DAN TRANSPERSONAL
Dosen Pengampu Mata Kuliah: Prof. Dr. Ni Ketut Suarni, MS
Oleh :
Kelompok 6
Eksistensi
Sartre mengatakan “eksistensi kita mendahului esensi kita” ,esensi manusia
adalah kebebasan manusia. Manusia memiliki pilihan mengenai bagaimana
menjalani hidup dan membentuk serta menentukan siapa diri kita. Manusia
masing-masing memiliki “modal” yang beranekaragam, namun memiliki
kesamaan tugas untuk membentuk diri sendiri.
Dasein
Dasein adalah istilah yang banyak digunakan oleh kalangan eksistensialis
dalam mengartikan eksistensi manusia. Sebutan lain untuk dasein yaitu
diartikan sebagai keterbukaan (openness) oleh Heidegger. Sedangkan Sartre
mengartikan Dasein sebagai ketiadaan (nothingness). Unsur utama dalam
dasein menurut Heidegger yaitu kepedulian (sorge).
Keterlemparan (throwness)
Keterlemparan yang dimaksud yaitu kita ada di alam semesta ini bukan
karena keinginan kita sendiri. Kita seperti sudah ter- setting secara sosial.
Ketika kita membiarkan diri kita menjadi budak masyarakat, disitulah kita
mengalamike- terjatuhan (fallness). Binswanger mengikuti filosof Martin
Buber, menambahkan satu catatan yang lebih positif dalam ide ke-terjatuh-an
ini. Jika dasein adalah keterbukaan maka manusia harus saling terbuka satu
sama lain, kita tidak bisa menutup diri sebagaimana yang dikehendaki oleh
sebagian eksistensialis. Binswanger melihat potensi ini sebagai bagian
intrinsic dari dasein.
Kecemasan (Anxiety)
Eksistensialisme terkenal karena keyakinannya bahwa hidup itu sulit. Dunia
fisik mampu member kesengsaraan sebagaimana juga bisa menawari kita
kesenangan, dunia social bisa mengiring kita pada kekecewaan. Kecemasan
bukanlah gangguan semestara yang bisa dihilangkan oleh nasihat ataupun
terapis. Dia adalah bagian dari hakikat anda sebagai manusia.
Rasa bersalah (Guilt)
Rasa bersalah adalah kekecewaan terhadap suatu yang telah kita lakukan atau
yang belum sempat kita lakukan yang membuat orang lain sengsara. Disaat
kita hanya memilih jalan selamat tanpa berkeinginan atau berusaha untuk
mewujudkan disanalah rasa sesal yang mendalam muncul.
Kematian (Death)
Saat menyadari bahwa betapa cepat kematian maka kita jadi tahu bahwa
waktu yang terbuang tidak akan pernah kembali lagi.
Keontetikan (Autotenticity)
Jalan hidup yang baik disebut jalan hidup yang otentik yang mengerti bahwa
kita sadar akan diri kita sendiri. Artinya kita hidup dengan keterlibatan, kasih
sayang dan komitmen.
Ketidak ontetikan (Inautotenticity)
Orang yang hidup tidak otentik lagi telah menukar keterbukaan dengan
ketertutupan, kedinamisan dengan statis, kemungkinan dengan aktualitas.
Maka orang yang jalan hidupnya tidak otentik bukan lagi menjadi namun apa
adanya
Struktur Eksistensial
1. Ada-di-Dunia (Dasein)
Daseinsanalysis ialah penjelasan secara cermat tentang hakikat khas eksistensi
manusia atau ada-di-dunia. Sebagaimana ditegaskan Boss, “Manusia
menyingkapkan (menjelaskan) dunia”. Manusia adalah “wilayah yang diterangi di
mana segala sesuatu yang harus ada benar-benar dapat bersinar, muncul dan hadir
sebagai gejala (fenomen), yakni sebagai sesuatu yang memperlihatkan dirinya”
(1963, hlm. 70). Ada-di-Dunia merupakan eksistensi manusia yang didasarkan
pada seluruh struktur eksistensi manusia yang bukan milik atau sifat seseorang,
bukan bagian dari ada manusia seperti ego pada Freud atau anima pada Jung. Dunia
dimana manusia memiliki eksistensi meliputi tiga wilayah: (1) lingkungan biologis
atau fisik (Umwelt), (2) lingkungan manusia (Mitwelt), (3) sang manusia sendiri
termasuk badannya (Eiqenwelt).
2. Ada-melampaui-dunia (Kemungkinan-kemungkinan dalam Manusia)
Analisis eksistensial memakai pandangan lain selain bahwa manusia ada di
dunia, memiliki dunia, dan ingin melampaui dunia (Binswanger). Binswanger tidak
mengartikan dunia lain (surga) melainkan ia mengungkapkan begitu banyak
kemungkinan yang dimiliki manusia untuk mengatasi dunia yang disinggahinya
dan memasuki dunia baru. Apabila ia menyangkal atau membatasi kemungkinan-
kemungkinan yang penuh dari ekstensinya, atau membiarkan dirinya dikuasai oleh
orang lain atau oleh lingkungan, maka manusia itu hidup dalam suatu eksistensi
yang tidak autentik. Manusia bebas memilih salah satu dari keduanya.
3. Dasar Eksistensi
Salah satu batas kebebasan manusia adalah dasar eksistensi ke mana orang-
orang “dilemparkan”. Kondisi “keterlemparan” ini, yakni cara manusia
menemukan dirinya dalam dunia yang menjadi dasarnya. Manusia harus hidup
sampai nasibnya berakhir untuk mencapai kehidupan yang autentik. Apabila orang
lahir sebagai seorang wanita, maka dasar eksistensinya tidak akan sama dengan
dasar eksistensi seorang laki-laki.
4. Rancangan-Dunia
Rancangan-dunia adalah istilah yang digunakan Binswanger untuk menyebut
pola yang meliputi cara ada-di-dunia seorang individu. Rancangan dunia seseorang
menentukan cara bagaimana ia akan bereaksi terhadap situasi-situasi khusus serta
ciri sifat dan simtom macam mana yang akan dikembangkannya. Rancangan-dunia
tertanam atau membekas pada segala sesuatu yang dilakukan individu. Batas-batas
dari rancangan tersebut mungkin sempit dan mengerut atau mungkin lebar dan
meluas.
5. Cara-cara Ada-di Dunia
Ada banyak cara yang berbeda untuk ada-di-dunia. Setiap cara
merupakanDasein yang memahami, menginterpretasikan , dan mengungkapkan
dirinya, misalnya berbicara tentang cara dwirangkap yang dicapai oleh dua insan
yang saling jatuh cinta. “Saya” dan “Kamu” menjadi “Kita”. Inilah cara autentik
untuk menjadi manusia. Satu cara jamak digambarkan oleh Binswanger sebagai
dunia hubungan-hubungan formal, kompetisi, dan perjuangan. Seorang individu
yang hidup untuk dirinya sendiri telah memilih suatu cara tunggal dalam
eksistensi, sedangkan orang yang menjadikan dirinya tenggelam di tengah orang
banyak telah memilih cara anonimitas. Biasanya, orang tidak hanya memiliki satu
cara eksistensi, tetapi banyak.
6. Eksistensial
Eksistensial merupakan sifat-sifat yang melekat dalam setiap eksistensi
manusia. Sifat-sifat tersebut diantaranya yaitu:
a. Spasialitas Eksistensi
Spasialitas tidak sama dengan ruang fisik (physical space). Keterbukaan
dan kejelasan merupakan sifat spasialitas yang sejati dalam dunia
manusia.
b. Temporalitas Eksistensi
Temporalitas bukan waktu dan juga bukan serangkaian titik sekarang
yang tanpa akhir seperti dalam fisika. Waktu pada manusia juga
bersifat dapat didatakan. Kita menggunakan kata-kata, seperti
“sekarang”, “dahulu”, dan “kapan” untuk menunjukkan waktu sekarang,
waktu lampau, dan waktu yang akan datang.
c. Badan
Badan didefinisikan sebagai ruang lingkup badaniah dalam pemenuhan
eksistensi manusia. Badan tidak terbatas pada apa yang ada dalam kulit
tetapi meluas sepanjang hubungan individu dengan dunia.
d. Eksistensi Manusia di Dunia sebagai Milik Bersama
Psikologi eksistensial kadan-kadang dituduh bersifat solipsistik, yakni
memandang setiap individu hidup tertutup dalam dunia pribadinya
sendiri tidak tahu-menahu tentang dunia tempat orang lain hidup.
