Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Tujuan
1. Mempelajari dan menggunakan alat-alat ukur
2. Menentukan volume dan massa jenis zat padat
3. Menggunakan teori ketidakpastian

1.2

Dasar Teori
A. Defenisi Pengukuran

Mengukur adalah membandingkan parameter pada obyek yang diukur terhadap besaran
yang telah distandarkan, sedangkan pengukuran merupakan suatu usaha untuk mendapatkan
informasi deskriptif-kuantitatif dari variabel-variabel fisika dan kimia suatu zat atau benda
yang diukur, misalnya panjang 1m atau massa 1 kg dan sebagainya.
Adapun dua macam jenis pengukuran adalah sebagai berikut:
1.

Pengukuran Langsung atau Cara Statis

Pengukuran Langsung adalah pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan nilai


hasil pengukuran secara langsung. Pengukuran langsung dapat dilakukan pada kondisi yang
sama atau pada kondisi yang berbeda. Pengukuran langsung pada kondisi sama, seluruh
pengukuran dilakukan oleh pengukur yang sama, alat yang sama, dan keadaan lingkungan
yang sama. Sedangkan pengukuran langsung pada kondisi yang tidak sama, terjadi apabila
pada waktu pengukuran terjadi pergantian pengukur, alat, atau terjadi perubahan keadaan
lingkungan. Contohnya yaitu mengukur panjang dengan pita ukur dan mengukur sudut
dengan theodolit.
2.

Pengukuran Tidak Langsung atau Cara Dinamis

Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran yang dilakukan apabila nilai hasil
ukuran tidak mungkin didapatkan langsung. Nilai hasil ukuran yang dicari didapatkan
berdasarkan hubungan fungsional tertentu dari beberapa hasil pengukuran langsung.
Contohnya adalah mengukur tinggi berdasarkan hasil pengukuran sudut dan jarak.
B. Istilah-Istilah Dalam Pengukuran
Untuk menentukan suatu besaran secara kualitatif maka diperlukan instrumen atau alat
ukur, dimana instrumen ini akan membantu manusia mengetahui suatu besaran atau variabel
yang tidak diketahui. Untuk menggunakan instrumen secara tepat diperlukan pemahaman
tentang prinsip-prinsip kerjanya dan mampu memperkirakan apakah instrumen tersebut
sesuai untuk pemakaian yang telah direncanakan.

Dalam pengukuran, digunakan sejumlah istilah yang akan dipakai pada pembahasan
berikutnya, antara lain :
a.

Instrumen/alat ukur adalah suatu alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau
besarnya suatu kuantitas atau variabel.

b.

Ketelitian (accuracy) adalah nilai yang hampir sama atau terdekat dengan pembacaan
instrumen terhadap nilai yang sebenarnya dari variabel
yang diukur.

c.

Ketepatan (precision) adalah ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran


yang secara berulang dari pengulangan pengukuran yang dilakukan. Atau merupakan
suatu ukuran tingkatan yang menunjukkan perbedaan hasil pengukuran pada
pengukuran yang dilakukan secara berurutan.

d.

Sensitivitas (Sensitivity) adalah rasio antara sinyal keluaran atau respon instrumen
terhadap perubahan masukan atau variabel yang diukur.

C.

Ketidakpastian

Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab


ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi,
kesalahan titik nol, kesalahan pegas, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran, dan
lingkungan yang memengaruhi hasil pengukuran, dan karena hal-hal seperti ini pengukuran
mengalami gangguan. Dengan demikian sangat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya
suatu besaran melalui pengukuran. Oleh sebab itu, setiap pengukuran harus dilaporkan
dengan ketidakpastiannya.
Ketidakpastian dibedakan menjadi dua,yaitu ketidakpastian mutlak dan relatif. Masing
masing ketidakpastian dapat digunakan dalam pengukuran tunggal dan berualang.
1. Ketidakpastian Mutlak
Suatu nilai ketidakpastin yang disebabkan karena keterbatasan alat ukur itu sendiri.
Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian yang umumnya digunakan bernilai setengah dari
NST. Untuk suatu besaran X maka ketidakpastian mutlaknya dalam pengukuran tunggal
adalah:
x = NST
dengan hasil pengukuran dituliskan sebagai
X = x x

2. Kesalahan Rentang

Pada pengukuran berulang, ketidakpastian dituliskan tidak lagi seperti pada pengukuran
tunggal. Kesalahan Rentang merupakan salah satu cara untuk menyatakan ketidakpastian
pada pengukuran berulang. Cara untuk melakukannya adalah sebagai berikut:
Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variable x. Misalnya n buah, yaitu x1, x2, x3, xn
Cari nilai rata-ratanya yaitu x-bar
x-bar = (x1 + x 2 + + xn)/n
Tentukan x-mak dan x-min dari kumpulan data x tersebut dan ketidakpastiannya dapat
dituliskan
x = (xmax xmin)/2
Penulisan hasilnya sebagai:
x = x-bar x
3. Standar Deviasi
Bila dalam pengamatan dilakukan n kali pengukuran dari besaran x dan terkumpul data
x1, x2, x3, xn, maka rata-rata dari besaran ini adalah:

Kesalahan dari nilai rata-rata ini terhadap nilai sebenarnya besaran x (yang tidak
mungkin kita ketahui nilai benarnya x0) dinyatakan oleh standar deviasi.

Standar deviasi diberikan oleh persamaan diatas, sehingga kita hanya dapat menyatakan
bahwa nilai benar dari besaran x terletak dalam selang (x ) sampai (x + ). Dan untuk
penulisan hasil pengukurannya adalah x = x
4. Ketidakpastian Relatif
Ketidakpastian Relatif adalah ketidakpastian yang dibandingkan dengan hasil
pengukuran. Hubungan hasil pengukurun terhadap KTP (ketidakpastian) yaitu:
KTP relatif = x/x
Apabila menggunakan KTP relatif maka hasil pengukuran dilaporkan sebagai
X = x (KTP relatif x 100%)
5. Ketidakpastian pada Fungsi Variabel (Perambatan Ketidakpastian)
3

Jika suatu variable merupakan fungsi dari variable lain yang disertai oleh
ketidakpastian, maka variable ini akan disertai pula oleh ketidakpastian. Hal ini disebut
sebagai perambatan ketidakpastian. Untuk jelasnya, ketidakpastian variable yang merupakan
hasil operasi variabel-variabel lain yang disertai oleh ketidakpastian
D.

Alat yang digunakan dalam pengukuran


1.

Jangka Sorong

Jangka sorong mempunyai dua rahang dan satu penduga. Rahang dalam digunakan
untuk mengukur diameter dalam atau sisi dalam suatu benda. Rahang luar untuk mengukur
diameter luar atau sisi luar suatu benda. Sedangkan penduga digunakan untuk mengukur
kedalaman. Skala utama pada jangka sorong memiliki skala dalam cm dan mm. Sedangkan
skala nonius pada jangka sorong memiliki panjang 9 mm dan di bagi dalam 10 skala,
sehingga beda satu skala nonius dengan satu skala pada skala utama adalah 0,1 mm atau 0,01
cm. Jadi, skala terkecil pada jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong tepat
digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, kedalaman tabung, dan panjang
benda sampai nilai 10 cm.
2.

Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur panjang benda yang memiliki ukuran
maksimum sekitar 2,50 cm, Benda yang akan diukur panjangnya dijepit diantara bagian A
dan B. Untuk menggerakan bagian B anda harus memutar sekrup bagian C. Pada micrometer
sekrup dalam 0,5 mm pada skala utama terbagi atas 50 skala putar, dan pada setiap
penunjukan tidak selalu terdapat skala utama yang berimpit dengan skala putar.
3. Neraca Teknis
Massa benda menyatakan banyaknya zat yang terdapat dalam suatu benda. Massa tiap
benda selalu sama dimana pun benda tersebut berada. Satuan SI untuk massa adalah kilogram
(kg).Alat untuk mengukur massa disebut neraca. Ada beberapa jenis neraca, antara lain,
neraca ohauss, neraca lengan, neraca langkan, neraca pasar, neraca tekan, neraca badan, dan
neraca elektronik. Setiap neraca memiliki spesifikasi penggunaan yang berbeda-beda. Jenis
neraca yang umum adalah neraca tiga lengan dan empat lengan. Pada neraca tiga lengan,
lengan paling depan memuat angka satuan dan sepersepuluhan, lengan tengah memuat angka
puluhan, dan lengan paling belakang memuat angka ratusan.
Terdapat dua cara untuk mengukur besaran fisis volume zat yaitu pengukuran
langsung (untuk benda dengan bentuk teratur) dan pengukuran tak langsung. Pengukuran
secara langsung dikenal sebagai cara statis, sedangkan pengukuran tak langsung dikenal
sebagai cara dinamis dan menggunakan hukum-hukum fisika seperti hukum Archimedes
sebagai bantuan. Akibat cara langsung tersebut, maka ketelitian dan kesalahan pengukuran
volume bergantung pada kesalahan dan ketelitian pengukuran rusuk-rusuknya. Massa jenis
adalah massa per satuan volume dari suatu zat.
Dimana

= massa jenis (kg/m3)


4

m = massa benda (kg)


V = volume benda(m3)
Pengukuran massa benda diukur dengan alat yang disebut neraca. Seperti juga alat
ukur lain, neraca juga bermacam-macam dan tiap-tiap macam mempunyai ketelitian sendirisendiri.
4. Hukum Archimedes
Suatu benda yang terbenam dalam fluida akan terangkat ke atas oleh gaya yang sama
besar dengan berat fluida yang dipindahkan, dijabarkan oleh Archimedes (287 212 SM)
yang disebut Hukum Archimedes.
FA = Vb .f.g
Dimana :
FA : gaya ke atas (gaya angkat Archimedes) (Newton)
Vb : volume benda yang tercelup dalam fluida (m3)
f : massa jenis fluida (kg/m3)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
Hukum ini selain untuk menghitung volume juga dapat untuk mengukur massa jenis zat
cair atau zat padat. Disamping menggunakan prinsip Archimedes, massa jenis zat cair dapat
ditentukan dengan alat yang disebut Aerometer. Pengukuran massa jenis zat cair dengan
Aerometer menggunakan prinsip-prinsip hukum Archimedes
Jika sebuah tangki berisi air diletakan di atas sebuah timbangan pegas missal beratnya
W. sebuah benda yang beratnya w yang tergantung pada seutas tali diturunkan masuk ke
dalam air
F pegas + F apung = w
Dengan :
F pegas
F apung
w

: gaya tegangan dalam tali


: gaya apung
: berat benda

Jika S adalah gaya yang dikerjakan terhadap sistem. Menurut hukum ketiga Newton,
gaya ini sama besar dan berlawanan arah dengan gaya yang bekerja terhadap timbangan.
Artinya, jarum skala timbangan menunjukan pertambahan berat sebesar gaya apung.

BAB II
ALAT DAN BAHAN
5

2.1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
2.2

Alat
Bangku penumpu
Bejana Gelas
Jangka Sorong
Mikrometer Skrup
Neraca Teknis
Thermometer
Bahan

1. Balok Almunium
2. Kunci
3. Silinder Besi

BAB III
METODE KERJA

3.1

Cara Statis
6

1. Panjang dan lebar benda padat dengan tempat berlainan diukur dan dibuat hasil
2.
3.
4.
5.
3.2

pengukuran dalam bentuk table masing- masing tersendiri


Tebalnya diukur dengan micrometer sekrup seperti pada no 1
Massa benda padat ditentukan dengan cara menimbang hanya sekali saja
Suhu ruangan dicatat pada awal dan akhir percobaan
Benda padat yang lain diukur dengan harga rata rata masing masing peyimpangan
Cara Dinamis

1. Massa benda padat ditentukan dengan cara menimbang


2. Benda tersebut yang tergantung pada tali tipis ditimbang sekali lagi
3. Benda yang tergantung tersebut terendam seluruhnya dalam air ditimbang sekali lagi,
dengan air tidak ikut tertimbang dan benda tidak mengenai dasar bejana
4. Suhu air dalam ruangan pada awal dan akhir percobaan dicatat
5. Seluruh pengukuran diatas diulangi dengan benda padat yang lain

BAB IV
DATA PENGAMATAN

4.1 Data Pengamatan


Keadaan ruangan
Sebelum percobaan
Sesudah percobaan

T (oC)
27oC
28oC

P (cm)Hg
75,5 cmHg
75,5 cmHg
7

C (%)
60 %
60%

4.1.1

Cara Statis

1. Balok tembaga
Massa 66,5 gram
No

Panjang ( cm)

Lebar (cm)

Tinggi (cm)

Volume (cm2)

(gr/cm3)

4,01 cm

1,88 cm

0,995 cm

7,501 cm2

8,865 gr/cm3

4,01 cm

1,882 cm

0,993 cm

7,494 cm2

8,874 gr/cm3

4,02 cm

1,882 cm

0,993 cm

7,513 cm2

8,851 gr/cm3

4,013 cm

1,881 cm

0,994 cm

7,503 cm2

8,863 cm

0,00334

0,000707

0,000707

0,0179

0,00669

Ketelitian

: 99,584 %

2. Silinder kuningan
Massa 47 gram
Jari jari (cm) Volume
(cm3)
0,7925 cm
4,950 cm3
0,7935 cm
4,965 cm3
0,7935 cm
4,65 cm3
0,793 cm
4,96 cm3

(gr/cm3)

2,51 cm
2,51 cm
2,51 cm
2,51 cm

Diameter
(cm)
1,585 cm
1,587 cm
1,587 cm
1,586 cm

0,025

0,000707

0,000353

0,00933

No
.
1
2
3
X

Tinggi (cm)

0,005

9,494 gr/cm3
9,466 gr/cm3
9,466 gr/cm3
9,475 gr/cm3

Ketelitian : 89,8 %
4.1.2

Cara Dinamis

1. Kunci
Massa 17 gram
Nama Benda
Kunci

ma (gr)
17 gr

mu (gr)
15,87 gr

V (cm3)
1,13 cm3

2. Balok tembaga
Massa 66,5 gram
8

(gr/cm3)
15,044 gr/cm3

Nama Benda
Balok tembaga

ma (gr)
66,5 gr

Ketelitian

mu (gr)
59,2 gr

V (cm3)
7,3 cm3

(gr/cm3)
9,09 gr/cm3

: 97,7 %

4.2 Perhitungan
A. Balok Tembaga Cara Statis
1. Rata- Rata panjang balok tembaga cara statis
Dik :
x1 = 4,01 cm
x2 = 4,01 cm
x3 = 4,02 cm
X

x1+x2+x3
N

4,01 cm +4,01 cm +4,02 cm


3

12, 04
3

= 4,013 cm
2. Rata- rata lebar balok tembaga cara statis
Dik :
x1 = 1,88 cm
x2 = 1,882 cm
x3 = 1,882 cm
x1+x2+x3
X
= N
=

1,88 cm + 1,882 cm + 1,882 cm


3

5,644
3

= 1,881 cm
3. Rata rata tinggi balok tembaga cara statis
Dik

x1 = 0,995 cm
x2 = 0,993 cm
x3 = 0,993 cm
=

x1+x2+x3
N

0,995 cm + 0,993 cm +0,993 cm


3
2,981
3

= 0,994 cm
4. Volume 1 balok tembaga cara statis
Dik : panjang
: 4,01 cm
lebar
: 1,88 cm
tinggi
: 0,995 cm
p
l
t
V
=
= 4,01 cm 1,88 cm 0,995 cm
= 7,501 cm3
5. Volume 2 balok tembaga cara statis
Dik : panjang
: 4,01 cm
lebar
: 1,882 cm
tinggi
:0,993 cm
p
l
t
V
=
= 4,01 cm 1,882 cm 0,993 cm
= 7,494 cm3
6. Volume 3 balok tembaga cara statis
Dik

: panjang
: 4,02 cm
lebar
: 1,882 cm
tinggi
: 0,993 cm
p
l
t
=
= 4,02 cm 1,882 cm 0,993 cm

