi daripada rasio. Mereka menemukan cara-
cara nonrasional untuk mencari pengetahuan, yaitu: melalui emosi dan intuisi.
Kebenaran atau kekeliruan menurut paham ini tidak perlu harus membuktikan diri bahwa
mereka benar dan orang lain salah. Bagi mereka, masalah keyakinan/kepercayaan adalah
masalah konteks sosial. Mereka menyimpulkan,"Apa yang benar untuk kami, mungkin saja
salah bagi Anda," dan "Apa yang salah bagi kami, mungkin saja benar atau cocok dalam
konteks anda."
(http://ahmadulyani03.blogspot.com/2013/02/aliran-postmodernisme.html)
Konsep manusia.
Istilah posmodernisme mula-mula dikenalkan oleh Lyotard secara eksplisit lewat karyanya
The Postmodern Condition: A Report and Knowledge. Dalam bukunya tersebut Lyotard
menolak ide dasar filsafat modern yang dilegitimasi prinsip kesatuan ontologis. Menurutnya
prinsip-prinsip seperti itu sudah tidak lagi relevan dengan realitas kontemporer. Sebaliknya,
ia menawarkan ide parologi atau pluralitas. Manusia harus membuka kesadaranya dan
menerima realitas plural. Menurutnya tiap pengetahuan bergerak dalam language
game masing-masing, dan kebenaran selalu terkait pada penilaian orang melalui bahasa yang
digunakan (Arifin, 1994:34). Jadi, kebenaran adalah selalu interpretatif, dan karena
interpretatif maka sulit untuk dipastikan.
(http://tanggamutiara.blogspot.com/2012/12/postmodernisme-i.html)
Tokoh-tokoh
Michel Foucolt, Charles Sanders Pierce, Roland Barthes, Umberto Eco, Roman Osipocich
Jakobson
Kelebihan
- Aliran ini sebagai paradigma baru yang relevan sesuai dengan perkembangan jaman.
- Dengan adanya aliran ini, identitas diri muncul dari kelompok.
Kekurangan
- Dalam posmodernisme, pikiran digantikan keinginan, penalaran digantikan dengan emosi,
dan moralitas digantikan dengan relativitas.
- Dalam aliran ini memandang bahwa individu terkunci dalam perspektif terbatas yakni ras,
gender, dan grup etnis masing-masing.
Referensi
Abidin, Zainal. 2009. Filsafat Manusia : Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung : PT
Persada Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai