Pembahasan
Pengertian Materialisme
Paham atau aliran ini menganggap bahwa di dunia ini tidak ada yang lain, selain
materi atau alam dan dunia fisik. Kehadiran aliran ini mendapat pertentangan yang keras dan
hebat dari berbagai agama di mana-mana. Pertentangan ini terjadi karena pada abad ke-19
paham tersebut tidak mengakui adanya Tuhan (ateis) yang sudah diyakini mengatur budi
masyarakat. Tokoh-tokoh aliran ini adalah Anaximenes, Thales, Anaximandros, Demokritos,
Lamettrie, Thomas Hobbes, Spencer, Feuerbach, dan Karl Marx (Mahbub, 2018; Wilardjo,
2019).
Ideologi Jerman dimulai dengan Marx dan Engels mendaftar 'premis nyata' dari
metode materialis historis mereka. Premis pertama bukanlah non-metafisika politis yang
tendensius. Ini tidak membedakan 'materi' dengan 'roh' tetapi hanya menegaskan keberadaan
'individu nyata, aktivitas mereka, dan kondisi material kehidupan mereka, baik yang mereka
temukan sudah ada maupun yang dihasilkan oleh aktivitas mereka' adalah presuposisi
material dari semua hal lain yang dilakukan manusia. Perhatikan bahwa mereka tidak
membantah bahwa makna dari segala sesuatu yang dilakukan manusia dapat dijelaskan
dengan mengacu pada kondisi material produksi, hanya bahwa kondisi material itu harus
dipenuhi jika diperlukan, menjadi manusia yang mampu melakukan hal lain. Implikasi
pertama adalah bahwa masyarakat adalah produk yang muncul dari kerja manusia yang
bekerja di dalam dan di alam. Tanpa alam, tidak akan ada masyarakat manusia. Sekalipun
beberapa aspek sentral kehidupan manusia dibangun secara sosial, setiap konstruksi
mensyaratkan materi, dan alam melengkapi materi dasar (termasuk tubuh kita, yang telah
berevolusi dari unsur-unsur tak hidup). Oleh karena itu, ada dasar yang sama bahkan pada
bentuk-bentuk organisasi dan kepercayaan sosial manusia yang sangat berbeda: kebutuhan
untuk memelihara hubungan yang menopang kehidupan dengan alam. John McMurtry
menyebut hubungan ini sebagai 'landasan kehidupan nilai' untuk menekankan peran dasarnya
yang mutlak dalam semua budaya manusia (Noonan, 2020).
c) Materialisme Extrim
Materialisme extrim merupakan semua perubahan dan perkembangan di dunia ini
sama sekali gerak mesin, mesin dunia dan alam ini. Manusia tidak mempunyai kedudukan
istimewa sebagai benda alam. Menurut Feurbach, hanya mengakui realitas alam,manusia pun
tak lain dari benda alam. Pengetahuannya ialah pengalamannya,arah tujuannya ialah
cenderung alam. Adapun cebderung alam itu amat utama.
Pengetahuan hanya merupakan alat untuk memuaskan cenderung. Kepuasan yang
disetujui manusia itu,karena memang tujuannya,merupakan kebahagiaan manusia. Bagi
kesusilaan dan tindakan manapun juga serta dalam berpikir berlakulah sikap,terimalah dunia
(alam) ini apa adanya.
d) Materialisme Vitalistis
Dalam pandangan yang vitalistis ini diterima adanya prinsip hidup. Yang hidup itu
lain sekali dari yang tidak hidup. Walaupun memiliki prinsip hidup,namun tidak berbeda
dengan binatang pada intinya,maka pandangan yang demikian itu disebut materialisme.[9]
e) Materialisme Modern
Materialisme modern mengatakan bahwa alam (universe) itu merupakan kesatuan material
yang tak terbatas,alam selalu ada dan akan tetap ada
Tokoh-tokoh aliran materialisme
Terdapat beberapa tokoh-tokoh yang terdapat pada aliran materialisme:
a. Demokritos (460-360 SM)
Demokritos merupakan pelopor pandangan materialism klasik,yang disebut juga
“atomisme”.
b. Julien de Lamettrie (1709-1751)
Mengemukakan pemikirannya bahwa binatang dan manusia tidak ada bedanya,karena
semuanya dianggap sebagai mesin. Buktinya,bahan (badan) tanpa jiwa mungkin hidup
(bergerak),sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin ada. Jantung katak yang
dikeluarkan dari tubuh katak masih berdenyut (hidup) walau beberapa saat saja.
c. Ludwig Feuerbach (1804-1972)
Ludwig Fuerbach mencanangkan suatu metafisika,suatu etika yang humanistis,dan suatu
epistemology yang menjunjung tinggi pengenalan inderawi. Oleh karena itu,ia ingin
mengganti idealisme Hegel (guru Feurbach) dengan materialisme.
d. Karl Marx (1818-1883)
Nama lengkap Karl Heinrich Marx,dilahirkan di Trier,Prusia,Jerman. Sewaktu menjadi
mahasiswa ia terpengaruh oleh ajaran Hegel dan dapat mencapai gelar dokter dalam bidang
filsafat.[10] Pemikiran Karl mark disebut pula dialektik materialisme dan historis
materialisme. Di dalam berpikir,Karl Marx menggunakan dialektika dari Hegel,oleh sebab itu
disebut dialektika materialisme. Demikian pula disebut historis materialisme karena
berdasarkan kepada perkembangan masyarakat atau sejarah atas materinya.
C. Karakteristik Materialisme
Karekteristik umum materialisme pada abad delapan belas berdasarkan pada suatu
asumsi bahwa realitas dapat dikembangkan pada sifat-sifat yang sedang mengalami
perubahan gerak dalam ruang (Randall,et al,1942). Asumsi tersebut menunjukkan bahwa:
1. Semua sains seperi biologi,kimia,psikologi,fisika,sosiologi,ekonomi,dan yang lainnya
ditinjau dari dasar fenomena materi yang berhubungan secara kausal (sebab akibat).
Jadi,semua sains merupakan cabang dari sains mekanika.
2. Apa yang dikatakan “jiwa” (mind) dan segala kegiatan-kegiatannya (berpikir,memahami)
adalah merupakan suatu gerakan yang kompleks dari otak,system urat saraf,atau organ-organ
jasmani yang lainnya.
3. Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita,makna dan tujuan hidup,keindahan dan
kesenangan,serta kebebasan,hanyalah sekedar nama-nama atau semboyan,symbol subjektif
manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda. Jadi,semua fenomena social maupun
fenomena psikologis adalah merupakan bentuk-bentuk tersembunyi dari realitas fisik.
Hubungan-hubungannya dapat berubah secara kausal.[8]
Cabang materialism yang banyak diperhatikan orang dewasa ini,dijadikan sebagai
landasan berpikir adalah “positivisme”. Menurut positivism,kalau sesuatu itu memang
ada,maka adanya itu adalah jumlahnya, Jumlah itu dapat diukur. Oleh karena itu,segala yang
ada dapat diamati dan diukur. Sebaliknya segala yang tidak dapat dipelajari secara positif
Menurut Comte,terdapat tiga perkembangan berpikir yang dialami manusia yaitu:
1. Tingkatan Teologis
Pada tingkatan teologis,pola berpikir manusia dikuasai oleh tahayyul dan prasangka.
Kepercayaan atas kekuatan gaib diluar manuasia sangat mendasari cara berpikir abstrak.
2. Tingkatan Metafisika
Pola berpikir manusia telah meninggalkan teologis,namun masih berpikir abstrak,masih
mempersoalkan hakikat dari segala yang ada,termasuk hakikat yang gaib juga.
3. Tingkatan Positif
Tingkatan berpikir berdasarkan pada sains,dimana pandangan dogmatis dan spekulatif
metafisika diganti oleh pengetahuan faktual.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian materialisme adalah ajaran yang menekankan keunggulan faktor-faktor
material atas yang spiritual dalam metafisika, teori nilai, epistemologi atau penjelasan
historis. Implementasi pendidikan sekarang pada dasarnya tidak disusun secara eksplisit
sesuai dengan filsafat pendidikan materialisme. Aliran ini bisa diimplimentasikan hanya pada
sebagian kecil proses pembelajaran. Bahkan belum pernah menjadi penting dalam
menentukan sumber teori pendidikan. Materialisme mempunyai macam-macam varian,tetapi
semuanya memegang bahwa material merupakan dasar dari segala sesuatu yang ada dan
semua hal lain tergantung kepada material ini. Dan pada hakikat realismenya adalah materi
bukan spiritual,atau super natural. Jadi materialism merupakan paham yang menyatakan
bahwa yang nyata hanyalah materi.
Implikasi yang bersumber pada filsafat pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Tema
2. Tujuan Pendidikan
3. Kurikulum
4. Metode
5. Kedudukan Siswa
6. Peranan Guru
B. Saran
Paham materialisme dapat memberi kontribusi bagi pendidik dalam menjalankan
pendidikan. namun hendaknya pendidik tidak hanya menggunakan satu filsafat saja, yang
mendasari dalam menyelesaikan masalah pendidikan yang kompleks. Hakikatnya semua
paham filsafat pendidikan mempunya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Daftar Pustaka