Dosen Pembimbing :
DI SUSUN OLEH :
NIM : G0321303
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya yang begitu besar, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
harapan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan kita terhadap ilmu
pengetahuan dalam hal ini kaitannya dengan Mata Kuliah Etika Profesi Akuntansi.
kami miliki, kami berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi,
terutama dari buku, beberapa jurnal, media internet dan media lainnya.
yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu per satu, yang sangat membantu dalam
Sebagai manusia biasa, kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami berharap akan adanya masukan yang
membangun sehingga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun
Wassalamualaikum Wr.Wb.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
A. Kesimpulan……………………………………………………………..
B. Saran ....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang yang tidak bisa hidup tanpa adanya
proses interaksi dengan manusia di sekitarnya. Asumsi ini bisa dipahami mengingat
eksistensi manusia di muka bumi ini bukanlah berada pada ruang hampa tapi
sebaliknya mereka eksis pada ruang sosial yang diikat oleh ikatan persaudaraan yang
kuat yang pada ujung-ujungnya akan menginspirasi mereka untuk membudayakan
semangat tolong menolong sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi ini. Termasuk
dengan sinergitas dengan alam semesta.
Alam semesta merupakan realitas yang dihadapi oleh manusia, yang sampai
kini baru sebagian kecil saja yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi
seorang ilmuwan akan menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk
menaklukkan seluruh alam semesta. Imam Syafi’i pernah berkata: [ kullama zaadanii
‘ilman, zaadanii fahman bijahli] “ setiap kali bertambah ilmuku, tambah tahu aku akan
kebodohanku”.
Alam semesta hanya dilihat sebagai materi/substansi yang terbentang luas dan
tak bernyawa, yang misterinya mampu dipecahkan dengan pendekatan ilmiah dan
rasional. Manusia telah memiliki lapisan kesadaran mental/emosional yang telah
berkembang. Sementara hewanbelum mencapi tingkat/lapisan kesadaran ini. Kondisi
pikiran pada lapis ketiga ini sangat menentukan apakah kepribadian manusia dapat
berkembang kelapisan kesadaran yang lebih tinggi (Tingkat kesadaran transcendental),
tetapi stagnan atau bahkan turun pada lapisan kesadaran yang lebih rendah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas, Maka Penulis Dapat Merumuskan
Masalahnya Adalah Sebagai Berikut:
1. Apa hakikat keberadaan alam semesta?
2. Apa hakikat dan tujuan umat manusia hidup di dunia?
3. Apa hakikat kecerdasan dan kesadaran diri yang dimiliki oleh manusia?
4. Bagaimana kesalingtergantungan (interdependensi) umat manusia dengan
alam semesta, termasuk dengan seluruh isinya sebagai suatu kesatuan
system?
5. Bagaimana keterkaitan antara perilaku etis dengan tingkat kesadaran
spiritual?
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT KEBENARAN
Dalam kehidupan di dunia ini ada empat kebenaran besar yang telah
dinyatakan oleh E.F Schumacher yaitu :
a. Kebenaran (hakikat) tentang eksistensi (dunia / alamsemesta)
b. Kebenaran tentang alat(tools) yang dipakai untuk memahami dunia
c. Kebenaran tentang cara belajar tentang dunia
d. Yang dimaksud dengan hidup di dunia
Kebenaran tentang eksistensi menyangkut kebenaran tentang adanya empat
tingkat eksistensi dunia, yaitu :benda, tumbuh – tumbuhan, hewan, dan manusia.
Dalam pengujian kebernaran di dunia alam semesta ini banyak sekali para ilmuan
yang menjelaskannya seperti : Schumachcer, seorang sosiolog Alexandrovich Sorokin,
chopra yang pendapat dana cara untuk mengujinya berbeda – beda.
Namun kesimpulannya Hakikat kebenaran alam semesta tidak hanya terbatas pada
sesuatu yang bersifat fisik, sebagaimana diyakini oleh sementara ilmuwan, dengan
kemajuan ilmu fisika dan adanya ketertarikan paran ilmuwan untuk memulai mengkaji
hal – hal spiritual dengan lebih rasional, maka mulai diyakini bahwa hal – hal yang
tidak tampak oleh pancra indra juga merupakan bagian tak terpisahkan dari hakikat
keberadaan.
C. HAKIKAT MANUSIA
Stevenson dan Haberman (2001) mengatakan bahwa meski ada begitu banyak
hal yang sangat bergantung pada konsep tentang hakikat manusia, namun terdapat
begitu banyak ketidaksepakatan mengenai apa itu hakikat manusia.
McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2001) mengelompokkan
empat teori psikologi dikaitkan dengan konsepsinya tentang manusia, sebagai berikut:
1. Psikoanalis, yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkab oleh
keinginan-keinginan terpendam (homo valensi).
2. Behaviorisme, yang menganggap manusia sebagai makhluk yang digerakkan
semuanya oleh lingkungan (homo mechanicus). Teori ini menyebut manusia
sebagai manusia mesin karena perilaku manusia sepenuhnya
ditentukan/dibentuk oleh lingkungan. Teori ini juga disebut teori belajar karena
menurut mereka, seluruh perilaku manusia – kecuali insting – adalah hasil
belajar (dari lingkungan).
3. Kognitif, yang menganggap manusia sebagai makhluk berpikir yang aktif
mengorganisasikan dan mengolah stimulasi yang diterimanya (homo sapiens).
Manusia tidak lagi dianggap sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif
terhadap lingkungannya.
4. Humanisme, yang melukiskan manusia sebagai pelaku aktif dalam
merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya (homo ludens). Di
sini diperkenalkan konsep I – thou Relationship, bukan sebagai I – it
Relationship, yang artinya menunjukkan pentingnya hubungan seseorang
dengan orang lain sebagai pribadi dengan pribadi, bukan sebagai pribadi
dengan benda. Dengan kata lain, yang ditekankan adalah hubungan subjek
dengan subjek, bukan subjek dengan benda.
Berikut skema yang dibuat oleh Ardana (2005) tentang hubungan antar lapisan
keberadaan manusia yang dikemukan oleh para ilmuwan.
Tabel 1.1
Skema Lapisan Keberadaan Manusia oleh para Ilmuwan
Steiner Hawley Schumacher Agustian dan Kustara
Fisik P
Tubuh (body) Fisik
Eterik X
Astral
Hati (Heart)
Ego Jiwa (mind,
Y
Manas psikismental)
Kepala (Head)
Buddhi
Atma Semangat (Spirit) Z Roh (Soul, spirit)
Manusia adalah bagian dari alam semesta. Segala sesuatu yang ada di alam
semesta (makrokosmos) juga ada di alam manusia (mikrokosmos). Oleh karena itu,
alam semesta dan alam manusia sebenarnya sama-sama mempunyai tiga lapisan
keberadaan, yaitu fisik (body), energi pikiran (mind), dan kesadaran murni (roh, soul,
spirit).
Selain itu, ada beberapa pandangan tentang Manusia dari beberapa perspektif,
yaitu:
- Perspektif filsafat :
Menurut filsuf Plato :Manusia adalah makhluk berakal dan akal
manusia berfungsi mengarahkan budi.
Menurut filsuf Aristoteles: Manusia adalah binatang yang berfikir.
- Perspektif antropologi :
Manusia tergolong primata yang paling sempurna jasmani dan rohani, sehingga
tidak tertutup kemungkinan melahirkan perilaku dalam berbagai bentuk dan
implikasinya.
- Perspektif psikologi modern:
Bagi Aliran Behaviorisme, manusia adalah makhluk netral. Ketika
manusia dilahirkan, pada dasarnya tidak membawa bakat apa-apa.
Manusia akan berkembang berdasarkan stimulasi dalam
lingkungannya.
Bagi Aliran Psikoanalisis; manusia adalah makhluk yang hidup atas
bekerjanya dorongan seksualitas yang memberi daya pada eqo
(kesadran terhadap realitas kehidupan dan super eqo (kesadran
normatif).
- Perspektif Psikologi humanistik:
Manusia pada dasarnya punya potensi yang baik dan kemampuan yang tak
terhingga serta memiliki otoritas atas kehidupannya sendiri. Manusia memiliki
kualitas insani yang unik yaitu (kemampuan abstraksi, daya analisis dan
sisntesis, imajinasi, kreativitas, kebebasan kehendak, tanggungjawab,
aktualisasi diri, sikap etis dan estetika.
- Perspektif psikologi tranpersonal:
Perspektif ini merupakan lanjutan dari psikologi humanistik. Yaitu ; Manusia
memiliki potensi luhur dalam bentuk dimensi spiritual dan fenomena
kesadaran transendental (manusia memiliki pengalaman subjektif transendental
dan pengalaman spiritual).
- Perspektif Pendidikan :
Manusia adalah homo edukatif. Ketidakberdayaan manusia ketika lahir
menjadi peluang bahwa manusia adalah makhluk yang dapat dididik.
- Perspektif Sosiologi :
Manusia adalah homo sosio yaitu makhluk bermasyarakat.
Tabel 1.2
Golongan manusia berdasarkan tingkat kesadaran
Atribut/ Kesadaran
Kesadaran Hewani Kesadaran Tuhan
Ciri-ciri Manusia
Kenikmatan rohani:
kenikmatan duniawi:
Kekayaan hanya
keayaan, kekuasaan Keseimbangan
Tujuan alat untuk
(jabatan) dan antara kenikmatan
Hidup menyempurnakan
kenikmatan fisik duniawi dan rohani
tingkat kesadaran
sebagai tujuan hidup
rohani
Rendah/tidak ada
Tingkat Ego Tinggi Sedang
ego
Selalu berbaik
Buruk
sangka/
sangka/selalu
berpikir positif
berpikir negative
Rendah Hati
Tinggi
Bergerak Dermawan
hati/sombong
disekitar dua sifat Jujur
kikir
ekstrem, Penyabar
Karakter munafik
tergantung Bekerja secara
pemarah tingkat tulus dan
bekerja dengan kesadarannya tanpa pamrih
pamrih
Selalu Pasrah/
tidak percaya/tidak
Menyerahkan
ingatan kepada
diri kepada
tuhan
tuhan
A. Kesimpulan
Dalam kehidupan di dunia ini ada empat kebenaran besar yang telah
dinyatakan oleh E.F Schumacher yaitu :
e. Kebenaran (hakikat) tentang eksistensi (dunia / alamsemesta)
f. Kebenaran tentang alat(tools) yang dipakai untuk memahami dunia
g. Kebenaran tentang cara belajar tentang dunia
h. Yang dimaksud dengan hidup di dunia
Kebenaran tentang eksistensi menyangkut kebenaran tentang adanya empat
tingkat eksistensi dunia, yaitu :benda, tumbuh – tumbuhan, hewan, dan manusia.
Dalam pengujian kebernaran di dunia alam semesta ini banyak sekali para ilmuan
yang menjelaskannya seperti : Schumachcer, seorang sosiolog Alexandrovich Sorokin,
chopra yang pendapat dana cara untuk mengujinya berbeda – beda.
Hakikat kebenaran alam semesta tidak hanya terbatas pada sesuatu yang bersifat
fisik, sebagaimana diyakini oleh sementara ilmuwan, dengan kemajuan ilmu fisika dan
adanya ketertarikan paran ilmuwan untuk memulai mengkaji hal – hal spiritual dengan
lebih rasional, maka mulai diyakini bahwa hal – hal yang tidak tampak oleh pancra
indra juga merupakan bagian tak terpisahkan dari hakikat keberadaan.
B. Saran
Namun kesimpulannya Manusia dan alam semesta mempunyai hubungan yang sangat
erat. Alam semesta dan manusia adalah satu. Dalam pemahaman manusia dan alam
tidak jauh berbeda. Sebagaimana manusia, alam semesta terdiri dari lima unsur: tanah,
air, api, angin, ruang. Dalam hal ini adanya alam semesta tidak hanya untuk
menunjang kehidupan manusia atau alam semesta ada untuk mengabdi kepada
manusia. Ini karenamanusia bukan ada di luar bagian alamsemesta, namun ia adalah
satu kesatuandengan alam semesta. Jadi gambaran tentang alam semesta bisa
diderivasikan dari gambaran tentang manusia atau sebaliknya. Wujud manusia meniru
alam semesta jelas sekali diungkapkan sebagaimana yang tercantum di bawah ini:
“Bulatnya kepala berbentuk langit, bentuk persegi dari kaki bernbentuk bumi. Ruang
kosong di dalam perut mewujudkan langit, hangatnya perut sesuai denganmusim semi
dan musim panas, kerasnya punggung sesuai dengan musim gugur dan musim dingin.
Empat bagian badan senusi dengan empat waktu, dua belas sendi besar sesuai dengan
dua belas bulan, tiga ratus enam puluh sendi kecil sesuai dengan tiga ratus enam puluh
hari. Keluar masuknya nafas hidung sesuai dengan angin di lembah dan parit.
Sepasang mata sesuai dengan matahari dan bulan, membuka dan menutup sesuai
dengan siang dan malam. Rambut sesuai dengan bintang , alis sesuai dengan bintans
tujuh, nadi sesuai dengan sungai besar, tulang sesuai dengan batu dan permata, kulit
dan daging sesuai dengan tanah, bulu sesuai dengan hutan rimba.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes Sukrisno & I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat
Dunn, Paul dan Brooks, Leonard J. Etika Bisnis & Profesi Untuk Direktur, Eksekutif,
dan Akuntan. Jakarta. 2011. Salemba empat
http://www.anekamakalah.com/2012/03/manusia-dan-alam-semesta.html
http://www.danisetiawanku.com/2011/02/manusia-dan-kesadaran-berpikir.html
https://yudistirafrance.files.wordpress.com/2010/12/manusia-dan-alam-semesta-
new.doc