Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH APOLOGETIKA

“APOLOGETIKA IMAN KRISTEN: MENJAWAB TUDUHAN-TUDUHAN


TERHADAP OTORITAS ALKITAB DI LUAR KEKRISTENAN”

Disusun oleh:

Grace Maretta Siahaan (01405200020)

Mardi Tinambunan (01405200029)

Revi Agnes Sembiring (01405200014)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

2023
I. Pendahuluan

Setiap umat manusia yang memiliki keyakinan kepada sesuatu hal tentunya akan
berusaha mempertahankan imannya dalam menentang pandangan atau argumen yang tidak
sesuai dengan yang dipercayainya oleh karena ada perbedaan. Keberagaman membawa kita
pada pengertian argumentasi atau perspektif yang berbeda-beda. Keberagaman ini juga ada
dalam agama yang khususnya dalam memandang kacamata kebenaran kitab suci atau ajaran
yang menjadi fondasi dari sebuah agama, salah satunya agama Kristen. Dalam ajaran
kekristenan jelas bahwa Alkitab menjadi satu-satunya sumber kebenaran dalam memandang
segala sesuatu, karena Roh Kudus merupakan penulis asli Alkitab sehingga tidak ada kesalahan
sedikit pun dalam Alkitab. Pandangan ini sejalan dengan pendapat Sproul1, orang Kristen
mengakui keakuratan dan ineransi Alkitab karena Allah adalah penulis utama Alkitab dan tidak
mungkin menginspirasikan hal yang salah. Pandangan di luar kekristenan memang masih
banyak yang mencoba mencari celah kebersalahan Alkitab.

Umat Kristiani menggunakan pengetahuan dan kemampuan dalam imannya salah


satunya berapologetika. R.C.Sproul2 dalam beberapa buku yang ia tulis tentang apologetika,
mengatakan bahwa tujuan utama dalam berapologetika adalah “providing an intellectual
defense of the truth claims of the faith”. Dari kalimat tersebut, yang menjadi frasa kuncinya
adalah “intellectual defense” atau pembelaan intelektual. Pembelaaan ini berupa argumen-
argumen atas dasar klaim kekristenan yang digunakan untuk menentang klaim dari penyerang1.
Sejalan dengan hal tersebut, dalam bukunya yang berjudul Apologetika bagi kemuliaan Allah,
Jhon M. Frame3 juga membedakan 3 aspek dari apologetika, yaitu apologetika sebagai
pembuktian (membuktikan kebenaran kekristenan), apologetika sebagai pembelaan
(menjawab keberatan-keberatan atas ketidakpercayaan) dan apologetika sebagai penyerangan
(menyerang kebodohan dari pikiran yang tidak percaya).

Dalam pandangan di luar kekristenan, hal ini diputarbalikkan dengan menguji


kebenaran Alkitab dengan buku-buku dunia. Jadi, seharusnya buku-buku dunia itulah yang
diuji dengan Alkitab karena Alkitab ditulis oleh karena inspirasi dari Roh Kudus. Manusia bisa
saja membuat pemikiran akan hikmatnya sendiri, namun hikmat manusia tidaklah sempurna
dan bisa salah, sementara Allah tidak pernah salah. FirmanNya selalu benar, jadi kembali lagi
diingatkan buku-buku pengetahuan dunia atau buku-buku lainnya itu harus diuji dengan

1
R.C.Sproul, Kebenaran-kebenaran dasar iman Kristen (Malang: Literatur SAAT, 2023).
2
R. C. Sproul, Defending your faith: an introduction to apologetics (Malang: Literatur SAAT, 2011).
3
John M. Frame, Apologetika bagi kemuliaan Allah: sebuah pengantar (Surabaya: Momentum, 2005).
Alkitab karena Alkitab tidak pernah salah. Jika Alkitab yang tidak pernah salah ini malah kita
uji dengan buku-buku pengetahuan dunia yang bisa salah tentunya tidak selaras dan tidak
sesuai, sehingga tidak heran banyak orang yang menentang ineransi Alkitab dengan mencari
celah demi celah.

Oleh sebab itu, orang percaya perlu menyadari bahwa Alkitab berotoritas dan menjadi
pedoman dalam kehidupan manusia. Dalam warisan teologi reformed, Alkitab berotoritas
dalam hidup orang percaya4. Kita juga dapat mengenal Allah melalui Alkitab. Akan tetapi,
sampai saat ini masih banyak pandangan di luar kekristenan yang menentang otoritas Alkitab.
Mereka menentang pandangan Reformed yang mengatakan bahwa Alkitab memiliki otoritas
dalam hidup manusia. Selain itu, Hassan Hanafi dalam Waryono5 juga mengatakan bahwa
sangat mungkin terjadi kesalahan dalam Alkitab karena adanya pengubahan, pengurangan,
penambahan atau penghapusan. Munculnya pandangan bahwa Alkitab masih dapat berpotensi
tidak benar bukan hanya karena faktor intelektual saja melainkan juga faktor moral juga dapat
menyebabkan kesombongan sehingga menimbulkan prasangka buruk kepada Alkitab6. Maka
dari itu, dalam paper ini penulis akan menganalisis argumentasi di luar kekristenan dan sikap
apologetika terhadap pandangan-pandangan kontra yang ada.

