Dosen Pengajar :
Bapak Dr. A. Totok Priyadi, M.Si dan Ibu Rita S.Ag.M.Th
Disusun oleh:
Kelompok 1
PONTIANAK
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta penyertaan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Manusia Menurut
Kitab Suci ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.Dan juga kami berterima
kasih pada Bapak Dr. A. Totok Priyadi, M.Si dan Ibu Rita S.Ag.M.Th selaku Dosen mata
kuliah agama katolik FKIPUNTAN yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai manusia.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................1
KATAPENGANTAR......................................................................................................2
DAFTARISI.....................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
Gereja Katolik percaya bahwa seluruh umat manusia diturunkan dari
Adam dan Hawa, “Magisterium Gereja Katolik mengajarkan tentang dosa asal,
yang berasal dari dosa yang dilakukan oleh seorang Adam [manusia pertama],
dan yang diturunkan kepada semua orang….” (Paus Pius XII, Humani Generis
37). Artinya, Gereja Katolik mengajarkan
5
monogenism dan menolak polygenism; sebab kita percaya bahwa semua manusia diturunkan
dari sepasang manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Siapakah manusia?
2. Darimana manusia berasal?
3. Untuk apa manusia berada di dunia?
4. Pandangan tentang manusia dalam kebudayaan Ibrani.
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pegertian manusia
2. Untuk mengetahui asal-usul manusia menurut pandangan agama dan para ahli
3. Untuk mengetahui tujuan manusia berada di dunia menurut pandangan
agama Katolik
4. Untuk mengetahui pandangan manusia dalam kebudayaan Ibrani
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MANUSIA
7
B. ASAL – USUL MANUSIA
a. Asal-usul Manusia Menurut Agama Katolik
Gereja - berdasarkan amanat Kitab Suci - membeberkan beberapa ajaran iman
yang berhubungan dengan Adam dan Hawa. Adam dan Hawa adalah manusia pertama
yang diciptakan Allah dan ditempatkan di taman Firdaus. Keduanya diakui sebagai
pasangan suami-isteri pertama yang menurunkan segenap umat manusia.Mereka adalah
leluhur umat manusia.Kecuali itu, Gereja mengajarkan bahwa dosa yang mencekam
seluruh umat manusia hingga kini diwariskan oleh Adam dan Hawa.Yesus Kristus,
Putera Allah, menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia dari belenggu
dosa yang diwariskan Adam dan Hawa. Oleh Adam, dosa masuk ke dalam dunia, tetapi
oleh Yesus Kristus, Adam Kedua, manusia diselamatkan dari belenggu dosa.
Dalam perjanjian Lama kata Adam (yang berhubungan dengan kata adama:
'yang dari tanah') kadang-kadang berarti 'manusia yang diciptakan Allah' (Kej 4:25;
5:1,3-5; 1 Taw 1:1; Tob 8:6; Sir 49:16). Tetapi pada dasarnya Adam berarti 'manusia',
'manusia pada umumnya' (bdk. Kej 1:26-27; Ayb 14:1; Mzm 8:5; 104:14 dst.). Melalui
penyusunan cerita Firdaus, Adam dipandang sebagai 'seorang laki-laki' (Kej 2-4), dan
dipakai sebagai 'nama pribadi manusia yang pertama' (Kej 4:25-5: 5).Dalam Perjanjian
Baru, disamping beberapa ayat yang menggambarkan pribadi Adam sebagai moyang
semua manusia (Luk 3:38; Yud 14; Kis 17:26), atau pun makna perkawinan Kristen (Kej
2:24; Mat 19:46; Ef 5:31), pribadi Adam disoroti dalam hubungannya dengan Yesus
Kristus. Sedangkan Hawa, adalah perempuan pertama. Ia diciptakan Tuhan dari tulang
rusuk Adam. Nama Hawa dikaitkan dengan kata kerja Ibrani 'haya' yang berarti 'hidup':
"(perempuan) yang hidup, ibu orang-orang hidup."
