Anda di halaman 1dari 2

2.

2 Pengertian Eksistensi

Kata eksistensi berasal dari kata Latin Existere, dari ex yaitu keluar dan sitere yaitu
membuat berdiri. Artinya apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas, apa yang dialami. Konsep
ini menekankan bahwa sesuatu itu ada. Dalam konsep eksistensi, satu-satunya faktor yang
membedakan setiap hal yang ada dari tiada adalah fakta. Setiap hal yang ada itu mempunyai
eksistensi atau ia adalah suatu eksisten.

Dengan demikian Menurut Bapak Gerakan Eksistensialis Kierkegaard, menegaskan


bahwa yang penting bagi keadaan manusia yakni keadaannya sendiri atau eksistensinya sendiri.
Ia menegaskan bahwa eksistensi manusia bukanlah ‘ada’ yang statis, melainkan ‘ada’ yang
‘menjadi’. Dalam arti terjadi perpindahan dari ‘kemungkinan’ ke ‘kenyataan. Apa yang semula
berada sebagai kemungkinan berubah menjadi kenyataan.

Kierkegaard menekankan bahwa eksistensi manusia berarti berani mengambil keputusan


yang menentukan hidup. Maka barang siapa tidak berani mengambil keputusan, ia tidak hidup
bereksistensi. Menurut Zainal Abidin (2008), eksistensi tidak kaku dan berhenti, tetapi fleksibel
dan mengalami perkembangan, begitu pula sebaliknya, tergantung pada kemampuan individu
untuk merealisasikan potensinya.

Eksistensi merupakan keadaan nyata, terjadi dalam ruang dan waktu. Kaum eksistensialis
mengatakan bahwa eksistensi mempunyai kata kerja to exist (berarti keluar, ada, hidup, atau
mengada), di mana kata ini mempunyai arti yang lebih positif dari pada kata kerja “to live”,
karena orang yang hidup kosong dan tanpa arti, berarti orang tersebut dikatakan “tidak hidup”
melainkan “hanya ada”. Manusia yang bereksistensi akan diakui adanya atau hidupnya, karena
dengan bereksistensi hidup manusia menjadi lebih berarti dan tidak kosong.

Sebenarnya, eksistensialisme adalah aliran filsafat yang bersifat teknis, yang tergambar
dalam berbagai sistem yang berbeda satu sama lain. Namun, ada beberapa subtansi atau hal yang
sama diantaranya sehingga bisa dikatakan sebagai filsafat eksistensialisme. Substansi-substansi
tersebut adalah:
1. Motif pokoknya adalah cara manusia berada atau eksistensi. Hanya manusialah yang
bereksistensi. eksistensi adalah cara yang khas manusia berada. Pusat perhatian terletak pada
manusia. Oleh karena itu bersifat humanistik.

2. Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan dirinya secara
aktif. Bereksistensi berarti berbuat, menjadi, merencanakan. Setiap saat manusia menjadi lebih
atau kurang dari keadaannya semula.

3. Di dalam filsafat eksistensialisme, manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia adalah


realitas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk. Pada hakikatnya manusia terikat pada
dunia sekitarnya, terlebih-lebih kepada sesamanya manusia.

4. Filsafat eksistensialisme memberikan tekanan yang sangat besar kepada pengalaman yang
eksistensial. Arti pengalaman ini berbeda-beda antara satu filosof dengan filosof yang lainnya.
Heidegger memberi tekanan kepada kematian yang menyuramkan segala sesuatu. Marchel
kepada pengalaman keagamaan dan Jaspers kepada pengalaman hidup yang bermacam-macam
seperti kematian, penderitaan, kesalahan, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai