Anda di halaman 1dari 15

BAB X

MANUSIA, JIWA, DAN KEMATIAN

1. Jiwa Manusia Tidak Dapat Direduksikan kepada Badan


Manusia diperlengkapi dengan jiwa yang tak dapat direduksikan kepada dimensi
badaniah. Jiwa itu lebih daripada suatu prinsip penjiwaan dan strukturasi badan.

Pikiran, sebagai Daya Unifikasi

Daya unifikasi dari pikiran tampak bersifat menyeluruh, berhubungan dengan


segala macam data yang dimilikinya. Di antara makhluk-makhluk hidup pikiran
menentukan tipe-tipe dan jenis-jenis yang mendasari klasifikasi sistematisnya. Ia
mengamati gejala-gejala, mengadakan eksperimen-eksperimen dan menyingkapkan
hukum-hukum. Dalam usaha itu pikiran manusia menyusun suatu ide umum atau suatu
tatanan, yang menurut kodratnya bersifat abstrak dan universal.

Pikiran itu bukan saja suatu daya menghimpun realitas, tetapi juga daya
menciptakan kenyataan-kenyataan yang khas bagi roh. Dengan demikian, pikiran
mewujudkan suatu transendensi otentik terhadap materi.

Pikiran, sebagai Daya Refleksi

Pikiran juga menunjukkan ketidaktergantungan terhadap materi dengan cara


refleksi atas dirinya sendiri. Manusia itu melihat dan menganggap dirinya sebagai suatu
makhluk yang berpikir dan berkehendak. Refleksi menunjukkan keunggulannya terhadap
materi.

Santoso Agustinus telah banyak membahas tentang daya roh ini, yang sampai
tingkat tertentu menunjukkan kemampuannya untuk mandiri. Dengan kembali kepada
dirinya sendirilah roh mampu menemukan kebenaran.
Pikiran, sebagai Daya Pelampauan.

Materi, dan semua bentuk enersi fisik, biarpun kuat sekali mereka itu dapat dapat
dikalkulasikan, dapat diukur. Mereka selalu berkuantitas sama, walaupun bentuknya
berubah.

Jika pd intinya roh berhasil melakukan pembaharuan terus menerus, maka itu
disebabkan karena ia dapat memasuki dunia superior ide-ide, dunia kebenaran-kebenaran
kekal, dunia nilai-nilai, dunia yang mengatasi dunia kenyataan-kenyataan material.

Kehendak, sebagai Daya Kebebasan

Daya kebebasan bukan saja mengizinkan kita untuk menguasai kenyataan-


kenyataan material yang membanjiri kita dari segala pihak sampai ke dalam tubuh kita,
tetapi juga untuk sedikit demi sedikit mengubah watak diri kita agar membentuk diri kita
sampai batas tertentu.

2. Jwa Manusia Bersifat Spiritual dan Sederhana

Spiritual Jiwa
Dengan menyatakan bahwa jiwa bersifat spiritual, kita memaksudkan bahwa jiwa
itu secara intrinsik adalah bebas dari materi dalam hakikatnya. Hal itu adalah akibat dari
kenyataan bahwa kelakuan-kelakuan tertentu dari manusia mengungguli kondisi-kondisi
material seperti yang kita lihat.

Kesederhanaan Jiwa

Suatu reaitas adalah sederhana bila ia tidak mempunyai bagian-bagian yang


sungguh berbeda. Bagian-bagian itu dapat disebut esensial atau integraI.
Bagian-bagian esensial merupakan esensi suatu hal yang ada, seperti bentuk
substansialnn materi pertama. Dan jiwa sendirilah yang merupakan bentuk substansial
manusia.

Mengenai bagian-bagian integral, mereka terdapat dalam ruang karena bersifat


kuantitatif (seperti kaki, atau tangan). Tidak ada satupun yang termasuk jiwa yang
bersifat spiritual.

3. Apakah Jiwa Manusia Bersifat Kekal?

Munculnya Masalah
Jika jiwa lebih unggul daripada materi dan secara intrinsik tidak tergantung
padanya, maka timbulah problem tentang apa yang akan terjadi pada saat kematian,
sewaktu fungsi-fungsi jasmani dan psikologis telah merosot sampai pada titik dimana
mereka tidak dapat dilaksanakan lagi.