Menurut iman-kepercayaan kita, Adam dan Hawa diciptakan Allah menurut
citra-Nya.Adam diciptakan dari debu tanah, sedangkan Hawa diciptakan dari sebuah
tulang rusuk Adam. Tuhan mencintai mereka melebihi semua ciptaan lainnya. Tuhan
mencita-citakan agar mereka hidup berbahagia bersama-Nya, saling mencintai dan
mencintai Tuhan. Panggilan untuk hidup di dalam cinta diwujudkan dengan terciptanya
manusia sebagai pasangan, pria dan wanita. Tuhan menciptakan Hawa sebagai
pendamping dan pelengkap yang sejajar bagi Adam. Alkitab menggambarkan
kesejajaran itu dengan cerita penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam: "Ketika Adam
tidur, Tuhan mengambil salah satu rusuknya dan menutup tempat itu dengan daging.
8
Lalu Tuhan membentuk rusuk itu menjadi seorang wanita." (bdk Kej 2:21-23) Tulang
rusuk terletak di bagian tengah tubuh. Hal itu berarti Hawa sederajat dengan Adam
dalam hal martabat sebagai rnanusia, meskipun secara hakiki keduanya berbeda satu
sama lain. Pasangan manusia pertama ini sangat berbahagia karenanya sehati sejiwa dan
erat dengan Tuhan. Mereka kudus dan karenanya tiada rasa malu di antara mereka,
sekalipun mereka telanjang. Tetapi Alkitab selanjutnya menggambarkan bahwa
keduanya kemudian melanggar perintah Allah, yaitu memakan buah 'pohon pengetahuan
baik dan jahat', karena godaan setan. Mereka berdosa: 'dosa ingin menjadi serupa dan
sederajat dengan Allah, Penciptanya'. Mereka ingin menjadi mahatahu seperti Allah.
Ketidak taatan mereka itulah akhirnya membawa dosa dan maut bagi semua
manusia di kemudian hari.Meskipun demikian cintakasih Allah kepada mereka tidak
pernah sirna oleh kedosaan mereka.Cintakasih Allah ternyata jauh melebihi kejahatan
dosa manusia. Hal ini tampak di dalam janji Allah untuk mengutus seorang penyelamat
yang akan lahir dari seorang wanita. Dalam pribadi Yesus Kristus, yang lahir dari
perawan Maria, janji Allah itu terpenuhi.Dengan demikian, kecongkakan dan kekurang
percayaan Hawa yang melahirkan malapetaka kematian dihapus oleh kepercayaan,
ketaatan dan kerendahan hati Perawan Maria.Melalui Maria dan Puteranya Yesus
Kristus, jalan kepada Allah yang terputus oleh dosa Adam dan Hawa ditemukan
kembali.
Di sinilah terlihat nilai positif dari 'dosa manusia pertama', yaitu bahwa dosa
Adam dan Hawa ternyata mendatangkan anugerah terbesar Allah kepada umat manusia,
yakni 'pengutusan Yesus Kristus' sebagai Penebus dosa manusia. 'Dosa Adam' menjadi
'felix culpa' (dosa yang membahagiakan) karena, mendatangkan Yesus Kristus - Adam
Kedua.Oleh perbuatan Adam (pertama) dosa masuk ke dalam dunia, tetapi oleh
perbuatan Yesus Kristus, Adam Kedua, keselamatan datang ke dalam dunia.Adam
diciptakan untuk mempersiapkan kedatangan 'Adam Sejati', yaitu Yesus Kristus,
Penebus dunia.
Dengan demikian, kisah Adam dan Hawa juga terjadi seperti adanya, yaitu
bahwa ada sepasang manusia yang diciptakan Allah, dengan jiwa manusia yang
diciptakan langsung oleh Allah. Kitab Suci mengatakan bahwa tubuh manusia dibentuk
dari material yang sudah ada (debu tanah) namun jiwanya langsung dihembuskan oleh
Tuhan. Dengan demikian, seandainya dapat dibuktikan bahwa ada mahluk lain yang
9
konon menyerupai manusia (tapi bukan manusia) dan berevolusi menjadi semakin mirip
dengan manusia, yang ada sebelum manusia Adam dan Hawa, hal itu tetap tidak
menyalahi interpretasi dari Kitab Kejadian (dalam hal ini jika perikop tersebut diartikan
secara allegoris. Namun untuk mengatakan demikian, tentu harus ada buktinya terlebih
dahulu secara ilmiah bahwa memang terjadi proses evolusi tersebut. Kitab Kejadian
mencatat tubuh manusia diciptakan dari materi yang sudah ada -dalam hal ini debu
tanah, namun pada saat penciptaan Adam dan Hawa, Allah mengubah materi/ tubuh
yang sudah ada tersebut menjadi tubuh yang layak untuk menerima jiwa
manusia.Sedangkan jiwa manusia diciptakan langsung oleh Tuhan dari ketiadaan.
10
Hal ini merupakan kelemahan teori yang dikemukakan oleh Darwin. Karena
tidak ada titik temua antara teori yang ada dengan kenyataan. Sebagai contoh, para ahli
zoologi sangat akrab dengan suatu species yang bernama panchronic,contohnya seperti
ganggang biru, opossum (sejenis tupai), dan coelancanth (ikan dari Coelancanthiforneae
yi Latimeria chalumuae dari Afrika) yang telah muncul sejak 300jt tahun yang lalu yang
tetap sama sepanjang masa.
Di dalam teorinya, Darwin berpendapat bahwa manusia bearasal dari
perkembangan makhluk sejenis kera yang sederhana kemudian berkembang menjadi
hewan kera tingkat tinggi sampai akhirnya menjadi manusia. Namun banyak juga ahli
yang mengatakan bahwa teori yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena
antara teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.
Teori Darwin ini lambat laun digugurkan oleh para ilmuan-ilmuan modern yang
disebabkan karena kegagalan Darwin dalam menjelaskan mekanisme trandormasi gen
dari DNA kera menjadi manusia. Hal ini dapat dilihat melalui diagram yang dibuat oleh
Washburn (1960). Persoalan jika benar manusia berasal dari kera mengapa manusia
tidak berubah menjadi kera dan begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu, manusia dan kera
berbeda dan teori ini tidak relevan.
Pertanyaan, “Jadi untuk apa saya hidup di dunia ini?” sesungguhnya merupakan
suatu refleksi seseorang kepada dirinya sendiri untuk menemukan makna dan tujuan hidup.
Cepat atau lambat setiap manusia umumnya akan bertanya seperti ini di dalam hatinya. Ini
adalah sesuatu yang umum, karena sebenarnya Tuhan sendiri yang menanamkan dalam diri
setiap orang untuk mempertanyakan tujuan akhir hidup yang akan dicapainya. Tuhan yang
menciptakan kita, menanamkan di dalam hati kita kerinduan hati untuk kembali kepada-
Nya, darimana kita berasal, dan tujuan akhir tempat kita berpulang.
Tuhan menginginkan semua manusia hidup berbahagia.Maka semua manusia
umumnya mencari kebahagiaan, dan ini adalah sesuatu yang normal.Namun sayangnya,
sering kali definisi kita tentang kebahagiaan, berbeda dengan definisi kebahagiaan menurut
Tuhan.Pengertian kebahagiaan menurut Tuhan, diajarkan oleh Kristus di dalam Delapan
Sabda Bahagia (lih.Mat 5).
Katekismus Gereja Katolik kemudian mengajarkan:
11
a. KGK 1718 Sabda bahagia sesuai dengan kerinduan kodrati akan kebahagiaan.
Kerinduan ini berasal dari Allah. Ia telah meletakkannya di dalam hati manusia, supaya
menarik mereka kepada diri-Nya, karena hanya Allah dapat memenuhinya:
“Pastilah kita semua hendak hidup bahagia, dan dalam umat manusia tidak ada seorang
pun yang tidak setuju dengan rumus ini, malahan sebelum ia selesai diucapkan”
(Agustinus, Mor. eccl. 1,3,4). “Dengan cara mana aku mencari Engkau, ya Tuhan?
Karena kalau aku mencari Engkau, Allahku, aku mencari kehidupan bahagia. Aku
hendak mencari Engkau, supaya jiwaku hidup. Karena tubuhku hidup dalam jiwaku,
dan jiwaku hidup dalam Engkau” (Agustinus, Confession. 10,29).
