Anda di halaman 1dari 7

BAB III ”KEHIDUPAN”

Dosen Pengampu: Dr, Drs. M. Suharsono, M.Si

DISUSUN OLEH:

Nama: Siska Abbidah Kurniasari

NIM : 202160098

Kelas : 1C Psikologi

Tugas Akhir Filsafat Ilmu dan Manusia


Semester Gasal Tahun Akademik 2021/2022
Program Studi Psikologi Universitas Muria Kudus
A. Latar Belakang

Filsafat manusia menyoroti gejala dan kejadian manusia secara sintesis dan
reflektif, dan memiliki ciri-ciri ekstensif, intensif dan kritis, maka dengan
mempelajari filsafat manusia berarti kita dibawa di dalam suatu panorama
pengetahuan yang sangat luas, dalam dan kritis, yang menggambarkan esensi
manusia. Panorama pengetahuan seperti itu mempunyai manfaat ganda yakni manfaat
praktis dan teoritis. Secara praktis filsafat manusia bukan saja berguna untuk
mengetahui apa dan siapa manusia secara menyeluruh, melainkan juga untuk
mengetahui siapakah sesungguhnya diri kita di dalam pemahaman tentang manusia
yang menjelaskan itu pemahaman yang demikian pada gilirannya akan memudahkan
kita dalam mengambil keputusan-keputusan praktis atau dalam menjalankan berbagai
aktivitas hidup sehari-hari, menentukan arah dan tujuan hidup kita, yang selalu saja
tidak gampang untuk kita tentukan secara pasti dan seterusnya. Kepada kita
pemahaman yang esensial tentang manusia, sehingga pada gilirannya, kita bisa
mampu secara kritis asumsi-asumsi yang bersembunyi di balik teori yang di
dalamnya terdapat ilmu-ilmu tentang manusia. Manfaat mempelajari filsafat manusia
adalah mencari dan menemukan jawaban tentang siapa sesungguhnya manusia itu.
Selain itu, kita akan mendapatkan pelajaran berharga tentang kompleksifitas manusia
yang tidak pernah habis-habisnya dipertanyakan apa makna dan hakikatnya. Filsafat
manusia adalah cabang ilmu  filsafat yang membahas mengenai makna
menjadi manusia. Dalam cabang ilmu filsafat ini manusia akan mengajukan
pertanyaan mengenai diri mereka sebagai manusia. Filsafat manusia terus
berkembang karena manusia adalah objek yang penuh dengan misteri. Titik tolak
filsafat manusia adalah pengetahuan dan pengalaman manusia, serta dunia yang
melingkupinya.
B. Hakikat Manusia

