Anda di halaman 1dari 18

PERKEMBANGAN SUMBER ILMU DAN KEBENARAN ILMIAH

Dosen Dr. Khalimi M.Ag.

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dam Ilmu Pengetahuan)

Disusun oleh:

Kelompok 4

Devi Juliana Ardhani 11180183000008

Meldani 11180183000027

Alvi Kamila Zainuddin 11180183000031

SEMESTER V

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memperkenankan kami untuk
menyelesaikan makalah Islam dan Ilmu Pengetahuan dengan Materi
“Perkembangan Sumber Ilmu Dan Kebenaran Ilmiah “. Tujuan utama dari
penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Ilmu
Pengetahuan.

Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan dan


dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pemakalah ingin mengucapkan
terimakasih kepada Dosen Pengantar Islam dan Ilmu Pengetahuan yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini, tidak lupa juga teman-
teman yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, sumbangan pemikiran dan masukan yang bersifat membangun dari
semua pihak sangat pemakalah harapkan guna kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini besar manfaatnya untuk kita semua.

Sawangan, 29 September 2020

Penulis
Daftar isi

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Akal Dan Hati Sebagai Sumber Ilmu


Sumber pengetahuan adalah tanda-tanda yang ada di dalam alam semesta, yang
ada dalam diri manusia sendiri, dalam sejarah, atau dalam berbagai peristiwa sosial dan
berbagai aspek bangsa dan masyarakat, dalam akal atau prinsip-prinsip yang sudah jelas
dan di dalam hati.
Sumber-sumber ilmu pengetahuan itu secara garis besar ada tiga, yaitu alam semesta
(alam fisik), Alam akal (nalar) dan Hati (intuisi dan ilham).

1. Alam Semesta (Alam Fisik)

Tak diragukan bahwa indra-indra lahiriah manusia merupakan alat dan sumber
pengetahuan, dan manusia mengenal objek-objek fisik dengan perantaraanya. Setiap
orang yang kehilangan salah satu dari indranya akan sirna kemampuannya dalam
mengetahui suatu realitas secara partikular. Misalnya seorang yang kehilangan indra
penglihatannya maka dia tidak akan dapat menggambarkan warna dan bentuk sesuatu
yang fisikal, dan lebih jauh lagi orang itu tidak akan mempunyai suatu konsepsi
universal tentang warna dan bentuk. Begitu pula orang yang tidak memiliki kekuatan
mendengar maka dapat dipastikan bahwa dia tidak mampu mengkonstruksi suatu
pemahaman tentang suara dan bunyi dalam pikirannya.

Benda-benda materi adalah realitas-realitas yang pasti sirna, punah, tidak hakiki,
dan tidak abadi. Oleh karena itu, yang hakiki dan prinsipil hanyalah perkara-perkara
kognitif dan yang menjadi sumber ilmu dan pengetahuan adalah daya akal dan
argumen-argumen rasional.
Akan tetapi, filosof-filosof Islam beranggapan bahwa indra-indra lahiriah tetap
bernilai sebagai sumber pengetahuan. Mereka memandang bahwa peran indra-indra
itu hanyalah berkisar seputar konsep-konsep yang berhubungan dengan objek-objek
fisik seperti manusia, pohon, warna, bentuk, dan kuantitas. Indra-indra tak berkaitan
dengan semua konsep-konsep yang mungkin dimiliki dan diketahui oleh manusia,
bahkan terdapat realitas-realitas yang sama sekali tidak terdeteksi dan terjangkau oleh
4
indra-indra lahiriah dan hanya dapat dicapai oleh daya-daya pencerapan lain yang ada
pada diri manusia.

Manusia sebagai wujud yang materi, maka selama di alam materi ini ia tidak akan
lepas dari hubungannya dengan materi secara interaktif. Hubungan manusia dengan
materi , menuntutnya untuk menggunakan alat yang sifatnya materi pula, yakni indra,
karena sesuatu yang materi tidak bisa diubah menjadi yang tidak materi . Contoh
yang paling nyata dari hubungan dengan materi dengan cara yang sifatnya materi pula
adalah aktivitas keseharian manusia di dunia ini, seperti makan, minum, dan lain
sebagianya. Dengan demikian, alam semesta yang materi merupakan sumber
pengetahuan yang paling awal dan indra merupakan alat untuk mendapatkan
pengetahuan dari alam fisik ini.

Pengetahuan yang bersumber dari indra-indra lahiriah seperti hasil dari melihat,
mendengar, meraba, mencium, dan merasa adalah suatu jenis pengenalan dan
pemahaman yang bersifat lahiriah, permukaan, dan tidak mendalam. Berhubungan
dengan alat dan sumber pengetahuan ini tidak terdapat perbedaan antara manusia dan
hewan, karena keduanya sama-sama dapat melihat, mencium, merasa, dan
mendengar, bahkan pada sebagian binatang mempunyai indra yang sangat kuat dan
tajam dibanding manusia.

Tanpa indra manusia tidak dapat mengetahui alam fisik. Pengetahuan indrawi
bersifat parsial, disebabkan oleh adanya perbedaan antara indra yang satu dengan
yang lainnya. Masing-masing indra menangkap objek atau sesuatu yang berbeda
menurut perbedaan indra dan terbatas pada sensibilitas organ-organ tertentu, oleh
karena itu, secara objektif, pengetahuan yang ditangkap satu indra saja, tidak dapat
dipandang sebagai pengetahuan yang utuh . Namun pengetahuan indrawi menjadi
sangat penting karena bertindak sebagai pintu gerbang pertama menuju pengetahuan
yang lebih utuh.

2. Alam Akal (Nalar)

Kaum Rasionalis, selain alam semesta atau alam fisik, meyakini bahwa akal
merupakan sumber pengetahuan yang kedua dan sekaligus juga sebagai alat
5
pengetahuan. Mereka menganggap akal-lah yang sebenarnya menjadi alat
pengetahuan sedangkan indra hanya pembantu saja. Indra hanya merekam atau
memotret realita yanng berkaitan dengannya, namun yang menyimpan dan mengolah
adalah akal. Karena kata mereka, indra saja tanpa akal tidak ada artinya, dan untuk
meng-generalisasi-kan indra juga dibutuhkan akal.

Alam akal digolongkan sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan karena

a. Dalam pemikiran, Akal menarik kesimpulan. Yang dimaksud dengan menarik


kesimpulan adalah mengambil sebuah hukum atas sebuah kasus tertentu dari
hukum yang general. Aktivitas ini dalam istilah logika disebut silogisme kategoris
demonstratif.

b. Mengetahui konsep-konsep yang general. Mengatakan bahwa pengetahuan akal


tentang konsep yang general melalui tiga tahapan, yaitu persentuhan indra dengan
materi, perekaman ke dalam benak, dan penyimpulan.

c. Pengelompokkan Wujud. Akal mempunyai kemampuan mengelompokkan segala


yang ada di alam realita ke beberapa kelompok, misalnya realita-realita yang
dikelompokkan ke dalam substansi, apakah benda itu bersifat cair atau keras, dan
lain sebagainya.Pemilahan dan Penguraian.

d. Akal dapat menggabungan dan dapat menyusun. Akal juga dapat memilah dan
menguraikan.

e. Kreativitas. Dalam hal ini, akal dapat bersifat membangun dan mengeluarkan
pendapat atau pemikiran dalam mengefisiankan sesuatu.

Sebagian konsepsi-konsepsi dan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki oleh


manusia tidak mungkin bersumber dari indra dan empiris, melainkan hanya dapat
diperoleh dengan perantaraan akal dan rasio, seperti konsepsi-konsepsi tentang
Tuhan, jiwa, dan yang sejenisnya. Menurut Imam Khomeni, manusia secara fitri
bersandar pada argumentasi akal dan demonstrasi rasional, yakni fitrah manusia
tunduk pada dalil dan burhan akal. Itulah fitrah yang dikhususkan bagi manusia dan
tidak ada perubahan dalam penciptaan Tuhan.
6
Al-Ghazali mengatakan, bahwa akal juga termasuk sumber ilmu pengetahuan
sekaligus sebagai alat mencapai pengetahuan,. Akal itu sebagai kekuatan fitri
sehingga membuat manusia lebih tinngi dibandingkan dengan hewan. Diperjelas
dalam karyanya Ihya ‘Ulum Ad-din bahwa yang menjadi jiwa rasional adalah akal .
Sama halnya menurut Immanuel Kant bahwa Akal mengucapkan putusan-putusan.
Artinya, akal menyimpulkan yang ditangkap oleh indra, bagaimanakah sifat, bentuk,
kandungan dan proses yang ada pada objek atau sesuatu yang ditangkap oleh indra
tersebut .

3. Hati (Intuisi dan Ilham)


Kaum empiris memandang bahwa sesuatu yang inmateri adalah tidak ada, maka
pengetahuan tentang inmateri tidak mungkin ada. Sebaliknya kaum Ilahi ( theosofi)
yang meyakini bahwa ada sesuatu hal yang lebih luas dari sekedar materi, mereka
meyakini keberadaan hal-hal yang inmateri. Pengetahuan tentangnya tidak mungkin
lewat indra tetapi lewat akal dan hati. Hati dapat merasakan sesuatu hal lain yang
bukan bersifat materi, tetapi merasakan apa yang sebenarnya terjadi dalam dirinya
sendiri seperti rasa sakit, rasa lapar, dan sebagainya. Seperti yang tertulis di batu
nisan kant, bahwa “Ada dua hal yang sangat mengundang decak kagum manusia,
yaitu langit berbintang di atas kepala kita, dan hati nurani di dalam diri kita . Intinya,
Kant sendiri meyakini bahwa yang merupakan sumber ilmu pengetahuan selain alam
semesta adalah hati. Menurut Henry Bergson, Intuisi adalah semacam kekuatan
rohani atau tenaga rohani untuk menyelami hakikat segala kenyataan yang tentunya
telah mendapat kesadaran diri .

7
B. Ilmu Dan Kebenaran
Dasar ilmu merupakan suatu pengetahuan yang sistematis dan terorganisasi serta
diperlukan adanya kegiatan berpikir ilmiah.
1. Sarana berpikir ilmiah
a. Bahasa
Bahasa merupakan media manusia untuk berkomunikasi dengan sesama.
Ada dua jenis bahasa yang sering digunakan manusia untuk berkomunikasi, yaitu
verbal dan non-verbal. Kedua jenis bahasa ini tentu saja memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.
Bahasa verbal mempunyai kelebihan bahwa media komunikasi ini lebih
interaktif, dapat berkomunikasi secara bersamaan, dapat langsung memberi
tanggapan, serta lebih cepat dan lebih banyak ide yang tersampaikan. Namun
bahasa verbal tetap saja mempunyai banyak kekurangan seperti kurang
menggambarkan ide secara mendalam dan komperhensif, kemampuan seseorang
dalam menyampaikan pesan berbeda-beda, serta periodisitas bahan verbal tidak
bisa bertahan lama.

Kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi dengan bahasa non-verbal


yang memiliki kelebihan seperti menyampaikan ide secara mendalam dan
komperhensif serta penulisan atau penyampaian yang dilakukan dapat dipikiran
berulang kali mengenai ide serta gagasannya.

b. Logika
Logika merupakan salah satu bentuk ilmu pengetahuan yang terfokus
kepada berpikir. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan
masuk akal (Rapar, 1985). Dengan kata lain, logika digunakan untuk melakukan
suatu pembuktian. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filsafat,
tetapi juga bisa dianggap cabang matematika.

Secara umum logika dibedakan menjadi 2 macam, yaitu logika alamiah :


adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum
dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan yang subyektif. Dan

8
logika ilmiah yang digunakan untuk memperhalus, mempertajam akal pikiran,
serta akal budi. Dengan adanya logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja
dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman (Lanur, 1983).

Singkat kata, logika bermanfaat sebagai penalaran ilmiah. Proses


penalaran ilmiah ini dapat melalui metode deduktif dan induktif.

2. Matematika

Matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur


abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika. Matematika
berperan penting dalam proses penalaran deduksi. Pembuktian melalui deduksi
adalah proses berpikir yang menggunakan argument atau premis-premis yang ada
dan dianggap benar menuju pada kesimpulan.

3. Statistika

Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan,


mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data.

4. Kebenaran
Ilmu dapat berkembang apabila ada kegiatan berpikir ilmiah, sebab
dengan berpikir ilmiah inilah hampir semua fakta, hipotesis, premis, dan argumen
semuanya akan diuji dan diteliti secara ilmiah untuk kemudian diambil suatu
kesimpulan yang juga harus teruji kebenarannya. Jadi, kebenaran disini adalah
suatu hasil dari proses penelitian.

Pada umumnya suatu kebenaran dapat diterima karena 3 alasan, yaitu:

1) Adanya koheran/konsisten, maksudnya adalah bahwa suatu pernyataan


dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren dengan pernyataan
sebelumnya yang dianggap dan diyakini benar.

2) Adanya koresponden, maksudnya adalah bahwa suatu pernyataan dapat


dianggap benar jika materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan

9
tersebut berhubungan atau mempunyai koresponden dengan objek yang dituju
oleh pernyataan tersebut.

3) Pragmatis, maksudnya adalah bahwa pernyataan dipercayai benar karena


pernyataan tersebut mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis.

a. Penemuan kebenaran secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan adalah penemuan yang berlangsung


tanpa disengaja. Royston (1989) membagi penemuan yang secara kebetulan ini
menjadi dua, yaitu serendipity dan pseudoserendipity. Penemuan yang termasuk
serendipity merupakan penemuan yang murni karena ketidaksengajaan, penemuan
atas hal-hal yang sebenarnya tidak sedang dicari, baik ketika sedang mencari
sesuatu ataupun tidak sedang mencari sesuatu. Sedangkan pseudoserendipity
merupakan penemuan yang tidak disengaja atas sesuatu yang sedang dicari.

b. Penemuan kebenaran secara akal sehat

Akal sehat merupakan serangkaian konsep dan bagan konseptual yang


memuaskan untuk dapat digunakan secara praktis bagi kemanusiaan. Penemuan
berdasarkan akal sehat seringkali menjurus pada prasangka dan kurang objektif.

c. Penemuan kebenaran secara intuitif

Dalam pendekatan intuitif orang menentukan pendapat mengenai sesuatu


berdasar atas pengetahuan yang langsung atau didapat dengan cepat melalui
proses yang tak disadari atau yang tidak dipikirkan terlebih dahulu. Dalam cara
ini tidak terdapat langkah yang sistematik dan terkendali. Dalil-dalil seseorang
yang cocok dengan penalaran, belum tentu cocok dengan pengalaman atau data
empiris.

d. Penemuan kebenaran secara trial and error

Secara umum metode ini dapat dilakukan melalui dua macam pendekatan,
yaitu:

10
 Bricolage, yaitu seseorang memilih salah satu jawaban pemecah
masalah, mengaplikasikannya, dan apabila gagal harus memilih
jawaban lainnya yang harus diaplikasikan kembali pada masalah yang
dihadapi.

 A priori, yaitu seseorang memilih jawaban atau pilihan yang memang


paling sering diaplikasikan oleh orang lain dalam memecahkan masalah
serupa, kemudian diikuti oleh pilihan berikutnya.

e. Penemuan kebenaran secara spekulasi

Cara ini mirip dengan cara trial and error. Namun tetap mempunyai
perbedaan. Metode ini yaitu seseorang yang berspekulasi atas kemungkinan yang
dipilihnya itu dengan dipandu oleh “kira-kira”. Oleh karena itu, kemungkinan
gagal akan lebih besar daripada keberhasilannya.

C. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan
berdasarkan bukti fisis yang ada dan sangat jelas. Cara untuk memperoleh pengetahuan
atau kebenaran pada metode ilmiah haruslah diatur oleh pertimbangan-pertimbangan
yang logis (McCleary, 1998). Terdapat 6 kriteria metode ilmiah, yaitu:

1. Berdasarkan data dan fakta

2. Tidak ada prasangka

3. Terdapat analisis

4. Terdapat hipotesis

5. Objektif

6. Menggunakan teknik kuantifikasi

Secara singkat metode ilmiah mempunyai kerangka sebagai berikut:

11
Merumuskan masalah: Berdasarkan
Deduksi
pengalaman/teori/dogma yang bersifat umum

Hipotesis Dugaan yang ditarik berdasar teori/dogma/pengalaman

Proses pembuktian hipotesis: Mengumpulkan, menganalisa


Verifikasi
dan menginterpretasi data

Membuat Kesimpulan: Hasil penelitian disusun dalam


Induksi
suatu teori yang umum

D. Penelitian Ilmiah
Penelitian merupakan studi atau penyelidikan yang dilakukan secara hati-hati, sistematis,
sabar dalam satu bidang pengetahuan, yang dilakukan untuk menemukan fakta atau
prinsip (Grinnel, 1993). Berikut ini proses dalam penelitian:

 Pengumpulan informasi/data

 Observasi secara sistematis

 Analisis informasi/data

 Interpretasi informasi/data

 Pemecahan masalah

1. Karakteristik penelitian

Suatu penelitian harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu bahwa kegiatan tersebut
harus sedapatvmungkin terkontrol, akurat dan hati-hati, sistematis, valid dan dapat
dibuktikan, empiris, dan kritis (Kumar, 2005).

2. Jenis-jenis penelitian

a. Hasil yang diperoleh


12
1) Penelitian dasar, merupakan penelitian yang melibatkan pengembangan dan
pengujian teori, konsep atau hipotesis yang secara ilmiah sangat menantang
intelektualitas peneliti, namun boleh jadi tidak dapat diaplikasikan untuk saat
ini maupun masa datang.

2) Penelitian terapan, merupakan penelitian yang melibatkan teknik, prosedur,


metode berdasarkan konsep maupun teori yang sudah terbukti kebenarannya
dan diaplikasikan untuk menghasilkan produk atau kesimpulan lain yang
dapat digunakan untuk keperluan lainnya.

b. Objektif

1) Penelitian survey

2) Penelitian deskriptif

3) Penelitian eksploratif

4) Penelitian korelasi

5) Penelitian eksplanasi

6) Penelitian evaluasi

7) Penelitian prediksi

8) Grounded research

c. Bidang penelitian

Berdasarkan bidang yang dikaji, penelitian dibedakan menjadi 2 yaitu


penelitian sosial dan eksakta. Penelitian bidang sosial secara khusus meneliti
segala hal dalam ilmu-ilmu bidang sosial. Sedangkan eksakta secara khusus
meneliti fenomena yang terkait dengan sains dan teknologi.

d. Tempat penelitian

13
1) Penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan langsung di lapangan.
Keuntungan dilakukannya jenis penelitian ini adalah bahwa peneliti dapat
memperoleh data sedekat mungkin dengan dunia nyata, sehingga diharapkan
pengguna hasil penelitian dapat memanfaatkan hasil dengan sebaik mungkin
dan memperoleh informasi yang selalu terkini.

2) Penelitian kepustakaan, biasanya penelitian jenis ini berhubungan dengan


studi pustaka yang memerlukan banyak informasi dari penelitian terdahulu.

3) Penelitian laboratorium, banyak berhubungan dengan penelitian bidang


eksakta (sains dan rekayasa).

e. Teknik yang digunakan

1) Penelitian survey

2) Penelitian percobaan (research)

f. Keilmiahan

1) Penelitian ilmiah, penelitian yang dilakukan dengan pertimbangan logis dan


menggunakan kaidah-kaidah ilmiah. Secara umum ada empat karakteristik
penelitian ilmiah, yaitu: sistematik, logis, empirik dan replikatif.

2) Penelitian non-ilmiah penelitian yang dilakukan tanpa kaidah-kaidah ilmiah.

g. Bidang garapan

Biasanya metode penelitian yang digunakan juga bervariasi sesuai dengan bidang
garapannya.

h. Tipe penyelidikan

1) Kualitatif

2) Kuantitatif

14
3. Tujuan Penelitian

a. Observasi: semua kejadian di alam semesta mempunyai alasan dibelakangnya,


dan alasan dilakukannya penelitian adalah untuk memahami dan mengevaluasi
mengapa hal tersebut terjadi.

b. Eksploratif: sifat manusia juga menuntut manusia untuk dapat menemukan


sesuatu yang baru dalam suatu bidang tertentu.

c. Verifikatif: yaitu menguji kebenaran sesuatu yang pernah disampaikan atau


pernah ditulis pada suatu bidang tertentu.

d. Pengembangan: yaitu untuk mengembangkan suatu konsep dari suatu teori atau
kebenaran yang telah ada sebelumnya.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sumber Ilmu pengetahuan secara garis besar itu meliputi alam semesta dengan
melalui alat yang dinamakan indra, Alam akal atau imajinasi juga merupakan sumber
ilmu pengetahuan dengan alat pencapaiannya yakni akal. Tetapi yang lebih tinggi dari
semuanya adalah wahyu dan ilham atau dapat dikatakan hati.
Akal adalah potensi berharga yang diberikan Allah SWT hanya kepada manusia,
anugerah tersebut diberikan Allah SWT untuk membekali manusia yang mengemban
misi penting menjadi khalifah fil ardi, dengan kata lain manusia sebagai duta kecil Allah
SWT.
Akal melambangkan kekuatan manusia. Karena akallah manusia mempunyai
kesanggupan untuk memenaklukan kekuatan mahkluk lain di sekitarnya. Bertambah
tinggi akal manusia, bertambah tinggilah kesanggupanya untuk mengalahkan mahluk
lain. Bertambah rendah akal manusia, bertambah rendsh pulalah kesanggupanya
menghadapi kekuatan-kekuatan lain tersebut.
Salah satu fokus pemikiran Harun Nasution adalah Hubungan Antara Akal dan
Wahyu.Ia menjelaskan bahwa hubungan antara akal dan wahyu sering menimbulkan
pertanyaan, tetapi keduanya tidak bertentangan. Akal mempunyai kedudukan yang tinggi
dalam Al-Qur’an. Dalam pemikiran islam, baik dibidang filsafat, ilmu kalam apalagi ilmu
fiqh, akal tidak pernah membatalkan wahyu. Akal tetap tunduk pada wahyu.Akal dipakai
untuk memahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu. Yang bertentangan
adalah pendapat akal ulama tertentu dengan pendapat akal ulama lain

16
Daftar Pustaka

17

Anda mungkin juga menyukai