Anda di halaman 1dari 13

BAB

6 SUMBER-SUMBER ILMU PENGETAHUAN

Deskripsi Singkat Topik


Bab ini mempelajari tentang totoh-tokoh sains terkemuka dunia dan
penemuannya, diantaranya; 1) Ilmuwan Terhebat Sepanjang Masa, 2)
Ilmuwan Muslim yang Berpengaruh di Dunia Sains, 3) Ilmuwan Perempuan
yang Penemuannya Mengubah Dunia, 4) Ilmuwan Indonesia Dengan
Penemuan Sains Fenomenal, dan 5) Penghargaan Nobel yang diterima oleh
para tokoh ilmuan dunia.

Capaian Pembelajaran (CP) :

Diharapkan setelah mengikuti pembelajaran tentang tokoh-tokoh sains dan


penemuannya ini mahasiswa:
a. Mampu mengetahui tokoh-tokoh sains terkemuka dunia termasuk
Indonesia sebagai pengetahuan ilmiah, aktivitas ilmiah dan disiplin ilmu.
b. Mampu memahami dan menjelaskan penemuan-penemuan
tokoh- tokoh sains sebagai pengetahuan ilmiah, aktivitas ilmiah dan disiplin
ilmu
c. Terinsiprasi dan termotivasi dalam meningkatkan pengetahuan ilmiah,
aktivitas ilmiah dan disiplin ilmu.
RUMUSAN MASALAH
1. apa saja sumber ilmu pengetahuan alam?
2. bagaimana sikap manusia sebagai pengamat yang berfikir?
3. bagaimana interaksi antara manusia dan alam?
4. apa saja sarana berfikir ilmiah manusia ?

TUJUAN
1. untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar dasar sains
2. untuk mengetahuai sumber sumber ilmu pengetahuan alam serta berbagai
macam paradigma dalama ilmu pengetahuan
3. untuk mengetahui cara berinteraksi manusia dan alam
4. untuk mengetahuai berbagai cara berfikir ilmiah manusia
5. untuk mengetahui sikap manusia sebagai pengamat yang berfikir
PENDAHULUAN

Pada awalnya manusia tidak mempunyai pengetahuan ketika baru lahir.


Interaksinya dengan alam sekitar membuatnya ingin tahu sehingga mengajukan
pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana ? Jawaban dari pertanyaan tersebut
menghasilkan pengetahuan. Tetapi kadang mansia mengalami banyak ketidak-
pastian dengan pengetahuan yang ia terima. Pertanyaan-pertanyaan yang ada
dibenaknya semaikin kompleks, sehingga manusia terus berfikir mencari
pengetahuan.
Proses pencarian kebenaran yang dilakukan oleh beberapa tokoh telah menghasil-
kan kebenaran agama (wahyu) dan kebenaran filsafat (akal). Dalam perkembang-
annya kedua pengetahuan tersebut saling bersitegang sebagai kebenaran yang
paling esensi, paling tinggi. Perbedaan tersebut disebabkan karena sumber dari
kedua pengetahuan itu yang berbeda. Dominasi antara agama dan filsafat silih
berganti, apalagi ketika filsafat telah menghasilkan ilmu pengetahuan.
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal
budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat
atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang
baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa dan
aroma masakan tersebut.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari TAHU dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
pendidikaan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan.
Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah,
dan pikiran. Dalam komunikasi keseharian, kira sering menggunakan kalimat
seperti : “Saya terampil mengoperasikan mesin ini” , “Saya sudar terbiasa
menyelesaikan masalah itu”. “Saya menginformasikan kejadian itu”,
Pengetahuan adalah suatu keadaan yang hadir dikarenakan persentuhan kita
dengan suatu perkara. Keluasan dan kedalaman kehadiran kondisi-kondisi ini
dalam pikiran dan jiwa kita sangat bergantung pada sejaauh mana reaksi,
pertemuan, persentuhan, dan hubungan kita dengan objek-objek eksternal.
Walhasil makrifat dan pengetahuan ialah suatu keyakinan yang kita miliki yang
hadir dalam syarat-syarat tertentu dan terwujud karena terbentuknya hubungan-
hubungan khusus antara subjek (yang mengetahui) dan objek (yang diketahui)
dimana hubungan ini sama sekali tidak diragukan.
SUMBER ILMU PENGETAHUAN ALAM

1. Menurut paradigma filsafat barat

a. Idialisme
Idialisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat fisik hanya
dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Istilah idialisme
dipahami dari kata idea yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.Idialisme atau
nasionalisme menitik beratkan pada pentingnya peranan ide, kategori atau
bentuk-bentuk yang terdapat pada akal sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Plato (427-347 M), seorang bidan bagi lahirnya janin idialisme ini,
menegaskan bahwa hasil pengamatan inderawi tidak dapat memberikan
pengetahuan yang kokoh karena sifatnya yang selalu berubah-ubah. Sesuatu
yang berubah-ubah tidak dapat dipercayai kebenarannya. Karena itu suatu ilmu
pengetahuan agar dapat memberikan kebenaran yang kokoh, maka ia mesti
bersumber dari hasil pengamatan yang tepat dan tidak berubah-ubah. Hail
pengamatan yang seperti ini hanya bisa datang dari suatu alam yang tetap dan
kekal. Alam seperti inilah yang disebut oleh guru Aristoteles itu sebagai :alam
ide”, suatu alam dimana manusia sebelum ialahir telah mendapatkan ide
bawaannya. Dengan ide bawaan ini manusia dapat mengenal dan memahami
segala sesuatu sehingga lahirlah ilmu pengetahuan. Orang tinggal mengingat
kembali saja ide ide bawaan itu jika ia ingin memahami segala sesuatu. Karena
itu, Plato alam ide inilah alam realitas, sedangkan yang tampak dalam wujud
nyata alam inderawi bukanlah alam yang sesungguhnya.

b. Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirisko ,artinya pengalaman.
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya.
Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud
adalah pengalaman inderawi. Pengetahuan inderawi bersifat parsial . Itu
disebabkan oleh adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang
lainnya, berhubungan dengan sifat khas fisiologis indera dan dengan objek
yang dapat ditangkap sesuai dengannya. Masing-masing indera menangkap
aspek yang berbeda mengenai barang atau makhluk yang menjadi objeknya.
Jadi pengetahuan inderawi berada menurut perbedaan indera dan terbatas pada
sensibilitas organ-organ tertentu.
John Locke(1632-1704), bapak empiris Britania mengemukakan teori
tabula rasa (sejenis buku catatan kosong). Maksudnya ialah bahwa manusia itu
pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa
yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan. Mula-mula tangkapan indera
yang masuk itu sederhana, lama-kelamaan menjadi kompleks, lalu tersusunlah
pengetahuan berarti. Jadi, bagaimanapun kompleks pengetahuan manusia, ia
selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang tidak dapat
diamati dengan indera bukanlah pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman
indera itulah sumber pengetahuan yang benar. David Hume, salah satu tokoh
empirisme mengatakan bahwa manusia tidak membawa pengetahuan bawaan
dalam hidupnya. Sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan
memberikan dua hal, yaitu:

1) Kesan-kesan (impression)
Yang dimaksud kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima
dari pengalaman, seperti merasakan tangan terbakar.
2) Ide-ide(ideas)
Yang dimaksud dengan ide adalah gambaran tentang pengamatan yang
samar-samar yang dihasilkan dengan merenungkan kembali atau
terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari pengalaman. Jadi,
gejala-gejala alamiah menurut anggapan kaum empiris adalah bersifat
konkret dan dapat dinyatakan lewat pancaindera.

Berdasarkan teori ini, akal hanya mengelola konsep gagasan inderawi.


