Anda di halaman 1dari 18

Tugas Etika Profesi

Hakikat Alam dan Manusia

Disusun Oleh:

Indri Putri Ariani (023164023)

Annisa Setiawan (023164042)

Alvino Mario Haloho (023164043)

Vivi Emiliani (023164055)

Mulya Hanifah (023164057)

Abyan Rizki Hanendro (023164097)

UNIVERSITAS TRISAKTI
2016
JAKARTA
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan Makalah ........................................................ ..3

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Kebenaran.................................................................................4
2.2 Hakikat Manusia Dan Tujuan Manusia Hidup Di Alam Semesta..5
2.3 Hakikat Otak (Brain) dan Kecerdasan (Intelligence) ............................8
2.4 Hakikat Pikiran (Mind) dan Kesadaran (Consciousness) .........................11
2.5 Tujuan dan Makna Kehidupan..............................14
2.6 Alam Semesta Sebagai Satu Kesatuan Sistem .............................15
2.7 Spiritualitas dan Etika.............................. 16

BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan...................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang Penulisan Makalah

Secara etimologis, manusia berasal dari bahasa Sansekerta, manu dan


bahasa Latin, mens yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal
budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah, manusia dapat diartikan
sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok
atau seorang individu. Manusia adalah makhluk yang luar biasa kompleks karena
merupakan perpaduan antara makhluk material dan makhluk spiritual.
Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam raya.
Manusia hakikatnya adalah makhluk ciptaan Tuhan. Pada diri manusia terdapat
perpaduan antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Manusia juga sebagai
makhluk sosial dalam hidupnya selalu membutuhkan orang lain. Manusia hidup
bermasyarakat dan berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian, maka
manusia haruslah memiliki etika yang baik, saling menolong dan menyayangi
sesama manusia. Demikian pula dengan alam, selain menjalin hubungan baik
dengan Tuhan dan sesama manusia, manusia juga memiliki amanah sebagai
khalifah di bumi, dimana manusia diberi kemuliaan untuk mengelola dan
memanfaatkan segala fasilitas yang ada di bumi, dengan tidak mengabaikan
kaidah-kaidah yang ada. Dari latar belakang tersebut, maka penulis membuat suatu
makalah berjudul Hakikat Alam dan Manusia.

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Kebenaran

Ada berbagai tingkat eksistensi alam dan tingkat eksistensi kesadaran.


Disini hendaknya ditetapkan asas ketepatan (adaequatio). Oleh karena itu, untuk
menemukan hakikat kebenaran tidak cukup hanya dengan mengandalkan
pendekatan ilmiah/rasional. Contohnya, untuk memahami tiga dimensi berbeda
atas objek yang sama, yaitu dimensi fisik (hubungan sebab-akibat), dimensi etik
(prilaku baik/buruk), dan dimensi estetik (sesuatu ang indah/tidak indah) tentu
tidak bisa hanya menggunakan pendekatan rasional.

Dalam kehidupan di dunia ini ada empat kebenaran besar yang telah dinyatakan
oleh E.F Schumacher yaitu :

a. Kebenaran (hakikat) tentang eksistensi (dunia / alam semesta)


b. Kebenaran tentang alat (tools) yang dipakai untuk memahami dunia
c. Kebenaran tentang cara belajar tentang dunia
d. Yang dimaksud dengan hidup di dunia

Kebenaran tentang eksistensi menyangkut kebenaran tentang adanya empat


tingkat eksistensi dunia, yaitu : benda, tumbuh tumbuhan, hewan, dan manusia.
Dalam pengujian kebenaran di dunia alam semesta ini banyak sekali para ilmuan
yang menjelaskannya seperti : Schumachcer, seorang sosiolog Alexandrovich
Sorokin, chopra yang pendapat dan cara untuk mengujinya berbeda beda.

Namun kesimpulannya Hakikat kebenaran alam semesta tidak hanya terbatas


pada sesuatu yang bersifat fisik, sebagaimana diyakini oleh sementara ilmuwan,
dengan kemajuan ilmu fisika dan adanya ketertarikan para ilmuwan untuk memulai
mengkaji hal hal spiritual dengan lebih rasional, maka mulai diyakini bahwa hal
hal yang tidak tampak oleh panca indra juga merupakan bagian tak terpisahkan
dari hakikat keberadaan.

4
2.2 Hakikat Manusia Dan Tujuan Manusia Hidup Di Alam Semesta

Menurut Karl Max, hakikat riil manusia adalah keseluruhan hubungan


sosial dengan menolak adanya Tuhan dan menganggap bahwa tiap pribadi adalah
produk dari tahapan ekonomis tertentu dari masyarakat manusia tempat manusia
itu hidup.

Steverson dan Haberman (2001) mengatakan bahwa meski ada begitu


banyak hal yang sangat bergantung pada konsep tentang hakikat manusia namun
terdapat begitu banyak ketidakpastian mengenai apa itu hakikat manusia.

Para ilmuwan lainya seperti McDavid dan Herri (dalam jalaluddin Rakhmat,2001
)McDavid dan Harari mengelompokkan empat teori psikologi dikaitkan dengan
konsepsinya tentang manusia sebagai berikut:

1. Psikoanalisis, yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan


oleh keinginan-keinginan terpendam.
2. Behaviorisme, yang menganggap manusia sebagai makhluk yang
digerakkan semuanya oleh lingkungan. Teori ini menyebut manusia
sebagai manusia mesin karena prilaku manusia sepenuhnya ditentukan oleh
lingkungan. Teori ini disebut juga teori belajar, karena ada keyakinan
bahwa jiwa manusia pada saat dilahirkan belum mempunyai warna mental
dan siap untuk dilukis untuk pengalaman dari lingkungannya.
3. Kognitif, yang menganggap manusia sebagai makhluk berpikir yang aktif
mengorganisasikan dan mengolah stimulasi yang diterimanya. Manusia tak
lagi dianggap sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif terhadap
lingkungannya.
4. Humanisme , yang melukiskan manusia sebagai pelaku aktif dalam
merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya. Manusia
merasakan pentingnya hubungan seseorang dengan orang lain sebagai
pribadi dengan pribadi.

5
Schumacher membagi empat tingkat eksistensi alam semesta sebagai berikut:

1. Benda mati , yang hanya memiliki unsur P (materi, fisik)


2. Tumbuh-tumbuhan , yang mempunyai unsur P(materi) dan X
(kehidupan)
3. Binatang , yang mempunyai unsur P(materi), X (kehidupan) dan Y
(kesadaran)
4. Manusia , mempunyai semua unsur P(materi), X (kehidupan),
Y(kesadaran), dan Z (unsur kesadaran transendental/spiritual)

Intinya, manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang menduduki eksistensi


tertinggi karena memiliki semua unsur.

Steiner melihat hakikat manusia berdasarkan lapisan lapisan energi yang


melekat pada tubuh manusia sebagai satu kesatuan, yaitu:

1. Badan fisik
Manusia memiliki lapisan fisik yang sama dengan semua benda mati,
tumbuh-tumbuhan dan binatang.
2. Badan eterik
Lapisan/unsur hidup yang memungkinkan sesuatu itu mengalami siklus
hidup, tumbuh, matang, berkembang, dan mati.
3. Badan astral
Lapisan yang memungkinkan sesuatu memiliki nafsu, keinginan, serta
merasakan senang dan sakit.
4. Badan ego
Timbulnya kesadaran Aku dan diluar Aku.
5. Manas
6. Buddhi
7. Atma(Roh)
Lapisan fisik, eterik, astral dan ego sudah terbentuk sepenuhnya dalam diri
manusia. Lapisan Manas baru terbentuk sebagian dan lapisan Buddhi dan
Atma masih berupa potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut.

6
Hawley menganalogikan suatu organisasi seperti manusia yang memiliki
empat agenda(bagian) yang saling melengkapi dan mempunyai saling
ketergantungan, yaitu:

1. Agenda tubuh
Berkaitan dengan fisik anggota organisasi dan kesehatan kolektif
organisasi secara keseluruhan.
2. Agenda kepala
Merupakan pikiran rasional yang menjadi fungsi otak kiri. Contohnya,
dalam pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan sebagainya.
3. Agenda Hati
Pikiran emosional yang menjadi fungsi otak kanan yang berkaitan dengan
masalah emosional, serta hubungan antar pribadi dalam organisasi
4. Agenda semangat
Merupakan agenda roh yang berkaitan dengan cara setiap anggota
organisasi memaknai kehidupan.

Agustian dan Kustara membagi manusia kedalam tiga lapisan, yaitu fisik,
mental(jiwa), dan spiritual. Untuk memahami hakikat manusia secara utuh,
diperlukan pemahaman atas lapisan-lapisan keberadaan manusia tersebut. Manusia
adalah bagian dari keberadaan alam semesta. Segala sesuatu yang ada didalam
alam semesta juga ada di alam manusia. Oleh karena itu, alam semesta dan alam
manusia sebenarnya sama-sama mempunyai tiga lapisan keberadaan, yaitu: fisik,
energi pikiran dan kesadaran murni.

Berikut ini adalah skema hubungan antar lapisan yang dikemukakan oleh
para ilmuwan:

7
Steiner Hawley Schumacher Agustian dan
Kustara
Fisik P
Tubuh(body) Fisik
Eterik X

Astral
Hati(heart)
Ego Jiwa (mind,
Y
Manas psikis mental)
Kepala(Head)
Buddhi

atma Semangat (spirit) Roh (soul,


Z
spirit)

Tabel 2.1
skema hubungan antar lapisan yang dikemukakan oleh para ilmuwan

2.3 Hakikat Otak (Brain) dan Kecerdasan (Intelligence)

Otak merupakan organ tubuh yang paling kompleks. Otak memiliki


kemampuan yang sangat luar biasa, antara lain:

1. Memproduksi pikiran-sadar
2. Melakukan pilihan bebas
3. Menyimpan ingatan
4. Memungkinkan memiliki perasaan
5. Menjembatani kehidupan spiritual dengan kehidupan materi
6. Kemampuan perabaan, persentuhan, penglihatan, penciuman,
berbahasa, dan sebagainya.

Menurut Agus Nggermanto , ada sembilan subkomponen didalam otak manusia,


yaitu:

1. Neocortex

8
Lapisan otak paling luar yang hanya dimiliki oleh manusia. Lapisan ini
memungkinkan manusia mempunyai berbagai kemampuan, seperti
menulis, membaca, melukis, menguasai bahasa dan sebagainya.
2. Corpus callasum
Lapisan ini merupakan penghubung antara belahan kiri neocortex dan
belahan kanan neocortex
3. Cerrebellum
Sering disebut dengan otak kecil berfungsi mengatur gerakan dan
gerak refleks
4. Otak reptile
Terletak di lapisan paling dalam dari otak kita dan memiliki fungsi
yang berhubungan dengan rasa aman dan rasa takut. Bagian ini
berfungsi mengendalikan pernapasan, peredaran darah, detak jantung,
pencernaan dan kesadaran
5. Hippocampus
Berhubungan dengan ingatan jangka panjang
6. Amigdala
Berfungsi mengatur emosi
7. Pituitary gland
Berfungsi mempengaruhi dan mengatur kerja hormon-hormon.
8. Hypothalamus
Mengontrol hormon-hormon sensor indra yang sedang menerima
informasi dari luar
9. Thalamus
Mengaktifkan sensor indra yang sedang menerima informasi dari luar.

9
Gambar 2.1
Komponen Otak Manusia

Roger Wolkott Sperry meneliti bahwa otak kiri menjalankan fungsi


berpikir secara kognitif dan rasional dengan karakteristik yang bersifat logis,
matematis, analitis, realistis, vertikal, kuantitatif, intelektual, objektif dan
mengontrol sistem motorik bagian tubuh kanan. Sementara itu, otak kanan
memiliki fungsi berpikir secara afektif dan relasional; memiliki karakteristik
kualitatif, impulsif, spritual, emosional, artistik, kreatif dan mengontrol gerak
tubuh sebelah kiri.

Zohar dan Marshall melihat fungsi otak dari tiga cara berpikir, yaitu:

a. Proses berpikir seri (otak Intellectual Quotient-IQ)


Menggambarkan cara berpikir linier, logis, dan tidak melibatkan perasaan.
IQ merupakan alat yang efektif untuk mengeksplorasi dunia materi serta
untuk mengumpulkan modal materiil.
b. Proses berpikir asosiatif (otak Emotional Quotient-EQ)

10
Menciptakan asosiasi antar hal, misalnya nasi dengan rasa lapar, rumah
dengan kenyamanan, dan sebagainya. Proses ini disebut juga dengan proses
emosional yang berkaitan dengan proses pengendalian diri dan simpati.
c. Proses berpikir menyatukan (otak Spiritual Quotient-SQ)
Mengintegrasikan fungsi IQ dan EQ sehingga dapat memperoleh suatu
makna atau penyadaran diri. Proses ini berhubungan dengan upaya
pencarian makna kehidupan melalui hubungan langsung antara diri dengan
Tuhan.

2.4 Hakikat Pikiran (Mind) dan Kesadaran (Consciousness)

Menurut Blaise Pascal (Hart, 1997) pikiran memiliki peranan yang sangat
penting dalam kehidupan dengan mengatakan bahwa:

Manusia jelas sekali dibuat untuk berpikir. Di dalamnya terletak semua


martabat dan kebajikannya dan seluruh kewajibannya adalah berpikir
sebagaimana harusnya.

Decrates (Walters, 1996) pun juga mengatakan demikian bahwa:

Saya berpikir karena itu saya ada.

Drever memberikan batasan mengenai pikiran (mind) / mental sebagai keseluruhan


struktur dan proses-proses kejiwaan-baik yang disadari maupun yang tidak disadari
yang merupakan bagian dari psyche yang terorganisir.

Jalaluddin Rakhmat melihat proses berpikir sebagai komunikasi intrapersonal


yang meliputi:
Sensasi: alat pengindraan melalui pancaindra yang menghubungkan
manusia dengan lingkungan.
Proses-alat pengindra merekam informasi lingkungan dan mengubahnya
menjadi implus-implus saraf sehingga dapat dipahami oleh otak.
Persepsi: proses pemberian makna pada sensasi sehingga manusia
memperoleh pengetahuan baru (mengubah sensasi menjadi informasi).
Memori: proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali.

11
Berpikir: mengolah informasi dan memanipulasikan informasi untuk
memenuhi kebutuhan/memberikan respons.

Menurut Hart, pikiran akan menentukan siapa dan apa diri seseorang sebagai
individu, apakah dalam keadaan sakit/sehat, emosi yang bergejolak/stabil, sikap
dan perilaku negatif/positif, watak yang baik/buruk, serta menuju kesadaran yang
lebih tinggi/lebih rendah. Berikut ini merupakan beberapa pengaruh penting dari
pikiran.

Membentuk
spiritual

Menempa
sikap dan
Membentuk
watak
pikiran

Pikiran

Menetukan
mempengaru
Sistem
hi perilaku
kekebalan

Mengubah
emosi

Gambar 2.2
Pengaruh pikiram

Terdapat tiga lapisan kesadaran menurut Sigmund Freud:


a) Lapisan sadar (Conscious Level)
Berhubungan dengan dunia luar dalam wujud sensasi dan berbagai
pengalaman yang disadari setiap saat.
b) Lapisan prasadar (Preconscious level)

12
Sering disebut memori/ingatan yang tersedia-menyangkut pengalaman-
pengalaman yang tidak disadari pada saat pengalaman tersebut terjadi,
namun dengan mudah dapat muncul kembali menjadi kesadaran
spontan/dengan sedikit usaha.
c) Lapisan tidak sadar (Unconscious level)
Lapisan paling dalam dari pikiran manusia-menyimpan semua dorongan
insting primitif serta emosi dan memori yang mengancam pikiran sadar
yang telah sedemikian ditekan/secara tidak disadari didorong ke dalam
lapisan yang paling dalam pada pikiran manusia.

Menurut Krishna, kesadaran manusia dibagi menjadi lima tingkat kesadaran, yaitu:
a) Lapisan kesadaran fisik, yang ditentukan oleh makanan.
b) Lapisan kesadaran psikis, yang didasarkan atas energi dari udara yang
disalurkan melalui pernapasan.
c) Lapisan kesadaran pikiran, yang merupakan kesadaran pikiran rasional dan
emosional.
d) Lapisan intelegensia (bukan intelek), menyangkut kesadaran hati
nurani/budi pekerti; yang menyebabkan manusia menjadi bijak.
e) Lapisan kesadaran murni (kesadaran transendental), merupakan hasil
pemekaran kepribadian manusia, yang merupakan tingkat kesadaran
tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia.

Atribut/ciri- Kesadaran Hewani Kesadaran Manusia Kesadaran Tuhan


ciri
Tujuan Kenikmatan Keseimbangan antara Kenikmatan rohani;
Hidup duniawi;kekayaan, kenikmatan duniawi Kekayaan hanya alat untuk
kekuasaan (jabatan), dan dan rohani menyempurnakan tingkat
kenikmatan fisik sebagai kesadaran rohani
tujuan hidup

13
Tingkat Tinggi Sedang Rendah/Tidak ada ego
Ego
Karakter Buruk Bergerak di Selalu berbaik
sangka/selalu sekitar dua sangka/berpikir
berpikir negatif sifat ekstrem, positif
Tinggi tergantung Rendah hati
hati/sombong tingkat Dermawan
Kikir kesadarannya Jujur
Munafik Penyabar
Pemarah Bekerja secara tulus
Bekerja dengan dan tanpa pamrih
pamrih Selalu
Tidak pasrah/menyerahkan
percaya/tidak ingat diri kepada Tuhan
kepada Tuhan

2.5 Tujuan dan Makna Kehidupan

Menurut Ibnu Arabi, terdapat empat tingkat kesadaran berdasarkan


pengalaman dan pemahaman akan hakikat kehidupan:
a) Tingkat pertama: jalan syariah, yaitu tahap dimana seseorang secara taat
asas mengikuti hukum-hukum moral (hukum keagamaan) dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam kaitannya dengan upaya mencari harta benda/kekayaan
materi, hukum moral ini diikuti untuk menilai sah/tidaknya apa yang
menjadi milikku dan milikmu.
b) Tingkat kedua: jalan thariqah, yaitu tahap dimana seseorang mencoba
mencari kebenaran melalui jalan tanpa rambu (upaya menggali kebenaran
melalui pengalaman langsung, melampaui hukum moral keagamaan).
Dalam kaitannya dengan kekayaan materi, dalam diri seseorang telah
tumbuh perasaan milikku adalah milikmu dan milikmu adalah milikku
(rasa kebersamaan dan rasa milik bersama telah muncul).

14
c) Tingkat ketiga: jalan haqiqah, yaitu tahap dimana tidak ada lagi apa yang
menjadi milikku dan milikmu; semua adalah milik Tuhan; tidak ada lagi
rasa kemelekatan pada kekayaan materi (dimiliki oleh yang batinnya sudah
sangat tinggi, seperti para nabi dan rasul, atau orang-orang suci terkemuka).
d) Tingkat keempat: jalan marifah, yaitu dimana seseorang telah mempunyai
kearifan dan pengetahuan terdalam tentang kebenaran spiritual; tidak ada
lagi aku dan kamu, segalanya adalah Tuhan, tak seorang pun terpisah dari
Tuhan.
Contoh: Dalam agama Islam (tasawuf), agama Hindu (moksa), dan Budha
(nirwana).

2.6 Alam Semesta Sebagai Satu Kesatuan Sistem

Pengertian sistem menurut Kamus Bahasa Indonesia karangan


Poerwadarminta (1976):
Sekelompok bagian/alat yang bekerja bersama untuk melakukan suatu
maksud, misalnya urat syaraf dalam tubuh.
Sekelompok pendapat, peristiwa, kepercayaan, dan sebagainya yang
disusun dan diatur baik-baik, misalnya filsafat.
Cara (metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu, misalnya pengajaran
bahasa.

Jogiyanto (1988) menyebutkan bahwa setiap sistem mempunyai karakteristik


atau ciri-ciri:
a) Mempunyai komponen-komponen (components/subsystems)
b) Ada batas suatu sistem (boundaries).
c) Ada lingkungan luar sistem (environment)
d) Ada penghubung (interface).
e) Ada masukan (input), proses (process), dan keluaran (output).
f) Ada sasaran (objectives)/tujuan (goal).

15
Inti dari pemahaman konsep sistem diatas adalah bahwa setiap elemen saling
bekerja sama, saling mendukung, saling memerlukan, dan saling mempengaruhi
satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan sistem secara
keseluruhan. Oleh karena itu, adanya gangguan pada satu elemen-sekecil apapun
akan berpengaruh pada pola interaksi dengan elemen-elemen lainnya. Sama seperti
manusia dan alam merupakan satu kesatuan sistem yang tidak dapat dipisahkan.
Perilaku umat manusia menentukan nasib keberadaan bumi, alam semesta, beserta
seluruh isinya.

2.7 Spiritualitas dan Etika

Pemahaman mengenai etika yang terpisah dari spiritulitas sangatlah keliru.


Dengan pemahaman seperti itu, bisa saja seseorang yang telah mempelajari teori-
teori etika dan telah berkali-kali mengikuti pelatihan kode etik, tetapi belum
menjamin bahwa perilakunya bersifat etis selama keceredasan spiritual (SQ)-nya
masih rendah. Sebaliknya, orang yang mempunyai SQ tinggi sudah pasti
mempunyai perilaku etis yang tinggi pula. Namun, dalam mencapai kesadaran
spiritual tidaklah mudah-orang yang bersangkutan harus menjalani perilaku hidup
yang etis dan hidup sesuai dengan norma-norma moral yang telah diajarkan oleh
semua agama. Jadi, pada awalnya perilaku etis mempengaruhi kesadaran spiritual
seseorang. Namun, pada akhirnya kesadaran spiritual-lah yang menetukkan tingkat
kesadaran etis seseorang.

16
BAB 3
PENUTUP

1. SIMPULAN

Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam raya.
Manusia hakikatnya adalah makhluk ciptaan Tuhan. Pada diri manusia terdapat
perpaduan antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dari pembahasan di atas
dapat disimpulkan bahwa alam semesta tercipta diperutukkan untuk manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki tugas tertentu dalam menjalankan
kehidupannya di dunia ini untuk mengatur, menjaga,dan memelihara alam ini.
Alam dapat menjadi sumber ilham melalui potensi akal yang diberikan Tuhan
kepada manusia untuk mendapatkan ilmu pengetahuan juga untuk memenuhi
kebutuhan manusia selama hidup di permukaan bumi ini dan sebagai sumber
pelajaran serta pengamatan bagi manusia untuk mendapatkan kebahagiaan haqiqi
yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Agoes, Sukrisno & Ardana, I Cenik. 2001. Etika Bisnis dan Profesi :

Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta. Salemba Empat.

Drijarkara, N. 1969. Filsafat Manusia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Weiss, Joseph. 2006. Business Ethics: A Stakeholder and Issues


Management Approach. Thomson.

Sumber Lain :

Hakikat tentang Manusia dan Alam


https://yudistirafrance.files.wordpress.com/(diakses tanggal
1 September 2017).

18

Anda mungkin juga menyukai