Anda di halaman 1dari 5

PERADABAN AWAL BANGSA INDIA

   PERADABAN AWAL BANGSA INDIA


        I.         
Secara geografis, wilayah India merupakan suatu jazirah dari benua Asia. Letak India
seakan-akan terpisah dari daratan Asia. Hal ini disebabkan oleh pegunungan Himalaya di sebelah
utara India. Oleh karena posisi wilayahnya menyendiri dari daerah Asia yang lain, maka India
sering disebut “anak benua Asia”.
Di tengah-tengah daerah India terdapat pegunungan Windya. Pegunungan inimembagi
India menjadi dua bagian, India Utara dan India Selatan. Pada daerah India bagian Utara,
mengalir sebuah sungai Shindu (Indus), Gangga, Yamuna, dan Brahmaputera. Daerah itu
merupakan daerah subur sehingga sangat padat penduduknya. India bagian Selatan sangat
berbeda keadaannya dengan India bagian Utara. Daerahnya terdiri dari bukit-bukit dan gunung-
gunung yang kering dan tandus. Daratan tinggi di India bagian Selatan diberi nama Dataran
Tinggi Dekkan. Dataran Tinggi Dekkan kurang mendapat hujan sehingga daerahnya terdiri atas
padang rumput savanna yang amat luas.
Dalam sejarahnya, India memiliki dua peradaban kuno, yaitu peradaban lembah sungai
Indus (Shindu) dan peradaban lembah sungai Gangga. Kedua peradaban ini menjadi bukti
penting keberadaan bangsa India sebagai salah satu pemilik kebudayaan tertua yang sangat
ternama di dunia.

II.            PERADABAN LEMBAH SUNGAI INDUS (SHINDU)


     
1.       Pusat Peradaban
Awal abad ke-20, arkeolog Inggris Sir John H Marshall mengekskavasi kota kuno
Mohenjondaro dan Hara. Hasilnya tingkat kesibukan dan keramaian kedua kota tersebut
membuat Marshall terkejut. Ini adalah bekas ibukota dua negara merdeka pada jaman peradaban
sungai India antara tahun 2350-1750 sebelum masehi, penelitian lebih lanjut menghasilkan
perhitungan, dua kota masing-masing terdapat sekitar 30 hingga 40 ribu penduduk, lebih banyak
dibanding penduduk kota London yang paling besar pada abad pertengahan.
Dari hasil penelitian lebih lanjut, diketahui kedua kota kuno tersebut dibagi dua bagian, yaitu
kota pemerintahan dan kota administratif.
Kota administratif adalah daerah permukiman, tempat tinggal yang padat dan jalan raya yang
silang menyilang, kedua sisi jalan banyak sekali toko serta pembuatan barang-barang tembikar.
Sementara kota pemerintahan adalah wilayah istana kerajaan yang dikelilingi oleh pagar tembok
yang tinggi besar dan menara gedung.
Masyarakat yang bermukim di kedua kota kuno ini diketahui telah mengenal sistem saluran
air bawah tanah yang sempurna dengan menggunakan bata. Puing-puing menunjukkan
Mohenjodaro dan Harappa merupakan sebuah kota yang mempunyai rancangan bangunan di
sekeliling ruang lingkup tertentu, kurang lebih menggunakan bahan yang sama, segalanya sangat
teratur, bahwa pada 3000 SM, orang-orang membangun kota dengan skala yang sedemikian
memperlihatkan tingginya peradaban mereka.
Jalan-jalannya lurus sehingga membentuk blok-blok pemukiman berbentuk segi empat.
Sudah ada sistem pembuangan sampah dan air limbah. Inilah kota pertama yang menujukan
tanda-tanda pembangunan yang berencana. Barat kota adalah pusat religius, politik, dan
pendidikan. Petani tinggal di luar tembok kota dekat perladangan. Kelompok miskin menempati
pinggir kota tetapi masih berada di dalam tembok. Pedagang dan seniman tinggal di dekat pusat
kota, sedangkan bangsawan, agamawan, dan punggawa kerajaan menempati wilayah pusat.
Puing-puing menunjukkan Harappa merupakan sebuah kota yang mempunyai rancangan
bangunan disekeliling ruang lingkup tertentu, kurang lebih menggunakan bahan yang sama,
segalanya sangat teratur, bahwa pada tahun 3000 sebelum masehi, orang-orang membangun kota
dengan skala yang sedemikian, memperlihatkan tingginya peradaban mereka. Kedua kota ini
hilang pada tahun 1750 sebelum masehi, kira-kira dalam waktu 1000 tahun kebelakang, didaerah
aliran sungai India tidak pernah ada lagi kota yang demikian megahnya, namun pada 500 tahun
lampau, ketika bangsa Arya datang menginvasi, kebudayaan Harappa sudah merosot.
(Peradaban Lembah Sungai Indus diketahui melalui penemuan-penemuan arkeologi-di Kota
Harappa dan Mohenjodaro. Kota Mohenjodaro diperkirakan sebagai ibukota daerah Lembah
Sungai Indus bagian selatan dan Kota Harappa sebagai ibukota Lembah Sungai Indus bagian
utara. Mohenjodaro dan Harappa merupakan pusat peradaban bangsa India pada masa lampau.
2.       Tata Kota
A.      Kota Mohenjadaro
Mohenjodaro adalah salah satu situs dari sisa-sisa permukiman terbesar dari Kebudayaan
Lembah Sungai Indus, yang terletak di propinsi Sind, Pakistan. Dibangun pada sekitar tahun
2600 SM, kota ini adalah salah satu permukiman kota pertama di dunia, bersamaan dengan
peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia dan Yunani Kuno. Reruntuhan bersejarah ini dimasukkan
oleh UNESCO ke dalam Situs Warisan Dunia. Arti dari Mohenjo-daro adalah “Bukit orang
mati”. Seringakali kota tua ini disebut dengan “Metropolis Kuno di Lembah Indus”.
(Di Kota Mohenjodaro dan terdapat gedung-gedung dan rumah tinggal serta pertokoan
dibangun secara teratur dan berdiri kukuh. Gedung-gedung dan rumah tinggal dan pertokoan itu
sudah terbuat dari batu bata lumpur. Wilayah kota dibagi atas beberapa bagian atau blok yang
dilengkapi jalan yang ada aliran airnya.

