Anda di halaman 1dari 10

EKSISTENSIALISME

(FILSAFAT BERBASIS KEMERDEKAAN)


1. Siti Lathifah Andayani (1206000169)
2. Syifa Ul Badriah (1206000179)
PEMBAHASAN

01 02
Pengertian Sejarah Berdirinya
Eksistensialisme Eksistensialisme

03 04
Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat
Eksistensialisme Eksistensialisme
Pengertian Eksistensialisme

Istilah Eksistensialisme berasal dari kata latin “eksistere” yakni “ex” yang berarti
“keluar” dan “sitere” yang berarti membuat, berdiri. Sehingga eksistensi berarti “apa
yang ada”, “apa saja yang dialami”, “apa yang memiliki kualitas”. Secara singkatnya,
eksistensi menekankan akan keberadaan. Eksistensialisme pada dasarnya menekankan
pada manusia yang konkrit atau seutuhnya. Manusia sebagai makhluk yang
bereksistensi, sadar akan keberadaan dirinya. Kemudian kesempurnaan eksistensi
terletak di dalam “segala sesuatu” konsep eksistensi sebagai suatu yang paling
komperehensif dan paling universal yang mempunyai landasan objektif, karena ia
bukan sekedar kata kosong atau hayalan pengertian kita belaka tetapi konsep ini
memiliki keluasan yang paling luas melampaui semua bidang dari segi isi, dan konsep
ini hanya menyangkut satu patokan yaitu eksistensi.
Sejarah Berdirinya Eksistensialisme
Eksistensialisme merupakan paham yang menempatkan manusia pada titik sentrum
dari segala relasi kemanusiaan. Eksistensialisme berakar dari upaya untuk bangkit
dari segala hegemoni untuk menemukan eksistensi dan esensi diri. Untuk
menemukan eksistensi diri tersebut manusia harus sadar karena tidak ada makhluk
lain yang bereksistensi selain manusia. Sartre dalam hal ini menempatkan eksistensi
manusia mendahului esensi. Eksistensi pada esensialnya menunjukkan kepada
kesadaran manusia, karena manusia berhadapan dengan dunia dimana dia berada
sekaligus memikul tanggung jawab untuk diri dan masa depan dunianya. Kebebasan
adalah esensi manusia, biasanya manusia yang bebas selalu menciptakan dirinya.
Manusia yang bebas dapat mengatur, memilih dan dapat memberi makna pada
realitas. Eksistensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang lahir untuk
menentang zamannya. Ia lahir sebagai reaksi terhadap cara berfikir yang telah ada
seperti materialisme dan idealisme. Eksistensialisme menentang ajaran materialisme
setelah memperhatikan manusia sedalam-dalamnya. Materialisme mengajarkan
manusia pada prinsipnya hanya benda, sebagai akibat dari proses unsur-unsur
kimia, manusia sama saja dengan benda lain.
Tidak berbeda diantara keduanya, sekalipun ada kelebihan manusia apabila diperhatikan
bentuknya. Eksistensialisme terus menentang materialisme yang mengajarkan manusia
pada dasarnya seperti benda lain, dan menurut materialisme manusia akan kembali
kepada asal dari percampuran unsur-unsur kimia dalam tanah seperti semula. Dengan
demikian, materialisme melupakan usaha atau cara manusia berada di dunia karena
kenyataannya manusia berjuang menghadapi dunia. Manusia tidak semata-mata ada di
dalam dunia, tetapi ia sadar, hidup, dan mengalami adanya. Dunia dihadapi manusia
dengan memahami arti dan guna dari semua benda sehingga ia mengerti apa yang ada di
hadapannya. Manusia adalah subjek yang sadar. Oleh karena itu, kesalahan yang
ditentang oleh eksistensialisme karena materialisme memandang manusia sebagai materi
semata-mata tanpa memperhatikan unsur lain. Materialisme melupakan unsur potensi
batiniah, rohaniah dari manusia. Padahal, manusia mempunyai kesadaran dan pikiran
yang dimiliki dari asal kejadiannya. Eksistensialisme juga menentang ajaran idealisme,
sanggahan eksistensialisme terhadap idealisme bahwa idealisme memandang manusia
hanya sebagai subjek, dan akhirnya hanya sebagai kesadaran. Idealisme lupa bahwa
manusia hanya bisa berdiri sebagai manusia karena bersatu dengan realitas di sekitarnya.
Tokoh-Tokoh Eksistensialisme
01 Jean Paul Sartre
Filsafat Sartre lebih menekankan pada kebebasan manusia dengan menekankan pada menjadi bebas adalah suatu
keharusan dan pilihan, dan saya dapat memilih dan melakukan apa yang saya suka, jika jalan yang satu buntu maka
saya dapat mencari cara lainnya, saya selalu bebas, dalam pendidikan filsafat Sartre lebih membuat siswa independen.
manusia akan memiliki esensi jika ia telah eksis terlebih dahulu dan esensinya itu akan muncul ketika manusia mati.

02 Martin Buber
Menurut Martin, nilai eksistensi manusia itu tidaklah murni dari manusia. Dalam tesisnya tersebut, Buber
mengembangkan ide eksistensi sebagai pertemuan, Sebagaimana dikatakan Buber dalam Aku dan Engkau,
seorang manusia selalu berhubungan dengan dunia dalam salah satu dari kedua mode tersebut.

