Deskripsi Umum
Setelah memahami posisi manusia secara teologis sebagai ciptaan Allah yang
memercik citra diri Allah dalam dirinya, maka KB Dua modul ini menulis tentang
bagaimana manusia dalam laku hidupnya mulai dari diri individu dan person,
badan dan rohani, kebebasan dan impelementasinya.
Capaian Pembelajaran:
Mampu merumuskan secara tepat hakikat esensi manusia dalam
perwujudannya secara nyata
Pokok Materi
1. Individu dan persona dalam diri Manusia
2. Jiwa dan roh yang berbadan
3. Kebebasan dan determinasi manusia
4. Implementasi esensi manusia yang mewujud
37
Pokok Materi dalam Peta Konsep:
38
Uraian Materi:
Even on the level of the most elementary forms of matter such as photons (particles
of light). There seems to be hesitating of forming individuals in the general
substratum of matter. With electrons, this corpuscular aspect becomes more strongly
remarked, but the influence of the general substratum of matter is still noticable in
39
such an way that the individuality remains very weak and easily disappears
again in the general substratum of matter… With living beings the individuality
becomes more pronounced, there is something of self-existence… Even with the
human beings the individuality of material worlds culminates, there is not an
absolute distinction, but there can not doubt about their self-existence.
Baru pada manusia terdapat suatu pusat serba baru. Sumber gerakannya
berasal dari dalam diri manusia. Aku memutuskan dan bertindak. Dari cara
beradanya, berkat kesadaran dan refleksi manusia dapat memasuki diri dan
mengambil jarak terhadap diri sendiri. Manusia sadar akan dirinya. Manusia
memiliki daya refleksi, sehingga mampu berdistansiasi terhadap diri, dan dapat
kembali pada diri sendiri. Manusia tahu dan ia juga tahu bahwa ia tahu.
Akibatnya bahwa daya refleksi tersebut sangat besar. Teilhard de Chardin (1965 :
165) mengatakan: no other world is born. Abstraction, reasonal choice and invention,
mathematics, art, calculation of space and time, anxieties and dreams of love… all these
activities of inner life are nothing else than the evervescene of the newly-formed centre as it
explodes into itself.
40
Manusia juga berdistansiasi terhadap kegiatannya dan kemungkinan-
kemungkinannya. Kegiatannya berada di tangannya sendiri. Ia menyentuh
dirinya dari dalam. Bukan determinisme, tetapi self determination. Dengan
kemampuan berdistansiasi manusia menjadi mahkluk yang bebas. Kemungkinan-
kemungkinannya diketahui, pro dan kontra dipertimbangkan. Ia mampu memilih
dan memutuskan. Arahnya ditentukan dari dalam, yaitu dari dirinya sendiri.
Kebebasan inilah yang disebutkan tadi sebagai self determination. Manusia bebas
dan bertanggungjawab. Manusia bersifat otonom. Hukum yang harus ditaati
bukan sesuatu dari luar dirinya, tetapi tertulis dalam kodratnya. Ia mampu
membaca hati nuraninya. Pelaksanaannya berada dalam tangannya sendiri.
Manusia adalah person . individu dan person dalam diri manusia bukan
dua hal yang terpisah, melainkan berbeda. Justru karena manusia adalah person,
maka berdiri sendiri mendapat arti yang seba baru. Hanya manusia lah yang self
existence dalam arti sepenuhnya. Ia seorang diri dan dari situlah sumber segala
kegiatannya yang khas manusiawi.
Identitas dengan diri sendiri bersifat dinamis. Aku adalah aku, tetapi juga
aku belum aku. Kualami diriku dalam suatu ketegangan di antara aku yang faktif
dengan aku yang sebenarnya. Aku tetap ada dalam perjalanan menuju diriku yang
sejati. Diri yang sejati itu sekaligus penggerak dan norma. Aku harus
merealisasikan diri sehingga aku makin menuju diriku yang sebenarnya. Dalam
pemahaman yang seperti ini, maka Sartre pernah berkata: man is what he is
not…Manusia adalah faktual dan sekaligus proyek. Manusia selalu terarah ke
depan.
