Anda di halaman 1dari 10

BAB II

Pembahasan

A. Pengertian dan dasar pemikiran Materialisme

Pengertian Materialisme

Teori-teori materialisme pertama muncul bersama dengan timbulnya filsafat karena


kemajuan ilmu pengetahuan dalam astronomi, matematika dan bidang lainnya. Secara umum
materialisme kuno mengakui adanya materialitas dunia dan eksistensi dunia yang tak
bergantung di luar kesadaran manusia. Materialisme kuno berjalan seiring dengan
bertumbuhnya pengaruh ideologi mitologis.

Pengertian materialisme adalah ajaran yang menekankan keunggulan faktor-faktor


material atas yang spiritual dalam metafisika, teori nilai, epistemologi atau penjelasan
historis. Namun demikian ada beberapa pengertian tentang sifat dari materialisme ini antara
lain: (1) keyakinan bahwa tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak, tetapi
pikiran sungguh-sungguh ada karena adanya perubahan-perubahan material dan tidak
bergantung sama sekali pada materi. (2) materi dan alam semesta tidak mempunyai
karakteristik-karakteristik pikiran. (3) pelaku-pelaku imaterial tidak ada. (4) setiap perubahan
mempunyai sebab material. (5) materi dan aktifitasnya bersifat abadi. (6) tidak ada kehidupan
dan tidak ada pikiran yang kekal, semua gejala berubah.

Paham atau aliran ini menganggap bahwa di dunia ini tidak ada yang lain, selain
materi atau alam dan dunia fisik. Kehadiran aliran ini mendapat pertentangan yang keras dan
hebat dari berbagai agama di mana-mana. Pertentangan ini terjadi karena pada abad ke-19
paham tersebut tidak mengakui adanya Tuhan (ateis) yang sudah diyakini mengatur budi
masyarakat. Tokoh-tokoh aliran ini adalah Anaximenes, Thales, Anaximandros, Demokritos,
Lamettrie, Thomas Hobbes, Spencer, Feuerbach, dan Karl Marx (Mahbub, 2018; Wilardjo,
2019).

Ideologi Jerman dimulai dengan Marx dan Engels mendaftar 'premis nyata' dari
metode materialis historis mereka. Premis pertama bukanlah non-metafisika politis yang
tendensius. Ini tidak membedakan 'materi' dengan 'roh' tetapi hanya menegaskan keberadaan
'individu nyata, aktivitas mereka, dan kondisi material kehidupan mereka, baik yang mereka
temukan sudah ada maupun yang dihasilkan oleh aktivitas mereka' adalah presuposisi
material dari semua hal lain yang dilakukan manusia. Perhatikan bahwa mereka tidak
membantah bahwa makna dari segala sesuatu yang dilakukan manusia dapat dijelaskan
dengan mengacu pada kondisi material produksi, hanya bahwa kondisi material itu harus
dipenuhi jika diperlukan, menjadi manusia yang mampu melakukan hal lain. Implikasi
pertama adalah bahwa masyarakat adalah produk yang muncul dari kerja manusia yang
bekerja di dalam dan di alam. Tanpa alam, tidak akan ada masyarakat manusia. Sekalipun
beberapa aspek sentral kehidupan manusia dibangun secara sosial, setiap konstruksi
mensyaratkan materi, dan alam melengkapi materi dasar (termasuk tubuh kita, yang telah
berevolusi dari unsur-unsur tak hidup). Oleh karena itu, ada dasar yang sama bahkan pada
bentuk-bentuk organisasi dan kepercayaan sosial manusia yang sangat berbeda: kebutuhan
untuk memelihara hubungan yang menopang kehidupan dengan alam. John McMurtry
menyebut hubungan ini sebagai 'landasan kehidupan nilai' untuk menekankan peran dasarnya
yang mutlak dalam semua budaya manusia (Noonan, 2020).

Dasar Pemikiran Materialisme


                  Menurut pandangan epikuros, dapat ditemukan dua zaman materialisme yaitu zaman
kuno dan modern. Para pemikir materialisme diawali dari Barat, seperti Prancis, Jerman, dan
Yunani.  Beberapa tokoh antara lain Lucrateus Carus, L’homme, Feuerbach, Moleschott,
Bucher, dan Haecka. Pandangan mereka hampir sama bersifat mekanis-otomatis (manusia
mesin). Muncul kisaran abad ke-18 hinga abad ke-19. Sudah ada pandangan jiwa sebetulnya
sama dengan fungsi otak.
              Pandangan materialisme mereka terhadap alam, alam semesta terdiri dari suatu
aglomerasi atom-atom,yang dikuasai oleh hukum-hukum fisis-kimiawi. Kemungkinan
tertinggi atom-atom itu ialah dapat membentuk manusia. Atom-atom merupakan bagian dari
yang begitu terkecil sehinggamata kita tidak dapat melihatnya. Atom-atom itu
bergerak,sehingga dengan demikian membentuk realitas pada panca indra kita.
             Bilamana dikatakan bahwa manusia mempunyai roh,jiwa atau kesadaran dan seorang
materalis pun tidak segan mengatakan demikian,maka hal itu tidak berarti bahwa mereka juga
menerima suatu unsur non-materil dalam dunia atau dalam diri manusia. Apa yang mereka
sebut kesadaran,jiwa atau roh ,pada akhirnya tidak lain daripada sejumlah fungsi serta
kegiatan otak. Juga kemungkinan kombinasi-kombinasi atom dan karena itu tidak pernah
melampaui potensi-potensi jasmani. Materialisme memang masih berbicara tentang refleksi
diri,keinsafan social dan etis,tentang ilmu pengetahuan dan kebudayaan,tapi serentak
berusaha mereduksikan semuanya itu kepada kemungkinan-kemungkinan dan daya-daya
materi. Tapi,suatu penjelasan semata-mata materialistis tentang fenomena-fenomena
manusiawi tersebut tidak memuaskan. Bagaimana pandangan materialism tentang
kemungkinan ultimmanusia,tentang makna keberadaan kita,kemungkinan terakhir adalah
kematian: hancurnya struktur atom-atom manusia,peleburan serta penyebaran kombinasi
atom-atom.Bagi materialisme,tidak ada dasar apa pun untuk menerima diterima kelanjutan
hidup non-personal dari materi yang tidak dihancurkan,jadi tinggal tetap. Para materialis
yang konsekuen tidak mungkin menerima kebebasan dalam arti yang sebenarnya,karena
mereka menganut suatu determinisme ketat. Beberapa diantara mereka menganggap sebagai
makna kehidupan,bilamana kata ini toh tetap mereka pertahankan,menerima saja yang akan
datang,menyerah kepada nasib, fatum. Namun ada juga materialis yang mempunyai cita-cita
lebih tinggi dan menaruh perhatian untuk kemungkinan-kemungkinan yang paling tinggi
dibidang rohani,etis dan budaya,berusaha menjadi manusia dalam perwujudannya yang
paling indah.

B.    Tokoh-Tokoh Aliran Materialisme


Macam-macam aliran materialisme
Terdapat beberapa macam-macam yang terdapat pada aliran materialisme:
a) Materialisme Mekanik
           Menurut materialism mekanik, akal dan aktivitas-aktivitasnya merupakan bentuk-
bentuk behavior (pelaku makhluk hidup). Karena itu,psikologi menjadi suatu penyelidikan
tentang brhavior,dan akibatnya,otak dan kesadaran dijelaskan sebagai tindakan-tindakan
otot,urat syaraf dan kelenjar-kelenjar. Materialisme mekanik mempunyai daya tarik yang
sangat besar oleh karena kesederhanaannya.
b) Materialisme Dialektis
Materialisme dialektis melibatkan subyek didalam filsafatnya, jalan untuk memahami alam
kebendaan kini lewat manusia,yaitu manusia dalam dimensi sosialnya,manusia yang hidup
dalam suatu masyarakat yang berproduksi. Inti dari materialisme dialektis adalah
pemutlakan materi yang bergerak dalam waktu dan ruang atau pengukuhan terhadap
becoming (menjadi) yang ada tanpa suatu sebab. Selanjutnya ontologis materialisme
dialektis hanya bisa membangun realisme dan bukan monisme materialistis, juga realitas
yang berkontradiski dengan dirinya sama sekali tidak ada.
Bentuk materialisme dialektis intinya dapat terlihat dalam beberapa aliran
materialisme diantaranya: (1) Materialisme dialektis adalah pembenaran filosofis yang
bersifat tentatif terhadap tesis ekonomi dan politik Karl Marx dimana tidak ragu-ragu
mengakui materialitas semua eksistensi. Obyek dari materialisme dialektis ini adalah
hukum-hukum alam, masyarakat dan pemikiran yang paling universal serta hubungan
pemikiran dan eksistensi, pikiran dan alam. (2) Materialisme dialektis pada tingkat
ontologis hanya mengandaikan realitas obyektif dari dunia material murni sebagai terbukti
sendiri. (3) Materialisme dialektis kesadaran menunjukkan ciri, produk dan fungsi materi
yang paling tinggi organisasinya dimana ciri hakiki materi adalah gerak dan keluasaan yang
tidak terbatas dalam ruang, waktu dan kedalaman. (4) Materialisme dialektis epistemologi
mengukuhkan dua hal yaitu: kesadaran manusia muncul melalui lompatan dialektis dari
materi yang organisasinya kurang dan kesadaran manusia adalah gambar atau wakil yang
tepat dari hal-hal sekitarnya. Dari struktur ini timbul dalil metodologis utama materialisme
dialektis yakni: kesatuan teori dan praktek dan suatu filsafat yang menopang partai
komunis.

c) Materialisme Extrim
            Materialisme extrim merupakan semua perubahan dan perkembangan di dunia ini
sama sekali gerak mesin, mesin dunia dan alam ini. Manusia tidak mempunyai kedudukan
istimewa sebagai benda alam. Menurut  Feurbach, hanya mengakui realitas alam,manusia pun
tak lain dari benda alam. Pengetahuannya ialah pengalamannya,arah tujuannya ialah
cenderung alam. Adapun cebderung alam itu amat utama.
            Pengetahuan hanya merupakan alat untuk memuaskan cenderung. Kepuasan yang
disetujui manusia itu,karena memang tujuannya,merupakan kebahagiaan manusia. Bagi
kesusilaan dan tindakan manapun juga serta dalam berpikir berlakulah sikap,terimalah dunia
(alam) ini apa adanya.
d) Materialisme Vitalistis
            Dalam pandangan yang vitalistis ini diterima adanya prinsip hidup. Yang hidup itu
lain sekali dari yang tidak hidup. Walaupun memiliki prinsip hidup,namun tidak berbeda
dengan binatang pada intinya,maka pandangan yang demikian itu disebut materialisme.[9]
e) Materialisme Modern
Materialisme modern mengatakan bahwa alam (universe) itu merupakan kesatuan material
yang tak terbatas,alam  selalu ada dan akan tetap ada
Tokoh-tokoh aliran materialisme
           Terdapat beberapa tokoh-tokoh yang terdapat pada aliran materialisme:
a.   Demokritos (460-360 SM)
           Demokritos merupakan pelopor pandangan materialism klasik,yang disebut juga
“atomisme”.
b.    Julien de Lamettrie (1709-1751)
           Mengemukakan pemikirannya bahwa binatang dan manusia tidak ada bedanya,karena
semuanya dianggap sebagai mesin. Buktinya,bahan (badan) tanpa jiwa mungkin hidup
(bergerak),sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin ada. Jantung katak yang
dikeluarkan dari tubuh katak masih berdenyut (hidup) walau beberapa saat saja.
c.    Ludwig Feuerbach (1804-1972)
Ludwig Fuerbach mencanangkan suatu metafisika,suatu etika yang humanistis,dan suatu
epistemology yang menjunjung tinggi pengenalan inderawi. Oleh karena itu,ia ingin
mengganti idealisme Hegel (guru Feurbach) dengan materialisme.
d.   Karl Marx (1818-1883)
Nama lengkap Karl Heinrich Marx,dilahirkan di Trier,Prusia,Jerman. Sewaktu menjadi
mahasiswa ia terpengaruh oleh ajaran Hegel dan dapat mencapai gelar dokter dalam bidang
filsafat.[10] Pemikiran Karl mark disebut pula dialektik materialisme dan historis
materialisme. Di dalam berpikir,Karl Marx menggunakan dialektika dari Hegel,oleh sebab itu
disebut dialektika materialisme. Demikian pula disebut historis materialisme karena
berdasarkan kepada perkembangan masyarakat atau sejarah atas materinya.

      C.   Karakteristik Materialisme
       Karekteristik umum materialisme pada abad delapan belas berdasarkan pada suatu
asumsi bahwa realitas dapat dikembangkan pada sifat-sifat yang sedang mengalami
perubahan gerak dalam ruang (Randall,et al,1942). Asumsi tersebut menunjukkan bahwa:
1.  Semua sains seperi biologi,kimia,psikologi,fisika,sosiologi,ekonomi,dan yang lainnya
ditinjau dari dasar fenomena materi yang berhubungan secara kausal (sebab akibat).
Jadi,semua sains merupakan cabang dari sains mekanika.
2.  Apa yang dikatakan “jiwa” (mind) dan segala kegiatan-kegiatannya (berpikir,memahami)
adalah merupakan suatu gerakan yang kompleks dari otak,system urat saraf,atau organ-organ
jasmani yang lainnya.
3.  Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita,makna dan tujuan hidup,keindahan dan
kesenangan,serta kebebasan,hanyalah sekedar nama-nama atau semboyan,symbol subjektif
manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda. Jadi,semua fenomena social maupun
fenomena psikologis adalah merupakan bentuk-bentuk tersembunyi dari realitas fisik.
Hubungan-hubungannya dapat berubah secara kausal.[8]
Cabang materialism yang banyak diperhatikan orang dewasa ini,dijadikan sebagai
landasan berpikir adalah “positivisme”. Menurut positivism,kalau sesuatu itu memang
ada,maka adanya itu adalah jumlahnya, Jumlah itu dapat diukur. Oleh karena itu,segala yang
ada dapat diamati dan diukur. Sebaliknya segala yang tidak dapat dipelajari secara positif
           Menurut Comte,terdapat tiga perkembangan berpikir yang dialami manusia yaitu:
1. Tingkatan Teologis
Pada tingkatan teologis,pola berpikir manusia dikuasai oleh tahayyul dan prasangka.
Kepercayaan atas kekuatan gaib diluar manuasia sangat mendasari cara berpikir abstrak.
2.  Tingkatan Metafisika
Pola berpikir manusia telah meninggalkan teologis,namun masih berpikir abstrak,masih
mempersoalkan hakikat dari segala yang ada,termasuk hakikat yang gaib juga.
3.  Tingkatan Positif
Tingkatan berpikir berdasarkan pada sains,dimana pandangan dogmatis dan spekulatif
metafisika diganti oleh pengetahuan faktual.

D.  Implementasi Aliran Materialisme dalam Dunia Pendidikan


1. Pandangan Materialisme Mengenai Belajar Positivisme
           Materilisme maupun positivisme, pada dasarnya tidak menyusun konsep pendidikan
secara eksplisit. Bahkan menurut Henderson (1956). Materialisme belum pernah menjadi
penting dalam menentukan sumber teori pendidikan. Menurut Waini Rasyidin (1992), filsafat
positivisme sebagai cabang dari materialism lebih cenderung menganalisis hubungan faktor-
faktor yang mempengaruhi upaya dan hasil pendidikan secara factual. Memilih aliran
positivisme berarti menolak filsafat pendidikan dan mengutamakan sains pendidikan.
           Dikatakn positivisme, karena mereka beranggapan bahwa yang dapat kita pelajari
hanyalah yang mendasarkan fakta-fakta, berdasarkan data-data yang nyata,yaitu yang mereka
namakan positif.
2. Pandangan Materialisme Mengenai  Belajar Behaviorisme
           Menurut behaviorisme,apa yang disebut dengan kegiatan mental kenyataannya
tergantung pada kegiatan fisik,yang merupakan berbagai kombinasi dan materi dalam gerak.
Gerakan fisik yang terjadi dalam otak, kita sebut berpikir, dihasilkan oleh peristiwa lain
dalam dunia materi,baik material yang berada dalam tubuh manusia maupun materi yang
berada diluar tubuh manusia.
           Pendidikan,dalam hal ini proses belajar,merupakan proses kondisionaisasi lingkungan.
Misalnya, dengan mengadakan percobaan terhadap anak yang tidak pernah takut pada
kucing,akhirnya ia menjadi takut pada kucing. Menurut behaviorisme, perilaku manusia
adalah hasil pembentukan melalui kondisi lingkungan (seperti contoh anal dan kucing diatas).
Yang dimaksud dengan perilaku adalah hal-hal yang berubah,dapat diamati,dan dapat diukur
(materialisme dan positivisme). Hal ini mengandung implikasi bahwa proses pendidikan
(proses belajar) menekankan pentingnya keterampilan dan pengetahuan akademis yang
empiris sebagai hasil kajian sains,serta perilaku sosial sebagai hasil belajar.
3. Pandangan Materialisme Terhadap Implikasi Pendidikan
            Power (1982) mengemukakan beberapa implikasi pendidikan positivism
behaviorisme yang bersumber pada filsafat materialism, sebagai berikut:
a) Tema
Manusia yang baik efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara ilmiah.
Dalam proses pembelajaran saat ini pendekatan pembelajaran pada kurikulum 2013 yaitu
saintific menggunakan langkah-langkah ilmiah dalam menggali imformasi. Pendekatan ini
relevan dengan pandangan materialisme positivisme.
b) Tujuan Pendidikan
Perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya, untuk tanggung
jawab hidup social dan pribadi yang kompleks. Perubahan perilaku tampak dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional antara lain membentuk jiwa
mandiri, cerdas, dan kreatif. Namun pandangan materialisme kurang memperhatikan aspek
kompetensi spiritual.
c) Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya, dan organisasi, selalu
berhubungan dengan sasaran perilaku. Muatan lebih banyak didominasi pengetahuan alam
dan sosial. Pengetahuan relegius, moral, dan budipekerti kurang mendapat perhatian pada
aliran materialisme.
d) Metode
Pembelajaran lebih banyak menggunakan cara memberikan stimulus-respon. Guru harus
pandai memberikan rangsangan siswa untuk belajar, melalui reinforcemen pemberian hadiah,
dan penghargaan. Bentuk penghargaan nyata, bisa menumbuhkan motivasi untuk melakukan
kegiatan.
e) Kedudukan Siswa
Materialisme menuntuk siswa untuk giat belajar. Siswa tidak diberi ruang kebebasan.
Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar. Pelajaran sudah dirancang oleh guru. Siswa
dipersiapkan untuk hidup sesuai harapan orang tua atau guru. Kompetensi dalam diri siwa
sulit untuk berkembang dengan baik.
f) Peranan Guru
Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat
mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa. Pembelajaran lebih banyak diketahui
guru, sementara siswa mengikuti skenario yang telah disusun sesusuai yang dikehendaki
guru.
4. Pandangan Materialisme Mengenai Belajar Empiris
           Pandangan Thomas Hobbes,sebagai pengikut empirisme materialistis,ia berpendapat
bahwa pengalaman merupakan awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang
asas-asas yang diperoleh dan dikukuhkan oleh pengalaman. Hanya pengalamanlah yang
memberikan kepastian pengetahuan melalui akal hanya memiliki fungsi mekanis
semata,sebab pengenalan dengan akal mewujudkan suatu proses penjumlahan dan
pengurangan.

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Pengertian materialisme adalah ajaran yang menekankan keunggulan faktor-faktor
material atas yang spiritual dalam metafisika, teori nilai, epistemologi atau penjelasan
historis. Implementasi pendidikan sekarang pada dasarnya tidak disusun secara eksplisit
sesuai dengan filsafat pendidikan materialisme. Aliran ini bisa diimplimentasikan hanya pada
sebagian kecil proses pembelajaran. Bahkan belum pernah menjadi penting dalam
menentukan sumber teori pendidikan. Materialisme mempunyai macam-macam varian,tetapi
semuanya memegang bahwa material merupakan dasar dari segala sesuatu yang ada dan
semua hal lain tergantung kepada material ini. Dan pada hakikat realismenya adalah materi
bukan spiritual,atau super natural. Jadi materialism merupakan paham yang menyatakan
bahwa yang nyata hanyalah materi.
            Implikasi yang bersumber pada filsafat pendidikan adalah sebagai berikut:
1.      Tema
2.      Tujuan Pendidikan
3.      Kurikulum
4.      Metode
5.      Kedudukan Siswa
6.      Peranan Guru

B.   Saran
          Paham materialisme  dapat memberi kontribusi bagi pendidik dalam menjalankan
pendidikan. namun hendaknya pendidik tidak hanya menggunakan satu filsafat saja, yang
mendasari dalam menyelesaikan masalah pendidikan yang kompleks. Hakikatnya semua
paham filsafat pendidikan mempunya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Daftar Pustaka

Dasrimin, H. (2021). Aliran-Aliran dalam Filsafat Ilmu.


Mahbub. (2018). Aliran-Aliran Dalam Filsafat Ilmu. Institute Agama Islam Negeri Madura,
December. https://www.researchgate.net/publication/329518878%250
Noonan, J. (2020). Historical materialism as mediation between the physical and the
meaningful. Philosophy and Social Criticism, 1–17.
https://doi.org/10.1177/0191453720919917
SULISTYA, P. P. (2019). materialisme.
KARTONO. (2015). Makalah filsafat pendidikan. Blogspot.com, Juli.
http://aaktono71.blogspot.com/2015/07/makalah-filasafat-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai