Anda di halaman 1dari 23

CRITICAL BOOK REPORT

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dalam Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan)

DOSEN PENGAMPU:

Luhut Simarmata, M.Th

DISUSUN OLEH KELOMPOK 10:


1. Trio Sihombing
2. Raden Januari Pangaribuan 7173520050
3. Steven Andrian Lumbantobing 7173220039
4. Sriwanti Manurung 7173220038

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena berkat dan
anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya kami dapat
menyelesaikan tugas Critical Book Report ini tepat pada waktunya.
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari dosen pengampu, yakni ibu “Luhut Simarmata, M.Th” dalam mata kuliah
“Pendidikan Agama Kristen Protestan”.
Tulisan ini berisi ulasan-ulasan mengenai kelebihan dan kekurangan dari materi yang
terdapat pada kedua buku dengan topik “Perspektif Kristiani Mengenai IPTEK” yang
dibandingkan oleh tim penyusun. Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap, dengan
adanya tugas ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis
maupun pembaca.
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Maka dari itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar menjadi panduan dalam penyusunan
makalah berikutnya.

Medan, April 2019

TIM PENYUSUN

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN1................................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................1
C. Manfaat..............................................................................................................2

BAB II IDENTIFIKASI BUKU.......................................................................................3

A. Identitas Buku....................................................................................................3
B. Ringkasan Isi Bab dalam Buku..........................................................................3

BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................17

A. Kelebihan Buku................................................................................................17
B. Kekurangan Buku.............................................................................................17

BAB IV PENUTUP............................................................................................................18

A. Kesimpulan.......................................................................................................18
B. Saran.................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita hidup pada zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan dalam banyak
hal persoalan-persoalan manusia banyak teratasi walaupun masalah-masalah baru
terus bermunculan. Kemajuan ilmu pengetahuan juga membawa dampak bagi
kehidupan manusia termasuk kehidupan beragamanya. Beberapa negara barat,
yang dibangun atas dasar industri, atas dasar kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, mengalami kemerosotan dalam hal kehidupan beragama. Manusia
cenderung sulit mengambil sikap yang tepat dalam kaitan antara imannya dan
ilmu pengetahuan yang sangat maju. Teologi yang menjadi acuan kehidupan
iman orang Kristen, dianggap sebagai ratu ilmu pengetahuan, telah
menempatkannya sebagai ukuran kebenaran untuk segala hal, bukan hanya untuk
soal iman.
Kita juga hidup dalam suatu dunia saat teknologi telah mencapai
kemajuan yang tidak terbayangkan dalam berbagai bidang terutama teknologi
komunikasi. Sudah banyak dampaknya baik yang lebih memanusiakan manusia,
maupun yang kurang atau tidak memanusiakan manusia. Pada zaman sekarang
pengaruh IPTEK yang berpengaruh pada agama yaitu agama bisa menjadi kurang
atau tidak relevan lagi dalam memecahkan persoalan hidup manusia dan
masyarakatnya.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan kedua materi pada buku.
2. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis tentang Perpektif Kristiani
Mengenai IPTEK.
3. Untuk memenuhi salah satu tugas wajib mata kuliah Pendidikan Agama Kristen
Protestan.

1
C. Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui kelebihan dan kekurangan kedua materi pada buku.
2. Mahasiswa menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis tentang Perspektif
Kristiani Mengenai IPTEK.
3. Mahasiswa memenuhi salah satu tugas wajib mata kuliah Pendidikan
AgamaKristen Protestan.

2
BAB II

IDENTIFIKASI BUKU

A. IDENTITAS BUKU
 Buku Utama
Judul : PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Penulis : Paristiyanti Nurwardani, Dr. Daniel Nuhamara, DKK
Penerbit : RISTEKDIKTI
ISBN :-
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2016
Jumlah halaman : ii – 239 Halaman

 Buku Pembanding
Judul :TEOLOGI KRISTEN UNTUK PERGURUAN TINGGI
Penulis :Imelda Christy Poceratu, M. Teol
Penerbit : CV. Mulia Jaya
ISBN : 978-602-72713-5-7
Kota terbit : Yogyakarta
Tahun terbit : 2016
Jumlah halaman : ii-95 halaman

B. RINGKASAN ISI BAB DALAM BUKU


 Materi Buku Utama

3
BAB 5

HUBUNGAN IMAN KRISTIANI DENGAN ILMU PENGETAHUAN,


TEKNOLOGI, DAN SENI

A. Tipologi hubungan Iman dan Ilmu Pengetahuan dalam Sejarah Kekristenan

Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya untuk


menguasainya, namun agar dapat menyumbang baik untuk perkembangan manusia
secara pribadi maupun untuk masyarakat secara bersama-sama. Bila ilmu
pengetahuan dan teknologi dijadikan salah satu substansi kajian, ada asumsi, bahwa
agama memberi sumbangan yang berarti dalam rangka memotivasi manusia untuk
mempelajari dan mengembangkannya demi kegunaan bagi manusia dan masyarakat.

Selain itu, tantangan terbesar dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
bahwa agama bisa menjadi kurang atau tidak relevan lagi dalam memecahkan
persoalan hidup manusia dan masyarakatnya. Disadari benar bahwa kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dapat dibuktikan secara empiris, dapat saja
memerosotkan iman seseorang sehingga tidak percaya lagi pada kebenaran agama
bilamana temuan ilmu pengetahuan ternyata berbeda dengan deskripsi Kitab Suci.
Singkatnya, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menjadi ancaman bagi
kehidupan beragama.

Jadi, bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi tetap diusahakan berkembang,


tetapijuga iman dan takwa manusia dalam kehidupan beragamanya ditingkatkan.
Karena itu, haruslah dicari hubungan yang bermakna antara iman, ilmu pengetahuan
dan teknologi.

Sebelum kita menelusuri tipologi hubungan iman dan ilmu pengetahuan


menurut Ian Barbour, baiklah secara sederhana dilihat dua tipe hubungan yang
terlihat tidak membangun.

1. Dominasi Iman/agama terhadap Ilmu Pengetahuan/Sains


Di Barat, tempat kekristenan berasal, selama berabad-abad lamanya, khususnya
selama Abad Pertengahan, dapat disaksikan dominasi iman atas ilmu pengetahuan
atau sains. Teologi yang menjadi acuan kehidupan iman orang Kristen, dianggap
4
sebagai ratu ilmu pengetahuan, telah menempatkannya sebagai ukuran kebenaran
untuk segala hal, bukan hanya untuk soal iman danetika.

Alkitab ditulis dalam konteks masyarakat agraris dan masih sederhana, dan
deskripsi tentang fenomena alam berdasarkan pengamatan sematamata. Secara awam
sudah tentu deskripsi bahwa matahari yang beredar mengelilingi bumi adalah hal
yang wajar tetapi tentu maksud Alkitab bukanlah untuk memberi deskripsi tentang
gejala-gejala alam dan menjadi buku teks ilmu pengetahuan alam. Tujuannya jauh
lebih tinggi dari deskripsi seperti itu.

Penulis hendak menyaksikan bahwa di balik semua yang ada, ada penciptanya.
Suatu pengakuan tentang eksistensi Tuhan dan bahwa Tuhan adalah Allah yang
hidup dan bertindak dalam sejarah umat manusia. Silakan Anda amati dan nilai
dampak negatif dominasi iman/agama terhadap ilmu pengetahuan/sains.

Untungnya, setelah beberapa abad kemudian Gereja mengakui bahwa hukuman


terhadap Galileo Galilei adalah suatu kekeliruan, dan Gereja telah meminta maaf
atas hal tersebut.

2. Dominasi Ilmu Pengetahuan terhadap Agama


Sejak zaman Pencerahan, dominasi iman atas ilmu mulai dipertanyakan, malahan
berkembang menjadi dominasi ilmu atas iman. Tantangan utama atas agama atau
iman dalam abad ilmu pengetahuan adalah keberhasilan metode ilmu pengetahuan.
Tampaknya ilmu pengetahuan memberikan satusatunya jalan yang dapat dipercaya
menuju kepada pengetahuan (knowledge).

Banyak orang menganggap sains (ilmu pengetahuan) bersifat objektif, universal,


rasional, dan didasarkan pada bukti observasi/pengamatan yang kuat. Sedangkan
agama pada sisi yang lain, bersifat sangat subjektif, lokal (sempit skopnya),
emosional, dan didasarkan pada tradisi atau sumber kewibawaan yang saling
bertentangan satu sama lain. Sejak zaman Pencerahan, dominasi iman atas ilmu
mulai dipertanyakan, malahan berkembang menjadi dominasi ilmu atas iman.
Tantangan utama atas agama atau iman dalam abad ilmu pengetahuan adalah
keberhasilan metode ilmu pengetahuan. Tampaknya ilmu pengetahuan memberikan
satusatunya jalan yang dapat dipercaya menuju kepada pengetahuan (knowledge).

5
Banyak orang menganggap sains (ilmu pengetahuan) bersifat objektif, universal,
rasional, dan didasarkan pada bukti observasi/pengamatan yang kuat. Sedangkan
agama pada sisi yang lain, bersifat sangat subjektif, lokal (sempit skopnya),
emosional, dan didasarkan pada tradisi atau sumber kewibawaan yang saling
bertentangan satu sama lain.

Wilardjo lebih jauh menjelaskan makna dari keempat tipologi hubungan iman
dan ilmu di atas sebagai berikut.

a. Pertentangan (conflict)
Amati dan nilailah apa yang akan terjadi pada tipologi hubungan iman dan ilmu
yang pertama, yakni pertentangan. Pertentangan ialah hubungan yang bertentangan
(conflicting), dan dalam kasus yang ekstrem mungkin bahkan bermusuhan (hostile).
Barbour menunjukkan bahwa contoh historis dari konflik ini adalah kasus Galileo.
Lebih jauh dia katakan bahwa pada satu sisi mereka yang menganut Materialisme
Ilmiah (pada pihak ilmu pengetahuan) berada pada pertentangan yang tidak
terdamaikan dengan mereka dari pihak agama/iman yang menganut Literalisme
Alkitabiah. Baik Materialisme IImiahdan Literalisme Alkitabiah percaya bahwa ada
konflik yang serius antara ilmu pengetahuan masa kini dengan kepercayaan-
kepercayaan agamawi klasik.

b. Perpisahan (independence)
Amati dan nilailah apa yang akan terjadi pada tipe hubungan iman dan ilmu
yang kedua, yakni perpisahan. Perpisahan berarti ilmu dan agama berjalan sendiri-
sendiri dengan bidang garapan, cara, dan tujuannya masing-masing tanpa saling
mengganggu atau mempedulikan. Ini salah satu cara untuk menghindari konflik atau
saling menyalahkan. Masing-masing mempunyai bidang yang berbeda, dan dengan
metode yang khas yang dapat dibenarkan atas dasar terminologinya sendiri-sendiri.

c. Perbincangan (dialogue)
Amati dan nilailah apa yang akan terjadi pada tipologi hubungan iman dan ilmu
yang ketiga, yakni perbincangan. Perbincangan ialah hubungan yang saling terbuka
dan saling menghormati, karena kedua belah pihak ingin memahami perbedaan dan
persamaan antara keduanya. Dalam kategori ini pun ada berbagai kelompok
pendapat yang masih ada perbedaan di sana sini.

6
d. Perpaduan (Integration)
Beberapa penulis berpendapat bahwa semacam integrasi antara ilmu dan
iman/agama adalah mungkin. Ada tiga versi yang berbeda dari integrasi menurut
Ian Barbour. Yang pertama, dalam teologi natural (alamiah), diklaim bahwa
eksistensi Allah dapat disimpulkan dari bukti-bukti rancangan dalam alam. Bahwa
alam sedemikian teratur menunjukkan adanya suatu perancang di baliknya. Ia tidak
mungkin terjadi dengan sendirinya. Ilmu pengetahuan menolong kita untuk lebih
menyadarinya. Yang kedua, dalam teologi tentang alam, sumber utama dari teologi
terletak di luar ilmu pengetahuan, namun teori-teori ilmiah dapat memengaruhi
perumusan ulang dari doktrin- doktrin tertentu dalam agama, khususnya doktrin
tentang penciptaan dan hakikat manusia. Yang ketiga, dalam sintesa sistematis, baik
ilmu maupun agama, menyumbang untuk pengembangan dari suatu metafisik yang
inklusif, seperti dalam filsafat proses.

B. Pengertian Teknologi Modern


Reaksi dan tanggapan terhadap perkembangan teknologi modern dan canggih
bermacam-macam. Oleh sebab itu, silakan Anda mengajukan beberapa pertanyaan
kritis yang berkaitan dengan manfaat dan dampak negatif teknologi modern.

Terlepas dari bervariasinya respons terhadap teknologi modern, persoalan


pokoknya adalah kita hidup di dalam situasi teknologi modern dan kita tidak dapat
menghindarinya. Bagaimana sikap agamawi (kristiani) terhadap pengembangan
maupun penggunaan teknologi modern. Selanjutnya akan dibicarakan pengertian
teknologi modern dan diteruskan dengan beberapa tipe respons manusia terhadap
teknologi modern dengan mengikuti kategori Ian Barbour.

Menurut Eka Darmaputera, tujuan akhir dari sains adalah mengetahui sebanyak-
banyaknya tentang dunia dan alam semesta, sedangkan tujuan akhir dari teknologi
mengubah dunia dalam arti bagaimana pengetahuan dari sains tadi dapat diaplikasikan
dalam peralatan untuk memecahkan masalah (Supardan 1991, 241).

Singkatnya teknologi adalah aplikasi ilmu pengetahuan dalam peralatan demi


memecahkan masalah. Semua ini terjadi dalam sistem tertata dari orangorang dan
mesin-mesin.

7
C. Tipologi Respons Kristen terhadap Teknologi Modern
Pada satu sisi, ada yang sangat positif dan menganggap teknologi sebagai
pembebas, tetapi sebaliknya ada juga yang sangat pesimis dan menganggap
teknologi sebagai ancaman. Ada juga yang berada di jalan tengah dan sangat berhati-
hati dalam merespons teknologi modern. Ada tiga respons terhadap teknologi,
menurut Ian Barbour (Barbour 1993:4-21).

1. Teknologi sebagai Pembebasan (Liberator)


Berikut ini diidentifikasi beberapa kegunaan teknologi.

Pertama, standar kehidupan yang lebih tinggi. Obat-obat baru, perhatian medis yang
lebih baik, sanitasi dan nutrisi yang meningkat telah meningkatkan masa/lama
kehidupan manusia lebih dari dua kali di negara-negara industri sepanjang abad
yang lalu. Produktivitas dan pertumbuhan ekonomi akhirnya akan membawa manfaat
bagi setiap orang.

Kedua, kesempatan untuk memilih. Pilihan individu mempunyai cakupan yang lebih luas
dewasa ini dibandingkan sebelumnya karena teknologi telah menghasilkan opsi baru
yang belum tersedia sebelumnya, dan juga menghasilkan berbagai barang dan jasa.
Kekuasaan atas alam memberi kesempatan yang lebih besar untuk mewujudkan
kebebasan manusiawi.

Ketiga, lebih banyak waktu luang. Peningkatan dalam produktivitas telah membawa
kita kepada jam kerja yang lebih pendek. Komputer dan otomasi menjanjikan untuk
mengurangi banyak dari pekerjaan yang bersifat monoton yang merupakan ciri dari
industrialisasi fase awal. Peralatan yang membuat hemat tenaga dan waktu kerja
membebaskan kita untuk melakukan apa yang tidak dapat dikerjakan oleh mesin-
mesin.

Keempat, komunikasi-komunikasi yang meningkat. Dengan bentukbentuk baru


transportasi, seseorang dalam waktu beberapa jam saja dapat bepergian ke tempat-
tempat yang jauh yang sebelumnya butuh waktu berbulan- bulan untuk
mencapainya. Dengan teknologi elektronik (radio, televisi, jaringan komputer,
telepon genggam, dan sebagainya), kecepatan, jangkauan, dan skop komunikasi telah
berkembang dengan pesat.

8
Ada sejumlah respons terhadap para pendukung teknologi yang optimis. Barbour
mengidentifikasikan beberapa contoh.

Pertama, risiko kerugian manusiawi dan kerugian pada lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh teknologi tidak terlalu diperhatikan oleh mereka yang bersikap
optimis. Menurut mereka yang optimis, solusi teknis dapat ditemukan untuk masalah
lingkungan hidup. Limbah beracun bisa mengotori air tanah beberapa dekade
kemudian setelah dikuburkan.

Kedua, perusakan lingkungan hidup adalah gejala dari masalah yang lebih
mendalam, yakni keterasingan dari alam. Ide tentang dominasi manusia atas alam
mempunyai banyak akar.

Ketiga, teknologi ternyata menyumbang kepada pemusatan kekuasaan ekonomi dan


politis. Hanya kelompok dan bangsa kaya yang bisa memiliki teknologi mutakhir.
Dengan demikian, jurang antara yang kaya dan miskin telah dipertahankan dan
dalam banyak kasus diperlebar oleh perkembangan teknologi.

Keempat, teknologi berskala besar penuh risiko. Sifatnya padat modal dan bukan
padat karya sehingga menimbulkan pengangguran di mana-mana. Sistem berskala
besar sangat rentan terhadap kesalahan, kecelakaan, ataupun sabotase.

2. Teknologi sebagai Ancaman


Pada ekstrem yang berlawanan adalah kritik terhadap teknologi modern yang melihatnya
sebagai ancaman terhadap kehidupan manusia y ang autentik. Ada lima ciri
teknologi industri yang dijadikan dasar kritik mereka khususnya yang berkaitan
dengan pemenuhan kemanusiaan.

Pertama, uniformitas (keseragaman) dalam masyarakat y ang bersifat massal.


Produksi besar-besaran menuntut adanya hasil y ang distandarkan, dan media massa
cenderung menghasilkan budaya nasional y ang seragam. Individualitas hilang dan
perbedaan-perbedaan lokal atau regional dihilangkan dalam keseragaman
industrialisasi.

Kedua, kriteria y ang sempit tentang efisiensi. Teknologi membimbing ke arah


organisasi yang rasional dan efisien, yang pada gilirannya menuntut fragmentasi,
spesialisasi, kecepatan, hasil yang maksimum.

9
Ketiga, tidak bersifat pribadi (impersonality) dan manipulasi. Hubunganhubungan
dalam masyarakat teknologi dijadikan spesialisasi dan fungsional. Komunitas yang
sesungguhnya dan interaksi antarpribadi terancam.

Keempat, tidak dapat dikontrol. Teknologi-teknologi yang terpisah membentuk suatu


sistem yang saling terkait, suatu jaringan kerja y ang menyeluruh, saling memperkuat,
yang tampaknya berjalan sendiri tanpa bisa dikontrol.

Kelima, keterasingan pekerja. Keterasingan dari pekerja adalah tema sentral dari
tulisan Karl Marx. Ditempatkan di bawah kapitalisme, katanya, pekerja tak memiliki alat
dan mesinnya, dan mereka sangat tidak berdaya dalam kehidupan pekerjaannya.

3. Teknologi sebagai Instrumen Kekuasaan


Posisi atau respons ketiga berpendapat bahwa teknologi tidak secara inheren baik
atau jelek/jahat,tetapi teknologi adalah instrumen kekuasaan yang ambigu/mendua,
yang konsekuensi-konsekuensinya tergantung pada konteks sosialnya.

Tetapi analisis historis memperkuat kesimpulan bahwa kebanyakan teknologi


sudah dibentuk oleh interes/kepentingan dan tujuan-tujuan institusional yang khusus.
Teknologi adalah konstruksi sosial, dan jarang sekali bersifat netral sebab tujuan
khusus sudah terjalin dalam rancangannya.

D. Hubungan Teknologi dan Kekuasaan Politis


Pada satu sisi, para pendukung teknologi memiliki hubungan dengan politik

bersikap kritis terhadap teknologi. Mereka juga menawarkan pengharapan bahwa


teknologi dapat dipakai untuk tujuan yang lebih manusiawi, baik oleh kekuatan
politis maupun ekonomi. Menurutnya, ada dua kekuatan yang sangat menentukan
perkembangan teknologi yakni para pembuat keputusan dalam perusahaan-perusahaan
besar (Trans-National Corporations) dan pemerintah. Karena itu, merekalah yang
paling bertanggung jawab untuk apa teknologi dikembangkan.

E. Membangun Sikap Kristen yang Lebih Realistis terhadap Teknologi


Sejalan dengan pandangan Barbour, sikap ketiga terlihat lebih realistis dan sejalan
dengan sikap etis Kristen. Pertama, kita tidak dapat terlalu optimis dan
mengagungkan teknologi sebagai penyelamat, karena hanya Tuhan yang dapat

10
menyelamatkan. Keasyikan dengan teknologi dapat berkembang menjadi sikap
mendewakan teknologi, suatu penyangkalan dari kedaulatan dan kekuasaan Allah, dan
juga suatu ancaman terhadap eksistensi manusia yang khas. Akan tetapi, kita juga
jangan terlalu pesimis dengan teknologi, sebab teknologi yang diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang sesungguhnya adalah perwujudan dan ekspresi yang
sah dari kapasitas kreatif manusia dan merupakan kontribusi esensial bagi
kesejahteraannya.

Ada yang berpendapat bahwa pengembangan dan penggunaan teknologi modern


haruslah menjamin tiga hal berikut ini.

1. adanya jaminan bahwa harkat dan martabat manusia dijunjung tinggi, termasuk
pemenuhan kebutuhan hidupnya.

2. haruslah menjamin adanya kelestarian alam, yakni menjaga keseimbangan antara


kepentingan manusia kini dan manusia yang akan datang.

3. adanya jaminan keadilan sosial dari distribusi hasil dari teknologi.

11
 Materi Buku Pembanding
BAB IV
A. Pengertian Iman Kristen
Setiap orang percaya pasti memiliki rumusan tersendiri mengenai pengertian
iman Kristen. Hal ini tentu dilatar-belakangi oleh berbagai pergumulan hidup bersama
Tuhan, ataupun dengan mempelajari Firman Tuhan. Hal ini dapat dibenarkan, sejauh
tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan. Terlepas dari itu, perlu dikemukakan
beberapa pengertian mengenai iman Kristen menurut kesaksian Alkitab, sehingga kita
dapat memahaminya.
Kata iman dalam bahasa Ibrani disebut: emunah, artinya percaya (Habakuk 2:
4) dan dalam kitab Ulangan diterjemahkan dengan kata kesetiaan (Ulangan 32: 20).
Padanan kata emunah dalam bahasa Yunani adalah kata pistis, artinya iman (Roma 1:
17; Galatia 3: 11; Ibrani 10: 38, dan sebagainya).
Berdasarkan pengertian secara etimologis itu, dapatlah dirumuskan beberapa
pengertian iman Kristen, sebagai berikut:
(a) Iman harus dipahami sebagai sikap batin terhadap Allah (baca Roma 3:
22- 31, 5: 1, 3, 9: 30; Galatia 3: 26; Yohanes 3: 36, 5: 24, 6: 40, 11: 25). Iman adalah
suatu keyakinan atau kepercayaan kepada Allah yang diakui sebagai Penyelamat.
Dengan meyakini Allah sebagai Penyelamat, berarti mengakui Allah sebagai satu-
satunya sumber keselamatan hidup kita. Pengakuan tersebut juga sekaligus
meniadakan andalan manusia terhadap kuasa lain, di luar Allah.
(b) Iman adalah penyerahan diri pribadi kepada Allah. Orang yang beriman
adalah orang yang secara bebas menyerahkan diri secara utuh kepada Allah. Orang
yang demikian selalu percaya bahwa tidak ada sesuatu apa pun yang terjadi dalam
hidupnya tanpa seizin Allah. Ia selalu menunjukkan sikap pasrah pada kehendak
Tuhan, betapa pun nasib yang menimpa dirinya. 42
(c) Iman adalah hidup karena mengandung kepastian hidup (Yohanes 20).
Iman yang demikian selalu mendorong manusia untuk melihat masa depan dan tidak
sekedar melihat masa lampau. Iman yang dimaksud, tidak membuat orang pesimis
untuk memandang masa depan, tetapi selalu membangun sikap hidup yang optimis.
(d) Iman adalah suatu kekuatan yang menguatkan manusia dalam perjuangan
hidup. Iman seperti ini sekaligus menjadi harapan. Iman yang mendorong manusia
untuk mencari Allah dalam kehendak-Nya untuk perjuangan hidup.

12
(e) Iman adalah keberanian untuk hidup berdasarkan janji Tuhan. Iman yang
demikian adalah iman yang sanggup menerima segala macam resiko hidup, betapa
pun berat resiko itu.
(f) Iman berhubungan dengan ketaatan (II Korintus 10: 6; Roma 1: 5; 16: 26).
Ketaatan iman bukan hanya berarti menjalankan perintah semata, tetapi juga secara
bebas menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah.
(g) Iman berhubungan dengan kesetiaan. Kesetiaan pada keputusan yang
keluar dari pusat hati dan kesetiaan pada pelaksanaan dalam tindakan nyata dengan
segala konsekuensinya di tengah perubahan atau pergolakan dan situasi baru sekali
pun. Jelasnya, iman Kristen adalah iman yang mesti tertancap masuk kedalam pusat
kehidupan. Iman seperti ini bagaikan orang yang membangun rumah di atas batu
karang. Bila rumah itu diterpa oleh angin, badai, ombak dan gelombong, ia tidak akan
goyah, rusak dan roboh. Dengan iman yang demikian, sekali pun manusia mendapat
berbagai tantangan, pencobaan dan penderitaan, tidak pernah akan mundur. Bahkan,
ia mampu untuk mengatasinya. Iman orang percaya jangan seperti orang yang
membangun rumah di atas pasir. Bilamana tiba angin, hujan, badai, ombak dan
gelombang rumah itu tidak dapat bertahan berdiri, tetapi roboh karena tidak dibangun
di atas fondasi yang kuat. 43
B. Hubungan Iman Kristen dan IPTEK Secara singkat, hubungan iman dan
ilmu pengetahuan dalam sejarah keKristenan dapat dibagi dalam dua bagian besar,
yakni:
(a) Dominasi iman atau agama terhadap ilmu pengetahuan Pada peradaban
Barat selama abad pertengahan, kita menyaksikan dominasi iman atas ilmu
pengetahuan. Teologi pada saat itu, dianggap sebagai ratu ilmu pengetahuan, telah
menempatkannya sebagai ukuran kebenaran untuk segala hal, lebih luas dari pada
sekedar soal iman dan etika.
Akhirnya, Gereja sebagai pemegang otoritas kebenaran ajaran teologi,
menjatuhkan hukuman yang mengerikan bagi Galileo. Ia dihukum karena temuannya
bahwa bukan matahari yang berputar dari Timur ke Barat, melainkan bumi yang
berputar atau beredar mengelilingi matahari. Penemuan itu dianggap bertentangan
dengan diskripsi Alkitab yang ditafsirkan secara literal (harafiah) dan dikenal dengan
istilah Biblical Literalism, tanpa memperhatikan konteks budaya, ketika Alkitab
ditulis. Alkitab ditulis dalam konteks masyarakat agraris dan masih sederhana, serta
diskripsinya tentang berbagai fenomena alam semata sesuai pengamatan empiris.
13
(b) Dominasi ilmu atas iman Sejak zaman pencerahan, dominasi iman atas
ilmu mulai dipertanyakan. Bahkan akhirnya berkembang menjadi dominasi ilmu atas
iman. Tantangan utama bagi agama atau iman dalam abad ilmu pengetahuan adalah
keberhasilan ilmu pengetahuan. Nampaknya, ilmu pengetahuan (sains) memberikan
satu-satunya jalan yang dapat dipercaya menuju kepada pengetahuan (knowledge).
Banyak orang yang menganggap bahwa ilmu pengetahuan bersifat objektif,
universal, rasional, dan didasarkan pada bukti observasi atau pengamatan yang kuat.
Sedangkan, agama bersifat subjektif, parokial (sempit skopanya), emosional, dan
lebih sering didasarkan pada tradisi atau sumber kewibawaan yang ada kalanya saling
bertentangan satu sama lain. Bagi mereka yang lebih yakin terhadap metode ilmu
pengetahuan, lama kelamaan, mulai meragukan keyakinannya. Bahkan, tidak sedikit
orang yang meninggalkan agama sebagai sesuatu yang tidak berdasar. 44
Demikianlah ilmu pengetahuan menempatkan rasio manusia menjadi
pembenar segala-galanya, bukan hanya dalam bidang ilmu pengetahuan, tetapi juga
dalam hal-hal yang bersifat imaniah dan kepercayaan. Akibatnya, ada juga teolog
yang mengadaptasi pernyataan Alkitab dengan berbagai temuan ilmu pengetahuan.
Ian Barbour, sebagaimana dikutip oleh Liek Wilardjo mencoba
mengemukakan 4 (empat) tipologi hubungan iman dan ilmu pengetahuan, kemudian
Liek mengelompokkan menjadi 4 P, yakni: (a) pertentangan (conflict), (b) perpisahan
(independence), (c) perbincangan (dialogue), (d) perpaduan (integration). Makna dari
keempat tipologi hubungan iman dan ilmu pengetahuan dimaksud, sebagai berikut:
(a) Pertentangan (Conflict) Pertentangan adalah hubungan yang bertelingkah
atau bertentangan (conflicting), dan dalam kasus yang ekstrim barangkali bermusuhan
(hostile). Ian Barbour menunjukkan bahwa contoh historis dari masalah ini adalah
kasus Galileo. Menurutnya, mereka (pihak ilmu pengetahuan) menganut materialisme
ilmiah berada pada pertentangan yang tidak terdamaikan dengan mereka (dari pihak
iman) yang menganut literalisme Alkitab. Materialisme ilmiah maupun literalisme
Alkitab percaya bahwa ada konflik yang serius antara ilmu pengetahuan masa kini
dengan kepercayaan-kepercayaan agamawi yang klasik. Keduanya mencari
pengetahuan dengan landasan yang pasti: pada satu sisi, berdasarkan pada data logika
dan inderawi, dan pada pihak yang lain, berdasarkan pada kitab suci yang tidak ada
salahnya (infallible scripture). Keduanya mengklaim bahwa, baik ilmu pengetahuan
maupun agama membuat pernyataan-pernyataan yang bertentangan tentang hal yang
sama: misalnya sejarah dari alam ini. Karenanya, seseorang harus memilih salah satu
14
diantaranya. Bagi Barbour, keduanya justru mewakili penyalahgunaan ilmu
pengetahuan. Penganut materialisme ilmiah, mulai dengan ilmu pengetahuan, tetapi
kemudian berakhir dengan membuat klaim-klaim filosofi yang luas. Sebaliknya,
literalisme Alkitabiah, bergerak dari teologi, kemudian berakhir dengan membuat
klaimklaim tentang hal-hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Kedua aliran
45 atau kubu ini kurang memberi penghargaan yang memadai kepada
perbedaanperbedaan kedua disiplin itu.
(b) Perpisahan (Independence) Ilmu pengetahuan dan iman berjalan sendiri-
sendiri dengan bidang garapan, cara, dan tujuannya masing-masing tanpa saling
mengganggu atau mempedulikan. Hal ini merupakan salah satu cara untuk
menghindari konflik atau saling menyalahkan. Masing-masing mempunyai bidang
yang berbeda, dan dengan metode yang khas dapat dibenarkan atas dasar
termenologinya sendiri-sendiri. Pendukung dari pandangan ini berpendapat bahwa
ada dua juridiksi (otoritas), dan tiap pihak tidak boleh mencampuri urusan pihak yang
lain, melainkan berurusan dengan urusannya sendiri.
(c) Perbincangan (Dialogue – diperbincangkan) Adanya hubungan yang
saling terbuka dan saling menghormati, karena kedua belah pihak ingin memahami
persamaan dan perbedaan. Namun, dalam kategori ini pun ada berbagai pendapat
yang masih berbeda. Ilmu pengetahuan dan iman dapat berdialog satu sama lain untuk
saling memperkaya dalam memenuhi panggilannya untuk memanusiakan manusia,
menjaga kelestarian alam semesta, dan memperkuat iman kepada Allah. Misalnya,
mengembangkan spiritualitas yang berpusat pada alam (nature). Sehubungan dengan
itu, teologi Kristen sebaiknya menjaga keseimbangan antara imanensi Ilahi (Allah)
dalam alam, dan pada saat yang sama transendensi Ilahi (Allah) atas alam.
(d) Perpaduan (Integration) Ian Barbour mengemukakan 3 (tiga) versi
integrasi yang saling berbeda, yakni: Pertama, teologi natural (alamiah) mengklaim
bahwa eksistensi Allah dapat disimpulkan dari bukti-bukti rancangan dalam alam.
Keteraturan alam membuktikan adanya sang perancang dibaliknya. Keteraturan ini
tidak terjadi dengan sendirinya. Melalui metode ilmu pengetahuan, manusia ditolong
untuk semakin menyadarinya. Kedua, dalam teologi tentang alam, sumber utama dari
teologi terletak di luar ilmu pengetahuan. Namun, teori-teori ilmiah dapat
mempengaruhi perumusan ulang dari doktrin-doktrin tertentu dalam agama, 46
khususnya doktrin mengenai penciptaan dan hakikat manusia. Ketiga, pada sintesa
sistimatis, baik ilmu pengetahuan maupun agama, menyumbang untuk pengembangan
15
dari suatu metafisik yang inklusif, seperti dalam filsafat proses. J.A.B. Jongeneel
mengemukakan 3 (tiga) pola hubungan iman Kristen dan ilmu pengetahuan, yakni:
Pertama, iman mendahului ilmu pengetahuan; Kedua, ilmu pengetahuan memaksa
iman menjalani proses terus menerus mengoreksi diri sendiri dalam terang
perkembangan ilmu pengetahuan; Ketiga, iman melampaui ilmu pengetahuan. Di
bidang teologi, ilmu pengetahuan menunjang pemahaman baru terhadap relasi
manusia dengan Allah. Sehubungan dengan otonomi alam dan kebebasan manusia,
ilmu pengetahuan memungkinkan keterbukaan masa depan, yang secara teologis
mempertanyakan pemahaman mengenai predestinasi.
C. Hubungan Iman Kristen dan IPTEK
Adakah IPTEK dalam Alkitab?
Pertama, dalam sejarah air bah dengan jelas bahwa Allah memerintahkan Nuh
membuat kapal untuk menyelamatkan ia dan keluarganya dari kebinasaan akibat air
bah dan kebobrokan moral dunia pada waktu itu. Dimensi ruang dalam kapal ataupun
bahan telah ditentukan oleh Allah (Kej 6:14-15).
Kedua, ketika Musa diperintahkan untuk membuat Kemah Suci (Kel 25:9),
Allah sendiri telah menjadi arsitek yang merencanakan ruang-ruang, dimensi dan
bahan untuk kemah suci tersebut (Kel 25:1-27:21). Kemudian kita membaca bahwa
kemuliaan Allah memenuhi Kemah Suci tersebut (Kel 40:35).
Ketiga, tentang Bait Suci dan istana yang dibangun oleh Salomo (1 Raj 7- 8).
Dari contoh-contoh di atas dapat dilihat bahwa Allah tidak pernah menghalangi
ataupun menutup segala perkembangan IPTEK. Kita pun melihat dalam contoh-
contoh ini bahwa setiap teknologi selalu di kaitkan dengan keselamatan dan maksud
Allah terhadap manusia dan dunia.
Akan tetapi di sisi lain, kita akan melihat bahwa Allah juga menentang setiap
penciptaan teknologi yang bermotivasikan kebesaran diri, kelompok, ataupun bangsa.
Beberapa contoh dapat saya ketengahkan sebagai berikut:
Keempat, ketika Allah memporak-porandakan Babel (Kej 11:1-9), yang
ditentang bukanlah pendirian kota dan menara Babelnya tapi motivasi mereka yang
mencari nama dan ingin menyamai Allah (Kej 11:4).
Kelima, kemewahan, gemerlap teknologi di zaman Salomo dapat
menyebabkan dia banyak mengoleksi wanita asing sehingga dia kemudian jatuh
kepada penyembahan berhala (I Raj 11:1-13).

16
Keenam, Ketika murid-murid menunjuk pada bangunan Bait Suci, Yesus
mengatakan bahwa bangunan tersebut akan diruntuhkan (Mat 24:1-2).
Ketujuh, Tuhan Yesus juga menentang penyalahgunaan fungsi Bait Suci yang
dibangun selama empat puluh enam tahun menjadi arena komersil (Yoh 2:16). Dari
tinjauan Alkitab ini bisa disimpulkan bahwa IPTEK telah dimulai sejak awal sejarah
manusia. Manusia memiliki daya cipta IPTEK karena dia diciptakan sebagai gambar
Allah dan sebagai pribadi yang berakal budi. Allah sendiri adalah pencipta alam
semesta, pendorong dan pencetus ide terhadap lahirnya IPTEK. Kita harus ingat
bahwa Yesus sendiri adalah tukang kayu (Mrk 5:3). Ia adalah seorang yang mengerti
pondasi dan mekanika tanah (Mat 7:24- 27). Allah tidak pernah membatasi daya cipta
dan kreasi manusia akan IPTEK. Namun perlu juga dicatat bahwa ide dan tujuan
penciptaan IPTEK dan produknya oleh manusia akan dipengaruhi oleh pandangan-
pandangannya terhadap Allah, manusia dan alam semesta.
D. Pandangan Iman Kristen mengenai IPTEK Iman Kristen memandang
IPTEK sebagai alat atau kelengkapan dari anugerah Allah. Melaluinya, manusia dapat
mewujudkan panggilan untuk mengembangkan kehidupan yang manusiawi. IPTEK
adalah pemberian Tuhan. IPTEK adalah karunia Ilahi. Allah merupakan sumber dari
segala ilmu pengetahuan dan teknologi.

17
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kelebihan
 Dilihat dari aspek tampilan buku (face value), buku yang direview yaitu buku
utama maupun buku pembanding keduanya memiliki tampilan buku yang cukup
menarik, sehingga dapat membuat pembaca mudah melirik buku untuk
dijadikan bahan bacaan.
 Dari aspek layout dan tata letak, serta tulisan, termasuk pengunaan font, buku
yang direview baik buku utama maupun buku pembanding sama-sama memiliki
layout dan tatak letak, tulisan maupun font yang baik/bagus, sehingga pembaca
dapat melihat setiap sub bab dari setiap materi dengan mudah
 Dari aspek isi buku, keseluruhan isi buku bagus. Hanya saja, pada buku
pembanding memiliki dan menampilkan materi yang lebih terperinci dari buku
utama. Dan pada buku utama memiliki latihan-latihan soal di setiap bab materi,
sedangkan pada buku pembanding tidak ada latihan soal. Buku utama lebih
banyak menampilkan gambar/bagan dibandingkan buku pembanding.
 Dari aspek tata bahasa, buku yang direview keduanya menggunakan bahasa
indonesia yang cukup mudah dimengerti dan ditambah dengan istilah-istilah
bahasa asing yang dapat menambah kosa kata bahasa asing pembaca.

B. Kekurangan
 Kekurangan dari buku utama adalah bahasa yang digunakan pada buku ini
kurang dapat di pahami, sehingga membuat si pembaca akan sulit
memahaminya. Penjelasan pada buku ini sangat tinggi, sehingga membuat
pembaca kalangan bawah sulit untuk memahami buku ini.
 Kekurangan dari buku pembanding ini adalah kelengkapan dari buku ini
kurang. Setiap materi yang dijabarkan pada buku ini sangat sigkat.Terdapat
sub bab pada buku pembanding ini, sub-sub bab pada buku pebanding ini
kadang tidak di jelaskan denga rinci.

18
BAB IV

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Apa yang diperingatkan Tertulianus pada abad pertama bahwa bagi orang Kristen
mempelajari filsafat Yunani tidak ada gunanya bahkan berbahaya ada benarnya. Kita lihat
dari uraian diatas bahwa bila seorang teolog terkesan pada filsafat Plato, maka dalam uraian-
uraian teologisnya mau tidak mau ia masukan filsafat Plato (Augustinus). Bila ia terkesan
pada filsafat Aristoteles, ia masukan filsafat dan metode berpikir Aristoteles dalam teologinya
(Thomas Aquinas). Di zaman modern, bila ia terkesan akan rasionalisme ia masukan filsafat
rasionalisme. Demikian dalam teologi modern kita lihat pengaruh existensialisme,
fenomenologisme dll. Kini orang sedang kembangkan filsafat post modern. Sudah ada teologi
yang terpengaruh post modernisme. Semua itu sudah tidak murni ajaran Allah lagi, tetapi
ajaran Allah dicampur ajaran manusia. Augustinus dan Calvin biarpun tidak dapat
menghindarkan diri dari kepercayaan mereka diluar Alkitab, sangat menghormat Alkitab
sebagai Firman Allah. Jadi dari pelbagai teologi yang ada, teologi Augustinus dan Calvin
relatip murni.
Tentu saja orang tidak dapat menutup mata akan dunia sekelilingnya termasuk orang
Kristen. Tetapi hendaklah pemikir-pemikir Kristen menyadari akan sejarah pemikiran Kristen
seperti telah di uraikan diatas sepintas lalu. Orang Kristen, baik filsuf, ilmuwan, teolog,
penatua, aktivis gereja maupun jemaat "biasa", hendaknya menaruh Firman Allah yaitu
Alkitab jauh diatas segala teori-teori buatan manusia. Belajarlah dari sejarah. Jangan
mengutuk, tetapi jangan pula kompromikan Firman Allah dengan teori manusia yang
manapun. Dalam artikel "Teori Geosentris versus teori Heliosentris" kita lihat bahwa kutukan
gereja pada teori Geosentris membuat generasi teolog berikutnya jadi salah tingkah.
Kemudian mereka kompromi dengan teori Heliosentris. Padahal teori Heliosentris dalam
pandangan astronomi abad ke-20/21 sama benarnya atau sama salahnya dengan teori
Geosentris. Tetapi generasi teolog yang kompromikan Alkitab dengan teori Heliosentris
tersebut mengutuk teori evolusi mulai dari Buffon apalagi Darwin (1849). Kemudian generasi
teolog berikutnya lagi jadi salah tingkah dan kompromi lagi. Saya telah tunjukkan bahwa
teori evolusipun belum tentu benar bahkan tidak pernah dapat dibuktikan benar. Teori ilmiah
yang manapun tidak pernah dapat dibuktikan benar.

19
B. Saran

Untuk memperluas jangkauan bagi pembaca yang ingin mengetahui tentang agama
secara keseluruhan, maka perlu pembahasan materi yang dimulai dari pengetahuan paling
mendasar tentang topik pada pendidikan agama itu dan penerapannya. Jadi bisa ditambah
dengan ilustrasi yang mampu memberikan gambaran untuk melakukan tindakan.

20

Anda mungkin juga menyukai