Apa yang Dikatakan Oleh Pemikir-pemikir Besar?

Plato sebuah nama yang sangat masyhur, memberi beberapa argumen. Inilah
intisari dari argumen-argumennya:
1. Hal-hal yang berlawanan berasal dari hal-hal yang berlawanan. Kematian berasal dari
kehidupan. Demikian pula kehidupan berasal dari kematian.
2. Ajaran mengenai ingatan menunjukkan bahwa jiwa tela hidup sebelum kehidupan
sekarang ini. maka ia masih akan hidup sesudah kehidupan ini.
3. Kodrat jiwa adalah sederhana dan mirip dengan "ide-ide", maka ia tidak bisa
dihancurkan.

Pikiran Aristoteles kurang jelas. Tampaknya ia menolak kekekalan pribadi. Juga


di antara para pemikir kuno, terdapat beberapa yang menyangkal kekekalan. Misalnya
peganut materialisme, pengikut epikuros.
Platinos mengakui kekekalan pribadi, juga paham metempikose. Wahyu Kristen
maupun Yudaisme dan beberapa pengarang gereja lebih mengakui dan mengajarkan
kebangkitan badan daripada kekekalan jiwa.

Pada abad pertengahan, semua filsafat skolastik mengakui kekekalan jiwa dan
mengira dapat membuktikannyadengan argumen-argumen rasional. Namun demikian,
beberapa fillsuf skolastik berkata bahwa tidak ada argumen-argumen rasional yang
pasti.
Dalam zaman modern, kekekalan jiwa telah diakui dan dibela secara filosofis oleh
Descartes, Leibniz, Wolff, Maine De Biran, Ravaisson-Mollien, Herbart, Lotze, dan
masih banyak lagi.

Banyak orang yang dipengaruhi oleh mentalitas sains, tetapi tanpa tahu apa yang
terjadi dalam bidang riset ilmiah yang paling baru, sulit sekali membayangkan bahwa
manusia bisa hidup lagi sesudah kematian biologis. Mengapa? Karena mereka
mengandaikan otak dan pikiran adalah sama.

Argumen-argumen Pokok

Argumen persepakatan universal berbentuk sebagai berikut : Manusia secara


umum percaya akan kekekalan, sebagaimana terlihat jelas pada kepercayaan yang
spontan akan kehidupan terus sesudah kematian. Tetapi jika tidak diakui bahwa
kehidupan iyu mempunyai arti, maka argumen ini menjadi tidak berlaku.
Suatu argumen lain disimpulkan dari etika. Dalam inti hati manusia seolah-olah
ada suatu protes terhadap ide bahwa keadaan “tidak adil” ini tidak akan diperbaiki.
Seharusnya ada suatu sanksi untuk hukum moral, tetapi ini tidak mungkin jika tidak ada
suatu kehidupan lain setelah kematian, suatu kehidupan di mana pahala dan hukuman
diberikan kepada semua orang sesuai dengan perilakunya.
Argumen dari Teilhard de Chardin yang secara relatif baru berpangkal pada
evolusi. Biarpun terdapat banyak sekali halangan, namun evolusi itu terus maju selama
berjuta-juta tahun. Maka, kita dapat menduka bahwa evolusi itu tetap akan mengatasi
kesulitan-kesulitan di kemudian hari.
Argumen teknis dan filosofis, ia terdiri dari tinjauan tentang bagaimana makhluk
dapat berhenti hidup dengan kesimpulan bahwa tak satupun dari cara-cara itu dapat
diterapkan pada jiwa manusia. Esensi suatu makhluk dapat dimusnahkan secaa langsung
karena pembusukan, atau secara tak langsung karena kehilangan suatu sandaran yang
pokok baginya. Sedangkan esistensi suatu makhluk dapat musnah karna suatu peniadaan.
Argumen yang disimpulkan dari hasrat kepada hidup dan kebahagiaan merupakan
pelengkap dari argumen yang terdahulu, karena dia merupakan suatu konsekuensi yang
perlu dari struktur jiwa. Manusia tidak pernah mau menerima kematian dirinya sendiri
sebagai suatu kejadian normal, tetapi akhinya waktu untuk meninggal akan datang untuk
semua orang dan toh diterima dengan baik sebagai suatu peristiwa normal dan biasa.
Meskipun deskripsi ini tidak cocok dengan realitas.
Akhirnya argumen yang disimpulkan dari tuntutan-yuntutan cinta kasih
berdasarkan analisis-analisis yang sangat dalam dari Gabriel Marcele serta beberaa filsum
kontemporer lain. Menurut Gabriel Marcele, cinta kasih merupakan eksistensial yang
tidak dapat diragukan. Mencintai seseorang berarti mengharapkan dia akan kekal.

4. Hubungan Antara Jiwa dan Badan


Sesudah kekekalan diakui, pertanyaan yang kita timbulkan dahulu muncul
kembali. Problem ini sungguh menimbulkan sejumlah pemecahan yang seringkali saling
bertentangan satu sama lain..

Interaksionism: Platonisme dan Descartes

Menurut ajaran ini, badan dan jiwa berbentuk substansi lengkap yang saling
mempengaruhi. Doktrin ini sering disebut “dualisme” atau teori “roh di dalam mesin”.
Akan rerapi dengan menganggap manusia itu terdiri dari 2 substansi, teori ini tidak
memperhitungkan kesatuan pribadi yang mutlak. Manusia itu suatu aku yang
dipribadikan dan bukan sepasang, bukan sehimpunan. Menurut teori ini manusia
seharusnya bilang kami dan bukan lagi aku.

Paralelisme Psikofisik Melebranche, Leibniz


Di sini badan dan jiwa dianggap sebagai dua substansi lengkap, tetapi mereka
tidak saling mempengaruhi. Sebab substansi-substansi itu begitu berbeda sehingga
kausalitas efisien tidak dapat diterapkan kepada mereka.

Panpsikisme, atau ParalelismeMonistis

Materi dan kesadaran hanya merupakan dua aspek dari satu kenyataan unik yang
fundamental, suatu aspek psikis dan suatu aspek fisik. Segi psikis adalah jiwa dan segi
fisik adalah badan. Mereka itu bukan dua kenyataan yang berbeda, melainkan kenyataan
yang sama yang dipandang dari dua sudut berlainan. Dengan demikian maka persesuaian
sempurna yang terlihat pada peristiwa-peristiwa mental dan jasmani seseorang, dengan
mudah dapat ditenangkan.

Aktualisme, Fenomenisme

Hanya badanlah yang merupakan suatu substansi, jiwa hanyalah suatu himpunan
fenomena-fenomena psikis. Tetapi lalu pada manusia, apakah yang melaksanakan
aktivitas-aktivitas mental? Mereka menjawab bahwa aktivitas-aktivitas itu datang
mendadak begitu saja bagaikan hari-hari dalam seminggu, tanpa memerlukan suatu
kenyataan yang menjadi dasarnya.

Agnostisisme

Kant dengan ajarannya tentang engetahuan, berkata bahwa meskipun terdapat


kecenderungan bawaan dari roh ke arah pengakuan jiwa, namun akal teoretis tidak dapat
menyimpulkan demikian itu selain dengan suatu paralogisme.

Hylemorfisme

Manusia itu substansi lengkap. Menurut paham hylemorfisme, manusia itu terdiri
dari dua prinsip komplementer, yaitu suatu kausa formal dan suatu kausa material. Pada
manusia, hanya materilah yang merupakan prinsip tidak merdeka yang seluruhnya
tergantung dari pasangannya. Sebab jiwa manusia itu bukan suatu bentuk sybstansial
yang biasa. Ia merupakan bentuk substansial tetapi sekaligus ia juga roh. Ia adalah suatu
roh yang melakukan segala aktivitas bentuk substansial. Dan dari segi ini, ia secara
intrinsik tergantung pada materi.

5. Jiwa Sesudah Kematian


Pada saat kematian maka hubungan antara jiwa dan badan tentu saja berubah.
Sebab biarpun jiwa itu bersifat spiritual, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa tanpa
badan. Semua aktivitasnya memerlukan kerja sama dengan badan.
1. Teori pertama mendasarkan diri pada kekuasaan yang khas bagi jiwa. Biarpun
segala ide, putusan dan kehendak kita yang biasa memerlukan gambaran-
gambaran dan pengenalan melalui pancaindera agar bisa terwujuud, namun
ada semacam pengenalan yang tidak langsung memerlukan unsur-unsur itu
yaitu pengenalan yang dimiliki jiwa terhadap dirinya sendiri.
2. Ke akuan yang asli adalah suatu realitas yang dimasukkan ke dalam kosmos
material karena perkembangan badannya.

6. Munculnya Jiwa (Saat Hominisasi)

Asal-usul Jiwa
Dua teori pokok telah dikemukakan untuk menerangkan asal usul jiwa manusia,
ialah teori tradusianisme dan teori kreasionisme.
Paham tradusianisme mendalilkan bahwa jiwa manusia itu berasal dari prang
tuanya, baik secara langsung dari jiwa orang tuanya ataupun melalui badan. Orang tua
menghasilkan badan yang pada gilirannya mengembangkan jiwa sebuah manusia.
Paham kreasionisme, argumen pokok teori ini yang diakui oleh para filsuf yang
paling tradisional ialah, bahwa suatu kenyataan imaterial seperti jiwa manusia itu tak
dapat dihasilkan oleh badan orang tua yang merupakan kenyataan material. Oleh
karenanya, mengingat bahwa jiwa baru itu tak dapat berasal dari suatu makhluk manapun
yang sudah ada, maka ia hanya dapat menciptakan dalam arti tepat kata, yaitu tidak
diambil dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Dan hal itu hanya mungkin dilakukan
oleh Tuhan, karena hanya Tuhan saja yang dapat menciptakan.

Waktu Hominisasi

Kapan kah jiwa dalam bentuk yang memang manusiawi mulai bereksistensi? Jika
kita tahu bahwa dia tak dapat berada sebelum persatuannya dengan materi, namun sukar
sekali menentukan saat hominisasi. Sangat sulit menentukan kapan embrio bisa dianggap
sebagai pribadi manusia.

Ada teori yang mempertahankan apa yang dinamakan penjiwaan segera, yaitu
semenjak sel-sel reproduktif bertemu dan bersatu, semenjak telur disuburkan, maka sudah
muncul seorang makhluk manusiawi otentik. Tapi bagi kita rupanya lebih baik memilih
penjiwaan tidak segera dan mengakui bahwa hanya ada jiwa manusia apabila menurut
istilah Teilhard de Chardin telah tercapai suatu tingkat “sentro-kompleksitas” tertentu.
Teori itu menjadi paling umum selama banyak abad, untuk akhirnya ditinggalkan.

Embrio sudah merupakan permulaan yang khas bagi manusia. Dan dia bukan
hanya merupakan suatu kelanjutan dari tubuh orang tua, tetapi juga terkibat seluruh
kepribadian mereka.

7. Daftar Pertanyaan
1) Bagaimana pikiran mewujudkan suatu transendensi terhadap materi?

Jawab : Pikiran itu bukan saja suatu daya menghimpun realitas, tetapi juga daya
menciptakan kenyataan-kenyataan yang khas bagi roh. Dengan demikian, pikiran
mewujudkan suatu transendensi otentik terhadap materi.

2) Sebagai daya kebebasan, bagaimana kehendak kita tampak sebagai kemampuan


yang melampaui keinginan-keinginan badaniah?
Jawab : Kebebasan tampak dalam keputusan-keputusanyg sangat sulit, yang diambil
secara berlawanan dengan kecenderungan-kecenderungan biologisn psikologis, oleh
suatu kehendak yang didasarkan atas apa yang dianggapnya sebagai kewajiban.

3) Kegiatan-kegiatan ini, yang berasal dari intelegensi dan kehendak,


memperlihatkan apa tentang strukter keakuan manusiawi?

Jawab : Memperlihatkan suatu prinsip Unifikasi. Prinsip unifikasi itu adalah aku, tetapi
bukan aku sebagai sesuatu yang hanya bersifat jasmani saja, sebab tindakan-tindakan ini
menunjukkan suatu keunggulan dan penguasaan atas materi.

4) Terangkan arti dari : spiritualitas jiwa

Jawab : Dengan menyatakan bahwa jiwa bersifat spiritual, kita memaksudkan bahwa
jiwa itu secara intrinsik adalah bebas dari materi dalam hakikatnya.

5) "Jiwa manusia adalah sederhana": Itu berarti apa?

Jawab : Artinya adalah jiwa sendirilah yang merupakan bentuk substansial manusia.

6) Tentang kekekalan jiwa, masalah apa yang muncul?

Jawab : Masalah tentang apa yang akan terjadi pada saat kematian, sewaktu fungsi-
fungsi jasmani dan psikologis telah merosot sampai pada titik di mana mereka tidak dapat
dilaksanakan lagi.

7) Berdasarkan terutama catatan kaki nomor 4 mengapa menurut beberapa orang,


ajaran tentang jiwa kekal manusia' harus ditolak? Bicarakanlah pendapat itu.

Jawab : Beberapa orang menolak ajaran tentang jiwa yang kekal karena mereka lebih
mengakui kebangkitan badan di masa yang akan datang.

8) Dalam arti apa, pikiran Kant, mengenai jiwa, merupakan suatu kasus yang
khusus?

Jawab : Kant menamakan kesimpulan tentang suatu kasus khusus dengan postulat akal
praktis
9) Menurut Anda, apa yang paling menarik dalam pendekatan- pendekatan empiris
kontemporer tentang transendensi pikiran terhadap materi ('mind-oak', 'mind-body
relation) dan tentang perspektif hidup baru sesudah mati?

Jawab : Semua analisis empiris kurang elaborasi filosofis, sehingga transendensi jiwa
terhadap materi badaniah dikira sama dengan ‘dualisme'.

10) Dalam konteks ini, disinyalir ada semacam kembalinya dualisme'. -Apakah
'dualisme' itu sama dengan platonisme?

Jawab : Dualisme itu tidak sama dengan platonisme, karena para ahli kedokteran,
pembedahan otak, biologi dan neurobiologi terlalu dekat pengalaman empiris dan
kongkret dan kesatuan dinamis manusia, untuk jatuh ke dalam suatu visi dimana kesatuan
itu lenyap.

11) Mengenai 'argamen persepakatan universal (tentang kekekalan jiwa), apa yang
harus diakui sebelumnya sebagai kondisi, supaya argumen ini berlaku sah?

Jawab : Harus mengakui bahwa kehidupan itu mempunyai arti.

12) Rumuskanlah secara ringkas 'argumen yang disimpulkan dari etika'.

Jawab : Dalam inti hati manusia seolah-olah ada suatu proses terhadap ide bahwa
keadaan “tidak adil” ini tidak akan diperbaiki. Argumen inipun hanya berlaku bagi
mereka yang mengakui bahwa hidup itu mempunyai suatu arti.

13) Mengapa argumen tersebut tidak membuktikan perlunya hidup kekal, melainkan
hanya perpanjangan hidup sampai batas tertentu saja?

Jawab : Karena argumen ini tidaklah membuktikan bahwa perlu ada hidup kekal (tanpa
akhir), melainkan hanya suatu kehidupan lain, yang mungkin akan berakhir bila
keseimbangan keadilan telah dipulihkan.

14) 'Argumen Teilhard de Chardin': Mengapa, menurut Teilhard, berhasilnya evolusi


menuntut kekekalan jiwa manusia?
Jawab : Karena ada sesuatu yang harus hidup terus, dan sesuatu itu hanya dapat berupa
hasil yang paling berharga, yang paling luhur dari semua daya evolusi, yakni pribadi
manusia, keakuuan yang pribadi.

15) Dalam argumen teknis dan filosofis', jelaskanlah mengapa jiwa tidak dapat
musnah secara langsung (ialah karena pembusukan)?

Jawab : Jiwa tidak dapat musnah secara langsung karena pembusukan. Sesungguhnya
pembusukan itu berarti kehancuran suatu makhluk yang tersusun ke dalam unsur-unsur
konsitutifnya. Hanya benda yang tersusun, atau material yang dapat membusuk. Tetapi
jiwa karena jiwa bersifat spiritual dan sederhana, tidak dapat mengalami transformasi
yang demikian.

16) Juga secara tak langsung, jiwa tidak bisa dimusnahkan. Karena apa?

Jawab : Jiwa juga tidak bisa dimusnahkan secara tak langsung karena kehilangan suatu
sandaran yang esensial baginya. Karena pada hakikatnya, eksistensinya tidak tergantung
pada sandaran itu.

17) Apa artinya: peniadaan jiwa? Mengapa peniadaan ini tidak sesuai dengan
kebijaksanaan dan kebaikan Tuhan?

Jawab : Peniadaan itu hanya penghentian aksi kreatif dari Tuhan yang menjadi sumber
segala eksistensi. Tuhan mengatur segala sesuatu menurut kodrat yang sesuai dengan hal-
hal itu. Dan adalah benar bahwa Tuhan dapat mencampuri alam untuk mengubah
jalannya.

18) Tentang 'argumen yang disimpulkan dari hasrat kepada bidup', bagaimana bisa
dikatakan sekaligus bahpva "ke-matian adalah sesuatu vang sama sekal nomal"
dan "kematian itu merupakan scmacam skandal bagi kita" (Catatan kaki nemer 15
bisa bermanfaat).

Jawab : Waktu untuk meninggal akan datang untuk semua orang. Toh hal itu diterima
dengan baik sebagai suatu peristiwa normal dan biasa. Dan jika kematian semacam
skandal bagi kita, itu karena pengarahan yang kita terima dan yang bersifat fisik
mengenai badan, tetapi spiritual mengenai roh kita tidak tampak dapat dihilangkan oleh
suatu pukulan fisik.

19) Apakah benar bahwa kebahagiaan manusia hanya dapat dicapai melalui kebaikan
sempurna? (Anda bisa melihat kembali analisis bab VII tentang kebebasan).

Jawab : Cita-cita itu hanya dapat tercapai melalui kebaikan sempurna. Tetapi seandainya
manusia tidak bersifat kekal, maka kebahagiaan menjadi tidak mungkin.

20) Mengapa kebahagiaan total ini harus bisa dicapai oieh manusia, dan karena itu
mempostulatkan kekekalannya?

Jawab : Karena kemungkinan kebahagiaan totallah yang dirindukan oleh semua orang
yang menuntut kekekalannya. Jika tidak, kebijaksanaan dan kebaikan Tuhan Penciptalah
yang akan disalahkan.

21) Perlihatkanlah hubungan antara, di satu piliak canta- kasih, dan di lain pihak
kekekalan manusia, bagaimanapun konsepsinya kekekalan itu.

Jawab : Mencintai seseorang berarti mengharapkan dia akan kekal. Oleh sebab Tuhan
tidak dapat menciptakan apapun kecuali karena cinta kasih dan untuk cinta kasih, maka
Tuhan tidak dapat menciptakan kita tanpa kekekalan.

22) Mengapa 'interaksionisme' platonisme dan Descartes ('dualisme") tidak


memuaskan sebagai pemecahan masalah lubungan antara jiwa dan badan?
Apakalı karena diakui suatu kausalitas riil antara kedua dimensi manusiawi itu?

Jawab : Karena teori ini menganggap interaksi ini sebagaimana terjadi di antara dua
substansi lengkap menurut model kausalitas efisien. Dengan menganggap manusia itu
terdiri dari dua substansi, teori ini tidak memperhitungkan kesatuan pribadi yang mutlak.

23) Berdasarkan catatan kaki nomor 20, ringkaskanlah apa yang orisinal pada filsuf
H.P. Kainz, mengenai hubungan antara jiwa dan badan.

Jawab : Sukarlah membayangkan bagaimana badan dapat mempengaruhi jiwa


sebagaimana suatu kausa efisien mempengaruhi suatu objek. Badan itu bersifat material
dan membentang dalam ruang. Jiwa itu bersifat spiritual dan tidak langsung berukuran
ruang.

24) Menurut 'aktualisme' dan 'fenomenisme', jiwa adalah 'suatu bayangan belaka',
vang tak dialami dan tak dapat ditemukan kalau dicari.-Mengapa persis para
penganut faham ini tak bisa 'menemukan' jiwa? Di mana terletak kekeliruan
mereka?

Jawab : Sebagaimana dicatat oleh Strasser, Hume telah mencoba untuk menemukan
keakuan di antara objek-objek kesadaran itu. Akan tetapi, keakuan itu tidak dapat menjadi
objek dari kesadaran. Oleh karena itu, diandaikan sebagai kondisi dari segala objektivasi.
Karena dialah yang menjadikan objek-objek itu sebagai objek, maka keakuan itu sendiri
tak mungkin terdapat dalam kesadaran sebagai suatu objek.

25) Faham "hilemorfisme' menerangi hubungan dan pengaruh riil antara jiwa dan
badan lewat jenis kausalitas mana? Pilihlah beberapa contoh yang melukiskan
struktrur hilemorfisme itu.

Jawab : Kausalitas interaksi. Contoh : interaksi antara bentuk dan marmer dalam patung,
antara kata-kata dan arti dalam kalimat, antara suara dan inspirasi dalam simfoni.

26) Dengan catatan kaki nomer 22, cobalalh merumuskan perlunya jiwa sebagai unsur
stabil dan dinamis dalam struktur bidimensional manusia.

Jawab : Manusia adalah badan, badan yang hidup, yang berasa, dan yang berakal karena
persatuan jiwa tersebut dengan materi pertama. Jiwalah yang menghidupkan dan
membentuk sebagian dari materi sebagai badan tertentu itu.

27) Perbedaan penting yang mana terdapat antara 'dualisme klasik dan hilemorfisme
yang bermata atau berdimensi dua itu? (Catatan kaki nomor 23 dan catatan kaki
nomor 24 bisa bermanfaat.)

Jawab : Pada dualisme klasik, manusia itu bukan suatu penyatuan dari materi dan roh,
tetapi merupakan kesatuan nyata kedua aspek itu. Jiwa dan badan bersatu dengan lebih
intim dari sebuah patung dan bentuknya, kalimat dan artinya, dan daripada simfoni dan
inspirasi penciptanya. Sedangkan pada Hilemorfisme, apa yang disebut badan dan jiwa
merupakan interaksi sebagai antara unsur yang menentukan dan unsur yang ditentukan.
Seperti interaksi antara bentuk dan marmer dalam patung, kata-kata dan arti dalam
kalimat, antara inspirasi dan suara dalam simfoni.

28) Dalam masalah "jiwa sesudah kematian', bagaimana para penganut faham di mana
jiwa dilepaskan darn semua ikatan material, membela pendapat mereka?

Jawab : Mereka mengatakan bahwa kenyataan mengenai jiwa manusia itu tidak memiliki
intuisi langsung tentang hakikatnya sendiri selama hidup ini, mungkin disebabkan oleh
persatuan jiwa dan badan. Maka dari itu, ketika kematian mengakhiri persatuan ini,
mungkin jiwa lalu dapat mengalami kesadaran intuitif akan dirinya sendiri, dalam
hakikatnya sendiri.

29) Pemecahan tersebut kena suatu keberatan besar: yang mana?

Jawab : Keberatan besar terhadap pemecahan ini ialah bahwa semua aspek esensial dari
manusia mengalir kembali kepada jiwa. Akibatnya manusia hampir disamakan dengan
semacam roh mumi.

30) Meskipun pemecahan 'pan-kosmis' (K. Rahner dan Teilhard de Chardin) relevan
sekali, namun masih kurang memuaskan: Apa kekurangannya?

Jawab : Seharusnya mesti digambarkan bahwa bahkan selama kehidupan duniawi, badan
yang dihayati oleh jiwa spiritual itu merupakan suatu sistem yang terbuka pada dunia.
Haruslah pula diingat benar bahwa filsafat alam pun hampir tak mungkin membatasi ide
“badan” itu pada apa yang ditutupi kulit saja.

31) Tentang 'asal-usul jiwa', mengapa 'kreasionisme tradisio- ral bisa menimbulkan
keraguan?

Jawab : Karena paham kreasionisme secaa nyata membuat kausa tertinggi ikut campur
tangan dalam kelangsungan hal-hal intra-duniawi.

32) Apakah faham yang disebur 'teori kreasi yang dilanjatkan' sebagai ganti, lebih
meyakinkan?
Jawab : Ya, karena kreasi yang dilanjutkan merupakan tindakan kreatif Tuhan yang
mengizinkan kepada kausa-kausa yang diciptakan itu untuk mengatasi kemampuan-
kemampuan mereka sendiri dan menghasilkan di bawah pengaruh kehadiran kreatif yang
ada di mana-mana itu.

Anda mungkin juga menyukai