Anda di halaman 1dari 8

FILSAFAT EKSISTENSIALISME

MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT


Disusun oleh
Azifatul Khasanah
NIM: 23011056607864

Dosen Pengampu
Titis Rosowulan, Lc., M. Hum.
NIDN: 2107108501
Guna Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Pengantar Filsafat

PROGRAM STUDI
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


SYUBBANUL WATHON
MAGELANG
2023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia
individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan
secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya
tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang
eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing
individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Eksistensialisme mempersoalkan keberadaan manusia, dan keberadaan itu
dihadirkan lewat kebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan dengan
eksistensialisme adalah melulu soal kebebasan. Apakah kebebasan itu? bagaimanakah
manusia yang bebas itu? dan sesuai dengan doktrin utamanya yaitu kebebasan,
eksistensialisme menolak mentah-mentah bentuk determinasi terhadap kebebasan
kecuali kebebasaEksistensialisme dan Fenomenologi merupakan dua gerakan yang
sangat erat dan menunjukkan pemberontakan tambahan metode-metode dan
pandangan-pandangan filsafat barat.
Secara umum eksistensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang lahir
karena ketidakpuasan beberapa filusuf yang memandang bahwa filsafat pada masa
yunani hingga modern, seperti protes terhadap rasionalisme Yunani, khususnya
pandangan tentang spekulatif tentang manusia. Intinya adalah Penolakan untuk
mengikuti suatu aliran, penolakan terhadap kemampuan suatu kumpulan keyakinan,
khususnya kemampuan sistem, rasa tidak puas terhadap filsafat tradisional yang
bersifat dangkal, akademik dan jauh dari kehidupan, juga pemberontakan terhadap
alam yang impersonal yang memandang manusia terbelenggu dengan aktifitas
teknologi yang membuat manusia kehilangan hakekat hidupnya sebagai manusia yang
bereksistensi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah filsafat eksistensialisme?
2. Bagaimana pengertian dan konsep dari filsafat eksistensialisme?
3. Bagaimana pemikiran tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah dan konsep filsafat eksistensialisme
2. Mengetahui pengertian dan konsep dari filsafat eksistensialisme
3. Mengetahui pemikiran tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme
PEMBAHASAN

A. Sejarah Filsafat Eksistensialisme


Eksistensialisme atau eksistensialis berkembang pada abad 20 di Perancis dan
Jerman sebagai reaksi terhadap merosotnya komunisme yang telah dibangun sejak
Abad Pencerahan. Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman
Martin Heidegger (1889-1976). Eksistensialisme adalah ilmu filsafat dan cara yang
digunakan untuk menemukannya berasal dari metode fenomologi yang
dikembangkan oleh Hussel (1859-1938). Munculnya eksistensialisme berawal dari
ahli filsafat Kieggard dan Nietzche. Filsuf Jerman, Kiergaard (1813-1855) filsafatnya
didasari untuk menjawab pertanyaan “Bagaimanakah aku menjadi seorang individu?”
pertanyaan ini muncul karena pada saat itu terjadi krisis eksistensial (manusia
melupakan individualitasnya). Kiergaard menemukan jawaban untuk pertanyaan
tersebut “manusia (aku) bisa menjadi individu yang autentik jika memiliki gairah,
keterlibatan, dan komitmen pribadi dalam kehidupan.” Nitzsche (1844-1900) filsuf
jerman tujuan filsafatnya adalah untuk menjawab pertanyaan “bagaimana caranya
menjadi manusia unggul”. Jawabannya manusia bisa menjadi unggul jika mempunyai
keberanian untuk merealisasikan diri secara jujur dan berani.
Materialisme ternyata juga merupakan pendorong lahirnya Eksistensialisme.
Eksistensi ialah cara orang berada di dunia. Eksistensialisme lahir sebagai reaksi
terhadap idealisme. Materialisme dan idealisme adalah dua pandangan filsafat
tentang hakikat yang ekstrim. Keduanya berisi benih-benih kebenaran, tetapi
keduanya juga salah. Eksistensialisme ingin mencari jalan keluar dari kedua
ekstremitas itu. Eksistensialisme juga didorong munculnya oleh situasi dunia pada
umumnya. Di sini eksistensialisme lahir sebagai reaksi terhadap dunia pada
umumnya, terutama dunia Eropa Barat.

B. Pengertian dan Konsep Filsafat Eksistensialisme


Eksistensialisme merupakan gerakan filosofis yang menganut paham bahwa
tiap orang harus menciptakan makna di alam semesta yang tak jelas, kacau, dan
tampak hampa ini. Eksistensialisme berasal dari kata "eksistensi" dengan akar kata
eks "keluar" dansistensi "berdiri", menempatkan (diturunkan dari kata kerja sisto).
Oleh karena itu, kata "eksistensi" diartikan: manusia berdiri sebagai diri sendiri
dengan keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa dirinya ada.
Dalam konteks definisi yang lebih sederhana, eksistensialisme adalah salah
satu aliran filsafat yang menunjukkan interpretasi atas eksistensi keberadaan manusia
dalam wujud konkret dan problematikanya. Eksistensialisme adalah sebuah aliran
atau paham yang beranggapan bahwa manusia mempunyai kekuatan atau kebebasan
dalam menentukan sebuah tindakan.
Sartre mengklaim bahwa salah satu konsep sentral eksistensialisme adalah
bahwa eksistensi mendahului esensi, yang berarti bahwa pertimbangan terpenting bagi
seorang individual adalah bahwa mereka adalah individual yang bersikap dan
bertanggung jawab secara independen dan sadar ("eksistensi") yang digunakan atau
dipergunakan kepada individual tersebut ("esensi"). Dengan demikian, manusia,
melalui kesadarannya sendiri, menciptakan nilai-nilainya sendiri, dan menentukan arti
bagi kehidupannya sendiri.

C. Pemikiran Tokoh-Tokoh Filsafat Eksistensialisme


1. Jean Paul Sartre
Seorang filsuf dan penulis Perancis yang mengembangkan aliran eksistensialisme
yang menyatakan, eksistensi lebih dulu ada dibanding esensi. Inti pemikirannya
adalah menekankan pada kebebasan manusia, manusia setelah diciptakan
mempunyai kebebasan untuk menetukan dan mengatur dirinya. Konsep manusia
yang bereksistensi adalah makhluk yang hidup dan berada dengan sadar dan bebas
bagi diri sendiri.
2. Soren Kiekegaard
Kiekegaard dianggap sebagai bapaknya filsafat eksistensialisme. Kiekegaard
menjembatani jurang yang ada antara filsafat Hegelian dan apa yang kemudian
menjadi Eksistensialisme. Inti pemikiran dari tokoh ini adalah eksistensi manusia
bukanlah sesuatu yang statis tetapi senantiasa menjadi, manusia selalu bergerak
dari kemungkinan menuju suatu kenyataan, dari cita-cita menuju kenyataan hidup
saat ini. Jadi ditekankan harus ada keberanian dari manusia untuk mewujudkan
apa yang ia cita-citakan atau apa yang ia anggap kemungkinan.
3. Friedrich Nietzsche
Ia merupakan salah seorang tokoh pertama dari Eksistensialisme Modern yang
ateistis. Menurut Friedrich Nietzsche manusia yang bereksistensi adalah manusia
yang mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to power), dan untuk berkuasa
manusia harus menjadi manusia super (uebermensh) yang mempunyai mental
majikan bukan mental budak. Dan kemampuan ini hanya dapat dicapai dengan
penderitaan karena dengan menderita orang akan berfikir lebih aktif dan akan
menemukan dirinya sendiri.
4. Karl Jaspers
Jaspers memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia kepada dirinya
sendiri. Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang menggunakan dan
mengatasi semua pengetahuan obyektif, sehingga manusia sadar akan dirinya
sendiri. Ada dua fokus pemikiran Jasper, yaitu eksistensi dan transendensi. Ia
memiliki pemikiran menarik yaitu manusia iti mempunyai kebebasan seutuhnya
atau sebebas-bebasnya. Tetapi nanti pada ujungnya, manusia akan punya sebuah
keterbatasan. Keterbatasan ada 4 yaitu, penderitaan, perjuangan, kebersalahan,
dan kematian.
5. Martin Heidegger
Menurut heidegger eksistensialisme lebih dikenal sebagai bentuk gaya berfilsafat,
pokok utamanya adalah manusia tau bagaimana cara mengetahui keberadaanya
ditengah makhluk-makhluk lainnya. Pemikiran ini sangat berhubungan dengan
humanisme, dimana sikap manusia yang memanusiakan manusia. Dimana banyak
manusia modern yang hanya memikirkan kuantitas, bersifat materialistik, dsb. Inti
pemikirannya adalah keberadaan manusia diantara keberadaan yang lain, segala
sesuatu yang berada diluar manusia selalu dikaitkan dengan manusia itu sendiri,
dan benda-benda yang ada diluar manusia, baru mempunyai makna apabila
dikaitkan dengan manusia karena benda-benda yang berada diluar itu selalu
digunakan manusia pada setiap tindakan dan tujuan mereka.
6. Albert Camus
Camus sangat dipengaruhi pemikiran mengenai absurditas. Perasaan absurditas
muncul karena manusia mencari pemahaman yang lengkap mengenai suatu dunia
yang tidak dapat dipahami. Konsep absurdisme mengandung ide bahwa tidak ada
makna di dunia ini selain yang kita buat sendiri. Menurut Albert Camus, alam
semesta atau manusia tidak absurd dengan sendirinya, namun menjadi absurd
ketika keduanya saling diposisikan satu sama lain, ketika kehidupan menjadi
absurd karena manusia dan dunia yang dihidupinya tidak saling kompatibel.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Eksistensialisme adalah salah satu aliran filsafat yang menunjukkan
interpretasi atas eksistensi keberadaan manusia dalam wujud konkret dan
problematikanya. Eksistensialisme adalah sebuah aliran atau paham yang
beranggapan bahwa manusia mempunyai kekuatan atau kebebasan dalam
menentukan sebuah tindakan. Salah satu konsep sentral eksistensialisme yang
dikemukakan oleh Sartre yaitu, eksistensi mendahului esensi. Tokoh-tokoh aliran
filsafat eksistensialisme cukup banyak, seperti Karl Jaspers, Albert Camus, Martin
Heiddegger, Friedrich Nietzsche, Soren Kierkegaard dan Jean Paul Sartre.
DAFTAR PUSTAKA

Mahardhika, C. 2023. Makalah Eksistensialisme.


https://www.academia.edu/28601226/MAKALAH_EKSISTENSIALISME
(diakses 8 Desember 2023).

Ripai, Muhamad. 2023. Filsafat Eksistensialisme dan Tokoh Terkemukanya. Diakses


pada 24 Desember 2023 dari
https://www.academia.edu/11559058/FILSAFAT_EKSISTENSIALISME_DA
N_TOKOH_TERKEMUKANYA

Salim, Izhar. 2010. Aliran Filsafat Eksistensialis. Jurnal Pendidikan Sosiologi dan
Humaniora, vol (1), No.2, 184.

Wahid, L. A. 2022. Filsafat Eksistensialisme Martin Heidegger Dan Pendidikan


Perspektif Eksistensialisme. Jurnal Pendidikan dan Dakwah, Vol 4, No1,
Januari 2022; 1-13.

Anda mungkin juga menyukai