Ditulis Oleh :
NILAM TANTRI
2266290002
TUGAS :
Jawaban No. 1
a) Setiap manusia sebagai individu baik pria maupun perempuan adalah unik
dalam diri sendiri dan permasalahannya.
b) Setiap manusia baik pria maupun perempuan memiliki kebebasan sepenuh-
penuhnya dan bertanggung jawab aras kebebasannya.’
c) Setiap manusia baik pria maupun perempuan mengukir dan menentukan
masa depannya sendiri dan itulah eksistensi manusia. Masa depan manusia
tidaklah ditentukan oleh faktor hereditas dan lingkungan. Setiap manusia
membangun dan memperjuangkan masa depannya sendiri dan atas
kekuatannya sendiri.
d) Setiap manusia baik pria maupun perempuan di dalam menjalani kehidupan
pasti dihadapkan oleh pilihan-pilihan. Manusia harus mampu menentukan
pilihan apa yang baik dan apa yang buruk dan jika telah diputuskan mana
yang baik atau buruk dan memilih satu diantaranya barulah keputusan itu
menjadi bermakna.
e) Setiap manusia baik pria maupun perempuan wajib menjalani subjektivitas
kehidupannya dan menjadi kewajibannya dan bukan sebuah keharusan.
Manusia menjadi bermakna jika manusia mampu menjalani kewajibannya
sebagai manusia artinya manusia menjalani tugas kehidupannya dalam
pengertian manusia wajib mengoptimalkan potensi dirinua sesuai dengan
kemampuannya.
f) Kehidupan manusia dalam menjalani proses kehidupan akan menjadi
bermakna jika kehidupan ini dihayati dan bukan sekedar dipikiran saja,
melainkan sebagaimana kita hayati makin mendalam penghayatan kita
tentang perihal kehidupan, makin bermaknalah kehidupannya. Penghayatan
sifatnya subjektif dan bukan sesuatu yang dipaksakan dan dirasionalisasi
oleh rasio yang menjadi sebuah penalaran yang logis.
g) Setiap manusia baik pria maupun perempuan senantiasa dihadapkan dengan
situasi batas dan tidak pernah dan tidak mungkin dihindari dan itulah
eksistensi diri manusia dan secara tidak disadari merupakan tugas yang
harus dijalani dan sekaligus menunjukkan ketidakberdayaan manusia serta
tidak merupakan pilihan manusia.
h) Setiap manusia baik pria maupun perempuan tidak mungkin berhenti pada
kenyataan-kenyataan faktual dan itulah eksistensi manusia dan eksistensi itu
jugalah sekaligus sebagai sebuah kebebasan.
i) Setiap manusia baik pria maupun perempuan dalam menjalani kehidupan
pasti tidak dapat menghindari diri dari manusia lainnya yang memiliki
subjektivitas diri masing-masing. Kecenderunagan mempertahankan
subjektivitas diri akan berpeluang memunculkan pertengkaran.
j) Manusia nenjadi sempurna jika manusia menjadi komuni dari YANG
MAHA SEMPURNA. Tidak pernah manusia mampu menjadi manusia
yang sempurna di dalam menjalani proses kehidupannya, kecuali manusia
mampu menghayati bahwa adanya kemampuan yang sempurna di luar
dirinya yang disebut sebagai YANG MAHA KUASA.
Realitas atau wujud (being) adalah eksistensi yang terdapat dalam ‘I’ dan bukan
dalam ‘it’. Oleh sebab itu, pusat pemikiran dan arti adalah dalam eksistensi seorang
pemikir. Bagi filosof Denmark, Soren Kierkegaard umpamanya, manusia yang
menganggap bahwa pandangan hidupnya ditetapkan oleh akalnya adalah orang
yang meletihkan dan tidak berpandangan jauh; ia gagal untuk memahami fakta yang
elementer bahwa ia bukannya pemikir yang murni, akan tetapi ia adalah seorang-
orang yang ada (existing individual).
• Eksistensi berarti keadaan yang aktual, yang terjadi dalam ruang dan waktu;
eksistensi menunjukkan kepada ‘suatu benda yang ada di sini dan sekarang’.
Eksistensi berarti bahwa jiwa atau manusia diakui adanya atau hidupnya.
Tetapi bagi kelompok eksistensialis, kata kerja ‘to exist’ mempunyai isi
yang lebih positif dan lebih kaya daripada kata kerja ‘to live’. Kadang-
kadang orang mengatakan tentang orang yang hidup kosong dan tanpa arti
bahwa ‘ia tidak hidup, ia hanya ada’. Kelompok eksistensialis mengubah
kata tersebut dan mengatakan ‘orang itu tidak ada, ia hanya hidup’. Bagi
mereka eksistensi berarti kehidupan yang penuh, tangkas, sadar, tanggung
jawab, dan berkembang.
Jika seseorang telah memahami ide atau konsep esensi suatu benda, ia akan dapat
memikirkannya tanpa memperdulikan tentang adanya. Bagi Plato dan beberapa
pemikir lainnya konsep ‘mansia’ mempunyai realitas yang lebih daripada seorang
manusia yang bernama John Doe; mereka mengatakan partisipasi dalam ide atau
bentuk (form) atau esensi, yakni kemanusiaan, adalah menjadikan seseorang itu
manusia. Para eksistensialis menolak pandangan Plato tersebut dan mengatakan
bahwa ada suatu hal yang tak dapat dikonsepsikan, yaitu tindakan pribadi untuk ada
(personal act of existing). Mereka menegaskan bahwa eksistensi adalah keadaan
yang pertama.
Eksistensi aktual seorang individu adalah eksistensi yang bersumber dari satu inti,
yakni eksistensi dirinya. Realitas dari luar dirinya boleh mempunyai kekuatan yang
memaksa individu atau mempunyai pengaruh besar atas individu itu, tetapi sumber
keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan, terletak pada
diri individu itu sendiri. Eksistensi menuntut manusia bertahan sebagai subyek,
sebagai pribadi dengan jati dirinya sendiri. Bereksistensi adalah berani mengambil
keputusan dan mengadakan pilihan yang bersifat menentukan kehidupan. Yang
dibutuhkan manusia dalam hidup ini adalah suatu passion, suatu antusiasme, suatu
gairah, suatu semangat dan keyakinan pribadi, yang dilandasi oleh kehendak bebas
dan afeksi (emosi). Bereksistensi berarti berupaya untuk semakin mewujudkan diri,
semakin menjadi individu yang otentik. Semakin otentik berarti semakin menjadi
makluk rohani.
Proses ini, menurut Kierkegaard dilalui lewat tiga tahap; Estetik, Etik, dan
Religius.
Tahap Estetik
Kierkegaard mengambil sosok Don Juan sebagai model manusia estetis, yang hidup
sebagai hedonis dan tidak mempunyai komitmen dan keterlibatan apapun dalam
hidupnya. Ia tidak mempunyai passion dalam menyikapi dan menindaklanjuti suatu
persoalan. Tidak ada cinta dan tidak tertarik untuk mengikatkan diri dalam suatu
perkawinan karena menghambat petualangan dan kebebasan, dan bisa mengurangi
kesenangan. Dalam jangka panjang, kehidupan estetis memecah diri. Seorang
estetikus lebih bergantung dibandingkan yang ia sadari. Di dalam kenyataan,
kebosanan menampakkan dirinya bukan hanya sebagai kebosanan pada benda,
tempat atau orang lain, tetapi dalam rasa yang lebih menghancurkan, kebosanan
dengan diri sendiri. Muncullah melainkan dan kemudian putus asa, yang pada akhir
hidupnya hampir tidak bisa lagi menentukan pilihan karena semakin banyaknya
alternatif yang ditawarkan masyarakat dan zamannya. Sifat hakiki bentuk eksistensi
estetis ialah tidak adanya ukuran moral yang umum yang telah ditetapkan, dan tidak
adanya kepercayaan keagamaan yang menentukan. Yang ada hanya keinginan
untuk menikmati seluruh pengalaman emosi dan nafsu tetapi membenci segala
pembatasan yang mengharuskannya untuk memilih. Tetapi ia akan sampai kepada
kesadaran, bahwa bagaimanapun keadaannya adalah terbatas, sehingga ia akan
sampai kepada keputusasaan atau pindah ke bentuk eksistensi berikutnya, yaitu
dengan suatu perbuatan memilih.
