A. Hubungan Jiwa dan Tubuh
• Jiwa setelah mati. :
1. Menolak jiwa yang terus ada setelah mati.
2. Menolak jiwa yang tidak berbadan.
Paham - paham tentang hubungan jiwa dengan Raga
1. Interaksionisme . Plato dan Descartes
• Menurut paham ini badan dan jiwa adalah dua substansi lengkap yang saling
mempengaruhi. Teori roh di dalam mesin, Dualisme.
• Jiwa dapat menggerakkan badan .contoh : Saya ingin menggerakkan badan . maka tangan
dan tubuh bergerak.
• Badan menggerakkan jiwa. Contoh Jika seseorang dipukul maka jatuh pingsan,
Jika Lelah fisik maka semangatku menurun.
2. Paralelisme Psikofisik Malebranche, Leibniz
• Paham ini menganggap badan dan jiwa dianggap suatu suatu subtansi lengkap yang tidak
saling mempengaruhi. Subtansi jiwa dan badan adalah berbeda satu sama lain. Hubungan
jiwa dan badan bersifat semu yaitu : Antara rangkaian peristiwa yang terjadi dalam jiwa
(peristiwa-peristiwa psikis) dan rangkaian peristiwa yang terjadi dalam badan (peristiwa
–peristiwa fisik ) terdapat paralelisme sempurna , sehingga setiap kali sesuatu terjadi
dalam jiwa maka sesuatu yang sejajar terjadi dalam badan. Begitu juga sebaliknya
setiap sesuatu terjadi pada badan maka sesuatu yang sejajar terjadi dalam jiwa .
a.Spinoza :
Ada dua macam system kejadian yaitu ragawi dan kejiwaan . Sistem kejadian ragawi
terdapat di alam sedangkan system kejadian kejiwaan terdapat dalam jiwa manusia.
Diantara keduanya tidak terdapat hubungan sebab akibat . Kejadian kejiwaan kejiwaan
menimbulkan kejadian-kejadian kejiawaan yang lain. Sedangkan kejadian fisik
menimbulkan kejadian-kejadian fisik yang lain. Keduanya berjalan secara parallel.
b.Malebranche
• dengan teori Okasionalisme :” Pada kesempatan ( occasion) suatu gambaran
melalui pancaindra (jasmani), Tuhan menerangkan suatu ide dalam manusia
(dalam jiwa). Pada suatu keputusan sukarela maka kausalitas ilahi menghasilkan
suatu gerakan otot-otot. Bunyi di alam Tuhan membuat didalam jiwa
manusia terjadi gagasan mengenai bunyi tersebut.
•Titik tolak ajarannya mengatakan bahwa alam semesta, segala yang bergerak,berbuat
mempunyai tujuan untuk membentuk benda-benda menurut hakekatnya yang sudah
ditentukan. Contoh sebiji jagung pada hakekatnya mempunyai tujuan menjadi jagung.
Penggerak dari tujuan ini adalah “Tuhan”(Bentuk atau aktus murni) yaitu penggerak yang
tidak digerakkan.
•Hal ini sama dengan apa yang dikenal dalam psikologi perkembangan, dimana hal yang
potensial menjadi aktuil.
• dunia ini terdapat pengertian tentang “Yang ada sebagai Potensi” (materi,hule) dan
“Yang ada secara terwujud” (bentuk, Morfe). Hule sebagai pembentuk sedangkan
Morphe sebagai hal yang membentuk. Benda dialam ini tidak tumbuh begitu saja tetapi
diperkembangkan menjadi sesuatu. Oleh karena itu sebelum benda itu berwujud
maka benda itu mempunyai kemungkinan. Benda-benda itu tercipta karena hakekat
dari benda-benda itu merealisasikan diri sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan
yang dimiliki benda itu sendiri. Prinsip ini dikenal dengan istilah “Teleologis” .
Aristoteles mempersamakan tujuan dari suatu benda dengan suatu daya hidup dari
seseorang. Aristoteles mengatakan bahwa jiwa adalah jumlah dari daya hidup dengan
proses-prosesnya.yaitu keseluruhan prinsip vital dari suatu organisme. Dimana ada
hidup disitu ada jiwa.
Manusia adalah suatu subtansi lengkap yang terbentuk dari materi dan jiwa. Baik
jiwa maupun badannya bukanlah suatu subtansi yang lengkap, Badan memperoleh
sifat sebagai badan itu hanya dari kenyataan bahwa ia dihidupkan oleh “jiwa”.
• Manusia menurut faham ini terdiri dari dua unsur yaitu “materi “ yaitu badan
dan bentuk yaitu jiwa yang keduanya merupakan suatu kesatuan yang terpisah.
Bila jiwa telah meninggalkan badan maka itu bukan disebut badan manusia
tetapi merupakan bangkai yang tersusun dari unsur kimia aneka ragam.
• Keduanya menyatu dan bila terpisah salah satunya maka bukan disebut manusia
lagi. Jiwa dan badan bersatu bukan seperti kuda dengan saisnya. Bukan seperti
patung dengan marmer bahkan lebih erat lagi.yang tak terpisahkan. Lelah pada
otot membuat jiwa malas.Jiwa merasakan kelelahan otot tersebut dan badan
mengambil bagian dalam kemalasan roh tersebut.