= 7,513 cm3
7. Rata rata volume balok tembaga cara statis
Dik :

v1 = 7,501 cm3
v2 = 7,494 cm3
v3 = 7,513 cm3
v1+v2+v3
= N
=

7,501 cm 3 + 7,494 cm3 + 7,513 cm3


3

22,
3

= 7, 503 cm3
10

8. Massa jenis 1 balok tembaga cara statis


Dik :

massa
volume 1

: 66,5 gram
: 7,501 cm3

m
v

66,5 gr
7,501 cm3

= 8,865

gr/cm3

9. Massa jenis 2 balok tembaga cara statis


Dik :

massa
volume 2
m
= v

: 66,5 gram
: 7,494 cm3

66,5 gr
7,494 cm3

= 8,874

gr/cm3

10. Massa jenis 3 balok tembaga cara statis


Dik :

massa
volume 3
m
= v

: 66,5 gram
: 7,513 cm3

66,5 gr
7,513 cm3

= 8,851

gr/cm3

11. Rata- rata massa jenis balok tembaga cara statis


Dik

= 8,865 gr/cm3

= 8,874 gr/cm3

= 8,851 gr/cm3
1+ 2+ 3
N

11

8,865 gr/cm3 + 8,874 gr/cm 3 + 8,851 gr/cm 3


3

26,59
3

= 8,863 gr/cm3
12. Ketelitian balok tembaga cara statis
Dik

percobaan

= 8,863 gr/cm3

literatur

= 8,9 gr/cm3

Ketelitian

literatur percobaan
|
|)
(
literatur

( |

8,9 gr /cm38,863 gr /cm3


8,9 gr /cm 3

( |

0,037 r /cm3
8,9 gr /cm3

|)

%
1

|)

3
= ( 14,157 10 )

= 0,995843 100 %
= 99, 584 %
13. Ketidakpastian panjang balok tembaga cara statis
Dik :

x=

x1
x2
x3
X

: 4, 01 cm
: 4, 01 cm
: 4,02 cm
: 4,013 cm

( Xx 1 )2+ ( Xx 2 )2 +( X x 3 )2
N ( N1 )

12

100 %

100 %

100 %

100

( 4,0134,01 ) + ( 4,0134,01 ) + ( 4,0134,02 )


3 ( 31 )
2

( 0,003 ) + ( 0,003 ) + ( 0,007 )


6

0,000009+0,000009+ 0,0000449
6

0,000067
6

0,0000111

= 0,00334
14. Ketidakpastian lebar balok tembaga cara statis
Dik :

x1
x2
x3
X

x=

: 1, 88 cm
: 1,882 cm
: 1,882 cm
: 1, 881 cm

( Xx 1 )2+ ( Xx 2 )2 +( X x 3 )2
N ( N1 )
2

( 1,8811,88 ) + ( 1,8811,882 ) + ( 1,8811,882 )


3 (31 )

0,000001+0,000001+0,000001
6

0,000003
6

( 0,001 ) + (0,001 ) + (0,001 )


6

13

0,0000005

= 0,000707
15. Ketidakpastian tinggi balok tembaga cara statis
Dik :

x1
x2
x3
X

x=

: 0,995 cm
: 0,993 cm
: 0,993 cm
: 0,994 cm

( Xx 1 )2+ ( Xx 2 )2 +( X x 3 )2
N ( N1 )
2

( 0,9940,995 ) + ( 0,9940,993 ) + ( 0,9940,993 )


3 ( 31 )

0,000001+0,000001+0,000001
6

0,000003
6

0,0000005

(0,001 ) + ( 0,001 ) + ( 0,001 )


6

= 0,000707
16. Ketidakpastian volume balok tembaga cara statis
Dik :

x1
x2
x3
X

: 7,501 cm3
: 7,494cm3
: 7,513 cm3
: 7,503 cm3

14

x=

( Xx 1 )2+ ( Xx 2 )2 +( X x 3 )2
N ( N1 )

( 7,5037,501 ) + ( 7,5037,494 ) + (7,5037,513 )


3 ( 31 )
2

( 0,002 ) + ( 0,009 ) + (0,01 )


6

0,000004 +0,000081+0,0001
6

0,000193
6

0,0000321

= 0,0179
17. Ketidakpastian massa jenis balok tembaga cara statis
Dik :

x1
x2
x3
X

: 8,865 gr/cm3
: 8,874 gr /cm3
: 8,851 gr /cm3
: 8, 863 gr /cm3

( Xx 1 )2+ ( Xx 2 )2 +( X x 3 )2

(0,002 ) + (0,0011 ) + ( 0,012 )


6

x=

N ( N1 )
2

( 8,8638,865 ) + ( 8,8638,874 ) + ( 8,8638,851 )

3 ( 31 )

15

0,000004 +0,000121+0,000144
6

0,000269
6

0,0000448

= 0,00669

B. Silinder Kuningan Cara Statis


1. Rata- Rata tinggi silinder kuningan cara statis
Dik

: x1 = 2,51 cm
x2 = 2,51 cm
x3 = 2,51 cm
=

x1+x2+x3
N

2,51 cm + 2,51 cm + 2,51 cm


3

7,53
3

= 2,51 cm
2.

Rata- rata diameter silinder kuningan cara statis


Dik

: x1 = 1,585 cm
x2 = 1, 587 cm
x3 = 1, 587 cm
=

x1+x2+x3
N

1,585 cm + 1,587 cm + 1,587 cm


3

4,759
3

= 1,586 cm
3. Rata rata jari - jari silinder kuningan cara statis
16

Dik

: x1 =

1
2

diameter

1
2

1,585 cm

= 0,7925 cm
1
diameter
x2 = 2
=

1
2

1,587 cm

= 0,7935 cm
1
diameter
x3 = 2
=

1
2

1,587 cm

= 0,7935 cm
X

x1+x2+x3
N

0,7925 cm + 0,7935 cm +0,7935 cm


3

2, 3795
3

= 0,793 cm
4. Volume 1 silinder kuningan cara statis
Dik
V

: jari jari : 0,7925 cm


tinggi
: 2,51 cm
2
= r t
= 3, 14

0,79252

2,51

= 4,950 cm3
5. Volume 2 silinder kuningan cara statis
Dik
V

: jari jari : 0,7935 cm


tinggi
: 2, 51 cm
2
= r t
= 3, 14

0,79352

= 4,965 cm3
17

2,51

6. Volume 3 silinder kuningan cara statis


Dik

: jari jari : 0,7935 cm


tinggi
: 2,51 cm
2
= r t

= 3, 14

0,7935

2,51

= 4,965 cm3
7. Rata rata volume silinder kuningan cara statis
Dik

: v1 = 4,950 cm3
v2 = 4, 965 cm3
v3 = 4, 965 cm3
v1+v2+v3
= N
=

4,950 cm 3+ 4,965 cm 3 + 4,965 cm 3


3

14,88 cm
3

= 4,96 cm3
8. Massa jenis 1 silinder kuningan cara statis
Dik

: massa
volume 1

: 47 gram
: 4,950 cm3

m
v

47 gr
4,950 cm3

= 9,494 gr/cm3
9. Massa jenis 2 silinder kuningan cara statis
Dik

: massa
volume 2

: 47 gram
: 4,965 cm3

m
v

47 gr
4,965 cm3

= 9,466

gr/cm3

18

10. Massa jenis 3 silinder kuningan cara statis


Dik

: massa
volume 3

: 47 gram
: 4,965 cm3

m
v

47 gr
3
4,965 cm

= 9,466

gr/cm3

11. Rata- rata massa jenis silinder kuningan cara statis


Dik

= 9,494 gr/cm3

= 9,466 gr/cm3

= 9,466 gr/cm3

1+ 2+ 3
N

9,494 gr/cm3 + 9,466 gr/cm 3 + 9,466 gr/cm 3


3

28, 426
3

= 9,475 gr/cm3
12. Ketelitian silinder kuningan cara statis
Dik

Ketelitian

percobaan

= 9,475 gr/cm3

literatur

= 8,9 gr/cm3

( |

8,9 gr /cm39,475 gr /cm3


|
|)
(
8,9 gr /cm3

( |

literatur percobaan
literatur

|)

100 %

0,875 g r /cm3
8,9 gr /cm3

19

|)

100 %

100 %

( 10,1017 )