Kaum empiris juga menganggap akal sebagai sejenis tempat penampungan yang
secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Akal berfungsi untuk
memastikan hubungan urutan-urutan peristiwa tersebut, padahal hubungan yang
demikian itu bersifat kemungkinan belaka dan pengetahuan kita tentang hubungan
peristiwa tersebut sesungguhnya berasal dari pengalaman.
Jadi, dalam empirisme, sumber utama untuk memperoleh pengetahuan
adalah data empiris yang diperoleh dari pancaindera. Akal tidak berfungsi banyak,
kalaupun ada, itu sebatas ide yang kabur. Namun aliran ini mempunyai banyak
kelemahan, antara lain:
1. Indera terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil, apakah ia benar-benar kecil?
Ternyata tidak. Keterbatasan inderalah yang menggambarkan seperti itu. Dari
sini akan terbentuk pengetahuan yang salah.
2. Indera menipu, pada orang yang sakit malaria ,gula rasanya pahit, udara akan
terasa dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga.
3. Objek yang menipu, contohnya fatamorganadan ilusi. Jadi objek itu sebenarnya
tidak sebagaimana ia ditangkap oleh indera, ia membohongi indera.
4. Berasal dari indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini, indera(mata) tidak
mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan, dan kerbau itu juga tidak
dapat memperlihatkan badannya secara keseluruhan. Kesimpulannya ialah
empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.
c. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan.
Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia
memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme yang disebabkan kelemahan
alat indera dapat dikoreksi, seandainya akal digunakan. Rasionalisme tidak
mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan. Pengalaman
indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang
menyebabkan akal dapat bekerja, tetapi sampainya manusia kepada kebenaran
adalah semata-mata akal.
Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak
dalam ide dan bukunya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran
mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau yang menunjuk
kepada kenyataan, kebenaran hanya ada dalam pikiran kita dan hanya dapat
diperoleh dengan akal budi saja. Akal, selain berkerja karena ada bahan dari
indera, juga akal dapat menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan
bahan inderawi sama sekali, jadi akal dapat juga mengahasilkan pengetahuan
tentang objek yang betul-betul absraks.
Descartes, seorang pelopor rasionalisme berusaha menemukan suatu
kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi. Ia yakin kebenaran-kebenaran
semacam itu ada dan kebenaran tersebut dikenal dengan cahaya yang terang
dari akal budi sebagai hal-hal yang tidak dapat diragukan. Dengan demikian,
akal budi dipahamkan sebagai sejenis perantara suatu teknik deduktif yang
dengan memakai teknik tersebut dapat ditemukan kebenaran, artinya dengan
melakukan penalaran yang akhirnya tersusunlah pengetahuan
Tetapi rasionalisme juga mempunyai kelemahan, seperti mengenai kriteria
untuk mengetahui akan kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorang
adalah jelas dan dapat dipercaya tetapi menuru orang lain tidak.
Dari dua aliran tersebut ( Empirisme dan Rasionalisme) terlahirlah metode
ilmiah atau pengetahuan sains yang merupakan penggabungan dari kedua
aliran. Dalam hal ini panca indera mengumpulkan data-data, sedangkan akal
menyimpulkan berdasarkan pada prinsip-prinsip universal, kemudian disebut
universal. Tapi kebenaran yang model ini bukan kebenaran mutlak, tapi
kebenaran yang dekat pada hakikat, yaitu menurut kesanggupan tertinggi dari
akal dalam mendekati hakikat itu.

d. Kritisisme
Immanul Kant adalah peletak dasar dari aliran kritisisme. Dalam arti luas,
kritisisme merupakan sebuah epistemologi yang menempatkan akal budi sebagai
nilai yang amat tinggi tetapi akal budi memiliki keterbatasan. Oleh karena itu
Kant mencoba mendamaikan rasionalisme dengan empirisme dengan berpendapat
bahwa pengetahuan bersifat sintesis. Pengetahuan inderawi atau empirisme
merupakan sintesis dari pengamatan ruang dan waktu. Kemudian pengetahuan
akal merupakan sintesis pengetahuan. Implikasinya yang dihasilkan bukanlah
pengetahuan das ding an sich, untuk itu rasio dan akal budi memberi arah kepada
akal ketika tidak mampu mengetahuinya. Kant menyebutnya sebagai idealisme
transdental atau idealiseme kritis (Hadiwiyono, 1980, 2; 63-82).

