“Ilmu Pengetahuan”
Tulisan ini diajukan sebagai tugas Ujian Akhir Semester dari mata kuliah Studi Naskah Filsafat
Islam
FAKULTAS USHULUDDIN
2021 M/ 1442 H
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada hakekatnya, manusia memiliki keingintahuan pada setiap hal yang ada maupun
yang sedang terjadi disekitarnya. Sebab manyak sisi kehidupan yang menjadi pertanyaan dalam
dirinya. Oleh sebab itu, timbul pengetahuan (yang suatu saat) setelah melalui beberapa proses
yang beranjak menjadi ilmu.
Manusia diciptakan oleh Tuhan yang Maha Kuasa dengan sempurna, yaitu dilengkapi
dengan akal alat indera. Dengan akal manusia berpikir, dan denagn alat indera manusia medapat
pengetahuan. Misalnya dengan telinga, manusia mengetahui suara, dengan mata manusia
mengetahui warna. Dengan lidah, manusia mengetahui rasa (pahit, manis, kecut, asing, dan lain
sebagainya). Dengan penciuman, manusia mengetahui bau (wangi/busuk). Dengan kulit manusia
mengetahui testur (kasar/ halus). Dengan akal dan pikiran manusia memperoleh ilmu. Akal dan
pikiran memproses setiap pengetahuan yang diserap oleh indera- indera yang dimiliki manusia.
Ketika mengamati atau menilai suatu perkara, kita biasanya menggunakan kalimat-
kalimat seperti, saya mengetahuinya, saya memahaminya, saya mengenal, meyakini dan
mempercayainya. Berdasarkan realitas ini, bisa dikatakan bahwa pengetahuan itu memiliki
derajat dan tingkatan. Disamping itu, bisa jadi hal tersebut bagi seseorang adalah pengetahuan,
sementara bagi yang lainnya merupakan bukan pengetahuan. Terkadang seseorang mengakui
bahwa sesuatu itu diketahuinya dan mengenal keadaannya dengan baik, namun, pada hakikatnya,
ia salah memahaminya dan ketika ia berhadapan dengan seseorang yang sungguh-sungguh
mengetahui realitas tersebut, barulah ia menyadari bahwa ia benar-benar tidak memahami
permasalahan tersebut sebagaimana adanya.
Untuk mengetahui sebuah hal atau perkara secara mendalam, maka dibutuhkan ilmu atau
cabang ilmu yang mengkaji secara spesifik tentang sebuah objek. Namun, sebelum sampai pada
sebuah ilmu tentu dibutuhkan pengetahuan. Pengetahuan merupakan sarana untuk memperoleh,
memelihara, dan meningkatkan ilmu. Jadi ada hubungan antara ilmu dan pengetauan.
Abstrak
Pengetahuan adalah suatu hasil dari pengamatan dan juga pengalaman yang dirasakan
oleh panca indra, sehingga kita menjadi tahu, dan bagian dari pengetahuan adalah ilmu. Ilmu
adalah hasil dari proses berpikir. Pada gilirannya manusia dengan eksistensi dirinya secara
potensial untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan. Dengan menggunakan akal,
manusia dapat berfikir berfilsafat, merenungkan, mengamati, dan meneliti. Kegiatan akal
sebagaimana disebutkan, menjadi cirri khas sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling
sempurna di antara makhluk lain yang diciptakan Allah. Berfikir merupakan kegiatan yang
melekat pada eksistensi manusia. Berfikir menjadi aktivitas manusia yang hidup dalam
menyadari eksistensinya.
PEMBAHASAN
Pengertian Ilmu
Secara etimologi ilmu berasal dari bahasa arab ilm yang berarti memahami, mengerti,
atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami
suatu pengetahuan. Misalnya ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan
sebagainya
Dan menurut kamus, science is the systematic study of the nature and behaviour of the
material and physical universe, based on observation, experiment, and measurement, and the
formulation of laws to describe these facts in general terms (the free Dictionary).
Secara etimologi, pengetahuan berasal dari bahasa inggris knowledge yang berarti
pemgetahuan. Berdasarkan the encyclopedia of phylosophy, Edwards, Paul (1972) Pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (Knowledge is justified true belief).
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan
penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telingan. Dalam wikipedia dijelaskan; Pengetahuan adalah
informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk,
tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara
Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Ilmu, merupakan sebuah penelitian. Ada beberapa hal yang telah diteliti seseorang terkait
tentang ‘ilmu’yakni : (1 )ilmu itu tidak selalu terikat oleh materi. (2) Beberapa bercampur dengan
materi, namun campuran itu sudah ada penyebab awalnya. (3) Di dalamnya mengandung
kausalitas dan persatuan. Terkadang ilmu juga terdiri dari materi yang tidak perlu cara untuk
realisasinya, artinya sudah nyata yang sedemikian rupa tanpa harus menunjukkan dengan cara
lagi. (4) Beberapa diantaranya menunjukkan sebuah benda-benda, misalnya gerak dan istirahat.
Apa yang diteliti dalam ilmu ini, bukan semata-mata menjelaskan keadaan dalam materi.
Tetapi, hanyalah penunjukan keberadaan yang menjadi milik mereka (ilmu). Jadi, jika
pembagian terakhir ini diambilkan dengan pengertian yang lain, hakikatnya memiliki fakta yang
sama bahwa cara penyelidikan yang berkaitan dengan mereka menuju kearah keberadaannya
yang samar. Kasus ini sama seperti dalam ilmu matematika, dimana beberapa waktu ditentukan
oleh materi. Tetapi diwaktu yang lain mode penyelidikan dan penyelidikan teoritis tentang itu
akan mengarah pada suatu ide yang tidak ditentukan oleh materi.
Ilmu terbagi atas sesuatu yang sama dengan beberapa argumen dialektis dan sofistik.
Dalam satu hal berbeda dari keduanya, dalam hal lain berbeda atas masing-masingnya (terpisah).
karenadisatu sisi memiliki kesamaan antar keduanya, hal ini disebabkan karena yang diteliti
dalam ilmu ini adalah (sesuatu) yang eksponen. Mengenai perbedaannya dari keduanya, pertama
karena ahli metafisika tidak membahas masalah-masalah ilmu-ilmu tertentu, sedangkan yang lain
membahas keduanya. Kedua mengenai perbedaan khusus sains ini dari dialektika, perbedaannya
ada pada kekuatan.Karena diskusi dialektis menghasilkan opini (bukan kepastian), seperti yang
telah dipelajari dalam senilogika.Adapun perbedaannya dari sofistri, adalah dalam istilah
hasrat.Ini karena ahlimetafisika menginginkan kebenaran.Sedangkan sofis ingin dianggap
sebagai orang bijak yang mengutarakan kebenaran, padahal dia bukan orang bijak.
Manfaat ilmu
Manusia berpikir karena memiliki akal. Manusia memiliki kemampuan untuk membuat
dan mengambil keputusan hal inilah yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Manusia dapat
mengambil keputusan terletak pada kemampuan manusia untuk berpikir dan bernalar, sedangkan
kemampuan berpikir dan bernalar itu dimungkinkan pada manusia karena ia memiliki susunan
otak yang paling sederhana dibanding dengan otak berbagai Jenis makhlik hidup lainnya.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang baru. Apa yang disebut
benar bagi tiap orang adalah tidak sama, maka kegiatan berpikir untuk menghasilkan
pengetahuan yang benar itupun berbeda-beda karena masing-masing mempunyai yang disebut
dengan criteria kebenaran yang merupakan suatu proses penemuan kebenaran tersebut. Manusia
berpikir dan bernalar untuk mengumpulkan pengetahuan yang tersembunyi di alam raya ini.
Proses mengumpulkan pengetahuan merupakan suatu proses belajar yang dialami manusia sejak
ia lahir hingga ke liang lahat. Kemudian pengetahuan yang dikumpulkan manusia melalui
penggunaan akalnya disusun menjadi suatu bentuk yang berpola.
Mengenai urutan – di mana ilmu ini dipelajari– itu harus dipelajari setelah ilmu alam dan
matematika. Mengenai alam (ilmu pengetahuan), hal ini karena banyak hal yang diakui dalam
ilmu ini termasuk di antara hal-hal yang dibuktikan dalam ilmu pengetahuan alam, misalnya
generasi dan korupsi, perubahan, tempat, waktu, hubungan setiap benda yang dipindahkan oleh
penggerak, penghentian semua benda yang dipindahkan dengan penggerak pertama, dan lain
sebagainya. Selain itu ada ilmu matematika. Seorang penanya mungkin bertanya dan berkata:
"Jika prinsip-prinsip dalam ilmu alam dan matematika hanya didemonstrasikan dalam ilmu ini
dan jika pertanyaan-pertanyaan dalam dua ilmu itu didemonstrasikan melalui prinsip-prinsip, dan
prinsip-prinsip itu (dua ilmu) menjadi prinsip untuk ilmu [metafisik] ini, ini akan menjadi
demonstrasi melingkar, menjadi, dalam analisis terakhir, demonstrasi sesuatu dari dirinya
sendiri. " Apa yang harus dikatakan dalam menyelesaikan keraguan ini adalah apa yang telah
dikatakan dalam Buku Demonstrasi. Dari sini, bagaimanapun, kami hanya akan membawa
ukuran yang kurang tepat untuk konteks ini. Kami bilang: Prinsip sains bukanlah prinsip semata-
mata karena semua pertanyaan bergantung padanya untuk bukti demonstratif mereka, sebenarnya
atau berpotensi, lebih tepatnya, prinsip tersebut dapat diambil dalam demonstrasi beberapa
pertanyaan ini.
Selain itu, ada kemungkinan bahwa ada pertanyaan dalam sains yang peragaannya sama
sekali tidak menggunakan sesuatu yang dikemukakan (dari ilmu lain) tetapi hanya menggunakan
premis yang tidak ada demonstrasi yang membuktikannya. Prinsip ilmu, bagaimanapun, hanya
prinsip yang benar-benar ilmiah jika penerapannya memberikan kepastian yang diperoleh dari
penyebabnya. Namun, jika tidak menjelaskan penyebabnya, maka itu hanya dikatakan sebagai
prinsip ilmu dalam cara yang berbeda; lebih tepat untuk membicarakannya sebagai sebuah
prinsip dalam arti bahwa pengertian dikatakan sebagai sebuah prinsip, di mana kedamaian
karena itu adalah indera yang hanya memberikan pengetahuan tentang keberadaan. Keraguan itu,
karenanya, dihilangkan. Karena prinsip alamiah dapat menjadi bukti dengan sendirinya atau,
didemonstrasikan dalam filsafat pertama melalui apa yang tidak ditunjukkan oleh prinsip
alamiah] sesudahnya. Namun, melalui itu, hanya pertanyaan lain yang didemonstrasikan,
sehingga apa yang merupakan premis dalam sains yang lebih tinggi untuk menghasilkan prinsip
itu diabaikan dalam hasil (sendiri) prinsip (dari kesimpulan demonstratif); tetapi yang terakhir
akan memiliki premis lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Daftar Referensi
Avicenna, The Methaphysics of The Healing, terj. Micheal E. Marmura Utah: Bringham
Young University Press, 2005