Tahap Etis
Tahap etis adalah berkonsentrasi pada komitmen tegas yang dibutuhkan untuk
menghindari bahaya tahap estetis. Setelah manusia menikmati fasilitas dunia, maka
ia juga memperhatikan dunia batinnya. Di sini ada semacam “pertobatan”. Dalam
konteks semacam ini individu mulai menerima kebajikan-kebajikan moral dan
memilih untuk mengikatkan diri padanya. Prinsip kesenangan (hedonisme) dibuang
jauh-jauh dan sekarang ia menerima dan menghayati nilai-nilai kemanusiaan yang
bersifat universal. Dengan kata lain, sudah mulai ada passion dalam menjalani
kehidupan berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan. Lebih dari itu, pedoman hidupnya
adalah nilai-nilai kemanusiaan yang lebih tinggi dan berani menyatakan “tidak”
pada setiap trend yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan zamannya—
sejauh trend itu tidak sesuai dengan suara hati dan kepribadiannya. Manusia yang
sudah dalam tahap ini akan melawan segala penyimpangan ketidakadilan dan
kezaliman serta apa saja yang menentang keluhuran nilai-nilai kemanusiaan.
Gaya hidup etis terkait kehidupan etik dengan menggunakan hubungan perkawinan
sebagai contohnya. Perpindahan dari eksistensi yang estetis ke eksistensi yang etis
ini oleh Kierkegaard digambarkan seperti orang yang meninggalkan kepuasaan
nafsu-nafsu seksualnya yang bersifat sementara dan masuk ke dalam status
perkawinan dengan menerima segala kewajibannya sehingga muncullah
keberlanjutan dan stabilitas. Pengulangan aktivitas sehari-hari dan tanggung jawab
di dalam perkawinan menjadi sumber komitmen dan kepuasan yang dalam.
Kierkegaard sendiri, melihat kehidupan sebagai sesuatu yang dibentuk oleh
keterputusan (disjunction) oleh sebuah situai either/or. Orang tidak dapat
menempatkan dirinya di dalam pencarian kesenangan estetis dan berharap
mengembangkan dan mendapatkan stabilitas internal, dimana tanpa hal itu orang
akan merasakan dirinyabergerak ke jurang ketidakbermaknaan.
Jika demikian ia juga sampai pada eksisitensi etis, atau menolaknya dan dengan
suatu perbuatan pindah ke eksistensi berikutnya, yaitu eksistensi religius.
Perpindahan ini harus dilakukan dengan iman. Pengalaman tentang kehidupan
estetik mungkin menyiapkan orang sebuah perbaikan pada tahap etik, dan tahap
etik mungkin menyiapakan orang ke tahap religius, tetapi tak ada jaminan bahwa
gerak maju akan terjadi dan tidak bersifat otomatis. Tiga tahap ini berbeda satu
sama lain, sehingga sebuah pilihan dan komitmen yang pasti, dituntut untuk
menyelesaikan transisi ini.
Tahap Religius
Jawab :
Abraham Harold Maslow lahir pada 1 April 1908 di Brooklyn, New York, Amerika
Serikat. Ia adalah anak sulung dari tujuh bersaudara yang lahir dari orang tua
imigran Yahudi Rusia. Karena latar belakang keluarganya, Maslow kecil kerap
dianiaya dan diintimidasi oleh geng-geng di daerahnya. Akibat masa kecilnya yang
tidak bahagia dan kesepian, ia menjadi sering menghabiskan waktu di perpustakaan
bersama buku-buku. Dari situlah, Maslow mengembangkan kecintaannya pada
membaca, dan kehidupannya pun semakin membaik. Ketika bersekolah di Boys
High School, ia bergabung ke banyak klub akademik dan menjadi editor untuk
beberapa majalah sekolah. Setelah lulus, Maslow sekolah hukum di City College of
New York (CCNY). Namun, karena sadar bahwa minatnya ada pada psikologi, ia
kemudian pindah ke University of Wisconsin dan bertemu dengan Harry Harlow,
yang menjadi mentornya.
Dari universitas ini pula, Maslow memperoleh tiga gelar dalam bidang psikologi,
yaitu sarjana pada 1930, magister pada 1931, dan doktor pada 1934. Semasa kuliah,
ia menikah dengan Bertha Goodman pada 1928, dan mempunyai dua anak. Setelah
meraih gelar doktor, Abraham Maslow kembali ke New York dan bekerja di
Columbia Teachers College. Dari 1937 sampai 1951, Maslow mengajar di
Brooklyn College, di mana ia banyak dipengaruhi oleh pemikiran psikolog Gestalt
Max Wertheimer dan antropolog Ruth Benedict. Pada periode ini, Maslow mulai
melakukan pengamatan yang kemudian menjadi cikal bakal untuk teori-teorinya di
bidang psikologi.
Pada akhir 1950-an, psikologi humanistik menjadi semakin populer dan Maslow
dianggap sebagai pelopornya. Bahkan, atas kontribusinya itu, ia menerima
penghargaan Humanist of the Year dari American Humanist Association pada
1967.Abraham Maslow meninggal karena serangan jantung pada 1970 dalam usia
62tahun.
Jawab :
Jawaban :
Hierarki kebutuhan maslow merupakan teori interdisiplin yang berguna untuk
membuat prioritas asuhan keperawatan. Hirarki kebutuhan dasar manusia temasuk
lima tingkat prioritas. Dasar paling bawah atau tingkat pertama termasuk kebutuhan
fisiologis, seperti udara, seks, air dan makanan. Tingkat kedua yaitu kebutuhan
keamanan dan perlindungan, termasuk juga kemanan fisik dan psikologis. Tingkat
ketiga berisi kebutuhan akan cinta dan memiliki, termasuk didalamnya hubungan
pertemanan, hubungan sosial, dan hubungan cinta. Tingkat keempat yaitu
kebutuhan akan penghargaan diri termasuk juga kepercayaan diri dan nilai diri.
Tingkat terakhir merupakan kebutuhan untuk aktualisasi diri yatitu keadaan
pencapaian potensi dan mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan
beradaptasi dengan kehidupan.
Jawab :
Tergantung dimana dan bagaimana teori ini diaplikasikan pada setting tertentu,
sehingga tidak harus berjenjang seperti yang dirumuskan oleh Maslow.
Mari kita gunakan analogi sederhana seperti ini : Indonesia, yang mayoritas
masyarakatnya muslim, mengenal puasa (fasting) sebagai suatu hal yang diyakini
dapat membawa umatnya pada sebuah pemenuhan tentang makna kehidupan
manusia, dimana Maslow menyebutnya sebagai aktualisasi diri. Karena dengan
puasa, kita dapat memaknai banyak nilai baik-buruk terhadap sesama makhluk
hidup, semesta bahkan hubungan vertikal terhadap Tuhan dan menjadi individu
yang aktual secara raga dan rohani. Padahal, bukan kah makan agar tidak lapar
adalah kebutuhan paling dasar untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dalam teori
ini? Kok bisa ya, tiba-tiba "melompat" tahapannya dan luar biasanya, masyarakat
kita tetap dapat hidup dan bertahan dengan konsep yang sederhananya,
berkebalikan dengan pemahaman yang diusung Maslow?
Perlu diingat bersama bahwa sebagian besar teori psikologi dunia, termasuk di
Indonesia berasal dari tokoh-tokoh dan pemikiran barat. Tidak hanya Maslow,
tokoh besar psikologi seperti Wundt, Freud, Ericson, Piaget dll tentunya banyak
meneliti tentang psikologi yang berakar dari pola pikir dan kebiasaan barat.
Bagaimana dengan di Indonesia? Saat ini, banyak psikolog dan ilmuwan psikologi
dalam negeri yang gencar mengembangkan indigenous psychology. Salah satu
penggeraknya ialah CICP (Center of Indigenous and Cultural Psychology) di
Fakultas Psikologi UGM. Cabang ini yang tugasnya "menggodog" ulang teori lama,
salah satunya yang dari barat bahkan menemukan teori lokal yang sangat sesuai
dengan jati diri masyarakatnya dan sifatnya kekinian.
Dan sekali lagi, bukan berarti teori Maslow tidak relevan ya, bisa saja pada
penelitian lain, dibelahan dunia lain, dengan budaya, konsep pikir dan karakter khas
masyarakatnya teori ini masih saja cocok.
Jawab :
Jawaban No.3
Jawab :
Carl Ransom Rogers lahir pada 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois, pinggiran
Chicago. Ayahnya adalah insinyur sipil, sementara ibunya bekerja sebagai ibu
rumah tangga. Dilahirkan sebagai anak keempat dari enam bersaudara, sejak kecil
mulai mengembangkan kecerdasan yang tidak biasa: sudah berbicara sebelum tiba
di taman kanak-kanak. Studinya dilakukan di lingkungan keagamaan dan
tradisional sebagai anak lelaki altar di rumah pendeta Jimpley. Bertahun-tahun
kemudian, dia akan pindah ke New York untuk mulai belajar Pertanian, suatu
disiplin yang dengan cepat dia tinggalkan untuk belajar Sejarah dan Teologi.
Pada tahun 1944 ia akan kembali ke kota asalnya di mana ia akan melakukan
berbagai terapi dan penyelidikan yang akan ditulisnya Terapi yang berpusat pada
klien pada tahun 51, bekerja sebagai semacam pelengkap dan spesialisasi dari
pekerjaan sebelumnya. Bertahun-tahun sebelumnya, pada usia 47 tahun, ia akan
mencapai salah satu pencapaian terbesar sepanjang hidupnya: diangkat sebagai
Presiden American Psychological Association. Rogers tidak pernah berhenti
tumbuh secara profesional dan bergerak maju dengan berbagai studi. Pada tahun
1956 ia menjadi Presiden American Academy of Psychotherapists dan pada tahun
1957 ia memperoleh kursi Psikologi dan Psikiatri di University of Wisconsin,
menerbitkan Tentang Menjadi Orang.
Pada 1964 ia meninggalkan pengajaran untuk pindah ke Institut Ilmu Perilaku Barat
di California. Tiga tahun kemudian ia akan mempublikasikan hasil pengalamannya
di departemen psikiatri dengan buku itu Hubungan Terapi dan Dampaknya:
Sebuah Studi tentang Skizofrenia. Saya juga akan menemukanPusat Studi Orang
dan Institut Perdamaian, fokus pada resolusi konflik. Selama tahun-tahun
terakhirnya ia tinggal di San Diego (California), menyelingi terapi dengan
konferensi dan kegiatan sosial. Dia menerapkan teorinya dalam situasi seperti
penindasan politik dan konflik nasional, yang membawanya untuk membuat
lokakarya pendekatan yang berfokus pada komunikasi antar budaya dengan
bertemu dengan Protestan di seluruh dunia. Akhirnya dia meninggal mendadak pada 4
Februari 1987 di usia 85 tahun.Transendensi karya Carl Rogers dalam kehidupan
membantunya memiliki beberapa kontinator studinya di Psikologi Humanistik.
Jawab :
Pada dasarnya di dalam kedalaman yang paling dalam di dalam diri manusia
bersemi tujuan-tujuan kehidupan, yang berupaya bergerak melangkah ke depan,
membangun realistic dan terpendam sesuatu yang dapat dipercaya. Rogers
mengakui bahwa setiap pribadi memiliki energi psikis yang secara aktif
menggerakkan untuk mencapai tujuan dimasa depan dan digerakan oleh dorongan
internal dan bukan kekuatan yang bersumber dari luar.
Rogers juga menegaskan ajaran agama bahwa pada dasarnya setiap manusia pada
hakekatnya berdosa dan memiliki benih kejahatan. Rogers menyetujui dimana
banyak manusia mengekspresikan semua jenis bibit kejahatan yang terdapat dalam
dirinya, namun sesungguhnya semua kejahatan tersebut tidak menggambarkan
esensi manusia yang sesungguhnya. Selain itu semua manusia yang memiliki
integritas religius pasti memiliki kepekaan dan menghargai hakekat kemanusiaan,
disamping itu tanggung jawab secara personal, kooperatif dan memiliki
kematangan. Atas dasar inilah Rogers juga memberi dasar dan pengembangan
psikologi humanistik dan disebut juga ”humanistic movement in personology”.
Jawab :
Pandangan Rogers yang memiliki perspektif positif tentang hakekat manusia, maka
Rogers mengajukan hipotesis bahwa semua perilaku manusia digerakkan dan
diarahkan oleh sesuatu yang bersifat tunggal, motif yang menyatu tersebut sebagai
”actualizing tendency”. Dengan demikian motif yang mendasar dalam kehidupan
manusia adalah upaya aktualisasi diri, memelihara atau upaya meningkatkan diri
pribadi sehingga mampu mengembangkan yang terbaik yang merupakan hakekat
kemanusiaan. Rogers mengemukakan bahwa manusia pastilah berupaya
menanggapi prestasi sebagai upaya mengembangkan seluruh potensi dirinya
sebagai manusia.
Jawab :
Jawab :
Jawab :
Fully functioning adalah istilah yang digunakan Rogers untuk menyatakan bahwa
individu telah mengembangkan dan menggunakan kemampuan dan talentanya,
merealiasikan semua potensinya dan mengembangkan dan membangun
pengetahuannya secara komprehensip dan memiliki pengalaman yang bermakna.
Rogers mengemukakan lima karakteristik bagi pribadi yang berfungsi secara penuh
sebagai berikut :
5. Creativity, menjadi hal yang sangat mendasar yang mesti ditampilkan oleh
pribadi yang berfungsi secara penuh ”fully fuctionong person’. Pribadi yang
kreatif memiliki kecenderungan mengembangkan nilai-nilai budaya dan
juga dalam waktu yang bersamaan mampu menikmati kebutuhan yang
terdalam di dalam dirinya.