e. Positivisme
Abad ke-19 dapat diakatakan sebagai abad positivisme – dengan tokohnya
Auguste Comte (1798-1857), karena pengaruh aliran ini demikian kuatnya dalam
dunia modern. Filsafat menjadi praktis bagi tingkah laku manusia sehingga tidak
lagi memandang penting berfikir yang bersifat abstrak (Wibisono, 1996;1).
Positivisme kata kuncinya terletak pada kata positif itu sendiri yaitu lawan
dari kahayal, merupakan sesuatu yang riil dan objek penyelidikannya didasarkan
pada kemampuan akal (Wibisono, 1996; 37). Kata positif juga lawan dari sesuatu
yang tidak bermanfaat dan disinilah terjadi progress (kemajuan). Positif juga
berarti jelas dan tepat. Disinilah diperlukan filsafat yang mampu memberi atau
mebeberkan fenomena dengan tepat dan jelas. Positif juga lawan dari kata negatif
dan ada keterkaitan selalu dengan masalah yang menuju kepada penataan atau
penertiban.
Penggolongan ilmu pengetahuan oleh Comte didasarkan kepada sejarah
ilmu itu sendiri yang menunjuk adanya gejala yang umum yang mempunyai sifat
sederhana menuju kepada gejala yang kompleks dan semakin konkret. Ilmu-ilmu
yang dimaksud adalah ilmu pasti (matematika) dan secara berturut-turut
astronomi, fisika, kimia, biologi, dan akhirnya fisika sosial atau sosiologi
(Wibisono, 1996; 25). Penggolongan tersbut mensyaratkan adanya perkembangan
ilmu yang lambat dan cepat. Yang paling cepat perkembangannya adalah yang
sederhana dan umum objeknya. Dan ada yang paling lambat perkembangannya
adalah yang paling kompleks objek permasalahannya, misalnya fisika sosial.
Sejarah manusia berkembang menurut tiga tahap yaitu tahap teologi atau
fiktif, tahap metafisik atau abstrak, dan tahap positif atau riil (Wibisono, 1996;
11). Tahap teologi atau fiktif merupakan tahap dimana manusia menggambarkan
fenomena alam sebagai produk dari tindakan langsung, hal yang berifat
supranatural. Pada tahap ini manusia mencari dan menemukan sebab yang
pertama dan tujuan akhir segala sesuatu yang ada dengan selalu
mengkontekstualisasikan dengan hal yang sifatnya mutlak.
Tahap metafisik merupakan tahap dimana kekuatan-kekuatan supranatural
digantikan oleh kekuatan yang bersifat abstrak, yang dipercaya mampu
mengungkapkan rahasia fenomena yang dapat diamati. Dogma-dogma telah
ditinggalkan dan kemampuan akal budi manusia dikembangkan secara maksimal
sehingga kekuatan yang bersifat magis digantikan dengan analisis berfikir untuk
membedakan yang natural dan supranatural, yang fisik dan metafisik sehingga
manusia berperan sebagai subjek yang berjarak dengan objek. Comte
menggambarkan sebagai tahap perkembangan manusia dari sifat ketergantungan
menuju sifat mandiri atau dewasa. Tahap ini merupakan masa peralihan yang
penuh konflik dan merupakan tahap yang menentukan menuju tahap positivisme.
Tahap ketiga adalah postivisme yaitu orang mulai menoleh, mencari
sebab-sebab terakhir dari kejadian alam, kemudian berubah kepada penemuan
hukum-hukum yang menyelimuti dengan menggunakan pengamatan dan
pemikiran. Tahap ini merupakan tahap science dengan tugas pokok memprediksi
fenomena alam dalam rangka memanfaatkannya. Manusia telah sampai pada
pengetahuan yang positif yang dapat dicapai melalui observasi, eksperimen,
komparasi dan hukum-hukum umum. Pengetahuan yang demikian menunjuk pada
pengetahuan yang pasti, riil, jelas dan bermanfaat.
Comte dengan ilmu pengetahuan positifnya, yang pada tahap akhir
perkembangan akal budi manusia menjadi pedoman hidup dan landasan kultural,
institusional dan kenegaraan untuk menuju masyarakat yang maju dan tertib,
merdeka dan sejahtera. Bangunan ilmu pengetahuan positif itu adalah sebagai
berikut.
Asumsi pertama, ilmu pengetahuan harus bersifat objektif (bebas nilai dan
netral). Objektivitas pengetahuan berlangsung dari dua pihak, pihak subjek dan
objek. Pada pihak subjek seorang ilmuwan tidak boleh membiarkan dirinya
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam dirinya sendiri misalnya
sentimen, penilaian etnis, kepentingan pribadi atau kelompok, kepercayaan
agama, filsafat dan lain sebagainya yang bisa mempengaruhi objektivitas dari
objek yang sedang diamati. Pada pihak objek, aspek-aspek dan dimensi-dimensi
lain yang tidak bisa diukur dalam observasi misalnya roh atau jiwa, tidak dapat
ditolerir keberadannya. Laporan atau teori-teori ilmiah hanya menjelaskan fakta-
fakta dan kejadian-kejadian yang dapat diobservasi saja.
Asumsi kedua, ilmu pengetahuan hanya berurusan dengan hal-hal yang
berulangkali terjadi. Andaikata ilmu pengetahuan hanya diarahkan kepada hal-hal
unik, yang hanya sekali saja terjadi, maka pengetahuan itu tidak dapat membantu
kita untuk meramalkan atau memastikan hal-hal yang akan terjadi. Padahal
ramalan atau prediksi merupakan suatu tujuan terpenting ilmu pengetahuan.
Asumsi ketiga, ilmu pengetahuan menyoroti setiap fenomena atau
kejadian alam dari saling ketergantungan antar hubungannya dengan fenomena-
fenomena lain. Mereka diandaikan saling berhubungan satu sama lain dan
membentuk suatu sistem yang bersifat mekanis. Perhatian ilmuwan bukan
diarahkan kepada hakekat dari gejala-gejala melainkan pada relasi-relasi luar
khususnya relasi sebab akibat, antara benda-benda, gejala-gejala atau kejadian-
kejadian.
Usaha Comte untuk merumuskan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat
positif, objektif, ilmiah, dan universal pada akhirnya membawa dirinya pada ilmu
pasti, dan studinya yang mendalam tentang hal ini mendorong dia pada
kesimpulan bahwa ilmu pasti mempunyai tingkat kebenaran yang tertinggi, bebas
dari penilaian-penilaian subjektif dan berlaku universal. Oleh sebab itu suatu
penjelasan tentang fenomena tanpa disertai dengan pertimbangan ilmu pasti
(matematika dan statistika) adalah non-sense belaka. Tanpa ilmu pasti ilmu
pengetahuan akan kembali menjadi metafisika.

2. Menurut Saintis Islam

Alam ini merupakan sumber pengetahuan yang terbuka luas bagi setiap manusia.
Alam yang memiliki hukum yang pasti dan konstan akan membentuk pengetahuan
manusia. Karena hukum alam itulah manusia secara bertahap dapat mengendalikan alam
dan mengadakan perkembangan melalui eksperimen dan riset secara berulang. Berbagai
persoalan yang berkaitan dengan struktur, kondisi dan kualitas alam, secara bertahap
dapat dikuasai dan diatasi manusia.
Hukum alam dan Al-Qur’an bersumber dari sumber yang sama, yakni Allah
SWT. Oleh karena itu, alam mempunyai kaitan erat dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Diantara
kaitan tersebut, Al-Qur’an memberikan informasi tentang keadaan alam pada masa yang
akan datang. Yang belum bisa diramalkan oleh ilmu pengetahuan. Al-Qur’an juga
memberikan informasi peristiwa masa lampau yanghanya diketahui oleh kalangan yang
sangat terbatas. Terkadang Al-Qur’an mempertegas penemuan para ahli para ahli dan
terkadang memberi isyarat untuk dilakukan penyelidikan secara akurat, Al-Qur’an juga
memberikan motivasi kepada para ilmuwan untuk melakukan kajian atau pembahasan
suatu persoalan dan memerintahkan agar mendiamkannya ( tawakuf ) serta menyerahkan
segala urusan kepada Allah SWT. Ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui kajian dan
penelitian terhadap alam ini pada akhirnya akan menunjukkan kebesaran Yang Maha
Pencipta, yaitu Allah SWT.

