Anda di halaman 1dari 10

Kedudukan Manusia dalam

Kajian Filsafat
Filsafat Manusia (#2)
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Aliran/Pendekatan yang ada di dalam
Filsafat Manusia
1. Pendekatan Materialisme
2. Pendekatan Idealisme
3. Pendekatan Dualisme
4. Pendekatan Vitalisme
5. Pendekatan Eksistensialisme
6. Pendekatan Strukturalisme
(1) Pendekatan Materialisme
 Materialisme adalah paham filsafat yang menyakini bahwa esensi kenyataan,
termasuk esensi manusia, bersifat material atau fisik.
 Ciri utama dari kenyataan fisik atau material adalah …
 Menempati ruang dan waktu
 Memiliki keluasan (res extensa)
 Bersifat objektif
 Konsekuensinya …
 Bisa diukur
 Bisa dikuantifikasi (dihitung)
 Bisa diobservasi
 Para materialis percaya bahwa tidak ada kekuatan apapun yang bersifat spiritual
dibalik gejala atau peristiwa yang bersifat material
 Jika ada peristiwa atau gejala yang masih belum diketahui bukan berarti ada kekuatan
yang bersifat spiritual di belakang peristiwa tersebut
Materialisme = Naturalisme
 Turunan dari paham materialisme adalah “naturalisme”.
 Istilah “materi” bisa digantikan dengan “alam”(nature)
 Materialisme atau naturalisme sangat percaya bahwa setiap gejala (atau
gerak benda) bisa dijelaskan dengan menurut hukum kausalitas (sebab-akibat
atau stimulus-respon).
 Gejala yang kita amati tidak bergerak dengan sendirinya, melainkan karena ada
sebab-sebab eksternal yang mendahuluinya atau menggerakkannya.
 Konsekuensi dari hukum kausalitas adalah pandangan “deterministik”
 Tidak mengakui adanya kebebasan atau independensi manusia
 Gerak selalu bersifat mekanis karena selalu digerakkan oleh kekuatan-kekuatan di
luar dirinya (eksternal)
 Metafora materialism untuk menjelaskan gerak atau perilaku adalah mesin atau
benda-benda yang mekanis
(2) Pendekatan Idealisme
 Berbeda dengan materialism, paham idealisme menyatakan bahwa kenyataan
sejati bersifat spiritual
 Paham atau aliran ini kadang disebut aliran “spiritualisme”
 Esensi dari kenyataan spiritual adalah berpikir (res cogitans)
 Metafora yang digunakan adalah kesadaran manusia yang bersifat rasional,
berkehendak, berperasaan, dan kreatif.
 Pengakuan akan kenyataan sejati yang bersifat spiritual bukan berarti para
idealis menolak kenyataan fisik/material atau hukum-hukum alam, tetapi
menganggap bahwa kenyataan fisik/material adalah manifestasi dari
kenyataan spiritual.
 Konsep Hegel (1770-1831) tentang “Roh Absolut”
 Bagi kaum idealism, setiap gerak atau gejala mempunyai tujuan (teleologis)
dan tidak terjadi begitu saja secara kebetulan, namun telah diatur dan
direncanakan oleh kekuatan spiritual.
Idealisme = deterministik??
 Apakah paham idealisme juga bersifat deterministik?
 Sebagian besar penganut paham idealisme bersifat deterministik mengenai
manusia. Mereka menyatakan bahwa Roh Absolut (Tuhan) adalah bebas dan tidak
berhingga, tetapi manusia sebagai perwujudan dari Roh Absolut tidak bebas dan
tidak berhingga.
 Kedudukan maupun tindakan manusia sudah diatur atau ditentukan sebelumnya oleh Roh
Absolut.