Eksistensi manusia tidak pernah bersifat pribadi, kecuali dalam kondisi
patologis tertentu. Eksistensi manusia selalu merupakan berbagai dunia
satu sama lain.
e. Suasana Hati atau Penyesuaian (Attunement)
Suasana hati Merupakan suatu eksistensial yang sangat penting karena
menjelaskan mengapa keterbukaan kita pada dunia mengembang dan
menyusut, dan mengapa keterbukaan kita itu menjelaskan gejala-gejala
yang berbeda dari waktu ke waktu. Apa yang diamati dan direspon
seseorang tergantung pada suasana hati orang itu pada saat itu. Apabila
suasana hati tiba-tiba berubah dari harapan mejadi keputusasaan, maka
kecerahan dunia meredup dan keterbukaannya menyusut.
Dinamika Kepribadian
Psikologi eksistensial menolak konsep mengenai kausalitas, yaitu dualisme
antara jiwa dan badan, serta pemisahan individu dari lingkungannya. Psikologi
eksistensial mengkonsepsikan tingkah laku sebagai kebebasan yang dimiliki oleh
tiap individu untuk memilih, dan hanya ia sendiri yang bertanggung jawab terhadap
eksistensinya. Bukan sebagai makhluk yang terdiri dari insting- insting, kebutuhan-
kebutuhan, maupun dorongan- dorongan fisiologis semata. Apapun yang dilakukan
oleh manusia merupakan pilihannya sendiri dengan segala konsekuensinya
Secara etimologi, transpersonal sendiri berakar dari kata trans dan personal.
Trans artinya di atas (beyond, over) dan personal adalah diri. Sehingga dapatlah
dikatakan bahwa transpersonal membahas atau mengkaji pengalaman di luar atau
batas diri, seperti halnya pengalaman-pengalaman spiritual.
Di tahun 1992, setelah melakukan penelahan atas kurang lebih 40 definisi,
maka Lajoie dan Saphiro, dua orang pionir utama psikologi transpersonal,
merangkum dan merumuskan pengertian psikologi transpersonal yang lebih sesuai
untuk kondisi saat ini:
Transpersonal psychology is concerned with the study of humanity’s highest
potential, and with the recognition, understanding, and realization of unitive,
spiritual, and transcendent states of consciousness.
Psikologi transpersonal mempunyai perhatian terhadap studi potensial tertinggi
umat manusia dan dengan pengakuan, pemahaman dan perealisasian keadaan-
keadaan kesadaran yang mempersatukan, spiritual dan transenden.
b) Maurice Bucke
Richard kanada atau Maurice bucke (1837-1902). Ia mencoba menawarkan
gagasan tentang psikologi pertama yang menempatkan model kesadaran
manusia dan realitas sebagai elemen transpersonal yang terbuka dan
melestarikan dogma agama meskipun penelitian yang ia lakukan didasarkan
pada pengalaman hidupnya. Pada tahun 1872 ia memiliki pengalaman mistik
yang singkat, kemudian ia dipandang sebagai kesadaran kosmis.
c) Carl Gustav Jung
Ia lahir di Kesswill 26 Juli 1875, Jung lulus pada tahun 1900 sebagai dokter
dirumah sakit terkenal Burgholzli di Zurich. Dan menikah dengan Emma
Rauschenbach tahun 1903. Mereka dikaruniai tiga orang putri dan satu anak
laki-laki, keluarga mereka tinggal di kusnacht, kota satelit dari zurich. Mereka
menetap disana sampai akhir hayatnya.