a. Manusia Sebagai Pengamat Yang Berfikir

Berfikir dan pengetahuan merupakan dua hal yang menjadi ciri keutamaan
manusia, tanpa pengetahuan manusia akan sulit berfikir dan tanpa berfikir
pengetahuan lebih lanjut tidak mungkin dapat dicapai, oleh karena itu nampaknya
berfikir dan pengetahuan mempunyai hubungan yang sifatnya siklikal.
Gerak sirkuler antara berfikir dan pengetahuan akan terus membesar mengingat
pengetahuan pada dasarnya bersifat akumulatit, semakin banyak pengetahuan
yang dimiliki seseorang semakin rumit aktivitas berfikir, demikian juga semakin
rumit aktivitas berfikir semakin kaya akumulasi pengetahuan. Semakin akumulatif
pengetahuan manusia semakin rumit, namun semakin memungkinkan untuk
melihat pola umum serta mensistimatisirnya dalam suatu kerangka tertentu,
sehingga lahirlah pengetahuan ilmiah (ilmu), disamping itu terdapat pula orang-
orang yang tidak hanya puas dengan mengetahui, mereka ini mencoba
memikirkan hakekat dan kebenaran yang diketahuinya secara radikal dan
mendalam, maka lahirlah pengetahuan filsafat, oleh karena itu berfikir dan
pengetahuan dilihat dari ciri prosesnya dapat dibagi ke dalam :
 Berfikir biasa dan sederhana menghasilkan pengetahuan biasa (pengetahuan
eksistensial)
 Berfikir sistematis faktual tentang objek tertentu menghasilkan pengetahuan
ilmiah (ilmu)
 Berfikir radikal tentang hakekat sesuatu menghasilkan pengetahuan filosofis
(filsafat)
Semua jenis berfikir dan pengetahuan tersebut di atas mempunyai poisisi dan
manfaatnya masing-masing, perbedaan hanyalah bersifat gradual, sebab semuanya
tetap merupakan sifat yang inheren dengan manusia. Sifat inheren berfikir dan
berpengetahuan pada manusia telah menjadi pendorong bagi upaya-upaya untuk
lebih memahami kaidah-kaidah berfikir benar (logika), dan semua ini makin
memerlukan keakhlian, sehingga makin rumit tingkatan berfikir dan pengetahuan
makin sedikit yang mempunyai kemampuan tersebut, namun serendah apapun
gradasi berpikir dan berpengetahuan yang dimiliki seseorang tetap saja mereka
bisa menggunakan akalnya untuk berfikir untuk memperoleh pengetahuan,
terutama dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan, sehingga manusia dapat
mempertahankan hidupnya (pengetahuan macam ini disebut pengetahuan
eksistensial).
Berpengetahuan merupakan syarat mutlak bagi manusia untuk mempertahankan
hidupnya, dan untuk itu dalam diri manusia telah terdapat akal yang dapat
dipergunakan berfikir untuk lebih mendalami dan memperluas pengetahuan.
Paling tidak terdapat dua alasan mengapa manusia memerlukan pengetahuan/ilmu
yaitu:
1. manusia tidak bisa hidup dalam alam yang belum terolah, sementara
binatang siap hidup di alam asli dengan berbagai kemampuan bawaannya.
2. manusia merupakan makhluk yang selalu bertanya baik implisit maupun
eksplisit dan kemampuan berfikir serta pengetahuan merupakan sarana untuk
menjawabnya.
Dengan demikian berfikir dan pengetahuan bagi manusia merupakan instrumen
penting untuk mengatasi berbagai persoalah yang dihadapi dalam hidupnya di
dunia, tanpa itu mungkin yang akan terlihat hanya kemusnahan manusia (meski
kenyataan menunjukan bahwa dengan berfikir dan pengetahuan manusia lebih
mampu membuat kerusakan dan memusnahkan diri sendiri lebih cepat)

b. Interaksi Antara Manusia Dan Alam


Interaksi manusia dengan lingkungan alam sekitar adalah hubungan yang
terjalin antara manusia dengan lingkungannya yang melibatkan aksi dan reaksi
sehingga di dalamnya terdapat unsur saling mempengaruhi satu sama lain.
Terdapat 2 kelompok dalam interaksi antara manusia dengan alam yaitu:
1. Interaksi yang menyesuaikan diri dengan alam.
Manusia berinteraksi dengan lingkungan alam contohnya seperti hidup
dekat dengan alam sebab alam menjadi sumber makanan manusia. Selain
itu, contoh selanjutnya adalah manusia berccok tanam melihat musim
penghujan. Bahkan bagi pelaut atau yang dekat daerah pesisir pantai
kebanyakan mengkonsumsi ikan, dan akan berinteraksi dengan alam
sekitarnya karena manusia di daerah pesisir pantai akan berlayar dengan
melihat keadaan cuaca.
2. Interaksi yang mendominasi alam
Melalui kemajuan pengetahuan dan teknologi, manusia dapat mengambil
sumber daya alam bahkan memodifikasi cuaca dan membuat hujan buatan.

Berdasarkan dari keterangan di atas, adapun contoh-contoh interaksi


manusia dengan alam sekitar yaitu :
a) Manusia melakukan bercocok tanam yang hasilnya akan mendapatkan
sayuran dan buah-buahan
b) Manusia berinteraksi dengan lingkungan alam sekitar dengan menjadi
nelayan yang hasilnya bisa mendapatkan berbagai jenis ikan
c) Manusia menanam bibit karang di laut yang hasilnya akan mebuat ikan
berkumpul dan berkembang biak
d) Manusia memelihara hewan ternak sapi untuk mendapatkan susu dan
daging
e) Manusia menanam pohon bakau di pantai agar terhindar dari ombak
f) Petani mengeringkan padi di sinar matahari
g) Memperbaiki irigasi sawah dan membersihkannya. Melalui hal ini, akan
membuat sawah tidak kekurangan air dan tidak gagal panen
h) Nelayan akan berinteraksi dengan melihat cuaca apabila ingin berlayar
i) Membersihkan lingkungan alam sekitar contohnya lingkungan rumah
yakni membersihkan got agar terhindr dari penyakit dan memberikan
udara sejuk di sekitar rumah
j) Menghindari penggunaan kendaraan apabila jaraknya dekat sebab bisa
mengurangi polusi lingkungan dan memberikan udara segar
k) Menjaga kesuburan tanahagar nantinya bisa digunakan untuk memberi
makan pada hewan ternak

c. Sarana berfikir ilmiah


a). Pengertian berfikir Ilmiah
Pengertian berfikir ilmiah menurut para ahli yaitu :
- Menurut Jujun S. Suriasumantri.
Berfikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh pengetahuan
yang benar. Berfikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan
induksi dan deduksi.
- Menurut Salam ( 1997 : 139 )
Berfikir ilmiah merupakan proses atau aktivitas manusia untuk
menemukan dan mendapatkan ilmu pengetahuan.
- Menurut Eman Sulaeman
Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir atau pengembangan fikiran
yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengatahuan-
pengetahuan ilmiah yang sudah ada.
- Menurut Kartono (1996)
Berfikir ilmiah yaitu berfikir dalam hubungan yang luas dengan
pengertian yang lebih kompleks disetai pembuktian-pembuktian.
Dapat disimpulkan bahwa berfikir ilmiah adalah kegiatan otak atau akal manusia
untuk berfikir dengan tepat dan cermat untuk memperoleh pengetahuan yang
disertai dengan bukti dan fakta yang ada.

b). Sarana berfikir ilmiah


Sarana berfikir ilmiah merupakan alat bagi kegiatan ilmiah untuk
membantu langkah-langkah ilmiah mendapatkan kebenaran. Sarana berfikir
ilmiah merupakan suatu alat, yang artinya dengan alat tersebut membuat manusia
dapat berbuat sesuatu untuk mendapatkan ilmu baru atau teori yang lain dengan
melaksanakan kegiatan ilmiah.

Menurut Suriasumantri (2003: 167) menyebutkan bahwa sarana berfikir


ilmiah ada 5yaitu :
1. Bahasa.
Bahasa merupakan media manusia untuk berkomunikasi dengan sesama.
Ada dua jenis bahasa yang sering digunakan manusia untuk
berkomunikasi, yaitu verbal dan non-verbal. Kedua jenis bahasa ini tentu
saja memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Bahasa
verbal mempunyai kelebihan bahwa media komunikasi ini lebih interaktif,
dapat berkomunikasi secara bersamaan, dapat langsung memberi
tanggapan, serta lebih cepat dan lebih banyak ide yang tersampaikan.
2. Logika.
Logika merupakan salah satu bentuk ilmu pengetahuan yang terfokus
kepada berpikir. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan
dengan masuk akal (Rapar, 1985). Secara umum logika dibedakan menjadi
2 macam, yaitu logika alamiah : adalah kinerja akal budi manusia yang
berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-
keinginan dan kecenderungan yang subyektif. Dan logika ilmiah yang
digunakan untuk memperhalus, mempertajam akal pikiran, serta akal budi.
Dengan adanya logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih
tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman (Lanur, 1983).
3. Matematika.
Matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur
abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika.
4. Statistika.
Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan,
mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan
data.
5. Kebenaran.
Ilmu dapat berkembang apabila ada kegiatan berpikir ilmiah, sebab dengan
berpikir ilmiah inilah hampir semua fakta, hipotesis, premis, dan argumen
semuanya akan diuji dan diteliti secara ilmiah untuk kemudian diambil
suatu kesimpulan yang juga harus teruji kebenarannya. Jadi, kebenaran
disini adalah suatu hasil dari proses penelitian.

Pada umumnya suatu kebenaran dapat diterima karena 3 alasan, yaitu:


1. Adanya koheran/konsisten, maksudnya adalah bahwa suatu pernyataan
dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren dengan pernyataan
sebelumnya yang dianggap dan diyakini benar.
2. Adanya koresponden, maksudnya adalah bahwa suatu pernyataan dapat
dianggap benar jika materi pengetahuan yang terkandung dalam
pernyataan tersebut berhubungan atau mempunyai koresponden dengan
objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
3. Pragmatis, maksudnya adalah bahwa pernyataan dipercayai benar karena
pernyataan tersebut mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis.

RINGKASAN

Proses pencarian kebenaran yang dilakukan oleh beberapa tokoh telah mengahasil
kan kebenaran agama (wahyu) dan kebenaran filsafat (akal). Dalam perkembanga
nnya kedua pengetahuan tersebut saling bersitegang sebagai kebenaran yang palin
g esensi paling tinggi.Perbedaan tersebut disebabkan karena sumber dari kedua pe
ngetahuan itu yang berbeda. Dominasi antara agama dan filsafat silih berganti. Ap
alagi ketika filsafat telah menghasilkan ilmu pengetahuan. Untuk itu tugas
manusia sebagai manusia yang diberikan Allah akal dan pikiran dapat menjadi
pengamat yang nantinya bertejuan untuk dapat menggunakan pengetahuannya
dengan baik dan benar.
Semoga dengan mempelajari sumber sumber ilmu pengetahuan ini, kita dapat
meningkatkan kualitas ilmu kita dan dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari hari
DAFTAR PUSTAKA

http://makalah-perkuliah.blogspot.com/2010/12/sumber-sumber-
pengetahuan.html
https://media.neliti.com/media/publications/62207-ID-paradigma-dan-konsep-
ilmu-pengetahuan-da.pdf
https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/sumberbelajar/tampil/Dinamika-
Interaksi-Manusia-dengan-Lingkungan-Alam-/konten3.html
https://www.google.co,id/amp/s/afidburhanudin.wordpress.com/2014/05/07/saran
a-berfiki-ilmiah-12/amp
https://www.artikelsiana.com/2020/01/11-contoh-interaksi-manusia-dengan-
lingkungan-alam-sekitar.html
https://www.academia.edu/9329253/Tugas_Mata_Kuliah_Filsafat_Pendidikan_Su
mber_Sumber_Ilmu_Pengetahuan_

Anda mungkin juga menyukai