100 %

= 0,898 100 %
= 89,8 %
13. Ketidakpastian tinggi silinder kuningan cara statis
Dik

: x1
x2
x3
X

x=

1
2

: 2,51 cm
: 2,51 cm
: 2,51 cm
: 2,51 cm

ketelitian alat

1
2

0,05

= 0,025
14. Ketidakpastian diameter silinder kuningan cara statis
Dik

: x1
x2
x3
X

x=

: 1,585 cm
: 1,587 cm
: 1,587 cm
: 1, 586 cm

( Xx 1 )2+ ( Xx 2 )2 + ( X x 3 )2
N ( N1 )
2

( 1,5861,585 ) + (1,5861,587 ) + ( 1,5861,587 )


3 ( 31 )

( 0,001 ) + (0,001 ) + (0,001 )


6

0,000001+0,000001+0,000001
6

20

0,0000005

0,000003
6

= 0,000707
15. Ketidakpastian Jari - jari silinder kuningan cara statis
Dik

: x1
x2
x3
X

x=

: 0,7925 cm
: 0,7935 cm
: 0,7935 cm
: 0,793 cm

( Xx 1 )2+ ( Xx 2 )2 + ( X x 3 )2
N ( N1 )
2

( 0,7930,7925 ) + ( 0,7930,7935 ) + ( 0,7930,7935 )


3 (31 )

0,00000025+0,00000025+ 0,00000025
6

0,00000075
6

0,000000125

( 0,0005 ) + (0,0005 ) + (0,0005 )


6

= 0,000353
16. Ketidakpastian volume silinder kuningan cara statis
Dik

: x1
x2
x3
X

: 4,950 cm3
: 4,965 cm3
: 4,965 cm3
: 4,96 cm3
21

x=

( Xx 1 )2+ ( Xx 2 )2 + ( X x 3 )2
N ( N1 )
2

( 4,964,950 ) + ( 4.964,965 ) + ( 4.964,965 )


3 ( 31 )

( 0,01 ) + (0,005 ) + (0,005 )


6

0,0001+0,000025+ 0,00025
6

0,00015
6

0,000025

= 0,005
17. Ketidakpastian massa jenis silinder kuningan cara statis
Dik

: x1
x2
x3
X

x=

: 9,494 gr/cm3
: 9,466 gr /cm3
: 9,466 gr /cm3
: 9,475 gr /cm3

( Xx 1 )2+ ( Xx 2 )2 + ( X x 3 )2
N ( N1 )
2

( 9,4759,466 ) + ( 9,4759466 ) + ( 9,4759466 )

3 ( 31 )

(0,019 ) + ( 0,009 ) + ( 0,009 )


6

22

0,000361+0,000081+0,000081
6

0,000523
6

0,0000871

= 0,00933
C. Kunci Cara Dinamis
1. Volume kunci cara dinamis
Dik:

mu
ma

: 17 gram
: 15,87 gram

Volume

= mu ma
= 17 gram 15,87 gram
= 1,13 cm3

2. Massa jenis kunci cara dinamis


Dik:

mu
v

: 17 gram
: 1,13 cm3
mu
v
17 gram

= 1,13 cm 3
= 15,044 gr / cm3
3. Ketidakpastian mu kunci cara dinamis
x=

1
2

ketelitian alat
1
0,01
gr
2

= 0,05 gr
4. Ketidakpastian ma kunci cara dinamis

23

x=

1
2

ketelitian alat

1
2

10 mg

= 5 mg
D. Balok Tembaga Cara Dinamis
1. Volume balok tembaga cara dinamis
Dik:

mu
ma

: 66,5 gram
: 59,2 gram

Volume = mu ma
= 66,5 gram 59,2 gram
= 7,3 cm3
2. Massa jenis balok tembaga cara dinamis
Dik:

mu
v

: 66,5 gram
: 7,3 cm3
mu
v

66,5 gram
= 7,3 cm 3
= 9,109 gr / cm3
3. Ketelitian balok tembaga cara dinamis
Dik

percobaan

= 9,109 gr/cm3

literatur

= 8,9 gr/cm3

Ketelitian =

literatur percobaan
|
|)
(
literatur
1

( |

( |

8,9 gr /cm39,109 gr /cm3


8,9 gr /cm3

0,209 g r /cm3
8,9 gr /cm3

24

|)