Teori Jung dari kepribadian karena tekanannya yang kuat pada dasar-dasar ras
dan filogenetik kepribadian. Jung melihat kepribadian individu seperti produk
dan wadah sejarah leluhur.
a) Struktur kepribadian yaitu: ego, ketidaksadaran pribadi, kesadaran
kolektif.
b) Dinamika kepribadian yaitu: energy psikis, nilai-nilai psikis, daya
konstlelasi suatu kompleks, Prinsip ekuivalensi, prinsip entropi,
penggunaan energy.
c) Perkembangan kepribadian yaitu: kausalitas versus teleology,
sinkronisitas, hereditas, tahap-tahap perkembangan, progresi dan regresi,
proses individual, fungsi transenden, sublimasi dan represi,
perlambangan.
d) Abraham Maslow
Konsep utama yang sering kali dibawa Abraham Maslow adalah aktualisasi
diri (self actualization) dan pengalaman puncak (peak experience). Orang
yang telah tumbuh dewasa dan matang secara penuh adalah orang yang telah
mencapai aktualisasi diri, yaitu yang mengalami secara penuh gairah tanpa
pamrih, dengan konsentrasi penuh dan mencapai apa yang disebut sebagai
manusia yang sempurna (insane kamil). Orang yang tidak lagi tertekan pada
perasaan cemas, perasaan risau, tidak aman, tidak terlindungi, sendirian, tidak
dicintai adalah orang yang telah terbebaskan dari metamotivasi. Yaitu orang
yang dapat tergolong untuk mencapai nilai yang lebih tinggi dan bernilai bagi
dirinya, yang tidak dapat diturunkan dengan hanya sekedar alat yang
mencakup keberadaan, keindahan, kesempurnaan dan keadilan. Abraham
Maslow mendasarkan teorinya tentang aktualisasi diri pada sebuah asumsi
dasar, bahwa manusia pada hakikatnya memiliki peluang untuk dapat
mengembangkan dirinya. Perkembangan yang sangat baik ditentukan oleh
kemampuan manusia untuk tingkat aktualisasi diri.
e) Charles T. Tart
Ia dikenal sebagai seorang parapsikologist, yang berusaha memadukan apa
yang disebut sebagai pengalaman-pengalaman spiritual (ia menggunakan
istilah d-ASC) dengan sains. Seperti ungkapannya:
“I have a deep conviction that science, as a method of sharpening
and refining knowledge, can be applied to the human experiences we
call transpersonal or spiritual, and that both science and our
spiritual, and that both science and our spiritual traditions will be
enriched as a result”.
Lantas ia meletakan dasar-dasar teori untuk pengintegrasian kedua hal
tersebut, sembari memaparkan karakteristik keduanya, syarat, kapan dan
bagaimana antara spiritual dan sains bisa menyatu. Manusia, menurut Charles
T. Tart, berusaha mendapatkan apa yang disebut d-ASC, sebuah perubahan
kesadaran, dimana dirinya merasa terbuka, menyatu dengan alam semesta, ada
aliran energi di seluruh tubuhnya, merasakan bahwa dunia adalah satu, penuh
cinta, dan waktu seakan berhenti. Hanya saja, beberapa mendapatkannya
melalui drugs (LSD, heroin ganja), yang mempunyai dampak kerusakan fisik.
Padahal, lagi-lagi menurutnya, ada beberapa teknik non-drugs yang bisa
digunakan (semisal meditasi dan ritual-ritual keagamaan lainnya) yang lebih.
https://www.academia.edu/38035271/PSIKOLOGI_KOGNITIF_DAN_TRANSP
ERSONAL, diunduh ( 15/11/2019)
https://www.academia.edu/38036187/MIND_MAP_13_2_PSIKOLOGI_TRANS
PERSONAL diunduh ( 15/11/2019)
https://ferryguidance.blogspot.com/2013/05/teori-eksistensial-humanistik.html ,
diunduh ( 7/11/2019)
https://manklucky.blogspot.com/2012/09/aliran-eksistensialis-dalam
psikologi.html , diunduh ( 15/11/2019)
https://jusmansantung13.wordpress.com/2014/12/22/teori-psikologi-eksistensial-
rollo-may/ 11/11/2019
http://manklucky.blogspot.com/2012/09/aliran-eksistensialis-dalam-psikologi.html
1 /12/2019
https://sugithewae.wordpress.com/2012/05/10/psikologi-eksistensial/1/12/2019
https://dosenpsikologi.com/konsep-psikologi-eksistensial2
https://www.academia.edu/30255991/Biografi_Medard_Boss 1/12/2019