7. Psikosomatika :
•Penyelidikan -penyelidikan mengenai hubungan jiwa dengan raga (kemajuan
ilmu psikologi dan ilmu kedokteran) . contoh: Proses –proses kejiwaan
mempengaruhi proses-proses yang semata –semata ragawi. Emosi berpengaruh
terhadap pencernaan makanan. Amarah menimbulkan kegiatan kelenjar, musik
menimbulkan emosi.kurang makan serta kemarahan menimbulkan kurangnya
hasrat seksual, bentuk tubuh tergantung emotional ia hidup.
•Leibiz . mengatakan “suatu keselarasan yang ditetapkan sebelumnya , secara
abadi. Kedua rangkaian peristiwa (badan dan jiwa) telah disinkronisasikan
dengan sempurna (mirip dengan gerakan mulut aktor film dengan jalur suara
dalam film. Antara suara dengan gerakan mulut telah disetel kecepatan,
kesesuaiannya sehingga gerakan mulut tidak mendahului suaranya atau
kebalikannya
B. Realitas jiwa
1. Teori tradusianisme.
Jiwa manusia berasal dari orang tuanya, baik secara langsung dari jiwa orang
tuanya(tradusianisme spiritual), ataupun melalui badan. Orang tua menghasilkan badan
yang pada gilirannya mengembangkan sebuah jiwa manusia. (tradusianisme material).
2. Paham Kreasionisme .
Jiwa anak itu langsung diciptakan oleh pencipta. Tuhan ikut campur tangan dalam
perkembangan alam semesta, jiwa secara terus-menerus.
Schoonenberg: Tuhan terus-menerus mempertahankan eksistensi seluruh alam semesta dan
mengambil bagian dalam aktivitasnya,tetapi tidak campur tangan dalam rangkaina sebab yang
kedua dengan cara kausa yang ditambahkan. Jiwa mansuia diciptakan oleh Tuhan dalam hal
ini orang tua mampu mengatasi kekuatan mereka sendiri dan dengan demikian menghasilkan
jiwa anak mereka dengan bantuan Tuhan.
• 2. Waktu hominisasi (bereksistensi.)
•
1. Teori Penjiwaan segera. (immediate animation):
• Semenjak sel-sel reproduktif bertemu dan bersatu ,semenjak telur disuburkan
maka sudah muncul seorang manusia otentik yang dijiwai spiritual.Para
penganut teori ini menganggap jiwa sebagai suatu kausa efisien yang membina
pertumbuhan dengan berpedoman pada genetika yang tersirat dalam gen-gen.
2. Penjiwaan tidak segera
• Ada jiwa manusia apabila telah tercapai suatu tingkat “sentro kompleksitas”
tertentu. Embrio manusia sudah hidup sebelum saat hominisasi. Mula-mula
embrio hidup dengan kehidupan vegetatif murni, kemudian pada kehidupan
hewan, dan baru sesudah alat-alat badan manusia yang pokok telah siap maka
jiwa manusia dapat bereksistensi dengan dimensi spiritualnya. Jiwa manusia
dapat bereksistensi setelah mengalami evolusi yang nyata dalam kandungan ibu
yang merupakan hasil bersama dari orang tua dan Tuhan.
• Jiwa
•
• Jiwa adalah suatu kehidupan yang bentuk strukturnya tersusun dari zat non materi bukan berbadan
fisik materi yang mempunyai kesadaran dengan ciri-ciri khas . Kebiasaan seseorang dalam berpikir
dan bertindak (ucapan & perbuatan ) yang sudah membaku dan menjadi bagian identitas dari
seseorang. Kemampuan berpikir dan bertindak ini merupakan kombinasi kerja sama antara :
1. Panca Indra
2. Otak manusia dan tujuh fungsinya (manajemen otak ) yang menghasilkan pikiran.
3. Rasa /intuisi yang terdiri dari 3 bagian :
a. Rasa eksistensi.
b. Rasa harga diri/ gengsi
c. Rasa hak
4 Angan angan .Berbagai kebutuhan yang terdiri dari 3 bagian yaitu :
a. Kebutuhan mutlak
b. Kebutuhan yang diciptakan
c. Kebutuhan yang dicita-citakan
5 Budi / nurani yang mempertimbangkan jelek dan baik.
6 Insting
• ROH
•
• Roh adalah makhluk halus yang dalam susunan strukturnya tidak
mempunyai wujud nyata, baik padat maupun cair . Roh diartikan juga
sebagai zat mutlak yang bermanesfestasi pada frekuensi getaran yang sangat
tinggi.
• MACAM-MACAM KLASIFIKASI YANG PALING TEPAT BAGI TEORI
JIWA
• A. Teori yang memandang jiwa sebagai jiwa substansi yang berjenis khusus.
Dilawankan dengan substansi material. Seorang filsuf yang berpendapat jiwa
sebagai substansi adalah Sigmund Freud yang berpendapat bahwa Kehidupan
jiwa laksana gunung es yang terapung .