Mohenjodaro terletak di Distrik Larkana sekitar 28 km dari Larkana and 107 km dari
sukkur. 27o 19‘ 30.36“ Bujur Utara and 68o 08‘ 08.77” Bujur Timur.
Benda-benda yang ditemukan: huruf, bangunan, perhiasan, alat rumah tangga, permainan
anak-anak yang sudah dihiasi berbagai seni gambar dan seni ukir yang indah, mereka telah
mengenal biantang: gajah, unta, kerbau, anjing. Berdasarkan benda-benda yang ditemukan di
Mohenjodaro, maka dapat disimpulkan bahwa peradaban Lembah Sungai Indus di Mohenjodaro
sudah sangat tinggi.
Menurut penentuan karbon 14, keberadaan kedua kota ini seharusnya adalah antara tahun
2000 hingga 3000 sebelum masehi, lagi pula kota Harappa mengekskavasi perkakas batu 10 ribu
tahun lampau. Luasnya kurang lebih 25 km persegi.
B.      Kota Harappa
Harappa ialah sebuah kota di Punjab, timur laut Pakistan sekitar 35 km tenggara
Sahiwal. Kota ini terletak di bantaran bekas Sungai Ravi. Munculnya peradaban Harappa lebih
awal dibanding kitab Veda, saat itu bangsa Arya belum sampai India. Waktunya adalah tahun
2500 sebelum masehi, bangsa Troya mendirikan kota Harappa dan Mohenjondaro serta kota
megah lainnya didaerah aliran sungai India. Kota modernnya terletak di sebelah kota kuno ini,
yang dihuni antara tahun 3300 hingga 1600 SM. Di kota ini banyak ditemukan relik dari masa
Budaya Indus, yang juga terkenal sebagai budaya Harappa. Harappa memiliki lay-out kota yang
sangat canggih.
Benda-benda yang ditemukan: arca-arca, patung (terra cotta) yang diukir seperti bentuk
wanita telanjang dengan dada terbuka. Ukiran itu member makna bahwa ibu merupaka sumber
kehidupan; alat dapur dari tanah liat, periuk belanga, pembakaran dari batu keras (masih kuat
sampai sekarang); sebuah patung pohon disamping dewa (gambaran kesucian pohon bodhi
tempat Sidharta menerima wahyu) beberapa ratus tahun kemudian; arca-arca yang melukiskan
lembu yang menyerang harimau; lembu yang bertanduk, sebagai gambaran bahwa mereka sangat
mensuckan binatang. Hal ini tampak ketika masyarakat India mensucikan sapi sampai sekarang.
3.       Sistem Pertanian dan Pengairan
Daerah Lembah Sungai Indus merupakan daerah yang subur. Pertanian menjadi mata
pencaharian utama masyarakat India. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat telah berhasil
menyalurkan air yang mengalir dari Lembah Sungai Indus sampai jauh ke daerah pedalaman.
Pembuatan saluran irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian menunjukkan bahwa
masyarakat Lembah Sungai Indus telah memiliki peradaban yang tinggi. Hasil-hasil pertanian
yang utama adalah padi, gandum, gula/tebu, kapas, teh, dan lain-lain.
4.       Sanitasi (Kesehatan)
Masyarakat Mohenjodaro dan Harappa telah memperhatikan sanitasi (kesehatan)
lingkungannya. Teknik-teknik atau cara-cara pembangunan rumah yang telah memperhatikan
faktor-faktor kesehatan dan kebersihan lingkungan yaitu rumah mereka sudah dilengkapi oleh
jendela.
5.       Teknologi
Masyarakat Lembah Sungai Indus sudah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi,
Kemampuan mereka dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan,
seperti bangunan Kota Mohenjodaro dan Harappa, berbagai macam patung, perhiasan emas,
perak, dan berbagai macam meterai dengan lukisannya yang bermutu tinggi dan alat-alat
peperangan seperti tombak, pedang, dan anak panah.
6.       Pemerintahan
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Maurya antara lain sebagai berikut :
A.      Candragupta Maurya
Setelah berhasil menguasai Persia, pasukan Iskandar Zulkarnaen melanjutkan ekspansi
dan menduduki India pada tahun 327 SM melalui Celah Kaibar di Pegunungan Himalaya.
Pendudukan yang dilakukan oleh pasukan Iskandar Zulkarnaen hanya sampai di daerah Punjab.
Pada tahun 324 SM muncul gerakan di bawah Candragupta. Setelah Iskandar Zulkarnaen
meninggal tahun 322 SM, pasukannya berhasil diusir dari daerah Punjab dan selanjutnya
berdirilah Kerajaan Maurya dengan ibu kota di Pattaliputra.
Candragupta Maurya menjadi raja pertama Kerajaan Maurya. Pada masa
pemerintahannya, daerah kekuasaan Kerajaan Maurya diperluas ke arah timur, sehingga sebagian
besar daerah India bagian utara menjadi bagian dari kekuasaannya. Dalam waktu singkat,
wilayah Kerajaan Maurya sudah mencapai daerah yang sangat iuas, yaitu daerah Kashmir di
sebelah barat dan Lembah Sungai Gangga di sebelah timur.
B.      Ashoka
Ashoka memerintah.Kerajaan Maurya dari tahun 268-282 SM. Ashoka merupakan cucu
dari Candragupta Maurya. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Maurya mengalami masa yang
gemilang. Kalingga dan Dekkan berhasil dikuasainya. Namun, setelah ia menyaksikan korban
bencana perang yang maha dahsyat di Kalingga, timbul penyesalan dan tidak lagi melakukan
peperangan.
Mula-mula Ashoka beragama Hindu, tetapi kemudian menjadi pengikut agama Buddha.
Sejak saat itu Ashoka menjadikan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Setelah Ashoka
meninggal, kerajaan terpecah-belah menjadi kerajaan kecil. Peperangan sering terjadi dan baru
pada abad ke-4 M muncul seorang raja yang berhasil mempersatukan kerajaan yang terpecah
belah itu. Maka berdirilah Kerajaan Gupta dengan Candragupta I sebagai rajanya.
7.       Kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat Lembah Sungai Indus bersifat politeisme atau memuja
banyak dewa. Dewa-dewa tersebut misalnya dewa kesuburan dan kemakmuran (Dewi Ibu).
Masyarakat lembah Sungai Indus juga menyembah binatang-binatang seperti buaya dan
gajah serta menyembah pohon seperti pohon pipal (beringin). Pemujaan tersebut dimaksudkan
sebagai tanda terima kasih terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan
perdamaian.

III.            PERADABAN LEMBAH SUNGAI GANGGA


   
1.       Pusat Peradaban
Pusat peradaban Lembah Sungai Gangga terletak antara Pegunungan Himalaya dan
Pegunungan Windya-Kedna.
Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa Arya yang termasuk bangsa
Indo-Jerman. Mereka datang dari daerah Kaukasus dan menyebar ke arah timur. Bangsa Arya
memasuki wilayah India antara tahun 200-1500 SM, melalui Celah Kaibar di Pegunungan
Hirnalaya.
Bangsa Arya adalah bangsa peternak dengan kehidupan yang terus mengembara. Setelah
berhasil mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai Indus dan menguasai daerah yang
subur, akhirnya mereka hidup menetap.
Selanjutnya, mereka menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus mengembangkan
kebudayaannya. Kebudayaan campuran antara kebudayaan bangsa Arya dengan bangsa Dravida
dikenal dengan sebutan kebudayaan Hindu.
2.       Pemerintahan
Perkembangan sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan kelanjutan dari
sistem pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Indus. Runtuhnya Kerajaan Maurya
menjadikan keadaan kerajaan menjadi kacau dikarenakan peperangan antara kerajaan-kerajaan
kecil yang ingin berkuasa. Keadaan yang kacau, mulai aman kembali setelah munculnya
kerajaan-kerajaan baru. Kerajaan-kerajaan tersebut di antaranya Kerajaan Gupta dan Kerajaan
Harsha.
A.      Kerajaan Gupta
Pendiri Kerajaan Gupta adalah Raja Candragupta I dengan pusatnya di Lembah Sungai
Gangga. Pada masa pemerintahan Raja Candragupta I, agama Hindu dijadikan agama negara,
namun agama Buddha masih tetap dapat berkembang.
Masa kejayaan Kerajaan Gupta terjadi pada masa pemerintahan Samudragupta (Cucu
Candragupta 1). Pada masa pemerintahannya Lembah Sungai Gangga dan Lembah Sungai Indus
berhasil dikuasainya dan Kota Ayodhia ditetapkan sebagai ibukota kerajaan.
Pengganti Raja Samudragupta adalah Candragupta II, yang dikenal sebagai
Wikramaditiya. Ia juga bergama Hindu, namun tidak memandang rendah dan mempersulit
perkembangan agama Budha. Bahkan pada masa pemerintahannya berdiri perguruan tinggi
agama Buddha di Nalanda. Di bawah pemerintahan Candragupta II kehidupan rakyat semakin
makmur dan sejahtera.. Kesusastraan mengalami masa gemilang. Pujangga yang terkenal pada
masa ini adalah pujangga Kalidasa dengan karangannya berjudul "Syakuntala". Perkembangan
seni patung mencapai kemajuan yang juga pesat. Hal ini terlihat dari pahatan-pahatan dan
patung-patung terkenal menghiasi kuil-kuil di Syanta.
Dalam-perkembangannya Kerajaan Gupta mengalami kemunduran setelah meninggalnya
Raja Candragupta II. India mengalami masa kegelapan selama kurang lebih dua abad.
B.      Kerajaan Harsha
Setelah mengalami masa kegelapan, baru pada abad ke-7 M muncul Kerajaan Harsha
dengan rajanya Harshawardana. Ibu kota Kerajaan Harsha adalah Kanay. Harshawardana
merupakan seorang pujangga besar. Pada masa pemerintahannya kesusastraan dan pendidikan
berkembang dan pesat. Salah satu pujangga yang terkenal pada masa kerajaan Harshawardana
adalah pujangga Bana dengan karyanya berjudul "Harshacarita".
Raja Harsha pada awalnya memeluk agama Hindu, tetapi kemudian memeluk agama
Buddha. Di tepi Sungai Gangga banyak dibangun wihara dan stupa, serta dibangun tempattempat
penginapan dan fasilitas kesehatan. Candi-candi yang rusak diperbaiki dan membangun candi-
candi baru. Setelah masa pemerintahan Raja Harshawardana hingga abad ke-1 1 M tidak pernah
diketahui adanya raja-raja yang pernah berkuasa di Harsha.
C.      Kebudayaan Lembah Sungai Gangga
Di Lembah Sungai Gangga inilah kebudayaan Hindu berkembang, baik di wilayah India
maupun di luar India. Masyarakat Hindu memuja banyak dewa (Politeisme). Dewa-dewa
tersebut, antara lain, Dewa Bayu (Dewa Angin), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa Agni (Dewa
Api), dan lain sebagainya. Dalam agama Hindu dikenal dengan sistem kasta, yaitu pembagian
kelas sosial berdasarkan warna dan kewajiban sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, sistem
kasta inilah yang menyebabkan munculnya agama Buddha. Hal ini dipelopori oleh Sidharta
Gautama.
Agama Buddha mulai menyebar ke masyarakat India setelah Sidharta Gautama mencapai
tahap menjadi Sang Buddha. Agama Buddha terbagi menjadi dua aliran, yaitu Buddha Mahayana
dan Buddha Hinayana. Peradaban Sungai Gangga meninggalkan beberapa bentuk kebudayaan
yang tinggi seperti kesusastraan, seni pahat, dan seni patung. Peradaban dari lembah sungai ini
kemudian menyebar ke daerah-daerah lain di Asia termasuk di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai