sentrum dari segala relasi kemanusiaan. Di zaman era digital seperti ini, salah
Eksistensialisme berakar dari upaya untuk satu yang bisa dilakukan adalah dengan
bangkit dari segala hegemoni untuk memanfaatkan media social seperti misalnya
menemukan eksistensi dan esensi diri. group whatsapp, sebagai sarana untuk
Untuk menemukan eksistensi diri tersebut berkomunikasi dengan pasien sehingga satu
manusia harus sadar karena tidak ada sama lain merasakan keberadaanya
makhluk lain yang bereksistensi selain walaupun hanya melalui telepon genggap.
manusia. Sartre dalam hal ini menempatkan Dan dalam semua proses persalinan selalu
Eksistensi pada esensialnya menunjukkan terhadap Allah SWT dan juga hak ibu untuk
tanggung jawab untuk diri dan masa depan Kita hidup di sebuah zaman
dunianya. Kebebasan adalah esensi manusia, kebebasan dan kejahatan menjadi kategori-
biasanya manusia yang bebas selalu kategori sentral. kesadaran akan kebebasan
merupakan jantung pemahaman diri kita. dalam suatu filsafat yang
masa kini, ada penekanan dari proses, yang berada dalam ruang dan waktu serta
kekuatan yang aktif dan bebas dalam membuang jauh-jauh segala penyempitan
menentukan arah dunia dan kehidupan kita pandangan maupun penafsiran yang berat
suatu kenyataan juga bahwa atas nama Barat adalah suatu teori yang
dijalankan dengan lebih sistematis melalui pandangan yang sama dengan filosof-filosof
hidupnya, dan melakukan penilaian kembali antara makna dengan individu, adalah
yang tanpa makna dan men- dasarkan realitas ketuhanan. Dalam bentuk ini,
filsafatnya pada aspeknya yang negatif pemikiran disandarkan pada asumsi bahwa
eksistensialis Islam dan Barat bertolak dari diperlukan adanya Tuhan. Diperlukan nilai
akhirnya mengikuti jalan yang berbeda. Kini yang mengarah pada realitas ketuhanan.
perbedaan antara mereka begitu besar, Kierkegaard yang dikenal sebagai bapak
selanjut- nya eksistensialisme terbagi keberadaan Tuhan harus di- singkirkan atau
eksistensialisme, Karl Jaspers, Gabriel khudi) Iqbal itu sangat mewakili tema-tema
Marcel dan Muhammad Iqbal merupakan eksistensialisme. Hal ini juga semakin
Heidegger, dan Jean Paul Sartre merupakan pemahaman yang luas mengenai pandangan
filosof yang dapat dikategorikan sebagai yang banyak pada landasan dan pemikiran
diri. Filsafat Khudi ini memiliki filosofis yang menganut paham bahwa tiap
eksistensialisme. Sehingga Hafeez Malik semesta yang tak jelas, kacau, dan tampak
menilai Iqbal sebagai seorang pemikir yang hampa ini. Eksistensialisme berasal dari kata
berusaha merekonstruksi filsafat Islam pada "eksistensi" dengan akar kata eks "keluar"
karena itu, kata "eksistensi" diartikan: subyektif, Ketiga, alam tidak menyediakan
manusia berdiri sebagai diri sendiri dengan aturan moral. Prinsip-prinsip moral
keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa dikontruksi oleh manusia dalam konteks
bapak eksistensialisme adalah Soren Aabye perbuatan individu tidak dapat diprediksi;
filsafat lain terhadap eksistensialisme, yaitu individu tak dapat membantu melainkan
bagian, antara lain: Pertama, Eksistensi bahwa tak ada pengetahuan yang terpisah
dari subyek yang mengetahui. Kita merupakan realitas yang belum selesai,
secara abstrak. Oleh karena itu eksistensialis pemberian tekanan pada pengalaman
eksistentialis menekankan keputusan dan yang dapat dibedakan dari aliran filsafat
2. Menjelaskan bahwa bereksistensi harus bebas, ini berarti bahwa tidak ada batasan
3. Menegaskan bahwa manusia sebagai sendiri, atau jika mau, kita tidak bebas untuk
Dalam bukunya Being and Nothingness, perkembangan itu terjadi karena sebab-
Sartre banyak menganalisis kebebasan dan sebab yang telah ditentukan. Oleh karenanya
kebebasan. Menurut Sartre ada dua ―‘etre‖ yang kaku. Menurut Sartre segala yang
dirinya ) dan l‘etre-pour-soi (berada untuk memuakkan, yang ada begitu saja, tanpa
dirinya). Dalam bahasa Inggris en-soi dapat kesadaran, tanpa makna. Adanya pour-soi
sich. Ada banyak yang berada, pohon, manusia. Hal inilah yang dapat melepaskan
―berada‖ mewujudkan ciri segala benda l‘etre-pour-soi (berada untuk dirinya) yaitu
jasmani. Semua benda ada dalam dirinya- berada dengan sadar akan dirinya, yaitu cara
sendiri, tidak ada alasan mengapa benda- berada manusia. l‘etre-pour-soi tidak
benda berada begitu. Segala yang berada mentaati prinsip identitas seperti halnya
dalam diri ini tidak aktif, akan tetapi juga ‘etre-en-soi. Manusia mempunyai hubungan
menyangkal. ‘Etre-en-soi mentaati prinsip jawab atas fakta, berbeda dengan benda-
benda. Sebab benda hanyalah benda, tetapi kepada kebebasan. Ia terpaksa terusmenerus
kesadaran yang reflektif dan kesadaran yang manusia berusaha untuk membebaskan diri
(conscience de soi) melainkan kesadaran diri yang bebas selalu menciptakan dirinya.