II. Pembahasan

A. Tinjauan Kontra Otoritas Alkitab

Orang Kristen percaya bahwa Alkitab memiliki otoritas dalam kehidupan manusia dan
merupakan firman yang diilhamkan oleh Allah kepada para penulis Alkitab. Alkitab menjadi
sumber kebenaran yang mutlak. Namun, masih banyak orang orang di luar kekristenan yang
memandang bahwa Alkitab tidak berotoritas dalam hidup manusia dan menentang Alkitab
sebagai sumber kebenaran. Berikut ini pandangan yang kontra terhadap otoritas Alkitab.

4
Cornelius Van Til, An Introduction to systematic Theology, ed. William Edgar, 2nd ed. (Phillipsburg: P&R,
2007).
5
Waryono, “Beberapa problem teologis antara Islam dan Kristen,” ESENSIA: Jurnal ilmu-ilmu ushuluddin 12,
no. 1 (2011): 97–118, https://doi.org/10.14421/esensia.v12i1.704.
6
Fajar Kurnia Harefa, “Konsekuensi menolak ineransi Alkitab,” Davar: Jurnal teologi, 2021, 1–11.
1. Alkitab tidak berotoritas dalam hidup manusia

Alkitab dipercayai memiliki otoritas karena Allah mewahyukan firman-Nya bagi


manusia7. Dalam Kisah Para Rasul 1-16 dan Ibrani 10:15-17, mengatakan bahwa Roh Allah
yang memampukan manusia untuk menuliskan ke 66 dalam Alkitab. Alkitab adalah perkataan
Allah dan dituliskan secara Verbal plenary (2 Timotius 3:16)8. Namun, jika kita lihat lebih
dalam masih ada kekeliruan Alkitab yang mengandung kontradiktif antara kitab satu dengan
yang lainnya. Alasan Katolik masih mengakui ke 73 kita dalam Alkitab sebab itu juga firman
yang diilhamkan Allah tetapi dalam Protestan menolak dan hanya mengakui 66 kitab yang di
ilhamkan oleh Allah. Meninjau hal ini, kita akan melihat keseluruhan ke 73 kitab ternyata
masih banyak kesalahan yang terlihat dalam pemahaman dasar maupun doktrin yang
diajarkannya, salah satunya dalam Kitab 2 Makabe yang mengatakan bahwa penulis sendiri
tidak di inspirasikan oleh Roh Kudus dalam menulis dan jika di bandingkan dengan kitab
Wahyu 22 bahwa Alkitab itu ditulis karena inspirasi oleh Allah. Hal ini bisa lihat dalam kitab
deuterokanonika. Kitab ini biasa dan sering disebut sebagai kitab Aprokifa oleh umat
Protestan9. Dalam hal ini, timbul suatu pertanyaan yaitu jika memang Alkitab berotoritas dalam
hidup manusia, mengapa ke 73 kitab tersebut tidak digunakan secara keseluruhan jika memang
umat Katolik mengakui kitab deuterokanonika adalah Firman yang diilhamkan Allah dan
bahkan masih terdapat kesalahan sehingga menimbulkan kontradiksi antara umat Katolik dan
umat Protestan?

Ada juga pandangan teologi yang memiliki kekeliruan dalam memahami otoritas
Alkitab. Secara umum, pandangan tersebut terbagi menjadi 2 pandangan, yaitu pandangan
liberal atau pandangan neo liberal dan pandangan neo-ortodoks10. Rudolf Bultmann merupakan
tokoh dari pandangan liberal atau neo-liberal. Menurutnya, Kristus adalah tokoh mitos dan
bukan tokoh historis dalam Alkitab sehingga bagi Bultmann, berita tentang Kristus lebih
penting daripada kesejarahan-Nya. Bultmann juga melakukan kritik dengan cara merubah isi
Injil, kemudian menyusun kembali Injil tersebut dengan pengertian dan logikanya sendiri11.
Sedangkan, Karl Barth sebagai tokoh dari pandangan neo-ortodoks memandang bahwa Alkitab

7
R.C.Sproul, Kebenaran-kebenaran dasar iman Kristen.
8
Augustus Hopkins Strong, Systematic Theology (The project Gutenberg Ebook of systematic theology, 2013).
9
Indra Sanjaya, “Deutrokanonika menurut dokumen komisi suci kepausan,” DISKURSUS, n.d., 3–26.
10
Djoko Sukono, “Alkitab: Penyataan Allah yang diilhamkan,” PASCA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama
Kristen 15, no. 1 (2019): 28–34, https://doi.org/10.46494/psc.v15i1.66.
11
Lavandya Permata Kusuma Wardhani, “Doktrin ineransi Alkitab menangkal demitologi dalam pengajaran
bagi orang Kristen pada masa kini,” Jurnal Gamaliel: Teologi praktika 3, no. 2 (2021).
bukan benar-benar firman Allah dan menurutnya Alkitab tidak benar-benar perkataan Kristus.
Tidak hanya itu, pandangan neo-ortodoks juga menolak kemutlakan sejarah Alkitab.

2. Alkitab bukan firman yang diilhamkan Allah (tuduhan-tuduhan)


Dalam Kekristenan Alkitab menjadi dasar kehidupan dan otoritas tertinggi landasan
hidup seorang Kristen. Alkitab dipercayai umat Kristiani sebagai firman Tuhan yang ditulis
langsung oleh Roh Kudus yang di dalamnya Allah Tritunggal adalah dalang dari penulisan
Alkitab ini artinya Roh Kudus memampukan penulis kitab untuk menulis kitab-kitab atau kata-
kata Allah. Pandangan ini Sejalan dengan Matalu12, Alkitab haruslah menjadi satu-satunya
standar hidup setiap orang Kristen sebagai pengajaran yang sudah diwahyukan dan diilhamkan
Allah. Namun, bagi non-Kristen pandangan ini salah. Bagi mereka Alkitab bukanlah wahyu
Allah yang diilhamkan bagi manusia. Mereka menganggap bahwa Alkitab hanyalah sebuah
informasi biasa saja, atau sebuah mitos yang dikarang oleh manusia, berikut beberapa
pandangan dari tokoh non-Kristen:
1. Pandangan Ustadz Zakir Naik yang mengatakan bahwa, Alkitab itu tidak sepenuhnya firman
Allah, karena banyak yang dikarang oleh manusia atau dipalsukan. Ada 3 bukti yang dia
berikan dalam menguatkan pandangannya:
- Banyak ayat Alkitab yang bertentangan dengan pengajaran atau berkontradiksi dari
satu terhadap yang lainnya.
- Adanya kesalahan ilmiah, Alkitab jika dibandingkan dengan sains telah banyak
kesalahan yang mengatakan bahwa Ia menciptakan dua cahaya, yaitu Matahari dan
bulan , tetapi sains mengatakan cahaya hanya ada satu yaitu matahari
- Dalam Alkitab memuat adanya kisah pornografi. Contohnya dalam ayat Alkitab
Yehezkiel 23:3, 23:8, dan Kidung Agung 7:7-8.

2 . Pandangan dari kelompok Ateisme yang bernama Madelyn tahun 1962 yang mengatakan
bahwa Alkitab bukanlah firman Allah. Ia juga membuat statement untuk melarang orang-orang
membaca Alkitab bahkan di sekolah-sekolah yang pernah ada di Amerika Serikat. Madelyn
menganggap bahwa Alkitab bukan wahyu yang di ilhamkan Allah oleh sebab masih banyak
kesalahpahaman dalam Alkitab dan kontradiksi di dalamnya13.

12
Muriwali Yanto Matalu, Apologetika Kristen, 2018.
13
Ratri Kusuma Wijaya, “Alkitab adalah Firman Allah yang tanpa salah,” RHEMA: Jurnal Teologi Biblika dan
Praktika 6, no. 1 (2020): 94–105, https://e-journal.stt-yestoya.ac.id/index.php/rhema/article/viewFile/64/54.
3. Pandangan saksi Yehuwa pada Alkitab Kristen mengatakan bahwa itu bukan firman Allah
dan menolak Alkitab Kristen. Terjemahan yang digunakan kekristenan dalam Alkitab tidak
tepat dan tidak sesuai kebenaran Allah14.

4. Orang-orang Skeptisisme yang berlebihan terhadap Alkitab dengan meragukan keakuratan


dan kebenaran Alkitab dengan mendasari pandangannya karena masih kurangnya bukti-bukti
yang menunjang kebenaran Alkitab15.

5. Adanya kelompok atau sekutu yang ingin menggantikan Perjanjian Lama, mereka
berpendapat bahwa sejak kedatangan Yesus , Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tidak ada
kearifan dan hanya sekedar dokumen agama saja, sehingga ini menjadi usaha untuk
menyangkal firman Allah yang di ilhamkan kepada manusia16.

6. Selanjutnya pandangan dari kelompok Higher Criticism. Kelompok Higher Criticism


memandang bahwa Alkitab bukan firman Allah, melainkan hanya sebatas buku biasa yang
lebih rendah dari kitab suci lainnya. Pandangan Higher Criticism menolak hal yang berbau
supranatural sehingga mereka beranggapan bahwa terdapat banyak kesalahan di dalamnya
serta merupakan kumpulan-kumpulan mitos yang ada. Kemudian, akal atau rasio manusia
dijadikan sebagai tolak ukur kebenaran dan akhirnya hal tersebut memperkuat pemahaman
kaum higher criticism bahwa setiap yang tertulis dalam Alkitab tidak rasional. Mereka juga
percaya bahwa Alkitab hanya perlu dijelaskan dan ditafsirkan dengan menggunakan metode
sejarah atau historis. Kelompok ini menjelaskan Alkitab Kristen berdasarkan konsep filsafat
agama dan pengetahuan Menurut kelompok ini, salah satu hal yang menjadi masalah dalam
penulisan Alkitab yaitu mengenai peristiwa Tuhan Yesus dan waktu penulisan. Hal ini
dikarenakan adanya jarak waktu kurang lebih 15 tahun atau 20 tahun antara peristiwa Tuhan
Yesus dan waktu penulisan, oleh karena itu mustahil bagi murid-murid Tuhan Yesus untuk
mengingat apa yang didengar dan dilihat langsung17.

14
Andreas Budi Setyobekti, Pondasi iman (Jakarta: Bethel press, 2017).
15
Don Batten, Menjawab pertanyaan seputar penciptaan alam semesta (Georgia: Creation ministries
international, 2010).
16
Joh Verkuyl, Inti iman Kristen (Salatiga: Lembaga studi dan pengembangan GKJ, 1998).
17
Arif Wicaksono, “Pandangan kekristenan tentang Higher Criticism,” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika Dan
Praktika 1, no. 1 (2018): 115–31, https://doi.org/10.34081/fidei.v1i1.6.
3. Alkitab berisi mitos-mitos (bukan kebenaran sejati)

Dalam kekristenan Alkitab dipercaya sebagai kebenaran otoritas tertinggi, tetapi masih
banyak pandangan di luar kekristenan yang menganggap bahwa isi atau kisah-kisah dalam
Alkitab itu merupakan mitos atau bukanlah suatu kebenaran Bock & Wallace, mengatakan
bahwa Injil tidak memberikan kita informasi yang jelas mengenai evolusi dari naskah itu,
sehingga tidak menjamin bahwa naskah-naskah Alkitab yang bertahan sampai sekarang dapat
dipercaya18. Selain itu, Rahmiati mengungkapkan dalam kitab Ayub adalah salah satu bukti
bahwa Alkitab berisi mitos, pandangan ini menjadi salah bukti pernyataan bahwa dalam
Alkitab salah satunya kitab Ayub tidaklah sebuah kisah historis yang benar, dengan pernyataan
ini diperkuat dengan alasan awal dari kitab ini dengan kisahnya ayub yang tidak memiliki relasi
dengan semua sejarah bahkan legenda, karena tidak adanya silsilah Ayub yang tercatat19.
Selain itu, beberapa oknum juga tidak meyakinkan keaslian dari kisah-kisah di Alkitab, mereka
menganggap bahwa Alkitab adalah karangan manusia yang berisi cerita dongeng atau
ketidakbenaran dari hasil penelitian Alkitab tentang Yesus di kitab Injil, pernyataan ini
dinyatakan oleh kaum Pluralisme yang mengangkat pandangan kaum Liberal yang tidak
mempercayai bahwa Alkitab tidak diilhamkan oleh Roh Kudus20.

Alkitab berisi kisah penciptaan, tetapi kisah dari penciptaan ini dikaitkan dengan mitos
yang mana bumi tercipta dari kekacaudi tanyaan, yang mana diciptakan oleh Enuma Elish yaitu
seorang monster Wanita di dalam cerita rakyat Babilonia21, lalu kaum liberalisme
mengungkapkan pandangannya bahwa dalam Alkitab memiliki kesalahan dalam penulisan,
maka secara tidak langsung mereka menyatakan bahwa di dalam Alkitab bisa saja berisi mitos-
mitos karena adanya kesalahan dalam penulisan, serta penerjemahan, sehingga di pertanyakan
kemungkin Alkitab sebagai Firman Allah tetapi memiliki kesalahan22, dengan demikian masih
perlu di pertanyakan apakah Alkitab adalah benar Firman Allah yang bukan hanya berisi mitos.

18
Darrel L. Bock and Daniel B. Wallace, Mendongkol Yesus dari takhtanya, ed. J Hamilton (Gramedia pustaka
utama, 2010).
19
Rahmiati Tanudjaja, “Doktrin dan penggunaan Kitab Suci menurut C. S. Lewis,” Veritas: Jurnal Teologi dan
Pelayanan 4, no. 2 (April 2003): 189–203, https://doi.org/10.36421/veritas.v4i2.114.
20
Hardi Budiyana, “Ineransi Alkitab sebagai dasar kurikulum pendidikan Kristen,” Jurnal teologi berita hidup 3,
no. 2 (2021).
21
Parlaungan Gultom, Pendekatan fenomenologis terhadap teori penciptaan (ANDI, 2017).
22
Agus Biyanto, Gerej yang kudus dan am (bruk?), 2020.
B. Tinjauan Apologetika Kristen Otoritas Alkitab

1. Alkitab otoritas tertinggi dalam hidup manusia

Dari penjelasan sebelumnya, bisa dilihat banyak pandangan yang berkontradiksi


dengan otoritas Alkitab. Alkitab berotoritas dalam kehidupan karena setiap kata merupakan
firman Tuhan yang merupakan kebenaran tertinggi. Alkitab merupakan otoritas tertinggi dan
kebenaran sejati yang berasal dari Allah (Sola Scriptura)23. Perkataan Alkitab membuktikan
dirinya sendiri karena Alkitab tidak dapat dibuktikan dengan standar manapun. Jika standar
manusia digunakan untuk membuktikan Alkitab, maka kita tidak melihat bahwa Alkitab
memiliki otoritas tertinggi dalam hidupnya. Kita juga perlu mengerti bahwa Alkitab dapat
dipercaya dan penting bagi manusia24. Apabila tidak menaati kata-kata dalam Alkitab, maka
sama saja tidak menaati Allah. Padahal perlu dipahami bahwa Allah senang kepada setiap
orang yang “gentar” ketika mendengar Firman Tuhan (Yesaya 66:2).

Meskipun Alkitab ditulis oleh manusia, akan tetapi penulis Alkitab berulang kali
menegaskan bahwa kata-kata Alkitab merupakan kata-kata yang berasal dari Tuhan. Roh
Kudus membimbing penulis Alkitab dalam menulis dan gereja mengakuinya. Roh Kudus tidak
mengesampingkan penulis tetapi menggunakan semua karunia, pengalaman dan kemampuan
penulis yang unik25. Kata-kata-Nya merupakan kebenaran yang dipercaya karena Allah tidak
dapat mengucapkan kebohongan, artinya tidak mungkin terdapat ketidakbenaran dalam
Alkitab (Titus 1:2, Ibrani 6:18 dan 2 Samuel 7:28). Amsal 30:5 berkata “Setiap Firman Allah
terbukti benar, dia menjadi perisai pelindung”. Grudem menegaskan bahwa setiap kata dalam
Alkitab benar26. Ketika membaca Alkitab, maka akan diyakinkan klaim Alkitab sebagai
Firman Allah karena Roh Kudus bekerja di dalamnya. Roh Kudus berbicara melalui perkataan
Alkitab ketika orang membaca Alkitab. Roh Kudus juga membuka hati untuk percaya dan
menaati Firman Tuhan. Oleh sebab itu, pekerjaan Roh Kudus membuat orang dapat menerima
kebenaran yang sejati dan menerima bahwa kata-kata dalam Alkitab merupakan perkataan
Allah.

Pertanyaan yang ditanyakan oleh kaum kontra otoritas Alkitab pada tinjauan
sebelumnya merupakan pertanyaan yang cukup sering diitanyakan untuk menentang kebenaran

23
Tomi Yulianto, Aplikasi : Injil Yohanes (Tangerang: CV. AA Rizky, 2019).
24
Adriaan M.F. Wakkary, “Otoritas Alkitab atas hidup orang Kristen,” RHEMA: Jurnal Teologi Biblika dan
Praktika, 2019.
25
Herman Bavinck, Reformed Dogmatics, ed. John Bolt (Baker publishing group, 2011).
26
Wayne Grudem, “Systematic Theology - An Introduction to Bible Doctrine,” 2000, 1–1123.
Alkitab. Perbedaan Alkitab dalam umat Katolik dan Protestan itu sebenarnya terjadi karena
oleh proses kanonisasi. Kanonisasi ini menjadi standar atau ukuran untuk melihat kitab-kitab
yang ditulis apakah bisa diterima atau tidak bisa. Kanon itu bukan diciptakan manusia (dalam
hal ini gereja), namun gereja yang mengesahkan dan membuat syarat dalam kanonisasi dengan
pertolongan Roh Kudus. Oleh karena itu, dalam umat Protestan masih percaya Alkitab terdiri
dari 66 kitab sebagai firman Allah yang berotoritas.

2. Alkitab firman sejati yang diilhamkan oleh Allah

Alkitab ialah firman Allah yang hidup. Ajaran kekristenan didasarkan pada Alkitab
yang sebagai wahyu Allah yang di ilhamkan bagi manusia untuk mengajar dan melihat
kebenaran khususnya injil keselamatan Kristus. Gagasan ini senada dengan pandangan
Kasmanto, segala tulisan yang diilhamkan Allah menjadi tuntunan bagi setiap umat yang
percaya27. Kita juga perlu memahami bahwa Alkitab diinspirasikan oleh Allah. Kata inspirasi
berasal dari bahasa Yunani “θεοπνευστος” atau “theopneustos” yang berarti “tiupan nafas
Allah” dan hal tersebut menegaskan bahwa Alkitab benar-benar berasal dari Allah28. Firman
Tuhan dalam 2 Petrus 1:21 berkata “sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak
manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah”. Dari ayat
ini kita perlu menyadari bahwa Roh Kudus bekerja dalam proses penulisan Alkitab sehingga
kita perlu memahami bahwa perkataan Allah merupakan kebenaran.

Alkitab merupakan firman Allah yang mengatakan kebenaran dan tidak ada celah
apapun dalam Alkitab yang mengandung kesalahan. Jadi, walaupun Alkitab ditulis oleh
manusia, Alkitab tetaplah menjadi firman Allah. Lalu, pembuktian tentang dalam ayat tentang
Alkitab diilhamkan oleh Allah dalam dilihat dalam beberapa ayat. Dalam perjanjian lama
seperti kitab Kej. 1:3,6,9; 6:1; 7:1; Im 1:1; 4:1 dan misalnya dalam Perjanjian Baru pada Yoh.
14:26. Pada ayat ini menjadi bukti firman Tuhan yang menjadikan dan menjelaskan bahwa
Alkitab adalah firman Allah.

Permasalahan Alkitab tentang terjemahan juga sering ditanyakan oleh kaum kontra. Hal
ini menjadi alasan bagi mereka untuk mencari kesalahan Alkitab dan membuktikannya dalam
pandangan mereka. Namun, pandangan ini ditentang oleh kaum kristiani, Alkitab memang

27
Budi Kasmanto, Panggilan berkhotbah (Yogyakarta: Andi, 2013).
28
Rita Wahyu, 101 Penjelasan mengenai tuduhan kontradiksi dalam Alkitab (Sarapan pagi, 2006).
ditulis oleh manusia dan terjemahan yang ada dalam Alkitab dengan Bahasa yang berbeda-
beda tidak menjadikan firman Allah cedera atau adanya perubahan isi firman Allah. Pandangan
ini juga senada dengan gagasan Lewis, Alkitab adalah kudus dan Roh Kudus menjadi penulis
utama yang menulis Alkitab dan semua naskah dalam kitab-kitab yang digunakan dipimpin
langsung oleh Roh Kudus yang bertujuan untuk mengenal Allah29. Selanjutnya, pandangan
mengenai Alkitab bukan firman Allah seperti ajaran yang sesat dan menceritakan kisah
pornografi merupakan hal yang tidak benar. Alkitab pada dasarnya sumber kebenaran dan
menjadi pedoman hidup orang beriman. Sukono juga berpendapat bahwa Alkitab sumber
Pernyataan khusus Allah yang berkuasa dalam hidup umat percaya dan sangat diperlukan
dalam kehidupan manusia30. Dalam Alkitab mungkin ada yang menceritakan kejadian porno
antara daud dan batsyeba, namun kejadian ini merupakan pengajaran atas konsekuensi dari
tindakan daud dalam hidupnya. Oleh karena itu, Alkitab sungguh-sungguh menjadi pengajaran
dan berotoritas bagi hidup kita sesuai yang dituliskan dalam 2 Timotius 3:16-17.

3. Alkitab sumber kebenaran sejati

“Alkitab dipercaya merupakan hasil dari inspirasi Allah secara verbal plenary yang
bersifat inerancy dan infallibility yang kebenarannya tidak dapat diragukan sedikit pun bahkan
terhadap hal-hal sekuler lainnya” 31
, maka tidak diragukan kebenaran Alkitab karena
sumbernya dari sang Kebenaran yang langsung Roh Kudus sendiri yang langsung
mewahyukanNya kepada penulis Alkitab, sehingga tidak mungkin terjadi kesalahan atau
disebut sebagai ineransi Alkitab32. Menyanggah pandangan kaum pluralisme bahwa Alkitab
pada awalnya adalah berupa gulungan yang tidak menyatu tetapi terpisah lalu dilakukan proses
kanonisasi yang menyatukan dan menyusun setiap kitab-kitab, proses ini bukanlah mudah dan
sesederhana kelihatannya, banyak kriteria serta penyelidikan secara detail seperti pernyataan
yang berotoritas, dokumen-dokumen resmi yang dikumpulkan serta penyortiran serta
penetapannya sehingga disepakati menjadi Firman Allah33. Tuduhan tentang mitos penciptaan
yang dilakukan monster Enuma Elish dari kekacauan bisa langsung disanggah dengan logika
bahwa tidak mungkin dari kekacauan bisa menciptakan dunia yang teratur, dalam Kejadian 1
juga berisi pernyataan penciptaan Allah lakukan yang disebut dengan penciptaan ex nihilo34.

29
Tanudjaja, “Doktrin dan penggunaan Kitab Suci menurut C. S. Lewis.”
30
Sukono, “Alkitab: Penyataan Allah yang diilhamkan.”
31
Harianto G. P., Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab dan dunia pendidikan Masa Kini, ed. Tri Widyamaka
(Surabaya: Andi, 2012).
32
Hardi Budiyana, “Ineransi Alkitab sebagai dasar kurikulum pendidikan Kristen.”
33
Hery Budi Yosef, Pengantar kekitaban (Bibiologi) (Samudra biru, 2020).
34
Truman Simanjuntak, Arkeologi Biblika, ed. Ofrij (Yogyakarta: Andi, 2021).
Ciptaan begitu teratur maka pencipta dari ciptaan ini harus Maha teratur. Selanjutnya, dalam
penerjemahan Alkitab yang mungkin saja terjadi kesalahan teknis tetapi untuk teks aslinya
tidak mungkin terjadi kesalahan35, walaupun banyak tuduhan dari penemuannya atas kesalahan
Alkitab tetapi tidak sampai merusak hingga menghancurkan Alkitab, maka sudah bisa
dipastikan bahwa Alkitab adalah benar Firman Allah yang sejati.

III. Analisis

Alkitab adalah Firman Allah yang menjadi otoritas tertinggi dalam menjawab setiap
aspek kehidupan manusia. Alkitab mengenalkan Allah kepada manusia lewat firman-Nya,
sehingga Allah Tritunggal menjadi dalang dalam penulisan kitab suci ini. Alkitab mempunyai
banyak terjemahan yang ditafsirkan ke dalam berbagai bahasa, namun bagi kaum kontra
otoritas atau di luar kekristenan. Selain itu, pandangan non-Kristen juga menganggap bahwa
isi Alkitab hanyalah pernyataan yang dibuat manusia supaya dipercayai umat Kristen dan
menganggap bahwa Alkitab hanya berisi informasi biasa dan mitos yang dikarang oleh
manusia. Keaslian teks Alkitab yang ada pada saat ini mengingat proses penyalinan yang tidak
sembarang juga. Selain itu, penulis menyatakan bahwa otentiknya teks alkitab berpengaruh
terhadap otoritas Alkitab.

Dalam analisis ini, kaum apologetik akan memberikan bukti atas perbandingan dari
yang telah dijelaskan sebelumnya. Jika kita kembali menelaah setiap makna dan penafsiran
yang terdapat pada Alkitab, kita akan menemukan bahwa penafsiran tersebut tidak akan
mempengaruhi setiap perintah ataupun kajian dari ayat itu sendiri seperti teks Lukas 2:12, di
mana terdapat kata “lampin” pada versi terjemahan baru, lalu pada terjemahan Bahasa
Indonesia masa kini kata tersebut dituliskan “kain” dan penulisan “kain lampin” pada
terjemahan sederhana Indonesia. Jika kita melihat kembali ada dua perbedaan kata yang
dipakai, namun apakah kedua kata tersebut berbeda makna? Lampin merupakan kain yang
biasa dipakai untuk pembungkus bayi, dan pada terjemahan yang memakai kata kain memiliki
penulisan “dibungkus dengan kain” yang berarti di antara dua kata-kata tersebut tidak memiliki
perbedaan makna yang mendalam36. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa teks Alkitab
kita miliki saat ini merupakan salinan langsung dari teks asli itu sendiri dan tidak mengacu
kepada perubahan makna Alkitab, dan karena itu kelompok dapat mengatakan bahwa keaslian
teks Alkitab tidak mempengaruhi otoritas dari Alkitab itu sendiri dikarenakan otoritas Alkitab

35
Fritz Ridenour, Dapatkah Alkitab dipercaya? (BPK Gunung Mulia, 2010).
36
Eka Darmaputera, Tatkala Allah melawat umatNya (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008).
merupakan Firman Allah yang ditulis oleh ilham dari Allah (2 Timotius 3:16), dan otoritasnya
terletak pada Firman-Nya bukan setiap penerjemahannya.

IV. Kesimpulan

Masih banyaknya pandangan yang bertentangan dengan otoritas Alkitab karena alasan
ketidakkonsistenan, adanya pengurangan, dan beberapa hal lainnya. Kita tahu bahwa Alkitab
tidak ditulis dalam Bahasa Indonesia tetapi kita percaya bahwa baik dalam salinan atau
terjemahan Alkitab adalah firman Allah. Kita tidak mengatakan Alkitab kita adalah terjemahan
dari Firman Allah, tetapi Alkitab yang kita miliki adalah Firman Allah, sehingga tidak mungkin
ada kesalahan dalam Alkitab. Kitab suci yang kita miliki ini ialah kitab suci yang secara
otoritatif mengarahkan kita dalam melihat segala sesuatu dan kita juga percaya bahwa kitab
suci dalam tulisan aslinya itu tidak mengandung kesalahan dan salinan serta terjemahannya
tetap mengandung otoritas yang dari Tuhan untuk menjadi pegangan atau fondasi bagi cara
kita berpikir dan dasar bagi kita melihat hidup. Oleh sebab itu, kita harus meyakini bahwa
Alkitab berotoritas dan menjadi pedoman dalam hidup kita. Kita tidak menjadikan Alkitab
yang telah diterjemahkan otoritasnya berkurang, melainkan Tuhan juga berbicara dengan
bahasa kita dan itu ditunjukkan dengan kegiatan menerjemahkan Alkitab.
V. Daftar Pustaka

Pendahuluan

R. C. Sproul. Defending your faith: An introduction to apologetics. Malang: Literatur SAAT,


2011.

R.C.Sproul. Kebenaran-kebenaran dasar iman Kristen. Malang: Literatur SAAT, 2023.

John M. Frame. Apologetika bagi kemuliaan Allah: Sebuah Pengantar. Surabaya:


Momentum, 2005.

Cornelius Van Til. An introduction to systematic Theology. Edited by William Edgar. 2nd ed.
Phillipsburg: P&R, 2007.

Waryono. “Beberapa Problem Teologis antara Islam dan Kristen.” ESENSIA: Jurnal Ilmu-
Ilmu Ushuluddin 12, no. 1 (2011): 97–118. https://doi.org/10.14421/esensia.v12i1.704.

Fajar Kurnia Harefa. “Konsekuensi Menolak Ineransi Alkitab.” Davar: Jurnal Teologi, 2021,
1–11.

Kontra otoritas Alkitab

R.C.Sproul. Kebenaran-kebenaran dasar iman Kristen. Malang: Literatur SAAT, 2023.

Augustus Hopkins Strong. Systematic Theology. The project Gutenberg Ebook of systematic
theology, 2013.

Indra Sanjaya. “Deutrokanonika menurut dokumen komisi suci Kepausan.” DISKURSUS,


n.d., 3–26.

Sukono, Djoko. “Alkitab: Penyataan Allah yang diilhamkan.” PASCA: Jurnal teologi dan
Pendidikan Agama Kristen 15, no. 1 (2019): 28–34.
https://doi.org/10.46494/psc.v15i1.66.

Lavandya Permata Kusuma Wardhani. “Doktrin ineransi Alkitab menangkal demitologi


dalam pengajaran bagi orang Kristen pada masa kini.” Jurnal Gamaliel: Teologi
Praktika 3, no. 2 (2021).

Muriwali Yanto Matalu. Apologetika Kristen, 2018.


Wijaya, Ratri Kusuma. “Alkitab Adalah Firman Allah Yang Tanpa Salah.” RHEMA: Jurnal
Teologi Biblika dan Praktika 6, no. 1 (2020): 94–105. https://e-journal.stt-
yestoya.ac.id/index.php/rhema/article/viewFile/64/54.

Andreas Budi Setyobekti. Pondasi iman. Jakarta: Bethel press, 2017.

Don Batten. Menjawab Pertanyaan Seputar Penciptaan Alam Semesta. Georgia: Creation
Ministries International, 2010.

Joh Verkuyl. Inti Iman Kristen. Salatiga: Lembaga studi dan pengembangan GKJ, 1998.

Wicaksono, Arif. “Pandangan Kekristenan tentang Higher Criticism.” FIDEI: Jurnal Teologi
Sistematika dan Praktika 1, no. 1 (2018): 115–31. https://doi.org/10.34081/fidei.v1i1.6.

Tanudjaja, Rahmiati. “Doktrin dan penggunaan Kitab Suci menurut C. S. Lewis.” Veritas:
Jurnal Teologi dan Pelayanan 4, no. 2 (April 2003): 189–203.
https://doi.org/10.36421/veritas.v4i2.114.

Hardi Budiyana. “Ineransi Alkitab Sebagai Dasar Kurikulum Pendidikan Kristen.” Jurnal
Teologi berita hidup 3, no. 2 (2021).

Parlaungan Gultom. Pendekatan fenomenologis terhadap teori penciptaan. ANDI, 2017.

Biyanto, Agus. Gereja yang Kudus dan Am (Bruk?), 2020.

Apologetika Kristen

Tomi Yulianto. Aplikasi kehidupan untuk remaja dan dewasa: Injil Yohanes. Tangerang: CV.
AA Rizky, 2019.

Adriaan M.F. Wakkary. “Otoritas Alkitab atas hidup orang Kristen.” RHEMA: Jurnal teologi
biblika dan praktika, 2019.

Herman Bavinck. Reformed dogmatics. Edited by John Bolt. Baker publishing group, 2011.

Grudem, Wayne. “Systematic Theology - An Introduction to Bible Doctrine,” 2000, 1–1123.

Budi Kasmanto. Panggilan berkhotbah. Yogyakarta: Andi, 2013.

Rita Wahyu. 101 Penjelasan mengenai tuduhan kontradiksi dalam Alkitab. Sarapan pagi,
2006.
Tanudjaja, Rahmiati. “Doktrin dan penggunaan Kitab Suci menurut C. S. Lewis.” Veritas:
Jurnal Teologi dan Pelayanan 4, no. 2 (April 2003): 189–203.
https://doi.org/10.36421/veritas.v4i2.114.

Sukono, Djoko. “Alkitab: Penyataan Allah yang diilhamkan.” PASCA: Jurnal teologi dan
Pendidikan Agama Kristen 15, no. 1 (2019): 28–34.
https://doi.org/10.46494/psc.v15i1.66.

G. P., Harianto. Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab dan dunia Pendidikan masa kini.
Edited by Tri Widyamaka. Surabaya: Andi, 2012.

Hardi Budiyana. “Ineransi Alkitab Sebagai Dasar Kurikulum Pendidikan Kristen.” Jurnal
Teologi berita hidup 3, no. 2 (2021).

Yosef, Hery Budi. Pengantar Kekitaban (Bibiologi). Samudra Biru, 2020.

Simanjuntak, Truman. Arkeologi Biblika. Edited by Ofrij. Yogyakarta: Andi, 2021.

Fritz Ridenour. Dapatkah Alkitab Dipercaya? BPK Gunung Mulia, 2010.

Darmaputera, Eka. Tatkala Allah melawat umatNya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Kelompok 1_Otoritas Alkitab
ORIGINALITY REPORT

16 %
SIMILARITY INDEX
15%
INTERNET SOURCES
9%
PUBLICATIONS
9%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
Submitted to Universitas Pelita Harapan
Student Paper 2%
2
jurnalvow.sttwmi.ac.id
Internet Source 1%
3
www.researchgate.net
Internet Source 1%
4
journal.sttsimpson.ac.id
Internet Source 1%
5
journal.stbi.ac.id
Internet Source 1%
6
core.ac.uk
Internet Source 1%
7
katalog.ukdw.ac.id
Internet Source 1%
8
repository.seabs.ac.id
Internet Source 1%
9
diktat-teologi.blogspot.com
Internet Source <1 %
10
ejournal.uin-suka.ac.id
Internet Source <1 %
11
frediktemartenan.blogspot.com
Internet Source <1 %
12
Valentino Wariki, Gernaida Krisna R.
Pakpahan. "THE URGENCY OF TEXTUAL
<1 %
CRITICISM OF THE NEW TESTAMENT
INERRANCY", Phronesis: Jurnal Teologi dan
Misi, 2022
Publication

13
Submitted to Southern Baptist Theological
Seminary
<1 %
Student Paper

14
ojs.globalmissiology.org
Internet Source <1 %
15
repo.sttsetia.ac.id
Internet Source <1 %
16
andrian796.wordpress.com
Internet Source <1 %
17
ejournal-iakn-manado.ac.id
Internet Source <1 %
18
sttsabdaagung.ac.id
Internet Source <1 %
19
Submitted to Spurgeon's College
Student Paper <1 %
20
repository.uph.edu
Internet Source <1 %
21
ramlyharahap.wordpress.com
Internet Source <1 %
22
www.gotquestions.org
Internet Source <1 %
23
nanopdf.com
Internet Source <1 %
24
Aprianus Ledrik Moimau. "KEHANDALAN
ALKITAB MENJADI FONDASI BAGI
<1 %
PENGAJARAN TENTANG YESUS KRISTUS",
Phronesis Jurnal Teologi dan Misi, 2020
Publication

25
brotherjohn777.blogspot.com
Internet Source <1 %
26
es.scribd.com
Internet Source <1 %
27
gbimpi.org
Internet Source <1 %
28
vanderwijk7.wordpress.com
Internet Source <1 %
29
abdisabda.wordpress.com
Internet Source <1 %
30
teologiareformed.blogspot.com
Internet Source <1 %
31
arnoldtoraja.wordpress.com
Internet Source <1 %
32
artikel.sabda.org
Internet Source <1 %
33
darminberutu.blogspot.com
Internet Source <1 %
34
www.buletinpillar.org
Internet Source <1 %

Exclude quotes On Exclude matches < 5 words


Exclude bibliography On

Anda mungkin juga menyukai