PENDAHULUAN
1
1.2.3 Bagaimana kesalingtergantungan umat manusia dan alam semesta?
1.2.4 Apa keterkaitan antara perilaku etis dengan tingkat kesadaran spiritual?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui hakikat keberadaan alam semesta dan tujuan manusia hidup di
dunia
1.3.2 Mengetahui hakikat kecerdasan dan kesadaran diri manusia
1.3.3 Mengetahui kesalingtergantungan umat manusia dan alam semesta
1.3.4 Mengetahui keterkaitan antara perilaku etis dengan tingkat kesadaran
spiritual
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Hakikat Eksistensi
Hakikat eksistensi mengacu pada adannya kecenderungan yang disodorkan
oleh saintisme modern. Schumacher membagi tingkatan tingkatan eksistensi alam
semesta sebagai berikut:
Benda P
Tumbuhan P+X
Hewan P+X+Y
3
Manusia P+X+Y+Z
Berdasarkan urutan ini, manusia berada pada tingkat keempat, yaitu yang
tertinggi dan paling kompleks. Manusia selalu dianggap memiliki derajat lebih
tinggi daripada hewan. Namun, apakah tindakan keji dan sadis yang dilakukan
manusia terhadap hewan dapat diterima dalam masyarakat? Tidak.
Secara rasional, tidak salah bagi manusia untuk membunuh hewan. Namun ada
sisi spiritual manusia yang menganggap perbuatan membunuh itu kejam, meskipun
dilakukan kepada hewan.Oleh karena itulah, dapat disimpulkan bahwa hakikat
keberadaan alam semesta tidak hanya terbatas pada suatu hal yang bersifat fisik
saja.
Hakikat Manusia
Terdapat kecenderungan peneliti dan para ahli untuk mengartikan hakikat
manusia secara sepotong-potong. Contohnya Karl Marx mengatakan bahwa hakikat
riil manusia adalah keseluruhan hubungan sosial dengan menolak adanya Tuhan
dan menganggap bahwa tiap pribadi adalah produk dari tahapan ekonomis tertentu
dari masyarakat manusia tempat manusia itu hidup.
Hal ini juga dapat diamati jika kita mengamati perkembangan dan aliran dalam
aliran psikologi manusia. McDavid dan Harari mengemukakan empat teori
psikologi tentang manusia sebagai berikut:
a. Psikoanalisis, melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh
keinginan-keinginan terpendam (homo Volensi)
b. Behaviourisme, menganggap manusia sebagai makhluk yang digerakkan
semuanya oleh lingkungan. Teori ini menganggap bahwa manusia sebagai
mesin (homo Mechanicus) lahir bagaikan sebuah kertas putih. Ia akan belajar
dari lingkungan sebagai pembentuknya menjadi seorang individu.
c. Kognitif, menganggap manusia sebagai makhluk yang berfikir aktif dalam
mengorganisasikan dan mengolah segala informasi dan stimulasi yang
diterimanya (homo sapiens). Artinya, manusia ada karena berfikir bukan hanya
pasif terbentuk dari lingkungan.
d. Humanisme, melukiskan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan
strategi transaksional dengan lingkungannya (Homo Iudens). Disini
4
diperkenalkan konsep I – Thou relationship. Artinya menunjukkan pentingnya
hubungan seorang dengan orang lain sebagai pribadi dengan pribadi sesama
manusia.
Untuk mengerti manusia secara utuh, kita perlu mengetahui lapisan-lapisan pada
manusia sebagai berikut.
a. Lapisan fisik (materi), manusia memiliki tubuh (bentuk fisik) sama seperti
benda mati, tumbuhan maupun hewan.
b. Badan Eterik merupakan lapisan/unsur hidup yang memungkinkan siklus hidup
(lahir, tumbuh, tua dan mati). Memungkinkan kita merasa lapar haus dan
mengantuk, sakit juga sehat.
c. Badan astral merupakan lapisan yang memungkinkan suatu memiliki nafsu
(passion), keinginan (desire) serta perasaan senang atau sedih.
d. Lapisan ego memungkinkan timbulnya kesadaran “aku”. Yaitu pandangan
egoisme dan mau enaknya sendiri.
e. Lapisan manas, yakni lapisan yang baru terbentuk sebagian tidak seperti empat
lapisan sebelumnya.
f. Lapisan buddhi, berupa potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
g. Lapisan atma merupakan lapisan paling halus (roh) yang dapat berkembang
lebih lanjut.
Manusia adalah bagian dari keberadaan alam semesta. Segala sesuatu yang ada
di alam semesta (makrokosmos) juga ada di alam manusia (mikrokosmos). Oleh
karena itu, alam semesta dan alam manusia sebenarnya sama sama mempunyai tiga
lapisan keberadaan, yaitu : fisik (body), energi pikiran (mind), dan kesadaran murni
(roh, soul, spirit).
5
menemukan handphone, listrik, dan lain lain. Hewan seperti babi atau anjing tidak
akan mampu melakukannya.
Dalam pengembangannya, otak sering dibagi menjadi otak kanan dan kiri.
Pada awalnya, ilmuan hanya mengetahui tentang IQ saja, namun seiring dengan
penelitian lebih lanjut, peneliti mengetahui bahwa ada berbagai macam kecerdasan.
Contohnya, kecerdasan matematis, linguistis, kinestetis, dan lain lain.
Kemudian, Gardner dalam Agoes (2011: 10) menambahkan teori tentang tiga
potensi kecerdasan yaitu naturalis, spiritual, dan existential intelligence. Zohar dan
Marshall melihat fungsi otak menjadi 3 cara berpikir, yaitu: proses berfikir seri
(Intellectual Quotient / IQ), berfikit asosiatif (Emotional Quotient / EQ), dan
berfikir konvergen (Spiritual Quotient / SQ)
Kajian dan implementasi etika melibatkan ketiga kecerdasan secara terpadu,
yaitu IQ, EQ dan SQ. Etika merupakan cabang ilmu yang membahas tentang
perilaku manusia, mengenai apa yang baik dan apa yang tidak baik dalam konteks
hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, dan
manusia dengan alam. Banyak yang keliru menafsirkan bahwa etika hanya
menyentuh aspek hubungan manusia dengan manusia lainnya melalui proses
penalaran (logika, IQ) saja. Padahal dalam kajian etika, di samping mencari konsep,
teori dan penjelasan logis tentang apa yang baik dan tidak baik menyangkut
perilaku manusia, hendaknya hasil pemahaman tersebut juga dapat dimanfaatkan
untuk melakukan proses transformasi diri menuju tingkat tingkat kematangan emosi
dan kesadaran diri yang lebih tinggi.
6
proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berfikir adalah
mengolah informasi dan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau
kebutuhan respon.
Lapisan sadar berhubungan dengan dunia luar dalam wujud sensasi dan
berbagai pengalaman yang didasari setiap saat. Lapisan prasadar sering disebut
memori (ingatan) yang tersedia menyangkut pengalaman – pengalaman yang tidak
disadari pada saat pengalaman tersebut terjadi, dengan mudah dapat muncul
kembali menjadi kesadaran secara spontan atau dengan sedikit usaha. Lapisan tidak
sadar yang merupakan lapisan yang paling dalam dari pikaran manusia, menyimpan
semua dorongan insting primitif serta emosi dan memori yang mngancam pikiran
sadar yang telah sedemikian ditekan, atau secara tidak disadari telah didorong ke
dalam lapisan yang paling dalam pada pikiran manusia.
Menurut Khrisna kesadaran manusia terbagi menjadi lima tingkat / lapisan
yaitu:
1. Lapisan kesadaran fisik, yang ditentukan oleh makanan
2. Lapisan kesadaran psikis, yang didasarkan atas energi dari udara yang
disalurkan melalui pernapasan
3. Lapisan kesadaran pikiran, yang merupakan kesadaran pikiran rasional dan
emosional. Bila pikiran kacau atau dalam keadaan marah, maka napas akan lebih
cepat. Dan sebalikanya jika pikiran tenang maka napas kita juga tenang , karena
seluruh kepribadian kita ditentukan oleh pikiran
4. Lapisan intelegensia (bukan Intelek ), menyangkut kesadaran hati nurani atau
budi pekerti. Lapisan ini yang menyebabkan manusia menjadi bijak
5. Lapisan kesadaran murni (kesadaran transendental), merupakan hasil akhir
pemekaran kepribadian manusia, yang merupakan tingkat kesadaran tertinggi
yang dapat dicapai oleh manusia.
Manusia telah memiliki kesadaran mental atau emosional yang telah berkembang,
sementara hewan belum mencapai tingkat atau lapisan kesadaran ini.
7
2.3 Kesalingtergantungan Umat Manusia dan Alam Semesta
Tujuan dan Makna Kehidupan
Siapapun pasti sependapat dan tidak ada yang membantah bahwa tujuan hidup
umat manusia adalah untuk memeperoleh kebahagiaan. Namun dalam kehidupan
sehari – hari yang dipenuhi oleh filsafat materialisme, makin banyak orang yang
merasa tidak bahagia.
Tidak mudah mengukur tingkat kesadaran yang dimiliki seseorang
berdasarkan ukuran objektif atau pendekatan ilmiah yang biasa digunakan oleh
ilmu pengetahuan pada umumnya. Kematangan diri hanya dapat dirasakan secara
subjektif oleh yang bersangkutan melalui refleksi diri. Empat tinggkat kesadaran
berdasarkan pengamalan dan pemahaman akan hakikat kehidupan sebagai berikut:
1. jalan syariah yaitu tahap dimana seseorang secara taat asas mengikuti hukum –
hukum moral dalam kehidupan sehari – hari;
2. jalan tariqoh yaitu tahap dimana seseorang mencoba mencari kebenaran
melalui jalan tanpa rambu;
3. jalan haqiqah yaitu tahap dimana seseorang telah memahami makna terdalam
dari praktik syariah dan thariqah;
4. jalan ma’rifah yaitu tahap dimana seseorang telah mempunyai kearifan dan
pengetahuan terdalam tentang kebenaran spiritual.
8
- mempunyai komponen – komponen (components/subsystems);
- ada batas suatu sistem (boundaries);
- ada lingkungan luar sistem (environment);
- ada penghubung (interface);
- ada masukan (input), proses (process) dan keluaran (output); dan
- ada sasaran (objectives) atau tujuan (goal).
Inti dari pemahaman konsep sistem adalah bahwa setiap elemen (bagian, unsur,
subsistem) saling bekerja sama, saling mendukung, saling memerlukan, dan saling
memengaruhi satu dengan lainnya dalam kerangka mencapai tujuan sistem secara
keseluruhan.
Manusia dan alam semesta hidup saling berdampingan. Satu dengan yang lainnya
saling membutuhkan. Air sebagai salah satu hasil bumi yang melimpah ruah menjadi
kebutuhan bagi penyokong kehidupan manusia sebagai pelaku utama kehidupan.
Air dapat diperoleh dari banyak sumber tempat, salah satunya sungai. Namun,
perilaku buruk manusia terhadap alam menjadikan air yang semula akrab sebagai
kebutuhan justru dapat berbalik menjadi bencana bagi manusia itu sendiri. Contoh
9
terdekatnya adalah bencana banjir. Banjir merupakan salah satu bencana alam yang
sudah tidak asing lagi ditengah pembicaraan masyarakat Indonesia apalagi ibukota
Jakarta. Bencana alam tersebut sudah sering sekali melanda daerah-daerah yang ada di
Indonesia terutama ketika musim hujan mulai datang. Dampaknya masyarakat
mengalami kerugian besar secara material, psikologis dan juga kesehatan.
10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Karena memiliki kenggulan dalam sistem kesadaran maka alam semesta menjadi
sebuah obyek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tinjauan ilmiah
tentang alam mendekatkan manusia kepada tata laku penciptanya. Pengetahuan
mengenai alam akan menambah kekuatan manusia mengatasi alam dan
memberinya pandangan total tak terhingga yang telah dicari oleh filsafat tetapi tak
didapat.
11
Eksploitasi terhadap alam merusak keseimbangan hubungan yang telah berlangsung
bermilyar-milyar tahun. Krisis global lingkungan mengganggu hubungan antara
manusia dan alam pada saat ini.
3.2 Saran
Manusia sebagai makhluk hidup yang paling baik dan sempurna dibandingan
makhluk hidup ciptaan lainnya memiliki peran dan tanggung jawab dalam
mengelola, menjaga serta melestarikan kemakmuran alam semesta. Manusia wajib
memperlakukan lingkungan dengan sangat baik, sehingga alam pun akan mampu
memberikan hasilnya yang terbaik dari dalam bumi. Perilaku manusia yang tidak
baik dan melanggar etika terutama terhadap alam sebaiknya memiliki sanksi yang
jelas dna tegas. Bagaimanapun, manusia akan terus selamanya hidup berdampingan
dengan alam tempat ia tinggal dan tempat sumber dari segala pemenuhan
kebutuhannya.
12