(conscience (de) (soi). Di dalam kesadaran Manusia yang bebas dapat mengatur,
diri selalu ada jarak antara kesadaran memilih dan dapat memberi makna pada
(conscience) dan diri (soi), jarak yang realitas. Bagi manusia, eksistensi memiliki
senantiasa ada ini oleh Sartre di sebut makna keterbukaan, berbeda dengan benda
‗ketiadaan‘ yang membuat kita dari en-soi lain yang keberadaannya sekaligus
(dalam diri sendiri) ke Pour-soi (untuk diri esensinya. Bagi manusia, eksistensi
sendiri). Kesadaran tidak boleh dipandang mendahului esensi. Dalam kata-kata Sartre
sebagai hal berdiri sendiri, sebab kesadaran ―man is nothing else but what he makes of
hanya ditemukan pada orang yang berbuat, himself. Inilah asas paling esensial dalam
mencari tempat dimana ia dapat berdiri. Ia filsafat eksistensialisme, yang disebut oleh
akan tetapi hal itu tidak mungkin, karena Eksistensi manusia selalu memiliki
Oleh karena itu manusia merasa terhukum hidupnya. Manusia harus selalu siap
bereskistensi dan mengisi nilai sendiri bagi demikian menurut Sartre eksistensialisme
manusia harus sadar, bahwa kematian setiap bahwa tiap-tiap kebenaran dan tiap tindakan
saat siap merenggut eksistensi hidupnya. Hal mengandung keterlibatan lingkungan dan
Bagi Sartre kecemasan disebabkan persalinan atau disebut dengan partus adalah
karena manusia terhanyut oleh urusan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
sehari-hari. Kemungkinan seperti itu tidak yang dapat hidup dari dalam uterus melalui
ia sadar bahwa segala tingkah laku seorang perempuan dimana saat melahirkan
nilai dan makna. Oleh karena itu merupakan pengalaman yang positif dan
dirinya sendiri tanpa bantuan dari luar akan Proses kehamilan dan persalinan
terhadap adanya Tuhan. Maka kecemasan berharga bagi setiap perempuan. Melahirkan
lalu timbul dalam hidupnya. Tetapi manusia merupakan puncak peristiwa dari
bisa menutup matanya bagi kebebasan dan serangkaian proses kehamilan. Melahirkan
melarikan diri dari kecemasan. Dengan tentu merupakan hal yang sangat luar biasa
yang dapat terjadi pada setiap perempuan, menjalankan tugasnya sesuai dengan tugas
akan tetapi banyak wanita yang merasa pokok dan fungsiya secara baik, dalam
bingung, bimbang dan khawatir akan rasa menjalankan tugasnya, bidan diberikan
sakit yang timbul saat proses melahirkan. kewenangan yang cukup besar untuk
Nomor 900 Tahun 2002, bidan adalah tentu merupakan hal yang sangat luar biasa
seorang wanita yang telah mengikuti yang dapat terjadi pada setiap perempuan,
program pendidikan bidan dan lulus ujian akan tetapi banyak wanita yang merasa
sesuai dengan persyaratan yang berlaku bingung, bimbang dan khawatir akan rasa
(Depkes,2002). Bidan merupakan tenaga sakit yang timbul saat proses melahirkan.
Indonesia, untuk mempercepat penurunan filosofis yang menganut paham bahwa tiap
AKI maka ditempatkan 54.120 bidan di orang harus menciptakan makna di alam
desa, sehingga diharapkan semua desa semesta yang tak jelas, kacau, dan tampak
mempunyai seorang bidan, untuk hampa ini. Eksistensialisme berasal dari kata
"eksistensi" dengan akar kata eks "keluar" melakukan apa yang ibu inginkan dalam
dan sistensi "berdiri", menempatkan proses persalinan. Dalam hal ini contohnya
(diturunkan dari kata kerja sisto). Oleh pada saat pembukaan sudah lengkap dan
karena itu, kata "eksistensi" diartikan: waktu bersalin sudah tiba maka bidan
manusia berdiri sebagai diri sendiri dengan mempersilahkan ibu untuk memilih posisi
keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa persalinan sesuai kenyamanan dan keinginan
proses persalinan adalah suatu proses yang dihargai dan bebas menentukan keputusan
dilakukan oleh dua orang manusia yaitu dalam kehidupannya karena kehidupan
sebagai yang ditolong. Ketika berkaitan eksistensi manusia terdapat pada kebebasan,
dengan manusia maka akan bersentuhan sehingga demikian maka akan ditemukan
berusaha keras untuk menganalisis struktur- persalinan seorang bidan harus berusaha
sehingga sampai pada kesadaran akan kemampuan dan ilmunya untuk membantu
eksistensi mereka dalam kebebasan yang melahirkan sang bayi namun selain itu
eksistensialism seorang bidan harus bahwa semua yang terjadi adalah kehendak
memberikan kebebasan kepada pasien untuk Allah SWT, sehingga keselamatan ibu dan
bayi yang dilahirkan adalah bukan karena manusia ciptaan-Nya dengan tetap
pertolongan Allah SWT melalui perantara melalui delegasi Allah serta tetap menjauhi
diberikannya akal tetapi jelas ada (BPM) Bidan Sinta tersedia Group
keterbatasan, artinya masih mengakui bahwa Whatsapp yang berjudul ―Kelas Online‖
masih ada ketergantungan dari orang lain. dimana dalam group tersebut beranggotakan
Dengan perkataan lain manusia harus 1 orang bidan, 1 orang dokter umum dan ibu
mengakui kelemahan yang dimiliki, dan itu hamil beserta ibu menyusui, sehingga para
tidak berusaha atau berdiam diri. Paling melalui Group Whatsapp dengan Bidan
tidak karena manusia merasa lemah maka ataupun Dokter. Hal ini tentunya sejalan
dikemukakan Kierkegaard atau percaya keberadaan satu sama lain dan dapat tetap
kepada Allah. Islam percaya kepada Allah berkomunikasi walaupun hanya melalui
kata lain Allah yang tunggal. Percaya bukan Pada saat proses persalinan, bidan
hanya sekedar percaya tetapi dilaksanakan memimpin untuk melakukan doa bersama
dengan penuh rasa tanggung jawab sebagai dengan ibu dan keluarganya untuk meminta
perlindungan dan pertolongan Allah SWT esensinya, hal ini berbeda dari hewan,
kondisi ibu dan janin. Sehingga apabila Sartre makna dari eksistensi mendahului
kondisi ibu dan janin memungkinkan Bidan esensi manusia adalah bahwa manusia
akan memberikan kebebasan kepada ibu yang hidup di dunia ini harus memikul
untuk tetap bergerak aktif. Pada saat tanggung jawab yang besar untuk dirinya
persalinan Bidan akan bertanya kenyamanan dan masa depannya. Sebab eksistensi
posisi ibu saat bersalin, sehingga ibu dapat manusia pada esensialnya menunjukkan
Dengan kondisi demikian maka akan 2. Dalam uraian yang lain Sartre
terjalin hubungan yang baik antara bidan mengatakan bahwa relasi antar manusia
dan pasien sehingga tercipta keterbukaan, bisa terjadi karena ikatan cinta kasih,
paksaan satu sama lain. Dalam hal ini Bidan diinginkan, aku dihargai. Sekalipun
melakukan tugas sesuai ilmu dan demikian dalam hubungan dengan cinta
kompetensinya dan pasien mendapatrkan kasih konflik tetap saja ada. Kendatipun