100 %

|)
100 %

100 %

100 %

= ( 10,023 )

= 0,977 100 %
= 97,7 %
4. Ketidakpastian mu balok tembaga cara dinamis
x=

1
2

ketelitian alat
1
2

0,1

= 0,05 gram
5. Ketidakpastian ma balok tembaga cara dinamis
x=

1
2

ketelitian alat
1
2

10

= 5 mg

BAB V
PEMBAHASAN

25

5.1

Analisa
Dari percobaan yang telah dilakukan pada pengukuran cara statis dan dinamis
diperoleh hasil masing-masing pengukuran pada benda. Nilai yang didapat dalam tiga kali
percobaan mengukur massa jenis balok tembaga adalah sebagai berikut :
Percobaan 1 : 8,865 gr/cm3
Percobaan 2 : 8,874 gr/cm3
Percobaan 3 : 8,851 gr/cm3
Dari ketiga percobaan tersebut, didapat nilai ketelitiannya adalah 99,584% .
Sedangkan nilai ketidakpastian adalah 0,00669 dan nilai rata-ratanya adalah 8,863 gr/cm 3.
Bila dibandingkan dengan massa jenis tembaga, hasilnya mendekati dari literatur yang ada.
Pada literatur, massa jenis tembaga adalah 8,9 gr/cm3.
Tak jauh berbeda dengan pengukuran massa jenis balok tembaga, pengukuran silinder
kuningan pun juga begitu. Dengan literatur yaitu 8,6 gr/cm 3, nilai yang didapat dari
pengukuran tiga percobaan massa jenis silinder kuningan jauh berbeda dengan literatur. Hasil
percobaan tersebut didapatkan dengan nilai sebagai berikut:
Percobaan 1 : 9,494 gr/cm3
Percobaan 2 : 9,466 gr/cm3
Percobaan 3 : 9,466 gr/cm3
Dari ketiga percobaan tersebut, didapat nilai ketelitiannya adalah 89,8% . Sedangkan
nilai ketidakpastian adalah 0,005 dan nilai rata-ratanya adalah 9,475 gr/cm3. Bila
dibandingkan dengan massa jenis kuningan, hasilnya mendekati dari literatur yang ada. Pada
literatur, massa jenis kuningan adalah 8,6 gr/cm3.
Dari ketiga hasil percobaan tersebut jelaslah terjadi kesalahan dalam praktikum.
Kesalahan yang terjadi saat mengukur massa jenis dari silinder kuningan salah satu nya
keterbatasan penglihatan dalam membaca hasil pengukuran. Posisi si pengamat bisa menjadi
salah satu kesalahan dalam membaca hasil pengukuran.

KESIMPULAN

26

Dari semua percobaan yang telah kami lakukan maka dapat disimpulkan :
1.

Beberapa kali melakukan pengukuran terhadap suatu benda menyebabkan timbulnya


ketidakpastian.
2.
Setiap alat ukur memiliki ketelitian yang terbatas.
3.
Menggunakan alat ukur yang lebih teliti lebih baik daripada alat ukur biasa sehingga
angka ketidakpastian menjadi lebih kecil.
4.
Dengan melakukan percobaan mengukur massa jenis beberapa benda, kita dapat
mengetahui cara membaca jangka sorong, micrometer dan neraca dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

27

Alonso, Marcelo & Edward J. Finn.1992.Dasar-dasar Fisika Universitas.Jakarta:Erlangga


Cromer, Alan H.1994.Fisika.Yogyakarta:Erlangga
Giancoli,Duglas C.2001.Fisika Dasar.Jakarta:Erlangga
Hilliday, David & Robert Resnick. 1985. Fisika. Erlangga. Jakarta
Suhada, Resa Taruna. 2009. Modul Fisika Dasar. Universitas Mercu Buana. Jakarta
Tipler, Paul.1994.Fisika Untuk Sains dan Teknik.Jakarta:Erlangga

28

Anda mungkin juga menyukai