 Banyak juga idealisme yang menekankan kebebasan manusia. Salah satu aliran yang
menekankan kebebasan manusia adalah paham “personalisme”. Paham ini
menekankan bahwa Roh bersifat pribadi/individual, sehingga setiap pribadi
mempunyai kebebasan untuk mengekspresikan dirinya sendiri.
(3) Pendekatan Dualisme
 Pendekatan dualisme menekankan bahwa kenyataan sejati itu bersifat fisik
maupun spiritual.
 Semua hal atau gejala tidak bisa diasalkan hanya pada satu substansi saja, namun
merupakan perpaduan antara materi dan roh.
 Manusia terdiri dari dua substansi, yaitu materi (res extensa) dan roh (res
cogitans), atau tubuh dan jiwa.
 Muncul problematika lainnya…
 Bagaimana memahami jiwa manusia?
 Bagaimana menggambarkan perpaduan antara jiwa dan badan manusia
(4) Pendekatan Vitalisme
 Paham vitalisme beranggapan bahwa kenyataan sejati adalah energi, daya,
kekuatan, atau nafsu yang bersifat irasional
 Vitalisme berbeda dengan idealism yang menganggap kenyataan bersifat rasional
 Vitalisme percaya bahwa seluruh aktivitas atau perilaku manusia pada dasarnya
merupakan perwujudan dari energi-energi irasional atau kekuatan instingtif.
 Setiap keputusan manusia yang dianggap “rasional” pada dasarnya adalah rasionalisasi
dari keputusan-keputusan yang tidak rasional.
 Rasio hanyalah alat yang digunakan untuk merasionalisasikan keputusan yang sebetulnya
tidak rasional
 Acuan utama vitalisme adalah ilmu biologi dan sejarah.
 Kehidupan bukan ditentukan oleh rasio, melainkan oleh kekuatan untuk bertahan hidup
(survive) yang sifatnya tidak rasional dan instingtif.
 Sejarah juga mengajarkan bahwa peristiwa-peristiwa penting yang menentukan
peradaban manusia, seperti revolusi, hampir selalu digerakkan oleh dorongan atau
energy yang liar dan tidak rasional
 Penjelasan yang kongkrit tentang pendekatan vitalisme ada dalam konsep
“Kehendak Buta” dari filsafat Arthur Schopenhauer.
(5) Pendekatan Eksistensialisme
 Berbeda dengan pendekatan filsafat lainnya, eksistensialisme tidak membahas
esensi manusia secara abstrak, namun secara spesifik meneliti kenyataan kongkret
manusia sebagaimana manusia itu sendiri dalam dunianya.
 Yang dicari bukan “esensi” (umum, abstrak, dan statis) tetapi “eksistensi” manusia yang
kongkret, individual, dan dinamis.
 Istilah eksistensi berasal dari kata “exixtere” (eks = keluar, sistere = ada atau
berada). Artinya, “sesuatu yang sanggup keluar dari keberadaannya” atau “sesuatu
yang mampu melampaui dirinya sendiri.
 Hanya manusia yang bereksistensi, yang sanggup keluar dari dirinya dan melampaui
keterbatasan biologis dan lingkungan fisik.
 Tema-tema eksistensialisme …
 Kebebasan (pilihan bebas)
 Kecemasan
 Kematian dan ketiadaan
 Kehidupan yang otentik
(6) Pendekatan Strukturalisme
 Paham strukturalisme menempatkan struktur/sistem bahasa dan budaya
sebagai kekuatan yang menentukan perilaku dan kesadaran manusia
 Paham ini menolak pandangan ekstensialisme atau humanisme yang melihat adanya
kebebasan dan keluhuran manusia.
 Para strukturalis menyakini bahwa manusia pada dasarnya tidak bebas dan
terstruktur oleh sistem bahasa dan budaya.
 Tidak ada perilaku, pola berpikir, dan kesadaran manusia yang bersifat individual
dan unik, yang bebas dari sistem bahasa dan budaya yang melingkupinya.
 Strukturalisme juga tidak mengakui adanya “ego”, “aku” (individu), ataupun
“kesadaran”.
 “Aku” atau individu bukan lagi sebagai pusat realitas.
 Makna dan keberadaan manusia pada dasarnya tidak tergantung pada diri manusia
sendiri, melainkan pada kedudukan dan fungsinya dalam sistem, persis sama
dengan makna dan keberadaan huruf atau kata (istilah) dalam sistem bahasa
tertentu.

Anda mungkin juga menyukai