Kodrat manusia sebagai makhluk hidup

Setelah menimbang bahwa manusia berbicara, sekarang manusia harus


ditinjau sejauh ia merupakan makhluk hidup. Sebagai makhluk hidup, manusia
memang termasuk di dalam suatu kelompok besar sekali yang mengandung tumbuh-
tumbuhan dan binatang-binatang. Untuk menjelaskan segi manusia itu, hendaklah
kita tentukan da hulu karakter umum makhluk hidup, dengan tidak melupakan bahwa
setiap jenis makhluk hidup merealisir gagasan hidup menurut caranya masing-masing
yang khusus, dan ini lebih nyata lagi pada spesies manusia. Akan tetapi, sulit
menentukan apakah itu makhluk hidup karena dewasa ini ada mesin-mesin yang
begitu sempurna sehingga mampu meniru secara luar biasa kegiatan-kegiatan yang
dahulu dianggap sebagai ciri khas makhluk hidup. Jadi, kita harus mulai dengan
menentukan ke giatan-kegiatan itu bersifat khas bagi makhluk hidup sehingga tidak
bisa direduksikan kepada kemampuan-kemampuan mesin. Dengan demikian,
sebagaimana kegiatan berbicara menyebabkan kita dapat mengetahui bagaimana
manusia berbeda secara esensial dengan binatang, demikian pula aktivitas hidup akan
membuat kita mengerti bagaimana makhluk hidup pada umumnya dan manusia pada
khususnya berbeda secara radikal dengan mesin, meskipun mesin mampu melakukan
tugas-tugas ter tentu yang tak dapat dilaksanakan oleh binatang maupun manusia.
Kegiatan pertama yang dapat disebut sebagai ciri khas makhluk hidup adalah
asimilasi. Makhluk hidup berkembang dan mengembangkan diri dengan mengubah
apa yang dimakan dan dicerna menjadi substansi nya sendiri. Selain membentuk dan
mengembangkan dirinya, makhluk hidup juga dapat memperbaiki dan memulihkan
luka-lukanya. Da mengerjakan itu dari substansinya sendiri, dari dalamnya sendiri,
dari apa yang dibuat oleh organismenya sendiri. Sebaliknya, tidaklah demikian
dengan mesin, karena mesin mengganti bagian-bagian yang rusak dengan bagian-
bagian yang sama, yang diambilnya dari luar. Sebab mesin tidak mempunyai
interioritas, meskipun ia memiliki sesuatu yang bisa dikatakan "bagian dalam".
Makhluk hidup mempunyai suatu kemampuan lagi yang luar biasa, yaitu
mereproduksikan dan melipatgandakan dirinya, membuat dalam dirinya bibit atau
tunas yang akan menjadi suatu makhluk hidup baru, suatu makhluk yang akan
menjadi gambar dan rupanya serta penerus spesiesnya. Sebuah mesin juga dapat
menyusun mesin-mesin lain me nurut model yang dipergunakan untuk menyusun
dirinya sendiri, tetapi ia tidak membuat mereka dari substansinya sendiri. Orang tak
akan mengatakan bahwa mesin-mesin baru itu merupakan keturunan dari mesin lama
atau lahir dari ada nya mesin yang pertama.

Kodrat Makhluk Hidup

Seperti sudah dipaparkan sebelumnya, makhluk hidup adalah, secara esensial,


sesuatu yang menyempurnakan dirinya sendiri. Ia mempunyai kemampuan, seperti
telah dikatakan filsuf-filsuf Yunani untuk bergerak sendiri, untuk tumbuh dan
mengembangkan dirinya. Pemikir-pemikir Abad Pertengahan memastikan bahwa ciri
khas dari makhluk hidup ada lah kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan
imanen, maupun melakukan kegiatan transitif. kita dapat menyimpulkan bahwa
dalam semua makhluk hidup ada dua aspek atau dua unsur yang esensial. Yang
pertama adalah keseluruhan yang berorgan dan tersusun, yang dinamakan badan.
Yang kedua adalah kesatuan substansial yang kita sebut jiwa. Tentu saja badan dan
jiwa solider satu sama lain, dan bersama-sama merupakan satu makhluk hidup sama,
satu substansi, walaupun mereka tetap ber beda dan dari kodrat yang berlainan.
Sebagaimana dalam isyarat, unsur inderawi berbeda dengan signifikasi yang tergores
di dalamnya, meskipun kedua-duanya bersama-sama merupakan satu realitas saja,
demikian pula, dalam setiap makhluk hidup, badan berbeda dengan jiwa yang
terjelma di dalamnya, walaupun kedua-duanya merupakan satu "ada" (being) yang
sama. Demikianlah definisi yang paling umum mengenai kodrat esensial dari
makhluk hidup. Apakah itu tumbuh-tumbuhan, binatang, atau manusia, makhluk
hidup adalah suatu substansi natural yang terbentuk dari badan dan jiwa, dari
keseluruhan yang berorgan dan kesatuan fun damental, dari suatu struktur inderawi
dan subjektivitas metainderawi.

Sistem-sistem yang menyusun badan manusia saling berhubungan erat dan


mempengaruhi satu sama lain. Sistem-sistem itu berasal dari kesatuan substansial
yang sama dan menjamin pemeliharaan subjek yang sama. Di lain pihak, sistem-
sistem tersebut kurang lebih berada di luar keakuan saya yang paling dalam; dan
seluruh organisme dapat dianggap sebagai suatu peralatan natural yang melaluinya
keakuan bisa mengadap tasikan dirinya dengan dunia dan menemukan nafkahnya di
dunia itu. Akan tetapi, harus diingat bahwa tubuh saya tidak merupakan alat biasa;
anggota-anggota dan organ-organ saya juga bukan instrumen-instrumen biasa. Secara
tetap, langsung, dan seharusnyalah mereka berada padaku. Mereka terikat begitu erat
pada "ada" saya sehingga saya tidak bisa memisahkan saya dari mereka tanpa
menghancurkan diri saya. Saya lahir dengan mereka sebagaimana mereka lahir
dengan saya. Saya bersatu dengan mereka. Yang saya sebut "badanku" ialah dimensi
dari "ada" saya, yang memungkinkan "aku" saya berada di dunia, berkomunikasi
dengan orang lain, hidup dari dunia, dengan "ada-ada" di dunia ini. Akan tetapi,
badan saya adalah sesuatu yang lain dari perantara atau jembatan saja. Ia adalah
"aku" saya yang disituasikan, diadaptasikan, dijelmakan. Ia adalah bagian dari "ada"-
ku yang secara esensial termasuk saya, meskipun ia diarahkan kepada dunia. Oleh
sebab itu, Michel Henry, yang membedakan dalam manusia, tubuh objektif (apa yang
dapat diamati dari luar), tubuh organik (yang mendiami tubuh objektif) dan tubuh
"asali" (yang dianggapnya sebagai jiwa atau "aku"), mengatakan bahwa ketiga tubuh
itu menyusun suatu "ada" yang sama, dan tubuh objektif pun adalah interioritas dan
subjektivitas.
C. Kesimpulan

Dalam aktivitas nya, manusia berinisiatif. Ia mencari makan dan mengejar


korbannya. Ia me lawan atau melarikan diri. Ia berpindah tempat dan beradaptasi lagi.
Ia bersetubuh dan mereproduksikan dirinya. Tetapi, kemenangan itu juga bersifat
sementara saja. Dalam banyak hal, makhluk hidup dikuasai oleh kepasifan. Pertama,
ia tidak memilih tetapi menerima eksistensinya. Sebelum ia bisa mulai mengubah
lingkungannya, lingkungan itu sudah mengkondisikannya. Seperti ia tidak
menentukan momen munculnya, ia tidak dapat mempercepat arus eksistensinya, juga
tidak memper lambatnya, apalagi kembali ke waktu lampau. la tidak bisa
menghindari penuaan, dan akhirnya ia akan tenggelam, sedikit demi sedikit, dalam
ketidakmampuan. Walaupun begitu, makhluk hidup telah merealisir kemajuan yang
penting sekali, jikalau dibandingkan dengan ketidaksempurnaan dan keterbatasan-
keterbatasan benda-benda material saja. Makhluk hidup, seperti sudah dikatakan,
adalah autoperfektif. Kita juga mengetahui bahwa spesies-spesies binatang
berevolusi, meskipun evolusi ini tidak selalu maju. Bagaimanapun juga, setiap
individu tak pernah menjadi dirinya secara total dan sempurna. Waktu masih muda, ia
belum berke mampuan dan kuat. Waktu menjadi dewasa, ia sudah mula: menua.
Apabila kita kembali kepada manusia, akan lebih mudah bagi kita untuk melihat
bahwa ia tak pernah mencapai keadaan yang dicita-citakannya. Di mana-mana, hidup
tampak seperti suatu tanjakan yang turun, suatu evolusi yang berhenti atau
menyimpang.
DAFTAR PUSTAKA

Leahy, Louis. 2001. Siapakah Manusia? Sintesis Filosofis Tentang Manusia.


Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai