Mohenjo Daro
Mohenjo Daro merupakan salah satu kota terbesar yang berada
di lembah sungai Indus, terletak di provinsi Sindh, Pakistan.
Diperkirakan Mohenjo Daro dibangun sekitar 2600 tahun sebelum
masehi. Untuk dapat meneliti peradaban di kota Mohenjo Daro ini
dilakukan penggalian dalam skala besar yang dimulai pada tahun 1922
sampai 1927 yang dilakukan oleh R. D. Banarjee beserta timnya dan
dilanjutkan oleh M. S. Vats dan K. N. Dikshit dibawah pengarahan Sir
John Marshall, seorang ahli survey arkeologi. Pada tahun 1927-1931,
E. J. H. MacKay melanjutkan penggalian sebelumnya dan pada tahun
1950, Sir Mortimer Wheeler juga melakukan penggalian, tetapi dalam
skala kecil.
Keseluruhan penggalian yang dilakukan itu mencapai satu per
tiga dari seluruh lokasi kota Mohenjo Daro. Hasil yang didapat dari
penggalian tersebut mengungkapkan bagaimana bentuk dari kota
Mohenjo Daro. Tata kotanya dan bangunan-bangunannya dapat
mencerminkan masyarakat Mohenjo Darotelah memiliki peradaban
yang cukup tinggi.
Mohenjo Daro pada saat itu dibangun lebih merupakan suatu
pusat administrative. Hal ini terlihat dari bangunan-bangunan yang
ada, salah satunya assembly halls. Akan tetapi fungsi sebenarnya dari
kota ini belum bisa dipastikan karena dari bukti-bukti peninggalannya
belum bisa menyimpulkan fungsi dari kota Mohenjo Daro.
Tata Kota
Semua bangunan yang ada di Mohenjo Daro ditata dengan
systemgrid pattern plan, yaitu memiliki jalan-jalan yang parallel dan
saling bertemu untuk membagi kota menjadi blok-blok yang
berbentuk kotak dan memiliki system drainase. Para penduduk
membangun rumah di tiap-tiap blok.
Fasilitas Kota
Kota Mohenjo Daro dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
bawah, sebelah timur kota (lower town) dan bagian lain yang disebut
“Citadel”. Pada bagian bawah, terdapat suatu jaringan jalan yang
membentang dari utara ke selatan dan dari timur ke barat dimana
dibagi per blok yang ditempati oleh rumah-rumah. Rumah-rumah
tersebut disusun seperti suatu lingkungan perumahan seperti pada
zaman modern ini.
Sebagian merupakan rumah yang kecil, sebagian yang lain
memiliki ukuran yang lebih besar dengan halaman di dalamnya. Setiap
rumah memiliki kamar tidur dan kamar mandi kecil. Beberapa rumah
merupakan berlantai dua dengan tangga terbuat dari batu bata,
bahkan dari hasil penggalian reruntuhan, sudah ada bangunan
berlantai tiga.
Untuk saluran air pada setiap rumah, biasanya terdapat sumur
dalam ruangan kecil untuk mendapatkan air dan pipa dari tanah liat
untuk mengalirkan air ke ruangan lain. Sedangkan saluran pembuangan
airnya dari setiap rumah mengalir di dalam saluran air yang mengikuti
jalur jalan..
Bagian lain dari kota Mohenjo Daro ini adalah apa yang disebut
“Citadel”. Pada bagian Citadel ini terdapat bangunan seperti kolam
yang dibuat dari batu bata dan berukuran 12 m x 7 m dan
kedalamannya sekitar 2,4 meter. Bangunan ini disebut The Great
Bath. Bangunan ini memiliki tangga dari batu bata untuk turun ke
bawahnya. Diperkirakan bangunan ini digunakan untuk upacara
keagamaan, seperti pemandian. Hal ini dapat dibuktikan dari
ditemukannya artifak, seperti batu di sekitar The Great Bathyang
digunakan untuk menggosok. Ritual pemandian memang salah satu
bagian dari kepercayaan Hindu. Bisa jadi kegiatan ritual pemandian
yang dilakukan oleh penduduk lembah sungai Indus merupakan bagian
dari tradisi dari Hindu.
Selain The Great Bath, ada bangunan bagi para penduduk untuk
menyimpan hasil pangan yang disebut The Granary dan bangunan
dengan area terbuka yang cukup luas yang disebut Assembly Halls
Konstruksi
Dalam membangun bangunan-bangunan seperti rumah,The Great
Bath, dan Granary, penduduk Mohenjo Daro menggunakan dua jenis
batu bata, yaitu batu bata lumpur (mud bricks) dan batu bata kayu
(wood bricks) yang keduanya terbuat dari kayu yang terbakar.
Mereka juga menggunakan pohon kayu untuk membuat atap datar
rumah mereka. Batu bata yang digunakan masyarakat Mohenjo Daro
juga memberikan durability yang lebih baik terhadap bangunan
daripada batu bata pada peradaban Mesopotamia.
Dari peninggalannya yang ditemukan, dapat disimpulkan tingkat
peradaban kota Mohenjo Daro cukup tinggi. Sistem tata kota yang
teratur, system drainase, serta teknologi yang mereka gunakan telah
menunjukkan ilmu ketekniksipilan telah diterapkan sejak 2600 tahun
sebelum masehi
Kondisi Kota
Kota Harappa dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan fungsi
masing-masing, yakni bagian pemerintahan dan bagian administratif.
Bagian pemerintahan adalah area dimana terdapat kantor
pemerintahan kota. Adanya pagar tembok yang tinggi di sekeliling
gedung tinggi merupakan simbol kekuasaan dan kewibawaan Raja
(atau pemimpin kota). Bagian ini terpisah dan memiliki jarak cukup
jauh terhadap bagian administratif.
Sedangkan bagian administratif digunakan sebagai permukiman
penduduk kota Harappa. Bagian ini memiliki jalur jalan raya yang
membentuk pola grid, yakni jalan-jalan yang ada saling bersilangan
membentuk kotak-kotak kosong di tengahnya. Di kedua sisi jalan,,
terdapat banyak sekali rumah tempat tinggal, toko, dan tempat
pembuatan tembikar. Jarak antar-bangunan sangat dekat shingga
tata kota terlihat sangat padat. Saluran air kota yang digunakan
sebagai pembuangan air dibangun di bawah tanah dengan
menggunakan bahan batu bata
Kota Harappa hilang menjadi kota mati sekitar tahun 1750 SM.
Beberapa faktor yang mengakibatkan penduduknya meninggalkan kota
Harappa adalah adanya invansi yang dilakukan oleh bangsa Arya ke
daerah peradaban Hindustan pada sekitar tahun itu. Pada tahun itu
hingga 1000 tahun setelahnya, tidak ada pembangunan kota dengan
peradaban tinggi lagi di wilayah tersebut.
Dravida
Ciri-ciri fisik
Bangsa Dravida merupakan bangsa asli India kuno yang berada
di lembah sungai Indus, bangsa Dravida mempunyai ciri-ciri fisik
yaitu warna kulit hitam, poster tubuh pendek, bentuk hidung pesek,
rambut keriting, dan warnabola mata coklat. Bangsa Dravida
mempunyai kemajuan di berbagai bidang yaitu syistem pertanian
bangsa dravida berbentuk agraris, sistem irigasi, hidupnya menetap,
kehidupa dengan sistem tata kota, memiliki tingkat pengetahuan yang
tinggi dalam bidang matematika dan mengenal tulisan dalam bentuk
naskah.
Sistem Kepercayaan.
Bangsa dravida melahirkan budaya pertapaan menyiksa diri yang
beranggapan bahwa jiwa itu tidak sama dengan badan, jika mereka
apan menytukan badan dengan jiwa maka itu dianggap sebagai bentuk
kekekalan.
- Orang meditasi
- Pertapa mengembara
- Selibat (tidak menikah)
- Melatih pikiran
- Berbusana minim atau tanpa pakaian yang membuat bangsa arya jijik
- Mencari jalan kematian dan kelahiran (mencapai kebebasan)
Ajaran-ajaran lokal
Veda
Adalah ajaran asli bangsa Arya, filsafat India ortodoks lahir dari
agama arya kuno yan ajarannya termuat dalam Veda yang berarti
pengetahuan. Veda memakai bahasa sanskerta, Veda terdiri dari
empat himpunan, yaitu ;
1) Rigweda berisi syair-syair pujian terhadap para dewa.
2) Samaweda berisi syair-syair nyanyian untuk para dewa.
3) Yajur weda berisi doa-doa untuk mengantar sesaji yang
disampaikan kepada para dewa.
4) Atharwaweda berisi mantra-mantra dan jampi-jampi untuk sihir
dan ilmu gaib.
Konsep ajaran Veda adalah ajaran yang mengemukakan pemikiran
tentang kesadaran yang maha tinggi, mengenai para dewa yang
dianggap menghidupi kekuatan alam.
Tantra
Tantra adalah ilmu pengetahuan kerohanian untuk pertama
kalinya diajarkan di india 7000 tahun silam. Tan berasal dari akar
kata sanskerta yang berarti “Perluasan” dan Tra berarti
“Pembahasan”, dengan demikian Tantra berarti latihan rohani yang
mengangkat manusia kedalam suatu proses untuk memperluas
piiranya, tantra mengantar manusia dari suatu keadaan yang tidak
sempurna menjadi sempurna.
PENINGGALAN KEBUDAYAAN
Oleh:
Agustina
Andini Aulia
Belva Van Rossa
Cherly Selarasati
Denada Tamara
Dini Puji Lestari
Dira Sabrina