“Allah sendiri memuaskan” (Tomas Aquinas, Symb. 1).
b. Dalam pelajaran Katekismus untuk anak- anak, diajarkan demikian (diterjemahkan dari
Baltimore Catechism, dijelaskan oleh Father Bennet C.P, New York: Catholic Book
Publishing Corp, 1964) p. 12-13):Mengapa Allah menciptakan kita?
Allah menciptakan kita untuk menujukkan kebaikan-Nya dan untuk membagikan
kepada kita kebahagiaan kekal-Nya di surga.
Apa yang harus kita lakukan agar memperoleh kebahagiaan kekal di surga?
Untuk memperoleh kebahagiaan kekal di surga kita harus mengenal, mengasihi dan
melayani Allah di dunia.Dari siapa kita dapat mengenal, mengasihi dan melayani Allah?
Kita dapat belajar untuk mengenal, mengasihi dan melayani Allah, dari Tuhan Yesus
Kristus, Allah Putera, yang mengajar kita melalui Gereja Katolik.
Walaupun ini adalah pelajaran tentang iman Katolik untuk anak- anak, namun ada
banyak orang dewasa yang tidak mengetahuinya.Bahwa sebenarnya, Tuhan
menghendaki agar kita hidup bahagia, dan jalan untuk hidup bahagia itu sebenarnya
diajarkan-Nya melalui Sabda-Nya, yang dijelaskan dengan setia oleh Gereja yang
didirikan-Nya, yaitu Gereja Katolik. Maka sekarang terserah kepada kita, bagaimana
menyikapi tawaran Allah itu: Maukah kita mengikuti ajaran Kristus tentang
kebahagiaan itu, ataukah kita mau mengikuti pengertian kita sendiri tentang
kebahagiaan.
Kristuslah jalan, kebenaran dan hidup yang akan menghantar kita kepada Allah Bapa
(Yoh 14:6) di mana kita akan menemukan kebahagiaan kita yang sempurna. Allah yang
menjanjikan pengharapan ini adalah Allah yang setia (Ibr 10:23). Maka, jika kita
mencari KerajaanNya dan kebenaran-Nya di dunia ini, maka Tuhan akan setia
12
mencukupkan kebutuhan kita, “maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat
6:33). Dengan kata lain, kebahagiaan di duniapun akan Tuhan berikan.
Sekarang pertanyaannya memang terpulang kepada kita, sudahkah kita mencari
Kerajaan Allah dan kebenaran- Nya?Sudahkah kita melaksanakan hukum Tuhan yang
terutama, yaitu mengasihi Tuhan dan sesama kita? Sudahkah kita meresapkan Sabda
Bahagia ini: miskin dan rendah hati di hadapan Allah, berbesar hati dalam kesusahan,
lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, murah hati, hidup kudus, membawa
damai, rela dianiaya demi kebenaran? (Mat 5: 3-10). Sudahkah kita sadari bahwa kita
semua, baik awam maupun religius, dipanggil untuk hidup kudus? Seruan untuk hidup
kudus ini merupakan pesan utama dari Konsili Vatikan II, 1962-1965, yang sangat
relevan pada jaman ini. Dengan berdoa , kita dapat meresapkan makna kebahagiaan
yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, dan dengan demikian kita dapat menemukan makna
kehidupan kita yang sesungguhnya di dunia ini; sambil menantikan penggenapannya
yang sempurna di surga kelak. Teladan ini secara jelas kita lihat dalam kehidupan para
orang kudus, seperti Bunda Teresa dari Kalkuta, Yohanes Don Bosco, Fransiskus dari
Asisi, Theresia (Therese) dari Liseux, dst. Dengan cara yang kecil dan sederhana kita
melayani Tuhan, yaitu dengan setia menjalani panggilan Tuhan dalam hidup kita, demi
kasih kita kepada Tuhan yang menciptakan kita maka kita memperoleh kebahagiaan
yang sesungguhnya.
Di dalam buku The Catechism Explained -An Exhaustive Explanation of the Catholic
Religion, karangan Spirago- Clarke, hal. 256 disebutkan bahwa segera setelah kematian,
maka jiwa kita akan diadili, yang dikenal dengan sebutan Particular Judgment (Pengadilan
Khusus). Pengajaran ini sesuai dengan ajaran St. Agustinus, yang mengatakan “Begitu jiwa
meninggalkan tubuh, maka jiwa tersebut diadili”.Hal ini sesuai juga dengan pengajaran di
Alkitab, seperti yang kita lihat pada kisah yang dialami oleh Lazarus dan orang kaya itu
setelah kematian mereka (lih. Luk 16:16-31).
Rasul Paulus mengajarkan, “…manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja,
dan sesudah itu dihakimi.” (Ibr 9: 27). Maka di saat kematian kita kita akan diminta
pertanggungan jawab atas urusan kita (lih. Luk 16:2). Jika Tuhan sendiri mengajarkan
13
bahwa gaji pekerja tidak boleh ditunda (lih Im 19:13), maka Ia sendiri pasti memenuhi
peraturan tersebut, dan Ia akan memberi penghargaan kepada mereka yang telah melakukan
tugasnya di dunia dengan setia seturut perintah-perintah-Nya. Maka seperti kata St.
Ambrosius, “Kematian adalah penghargaan perbuatan baik, mahkota dari panen.” Tuhan
Yesus akan duduk sebagai Hakim (lih. Yoh 5:22). Pada Perjamuan Terakhir, Yesus berjanji
kepada para rasul-Nya untuk datang kembali setelah kenaikan-Nya ke surga dan untuk
membawa mereka kepada diri-Nya (lih. Yoh 14:3).
Setelah dihakimi, jiwa orang yang meninggal akan masuk surga (jika ia sempurna), atau
masuk neraka (jika ia meninggal dalam keadaan berdosa berat), atau masuk Api Penyucian
(jika ia meninggal dalam keadaan berdamai dengan Allah, namun masih harus dimurnikan
terlebih dahulu).
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Manusia adalah hasil ciptaan Allah (Kejadian 1:26-27; 2:7) Manusia bukanlah
“pletikan” Allah, jelmaan dari sebagian diri Allah, bukan pula anak dalam arti
biologis yang keluar dari diri Allah. Manusia adalah mahluk yang riil ada, hasil karya
dari tangan agung Sang Khalik. Untuk ini harus dicamkan bahwa manusia
bagaimanapun berbeda dengan Allah. Allah adalah khalik dan manusia adalah hasil
karyaNya. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang sempurna yang memiliki
akal dan mampu berpikir, dan miliki tubuh jasmani yang fana atau tidak kekal.
2. Gereja - berdasarkan amanat Kitab Suci - membeberkan beberapa ajaran iman yang
berhubungan dengan Adam dan Hawa. Adam dan Hawa adalah manusia pertama
yang diciptakan Allah dan ditempatkan di taman Firdaus. Keduanya diakui sebagai
pasangan suami-isteri pertama yang menurunkan segenap umat manusia. Mereka
adalah leluhur umat manusia. Menurut iman-kepercayaan kita, Adam dan Hawa
diciptakan Allah menurut citra-Nya. Adam diciptakan dari debu tanah, sedangkan
Hawa diciptakan dari sebuah tulang rusuk Adam.
3. Tujuan manusia berada di dunia ini adalah untuk melihat kebaikan kasih Allah dan
untuk mendapatkan kebahagiaan kekal-Nya di surga.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://faustinaabi82.blogspot.com/2016/10/makalah-hakekat-manusia-menurut.html
http://pengertiandefinisi.com/pengertian-manusia-menurut-para-ahli/
http://googleweblight.com/?lite_url=http://bebibandel.blogspot.com/2010/02/makalah-asal-usul-
manusia.html
https://pondokrefleksi.wordpress.com/2014/03/09/martabat-manusia-menurut-pandangan-
kristiani/
Alwi, Hasan (peny.). 2002 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, Andang, Al.
Budi Legawo, Tyas . 2013 Nowwen, dari Kuasa ke Belarasa. Yogyakarta: Kanisius.
Dahler, Franz dan Candra, Julius. 1989.Asal dan Tujuan Manusia – Teori Evolusi yang
16