Manusia sebagai mahkluk yang sadar dan bebas disebut pribadi atau
person. Manusia sebagai pribadi dipanggil dan dibujuk dari dalam untuk menjadi
“a personality” yaitu menuju pada dirinya yang sejati. Bagi setiap manusia tetap
berlaku bahwa ia adalah person meskipun pada awalnya kesadaran dan kebebasan
belum berkembang, atau perkembangannya terhalang akibat suatu kerusakan
pada otaknya. Ia tetap pribadi dengan segala hak-hak asasi yang berdasar pada
kodratnya sebagai manusia.
41
berkepribadian . ia menjadi seseorang yang berdiri sendiri dan tidak diombang-
ambingkan oleh berbagai macam pengaruh dari luar. Sebagai mahkluk social,
dalam proses pembentukan dirinya, factor lingkungan, keluarga lingkungan social
dan faktisitas social ikut memainkan peranan. Namun dalam menjadi penggerak
adalah ‘diri’ orangnya. Panggilan untuk menjadi pribadi bersifat etis. Aku harus
menjadi aku. Manusia sekaligus pemberian dan tugas. Sebagaimana disampaikan
Driyarkara, agar betul-betul menjadi pribadi harus menjadi kepribadian.
42
dalam situasi yang baru. Ia sadar akan kewajibannya, dapat dipercayai dan
bertanggung jawab. Ia mampu merencanakan masa depan, baik untuk dirinya
sendiri ataupun orang lain.
Dalam hal nilai, ia dapat membedakan apa yang paling hakiki dan apa yang
sekedar incidental. Ia terampil memperlihatkan emosi yang tepat dan sesuai situasi
yang dihadapi, yaitu sedih, gembira, marah, sesal, heran atau kagum. Ia dapat
melihat dengan hati yang terbuka sesuatu yang indah pada diri sesama, dan peka
dengan situasi di sekelilingnya. Hal seksualitas pun dapat diintegrasikan dengan
baik sesuai panggilan dirinya sehingga ia tahu bahwa ia membutuhkan orang
lain dan orang lain pun membutuhkan dirinya. Proses pembentukan diri tetap
berjalan, dari diri yang faktif menuju diri yang semakin indah. Semakin panggilan
ini direalisasikan maka manusia semakin menjadi seseorang yang berkepribadian
dan semakin menjadi pribadi yang matang.
43
tanpa kerohanian. Keunikan kuantitatif sebagai pribadi berbeda dengan keunikan
secara kualitatif.
44
3. Dasar Keunikan sebagai Individu dan sebagai person
45
dan faktisitas sosial, aku semakin menjadi seseorang yang mampu berpikir
sendiri, bebas dan ikut menciptakan suasana di mana sesamaku dapat juga
menjadi dirinya.
Manusia adalah mahkluk yang berbadan. Diri manusia adalah rohani dan
jasmani. Badan adalah bentuk konkret dari kejasmanianku, atau dari padaku
sepanjang aku ini jasmani. Yang ada bukan badan, yang ada ialah aku ini dan
badan adalah aku dalam bentuk jasmani. Badan adalah aku sendiri dalam
kedudukanku sebagai mahkluk jasmani, badan adalah wujudku sebagai mahkluk
jasmani.
46
•Jiwa merupakan aspek yang pertama, lebih unggul dari
badan, bahwa ia menjadi prinsip hidup, kesadaran,
Gambar 2.1.
47
Dalam seluruh aktivitas manusia
fungsi badan tidak dapat
dihilangkan. Contoh tangan manusia
yang mampu digerakkan dengan
gemulai dalam gerakan yang lincah
dan memukau atau bagaimana
kelenturan dalam melakukan gerakan
olahraga tertentu, dll. Bahkan dalam
kegiatan kita beribadah kita pun
aspek badan - jasmani kita turut
serta.
48
Dalam kesatuan jiwa dan badan, maka definisi
SEHAT menjadi: situasi total manusia, baik
jasmani maupun rohani, yang memungkinkan
seseorang untuk menjalankan hidupnya
dengan menempatkan diri dalam keadaannya.
Kesehatan bukan hanya soal badan tetapi soal
seluruh atau keutuhan manusia. Mensana in
corpore sano.
C. KEBEBASAN MANUSIA
1. Apa itu Kebebasan
Begitu esensial dan konkret unsur kebebasan bagi eksistensi atau adanya
manusia di dunia, sehingga kebebasan dalam penziarahan hidup manusia menjadi
suatu yang secara terus-menerus diperjuangkan. Kebebasan merupakan suatu nilai
yang dijunjung tinggi oleh manusia. Manusia akan mungkin merealisasikan dirinya
secara penuh jika ia bebas. Gagasan kebebasan semacam ini selalu aktual dalam
hidup manusia selain karena kebebasan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan
dari diri manusia, juga karena kebebasan itu dalam kenyataannya merupakan suatu
yang bersifat "fragile"; kebebasan bersifat sensitif dan rapuh. Manusia adalah
makhluk yang bebas, namun sekaligus manusia adalah makhluk yang harus
senantiasa memperjuangkan kebebasannya. Aktualisasi ide kebebasan manusia
juga didasarkan pada kenyataan adanya perkembangan arti kebebasan sesuai
dengan situasi dan kondisi manusia.
Arti dan makna kebebasan pada jaman sekarang tidak bisa disempitkan
hanya pada pengertian kebebasan dalam masyarakat kuno atau masyarakat
pramodern. Pada jaman penjajahan kebebasan mungkin lebih diartikan sebagai
keadaan terlepas dari penindasan oleh penjajah. Namun pada masyarakat modern,
di mana bentuk penjajahan terhadap kebebasan juga semakin berkembang, misalnya
dengan adanya gerakan modernisasi dan industrialisasi yang membawa perubahan
yang radikal pada cara berpikir manusia, arti kebebasan juga mempunyai makna
yang lebih luas. Kebebasan pada jaman sekarang bukan hanya berarti sekedar
49
terbebas dari keadaan terjajah, namun mungkin lebih berarti bebas untuk
mengangtualkan diri di tengah-tengah perkembangan jaman ini.
50
Kebebasan yang nampak secara sekilas dalam binatang-binatang pada dasarnya
bukan kebebasan sejati. Mereka dapat menggerakkan tubuhnya ke mana saja, tetapi
semuanya itu sebenarnya bukan berasal dari diri binatang itu sendiri. Gerakan
binatang bukanlah hasil dorongan internal diri binatang. Kebebasan mereka adalah
kebebasan sebagai produk dorongan-dorongan instingtualnya. Dengan istilah
instingtual dimaksudkan tidak adanya peran akal budi dan kehendak. Dalam arti itu
sebenarnya di dalam diri binatang-binatang tidak ada kebebasan. Di dalam diri
binatang tidak ada self-determination atau kemampuan internal untuk menentukan
dirinya. Sedang manusia mempunyai kemampuan untuk berhasrat dan
berkeinginan. Ia mempunyai kecenderungan dan kehendak yang bebas. Manusia
mempunyai kemampuan memilih. Karena itu dikatakan bahwa manusia adalah
tuan atas perbuatannya sendiri. Kebebasan sejati hanya terdapat di dalam diri
manusia karena di dalam diri manusia ada akal budi dan kehendak bebas.
Kebebasan sebagai penentuan diri mengandaikan peran akal budi dan kehendak
bebas manusia.
51
Jangkauan itu terbatas. Namun demikian hal itu tidak mengurangi melainkan justru
mencirikan kebebasan manusia. Contohnya: bahwa manusia tidak bisa terbang itu
bukan merupakan pengekangan terhadap kebebasannya. Hal itu semata-mata
disebabkan oleh kemampuan badan manusia yang terbatas. Jadi sekali lagi yang
dimaksud paksaan terhadap kebebasan fisik ini adalah pengekangan atau paksaan
yang datang dari luar diri manusia. Misalnya dari lembaga atau orang lain.
Kebebasan dalam pengertian ini bisa terdapat pada manusia atau binatang,
bahkan pada tumbuhan atau objek yang tidak berjiwa. Yang membedakan manusia
dengan binatang dan benda-benda itu adalah aspek kehendak akal budi manusia.
Binatang menggerakkan tubuhnya sendiri, namun akar dari gerakan itu adalah
dorongan instingtualnya. Sedangkan manusia bergerak karena dorongan
kehendaknya.
