Anda di halaman 1dari 6

Eksistensialisme

Eksistensialisme adalah salah satu jenis pemikiran filosofi modern yang


berbeda dari jenis filosofi lainnya seperti materialisme atau spiritualisme.
Eksistensialisme berfokus pada manusia sebagai makhluk yang unik dan
menganggap bahwa manusia harus menemukan arti hidupnya sendiri. Para ahli
eksistensialis menggunakan pemikiran dari beberapa tokoh seperti Kierkegaard,
Nietczhe, dan Sartre untuk membentuk pandangan mereka sendiri tentang
eksistensialisme. Meskipun eksistensialisme tidak memiliki ide yang sama, tetapi
fokus utamanya adalah manusia dan bagaimana manusia berada di dunia ini.
Eksistensialisme menekankan bahwa manusia memiliki kedudukan khusus di
antara makhluk lainnya dan harus mencari arti hidup mereka sendiri.

Kontra Materialisme dan Spiritualisme


Eksisitensialisme lahir sebagai reaksi terhadap materialisme dan
spiritualisme. Keduanya merupakan dua pandangan tentang hakikat yang ekstrim.
Keduanya berisi benih-benih kebenaran, tetapi keduanya juga tidak tepat.
Eksistensialisme ingin mencari jalan keluar dari kedua ekstremitas itu.
Dalam pandangan Materialisme, manusia hanya dilihat sebagai bagian
dari alam saja. Manusia muncul dalam sejarah sebagai hasil suatu evolusi
fisiologis dan biologis. Manusia hanya merupakan suatu momen dalam kerangka
evolusi. Dalam pandangan ini segala kegiatan spiritual direduksikan kepada
suatu proses fisiologis belaka. Manusia seluruhnya dapat diterangkan sebagai
materi saja. Sehingga keunikan manusia tak tampak lagi.
Memang benar bahwa manusia adalah materi. Berpikir, bermain musik
dan berdoa membutuhkan kondisi jasmaniah. Manusia seluruhnya adalah materi.
Namun, pandangan ini menjadi salah bila dikatakan bahwa manusia hanya
materi belaka. Dengan demikian, pandangan ini menjadi suatu aliran yang berat
sebelah, yang dikenal sebagai "Materialisme".
Materialisme ditolak oleh Eksistensialisme karena bertentangan dengan
pengalaman asasi manusia. Manusia tidak melulu objek. Manusia hanya dapat
dibahas sebagai objek karena ia juga subjek. Manusia adalah subjek dan
sekaligus objek. Maka, kalau Materialisme mengatakan bahwa manusia adalah
materi belaka, tampak bahwa ungkapan ini sendiri menjadi suatu kontradiksi.
Pandangan spritualisme pun merupakan suatu pandangan yang berat
sebelah. Spiritualisme berasumsi bahwa manusia hanyalah subjek yang berpikir.
Descartes percaya bahwa kenyataan yang paling penting adalah bahwa "aku
berpikir, maka aku ada." Menurut pandangan ini, dunia hanya merupakan ide
dalam pikiran manusia, dan tidak memiliki kenyataan yang sebenarnya.
Spiritualisme menghapus dunia sebagai suatu kenyataan, padahal tak ada subjek
tanpa dunia.

Eksistensi sbg Pengalaman Asasi


Eksistensi adalah istilah filosofis yang khusus digunakan untuk
menjelaskan cara manusia ada. Hanya manusia yang dapat bereksistensi, bukan
hal lain seperti batu, pohon, atau benda lainnya. Karena manusia memiliki
kesadaran diri dan kemampuan untuk merenungkan eksistensinya. Manusia bukan
hanya objek, tetapi juga subjek. Manusia hanya dapat menjadi manusia dengan
keluar dari dirinya dan menemukan dirinya sebagai aku.
Ketika dikatakan bahwa manusia hanya dapat menjadi manusia dengan
keluar dari dirinya, ini mengacu pada ide bahwa manusia perlu melampaui
keberadaannya sebagai objek dan menemukan dirinya sebagai subjek yang aktif
dalam menciptakan makna dan tujuan hidupnya. Dalam hal ini, manusia perlu
menemukan dirinya sebagai "aku", yaitu kesadaran diri yang terhubung dengan
dunia di sekitarnya melalui pengalaman hidupnya.
Dalam filsafat Eksistensialisme, manusia dianggap sebagai makhluk yang
memiliki potensi untuk menciptakan makna dan tujuan hidupnya sendiri. Oleh
karena itu, manusia harus melampaui keberadaannya sebagai objek dan
menemukan dirinya sebagai subjek yang aktif dalam menentukan arah hidupnya.
Aku dan Badanku
Manusia tidak bisa dipisahkan dari badannya dan juga tidak bisa
dipisahkan dari dunia. Kehadiran manusia di dunia ini melalui badannya. Karena
itu, badan dan manusia sebagai individu merupakan satu kesatuan.
Jika badanku sakit, maka aku sebagai individu juga merasakan sakitnya.
Jika kakiku mendaki gunung, akulah yang menjadi gunung. Jika mataku terbuka,
akulah yang memandang. Akan tetapi, jika bajuku sobek, bukan aku yang sobek.
Badanku dan aku adalah identik, tetapi juga tidak identik. Badan dan
manusia juga tidak selalu sama dalam menyatakan perasaan atau emosi. Manusia
dapat menyembunyikan diri dan bersikap berbeda dari apa yang dirasakan
sebenarnya. Manusia adalah makhluk yang paradoksal yang dapat mengatakan
“aku adalah badanku ini” dan “aku mempunyai badan” disaat yang bersamaan.
Dunia juga memiliki wajah dan wujud yang khas karena manusia hadir di
dunia melalui badannya. Kita mengalami dunia ini melalui pancaindra kita. Kita
merasakan panas dan dingin, lihat warna dan bentuk, dengar suara dan sebagainya
karena badan kita memiliki pancaindra.
Kehadiran manusia di dunia melalui badannya mempengaruhi pengalaman
manusia dalam berinteraksi dengan dunia. Badan manusia juga mempengaruhi
dunia budaya, seperti sepeda, kapal terbang, dan seterusnya.

Aku di Dunia
Dikatakan bahwa manusia selalu ada di dunia dan tidak bisa dipisahkan
darinya. Setiap kegiatan manusia selalu melibatkan dunia, dan sebaliknya, setiap
aspek dari dunia selalu terkait dengan manusia. Bahkan ketika manusia berbicara
tentang sesuatu yang terjadi di alam, seperti gunung atau danau, hal itu selalu
dikaitkan dengan manusia yang melihat dan merasakan keindahan alam tersebut.
Meskipun dunia terlihat ada sebelum manusia, itu hanya dapat diketahui
dan dijelaskan karena manusia ada untuk memahaminya dan memberi nama pada
hal-hal tersebut. Ilmu pengetahuan seperti kimia juga terkait dengan manusia
karena manusia adalah yang mencari tahu dan menjelaskan hal-hal di dunia.
manusia dan dunia saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Relativitas di dunia tidak sama dengan relativisme, karena hubungan manusia dan
dunia selalu ada dan saling memengaruhi satu sama lain.
Pandangan eksistensialis mengajarkan bahwa aku selalu ada di dunia ini
melalui badanku. Tidak mungkin ada aku yang terpisah dari dunia ini. Ketika kita
berbicara tentang aku, itu selalu terkait dengan dunia di sekitar kita. Dalam segala
hal yang dikatakan tentang aku, dunia juga ikut terlibat. Manusia selalu sibuk
dengan dunia dan tidak mungkin ada dunia tanpa manusia.
Suatu dunia tanpa manusia tidak dapat dipikirkan karena dunia
mengandaikan manusia yang berpikir, membayangkan, dan berbicara tentangnya.
Meskipun ilmu kimia bisa menjelaskan susunan molekul air, tetap saja manusia
yang mencari tahu dan mencari jawabannya menggunakan metode-metode
tertentu. Dunia memperlihatkan wajahnya sesuai dengan pertanyaan dan metode
pendekatan manusia.
Dengan refleksi atas manusia sebagai eksistensi, semakin disadari
hubungan yang sangat erat antara manusia dan dunia. Semua hal menjadi relatif
karena terkait dengan hubungan manusia dengan dunia. Namun, relativitas ini
tidak boleh disamakan dengan relativisme yang menganggap bahwa semua hal
adalah relatif dan tidak ada kebenaran objektif.

Einstellung
Dalam pandangan eksistensialisme, "Einstellung" merujuk pada sikap atau
sudut pandang yang dimiliki seseorang terhadap dunia. Setiap orang memiliki
sudut pandang yang unik terhadap dunia karena setiap orang memiliki
pengalaman hidup yang berbeda-beda. Oleh karena itu, setiap orang memiliki
dunia yang berbeda-beda pula.
Contohnya, ketika seseorang ditanya tentang apa itu air, jawabannya akan
bervariasi tergantung dari sudut pandang atau Einstellung yang dimilikinya. Bagi
seseorang yang kehausan, air itu berarti air minum. Bagi seseorang yang suka
berenang, air itu berarti air renang. Bagi pasukan pemadam kebakaran, air itu
sebagai bahan pemadam api. Bagi seorang ahli kimia, air itu zat cair yang terdiri
dari H2O. Bagi ilmuwan seperti Freud, air itu lambang alam bawah sadar.
Dalam eksistensialisme, kenyataan tidak memiliki arti yang pasti atau
universal karena setiap orang melihat dunia melalui sudut pandang yang unik.
Jawaban atas suatu pertanyaan selalu bersifat relatif dan tergantung pada sudut
pandang siapa yang menjawab. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan juga relatif dan
korelatif dengan manusia yang bertanya, dan jawabannya sesuai dengan metode
dan sudut pandang dari masing-masing ilmu.

Objektif dan subjektif


Hubungan eksistensial antara subjek dan objek: Dalam pandangan
eksistensialisme, subjek dan objek saling terkait secara eksistensial. Subjek tidak
dapat dihapuskan dari objektivitas, karena tanpa relasi dengan subjek, tidak ada
pengetahuan. Kehadiran manusia sebagai subjek membuat objektivitas semakin
tercapai. Oleh karena itu, objektivitas dan subjektivitas tidak bertentangan tetapi
saling terkait dalam ilmu pengetahuan.
Keterbatasan ilmu: Setiap ilmu memiliki objektivitasnya sendiri yang
tergantung pada pertanyaan dan metode khas dari ilmu tersebut. Oleh karena itu,
setiap ilmu harus sadar akan keterbatasannya dan memahami bahwa
objektivitasnya korelatif dengan sikap tertentu dari manusia. Jika kita
menganggap bahwa hanya ada kenyataan yang diperlihatkan oleh ilmu alam atau
jika kita menganggap bahwa semuanya relatif saja, maka kita sedang
mengekstrimkan sudut pandang tertentu dan mengabaikan keterbatasan ilmu itu
sendiri.
Pentingnya pengalaman asasi: Dunia ilmu bukanlah yang paling asasi,
karena setiap ilmu didasarkan pada dunia penghayatan yang lebih asasi. Oleh
karena itu, penting untuk kembali ke pengalaman asasi sebagai dasar segala ilmu.
Pandangan eksistensialisme menekankan pentingnya memahami pengalaman
manusia sebagai subjek dalam ilmu pengetahuan. Dalam menghadapi pertanyaan
tentang objektivitas dan subjektivitas, kita harus memahami bahwa setiap ilmu
memiliki objektivitasnya sendiri yang tergantung pada pertanyaan dan metode
khas dari ilmu tersebut dan bahwa objektivitas bergantung pada subjek dan relasi
antara subjek dan objek.
Eksistensialisme memandang bahwa manusia dilahirkan ke dunia tanpa
tujuan yang pasti atau makna yang jelas, dan bahwa mereka harus menciptakan
makna dan tujuan mereka sendiri melalui kebebasan dan tanggung jawab pribadi.
Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman asasi tersebut menjadi sangat penting
dalam eksistensialisme karena merupakan dasar dari pemahaman manusia tentang
kondisi eksistensialnya.

Anda mungkin juga menyukai