03 Gabriel Marcel
Marcel menyatakan bahwa manusia tidak dapat hidup sendirian, tetapi harus bersama
manusia lainnya. Tetapi, manusia juga memiliki kebebasan yang bersifat otonom. Otonomi
membuat manusia dapat melakukan pilihan, yaitu mengatakan "ya" atau "tidak" terhadap
segala sesuatu yang dihadapinya.
Aliran Filsafat
Eksistensialisme
1. Eksistensialisme Teistis
Eksistensialisme teistis diwakili oleh Soren Kierkegaard (1813-1855). Seorang tokoh yang
dianggap sebagai Bapak eksistensialisme. Ia berasal dari Denmark. Ajarannya mengandung
harapan untuk hidup di dunia ini. Ia percaya bahwa ada cahaya dalam kegelapan. Ia juga
berpendapat bahwa eksistensi manusia ialah manusia merasa bersalah terhadap Tuhan.
Adapun eksistensialisme manusia adalah hidup, ketakutan, harapan, putus asa, dan mati, yang
kesemuanya itu menjadi pemikiran Kierkegaard. Akan tetapi, dalam situasi demikian, percaya
kepada Tuhan dapat menolong mengatasi ketakutan dan putus asa yang disebabkan oleh
kedosaan. Di samping adanya kepercayaan demikian, harus pula disertai segala kesungguhan
sebagai eksistensi yang harus menghadapi realitas. Manusia harus berbuat, bertindak dan
bereksistensi demi kebebasan dalam keterbatasan dengan adanya mati. Kierkegaard
berpendapat pula bahwa hanya manusia yang bereksistensi; yang bereksistensi setiap saat.
Bereksistensi ialah bertindak. Manusia bukan saja individu di hadapan dirinya, tetapi juga
individu di hadapan Tuhan. Dari ajaran tersebut sehingga dikatakan bahwa Kierkegaard
memandang manusia dalam gerak vertikal yang pada akhirnya ke Tuhan.
2. Eksistensialisme
Ateistissebagai tokoh eksistensialisme ateistis. Ia seorang filsuf Perancis yang
Jean Paul Sartre dianggap
lahir pada tahun 1905. Azas pertama ajarannya ialah eksistensi adalah keterbukaan. Manusia
tidak lain cara ia menjadikan dirinya. Ini berarti manusia harus dihadapi sebagai subjek, artinya
manusia tidak akan selesai dengan ikhtiarnya. Manusia tidak lain adalah tindakannya sendiri.
Menurutnya, apapun eksistensi manusia, ia sendiri yang bertanggung jawab karena ia dapat
memilih yang baik dan yang kurang baik baginya. Oleh sebab itu, ia tidak dapat
mempermasalahkan orang lain, apalagi akan menggantungkan diri kepada Tuhan.
Pertanggungjawaban tersebut didasarkan atas suatu perhitungan bahwa apa yang dilakukan
manusia akan diperbuat pula oleh orang lain. Perbuatan manusia yang telah dipertimbangkan
merupakan gambaran manusia yang sebenarnya. Dengan demikian, dapat digambarkan betapa
besar beban manusia terhadap seluruh manusia pada umumnya. Sartre memandang bahwa apa
saja yang dibuat manusia mempunyai tujuan dan arti tertentu. Manusia hidup dalam buatan
manusia sendiri. Manusia menjalankan eksistensi manusia dalam alam buatan manusia sendiri.
Manusia dapat menembus konstruksi dan mendobrak alam konstruksi. Ia berpandangan bahwa
dalam hidup ini tidak ada norma, semua serba tidak menentu.
Oleh karena itu, manusia mengalami kesepian yang dapat membawa kepada
keputusasaan. Sartre mengajarkan pula tentang kesadaran. Sadar, berarti sadar
terhadap sesuatu, sesuatu di luar dirinya. Di sini berarti antara bahwa diri seseorang
dengan sesuatu yang lain, ada hubungan dan ada komunikasi. Pendapat Sartre lebih
lanjut bahwa adanya hubungan dengan sesuatu yang di luar, berarti meniadakan
sesuatu. Maknanya, orang yang sadar tidak identik dengan dirinya sendiri, dia bukanlah
ia. Dia yang sadar tentang dirinya selalu berbuat terus untuk mengubah dirinya. Dia
selalu dalam peralihan dan peniadaan itu berjalan terus-menerus. Ajaran sentral Sartre
ialah kemerdekaan karena kemerdekaan itu sendiri milik manusia yang azasi. Tanpa
kemerdekaan, manusia tidak ada artinya lagi. Hal itu menurut Sartre tidak ada
determinasi. Sekalipun orang dipaksa, didorong atau ditarik umpamanya, manusia tetap
mempunyai sikap, mau atau tidak mau, maka kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya
tetap ada. Manusia mempunyai kemerdekaan untuk bertindak dan berbuat.
Kemerdekaan adalah mutlak. Kemerdekaan tidak dapat disempitkan maknanya bagi
manusia, sekalipun maut merupakan batas dari kebebasan. Menurut Sartre, batas itu di
luar eksistensi manusia. Maut tidak mempunyai arti apa-apa dalam hubungannya
dengan eksistensi manusia.
Kesimpulan

Eksistensialisme yaitu paham yang menempatkan manusia pada titik


sentrum dari segala relasi kemanusiaan. Eksistensialisme merupakan suatu
aliran filsafat yang lahir untuk menentang zamannya. Ia lahir sebagai reaksi
terhadap cara berfikir yang telah ada seperti materialisme dan idealisme.
Eksistensialisme menentang ajaran materialisme setelah memperhatikan
manusia sedalam-dalamnya. Eksistensialisme juga didirikan oleh beberapa
tokoh, diantaranya Jean Paul Sartre, Martin Buber, dan Gabriel Marcel. Para
tokoh yang lain juga membuat aliran mengenai filsafat eksistensialisme
yaitu
aliran eksistensialisme teitis dan eksistensialisme ateitis.

Anda mungkin juga menyukai