52
Kebebasan psikologis berkaitan erat dengan hakekat manusia sebagai
makhluk yang berakal budi. Manusia bisa berpikir sebelum bertindak. Ia menyadari
dan mempertimbangkan tindakan-tindakannya. Karena itu jika orang bertindak
secara bebas maka itu berarti ia tahu apa yang dilakukan dan tahu mengapa
melakukannya. Jadi kebebasan berkehendak mengandaikan kesadaran dan
kemampuan berpikir maupun kemampuan menilai dan mempertimbangkan arti
dan bobot perbuatan sebelum manusia membuat suatu keputusan untuk bertindak.
Dalam kebebasan psikologis kemungkinan memilih merupakan aspek yang penting.
Konsekuensinya adalah tidak ada kebebasan jika tidak ada kemungkinan untuk
memilih. Orang dikatakan bebas dalam pengertian ini jika ia mempunyai
kemungkinan untuk melakukan tindakan A dan bukan B. Kemungkinan untuk
memilih adalah aspek yang penting, namun demikian aspek ini tidak bisa
dijadikan tolok ukur untuk menilai kebebasan psikologis. Mengapa? Karena
pemilihan bukan merupakan hakikat kebebasan psikologis. Hakikat kebebasan
psikologis adalah kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri.
Berbeda dari kebebasan fisik, kebebasan psikologis tidak bisa secara langsung
dibatasi dari luar. Orang tidak bisa dipaksa untuk menghendaki sesuatu. Misalnya
dalam peristiwa perampokan. Seandainya saya terpaksa menyerahkan semua uang
dan harta yang saya punya, penyerahan itu saya lakukan atas kehendak saya. Dalam
arti itu saya masih bebas secara psikologis, karena saya masih mempunyai
kemungkinan untuk memilih. Dan (mungkin) saya tidak bebas secara fisik, karena
dalam perampokan itu saya diancam untuk dibunuh. Secara tidak langsung bentuk
paksaan psikologis adalah pembatasan-pembatasan psikis yang memaksa seseorang
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. Kebebasan psikologis juga dapat
dihalangi dengan mengondisikan orang sehingga tidak mungkin melakukan
beberapa kegiatan tertentu. Misalnya seorang ibu yang mengharuskan anaknya
untuk langsung pulang setelah jam sekolah selesai. Ibu itu membatasi kebebasan
psikologis anaknya karena dia tidak memberi kemungkinan pada anaknya
untuk melakukan tindakan lain selain langsung pulang setelah sekolah.
53
mengambil dompet itu. Namun setelah mengambil dompet itu saya masih
menimbang lagi: dompet ini saya kembalikan pada pemiliknya, atau saya
mengambil dan tidak memberikan pada pemiliknya. Dalam hal ini saya
mempunyai kemungkinan atau kebebasan untuk memilih. Saya mempunyai
kebebasan psikologis. Di lain pihak dalam tindakan saya itu tidak ada kebebasan
moral. Alasannya adalah tindakan saya secara moral tidak bisa
dipertanggungjawabkan. Saya telah mengambil barang orang lain yang bukan hak
saya.
Contoh lain: Seorang wanita yang disandra yang harus memilih di antara dua
pilihan, yaitu atau menyerahkan semua perhiasannya atau diperkosa. Pada akhirnya
perempuan itu memilih untuk menyerahkan semua perhiasannya. Dalam
pengertian kebebasan psikologis perbuatan perempuan itu adalah bebas karena
perbuatan itu keluar dari kehendaknya. Dalam pilihannya itu ia menjadi penentu
atas dirinya sendiri. Meskipun perempuan itu bebas secara psikologis, namun ia
tidak bebas secara moral. Alasannya ialah karena perempuan itu memilih secara
terpaksa. Ia dipaksa secara moral. Ia berhadapan dengan dua pilihan dilematis yang
sama-sama mempunyai konsekuensi negatif. Perempuan itu menjadi tidak berdaya.
Jadi dalam pengertian inilah kebebasan moral mengandaikan kebebasan psikologis.
Dan sebaliknya jika ada kebebasan psikologis belum tentu ada kebebasan moral.
Dan karena itulah kebebasan moral harus dibedakan dengan kebebasan psikologis
dan kebebasan fisik. Kebebasan moral dapat dibatasi dengan pemberian larangan
atau pewajiban secara moral. Orang yang tidak berada dibawah tekanan sebuah
larangan atau berada dibawah suatu kewajiban adalah bebas dalam arti moral.
Manusia masih harus berhadapan dengan pelbagai hal yang tidak sempurna.
Manusia masih harus berhadapan dengan aneka pembatasan-pembatasan yang
selalu menghalangi proses pengembangan hidupnya. Manusia masih harus
berusaha mendobrak segala macam rintangan yang membelenggu kebebasan
dirinya. Bahwa dalam kenyataan manusia senantiasa harus berjuang melawan
54
bentuk-bentuk rintangan dan paksaan yang membatasi kebebasannya, merupakan
tanda bahwa kebebasan manusia merupakan sesuatu yang senantiasa menuntut
penyempurnaan.
55
Louis Leahy menempuh tiga jalan, yaitu dengan argumen persetujuan umum,
argumen psikologis, dan argumen etis. Tiga jalan itu ditempuhnya terutama dalam
kaitannya dengan pemikiran kritis para pemikir modern dan para ahli psikologi
yang mengingkari adanya kebebasan dalam diri manusia. Sistem pemikiran mereka
dikenal dengan sebutan Determinisme. Mereka berkata bahwa pada dasarnya
manusia itu tidak bebas. Segala perbuatan manusia dalam hidupnya telah
ditentukan. Kata determinisme berasal dari bahasa latin determinare yang berarti
menentukan batas atau membatasi. Determinisme merupakan tesis filosofis yang
menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini, termasuk manusia, ditentukan oleh
hukum sebab akibat. Tidak ada hal yang terjadi berdasarkan kebebasan
berkehendak atau kebebasan memilih. Juga di dunia ini tidak ada hal yang terjadi
secara kebetulan. Artinya sesuatu hal itu bisa terjadi karena telah ditentukan untuk
terjadi. Dengan tesis itu aliran determinisme hendak mengatakan bahwa di dunia ini
tidak ada kebebasan.
56
dalam psikologi yang mempelajari perilaku manusia. Secara khusus pusat perhatian
mereka adalah perilaku manusia yang nampak. Di dalamnya mereka berusaha
mengamati hubungan antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan). John B.
Watson menyatakan bahwa kepribadian manusia merupakan hasil pembentukan
kebiasaan dan kemampuan, terutama yang ditentukan oleh orang lain. Pembiasaan
ini pada akhirnya menciptakan refleks kondisional, yaitu suatu pola tingkah laku
yang terjadi secara spontan karena pembiasaan terus-menerus. Fatalisme berasal
dari kata Latin fatum yang berarti nasib atau takdir. Fatalisme adalah paham yang
menyatakan bahwa semua kejadian alam semesta dan hidup manusia berada di
bawah kuasa penuh suatu prinsip mutlak, yaitu nasib. Menurut aliran ini manusia
tidak memiliki kebebasan karena semua pilihannya sudah ditentukan oleh nasib.
Sementara predestinasi berasal dari bahasa Latin pradestinare yang berarti meramal
atau menebak. Predestinasi mengajarkan bahwa peristiwa yang sudah terjadi,
sedang terjadi, dan yang akan terjadi telah ditentukan untuk terjadi oleh Allah.
Dalam konteks teologi aliran ini mengajarkan bahwa keselamatan atau
penghukuman manusia, mulai dari awal sampai akhir, sudah ditentukan oleh Allah.
Dengan gagasannya itu penganut predestinasi menyatakan bahwa Allah memiliki
kekuasaan absolut. Allah menentukan bukan hanya disposisi final manusia tetapi
juga seluruh peristiwa hidup manusia. Dan karena itulah predestinasi juga termasuk
salah satu aliran determinisme.
57
Manusia harus memilih, karena ia dapat menyeleweng. Dengan memilih
yang sungguh-sungguh baik, manusia menuju pada kemerdekaan yang sejati.
Manusia tetap berada di tengah perjalanan dan tidak pernah selesai. Aku sungguh
aku, tetapi aku juga belum aku. Suatu pertentangan yang bersifat paradoksal.
Keharusan dalam kehendak direalisasikan secara bebas. Keharusan etis menyatakan
diri kepadaku sebagai suatu imperatif kategoris, bukan hipotesis. Suatu imperatif
kategoris berdasar pada suatu syarat: jika ingin pandai ber-bahasa Inggris, maka
harus rajin belajar. Imperative kategoris bersifat mutlak dan berdasar pada kodrat
diri manusia sendiri. Keharusan kategoris diwajibkan secara mutlak, namun tidak
terlaksana secara paksa, melainkan secara bebas. Keharusan kodrati dihayati
sebagai imperatif kategoris. Hubungan mereka lebih dihayati sebagai suatu seruan
yang mengharapkan jawaban.
Kebebasan pilihan ada dalam diri saya sebagai seorang manusia. Setiap saat
saya harus menentukan diri saya sendiri. Sayalah yang bertanggung jawab.
Kebebasan ada dalam diri saya tanpa jasa saya sendiri karena itu adalah anugerah.
Aku dipanggil untuk semakin bebas dari segala penghalang menuju pada diriku
yang sejati. Kebebasan sejati adalah panggilan sekaligus perjuangan. Kebebasan
sejati direalisasikan melalui kebebasan pilihan. Semakin manusia dengan suara
ketetapan terarah pada kebaikannya yang sejati, maka kebebasan pilihan semakin
kurang berfungsi. Pertentangan antara kebebasan pilihan dan sejati merupakan hal
yang khas manusia, karena dalam kebebasan pilihan hadir suatu keharusan kodrati
yang mewajibkan secara etis. Hakikat kebebasan menjadi tidak sekedar bebas untuk
memilih namun penentuan diri (self determination).
58
dalam hati nurani, dengan pengetahuan yang bersifat implisit: yang baik harus
dibuat dan yang jahat harus dihindari). Kewajiban etis bersifat mutlak dan tanpa
syarat. Kewajiban bersifat objektif dan rasional karena berdasar pada kenyataan
dan dapat dipertanggungjawabkan. Ia juga bersifat universal dan berlaku bagi
semua orang dalam keadaan dan kondisi yang sama. Hubungan suara hati dengan
tindakan buka suatu aksi-reaksi melainkan hubungan yang bersifat personal
bagaikan seruan dan jawaban.
Diri kenyataan adalah norma segala perbuatan etis. Hal ini berlaku untuk
pergaulan manusia dengan alam juga, di mana manusia tidak dapat
memperlakukan alam dengan semena-mena. Dalam kebebasan kita berhadapan
dengan suatu keharusan yang mesti ditaati. Manusia harus merealisasikan dirinya
dengan bebas memilih. Ikatan itu bukannya sesuatu yang dating dari luar diriku,
melainkan dari kenyataan diriku sendiri. Kenyataan ini menyatakan diri kepada
budi sebagai kenyataan yang benar dan objektif. Budi memperlihatkan kenyataan
itu kepada kehendak sebagai suatu kebaikan yang menarik.
Manusia adalah mahkluk yang bebas, bersifat otonom, namun bukanlah roh
murni, melainkan terjelma. Faktisitasku membatasi sekaligus membuka
kemungkinan-kemungkinan yang riil. Manusia sudah dan belum, mahkluk yang
dinamis dan menyejarah. Dalam kemungkinan-kemungkinan yang terbuka aku
tidak boleh memilih dengan sewenang-wenang. Aku dipanggil untuk menjadi
manusia yang baik dan taat kepada keharusan yang hadir dalam kebebasan. Aku
menjadi aku. Inilah seruan etis yang bersifat imperatif kategoris, suatu keharusan
dalam kebebasan. Kebebasan bersifat paradoksal, karena manusia adalah mahkluk
yang berelasi maka merealisasikan diri artinya membangun dunia dan membuat
dunia menjadi dunia yang baik untuk kebersamaan manusia.
59
Individu berasal dari bahasa Latin individuum yang berarti tidak terbagi.
Kata individu merupakan sebutan yang dipakai untuk menyatakan suatu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia
secara keseluruhan yang tidak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan
terbatas, yaitu perseorangan manusia. Manusia lahir sebagai individu yang
bermakna tidak terbagi atau terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis,
manusia lahir dengan kelengkapan fisik, tidak berbeda dengan mahkluk
hewan. Namun secara rohani, ia sangat berbeda dengan mahkluk hewan pun.
Jiwa manusia merupakan satu kesatuan dengan raganya untuk selanjutnya
melakukan aktivitas atau kegiatan. Kegiatan manusia tidak semata-mata
digerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga aspek rohani. Manusia mengarahkan
seluruh jiwa raganya untuk berkegiatan dalam hidupnya.
60
b) Pandangan empiristik menyatakan bahwa pertumbuhan individu
semata-mata didasarkan pada faktor lingkungan. Lingkunganlah
yang menentukan pertumbuhan seseorang.
c) Pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan
individu dipengaruhi oleh individu dan lingkungan. Bakat anak
merupakan potensi yang harus disesuaikan dengan diciptakannya
lingkungan yang baik sehingga ia bisa tumbuh dengan optimal.
61
Keluarga merupakan lingkungan manusia yang pertama dan utama.
Dalam keluarga manusia menemukan kodratnya sebagai mahkluk sosial,
karena dalam lingkungan itulah untuk pertama kalinya manusia berinteraksi
dengan orang lain. Kelompok berikutnya adalah kelompok pertemanan,
pergaulan, kelompok pekerja, dan masyarakat secara luas.
62
diri sendiri menjadikan orang per orang memiliki sifat individualistis dan egois.
Orang tidak lagi mau membantu, bersimpati, atau berempati terhadap orang
lain dikarenakan kepentingan sendiri yang lebih ditonjolkan. Karena itulah
sebenarnya, dalam hidup bermasyarakat lalu dibutuhkan norma-norma yang
mengatur yang dapat dijadikan sebagai patokan untuk bertingkah laku, antara
lain:
a. Norma agama atau religi, yaitu norma yang dianggap bersumber dari
Tuhan yang diperuntukkan bagi umat-Nya. Norma agama berisi
perintah agar dipatuhi dan larangan agar dijauhi umat beragama.
b. Norma kesusilaan atau moral, bersumber dari hati nurani manusia
untuk mengajak pada kebaikan dan menjauhi keburukan. Norma ini
bertujuan agar manusia berbuat baik secara moral.
c. Norma kesopanan, bersumber dari masyarakat dan berlaku terbatas
pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
d. Norma hukum, dibuat masyarakat secara resmi yang
pemberlakuannya bersifat pemaksaan. Norma ini dimuat dalam
berbagai peraturan perundang-undangan yang bersifat tertulis.
63
c. Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib
kehidupan kelompok.
Syarat terjadinya interaksi adalah kontak sosial dan komunikasi. Kontak dapat
bersifat primer (kontak langsung dengan cara berbicara, jabat tangan, tersenyum, dsb.)
dan sekunder (terjadi melalui perantara misalnya telepon, radio, TV, dll). Kontak sosial
dapat berupa kontak antar individu, kontak antar individu dengan satu kelompok,
ataupun kontak antar kelompok dengan kelompok lainnya.
64
d. Dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat
65
Forum Diskusi
1. Perhatikanlah beberapa gambar berikut ini, berikanlah tanggapan pribadi Anda
setelah membaca Materi KB 2 secara keseluruhan, tanyakan juga beberapa
rekan / teman / keluarga tentang tanggapan mereka, lalu uraikan dalam
deskripsi singkat tentang siapa Manusia:
66
Daftar Pustaka:
Cassirer Ernest, Manusia dan Kebudayaan, Sebuah Esei tentang Manusia, Jakarta,
Gramedia, 1990.
De Chardin Teilhard, The Phenomenon of Man, Harper and Row, New York, 1965.
Leahy Louis, Manusia sebuah Misteri, Sintesa Filosofis tentang Mahkluk Paradoksal,
Jakarta, Gramedia, 1989.
-----, Siapakah manusia, Sintesa Filosofis tentang Manusia, Jakarta, Gramedia, 2000.
67
Glosorarium
Distansiasi yaitu mengambil jarak tertentu sehingga dapat melihat dengan lebih
jelas.
Monisme yaitu penekanan pada satu substansi yang membentuk dan ada dalam
alam. Biasanya dilawankan dengan dualisme yang melihat bahwa ada dua
substansi yang membentuk alam.
Substansi yaitu sesuatu yang menjadi dasar penopang semua gejala. Tanpanya
maka sesuatu tidak ada, tidak akan mengalami proses menjadi sesuai hakikatnya.
68
69