Mubarak*)
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur dasar?
2. Bagaimana cara menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan
berulang?
3. Bagaimana cara penggunaan angka berarti?
TUJUAN
1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar.
2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang.
3. Mengerti atau memahami penggunaan angka berarti.
TEORI SINGKAT
Pengukuran merupakan bagian dari keterampilan Proses Sains yang merupakan
pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan melakukan
pengukuran , dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau bukti kualitatif. Dalam
pengukuran ada yang dikatakan ketepatan dan ketelitian pengukuran. Ketepatan adalah jika suatu
besaran diukur beberapa kali (pengukuran berulang) dan menghasilkan angka-angka yang
menyebar di sekitar harga yang sebenarnya maka pengukuran dikatakan “akurat”. Pada
pengukuran ini, harga rata-ratanya mendekati harga yang sebenarnya. Sedangkan, ketelitian adalah
jika hasil-hasil pengukuran terpusat di suatu daerah tertentu maka pengukuran disebut presisi
(harga tiap pengukuran tidak jauh berbeda).
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian
tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol,
kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran, dan lingkungan yang saling mempengaruhi
serta tingkat keterampilan pengamat yang berbeda-beda. Dengan demikian sangan sulit untuk
mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran. Beberapa panduan bagaimana
cara memperoleh hasil pengukuran seteliti mungkin diperlukan dan bagaimana cara melaporkan
ketidakpastian yang menyertainya.
Kita mengukur setiap besaran fisik dalam satuannnya masing-masing, menggunakan
perbandingan terhadap suatu standar. Satuan adalah nama unik yang kita tetapkan untuk
mengukur besaran tersebut. Misalnya, meter (m) untuk besaran panjang. Dalam pengukuran
terdapat besaran pokok yaitu besaran yang satuannya telah didefinisikan terlebih dahulu
yang terdiri dari panjang, masssa, waktu, suhu, kuat arus listrik, intensitas cahaya dan jumlah zat
dan besaran turunan yaitu besaran yang satuannya diperoleh dari besaran pokok yang
terdiri dari luas, volume, massa jenis, kecepatan, percepatan, gaya, usaha, daya, tekanan dan
momentum.
Bentuk ketidakpastian pengukuran terdiri atas ketidakpastian bersistem dan ketidakpastian
acak (rambang). Ketidakpastian bersistem terdiri atas : kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol,
kerusakan komponen alat, gesekan, kesalahan paralaks. Ketidakpastian rambang (acak) merupakan
kesalahan yang bersumber dari gejala yang tidak mungkin dikendalikan atau diatasi berupa
perubahan yang berlangsung sangat cepat sehingga pengontrolan dan pengaturan di luar
kemampuan. Ketidakpastian berbeda antara pengukuran tunggal dengan pengukuran berulang.
a. Ketidakpastian pengukuran tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang hanya dilakukan satu kali saja. Keterbatasan
skala alat ukur dan keterbatasan kemampuan mengamati serta banyak sumber kesalahan lain,
mengakibatkan hasil pengukuran selalu dihinggapi ketidakpastian. Nilai X sampai goresan terkhir
dapat diketahui dengan pasti, namun bacaan selebihnya adalah terkaan atau dugaan belaka
sehingga patut diragukan. Inilah yang ketidakpastian yang dimaksud dan diberi lambang ΔX.
Lambang ΔX merupakan ketidakpastian mutlak.
1
ΔX = NST Alat
2
sebagai ΔX. Deviasi adalah selisih antara tiap hasil pengukuran dari nilai rata-ratanya.
Pelaporan ketidakpastian pengukuran berbeda antara pengukuran tunggal dengan
pengukuran berulang. Pada pengukuran tunggal, ketidakpastiannya diberi lambang Δx. Lambang
Δx merupakan ketidakpastian mutlak. Semakin kecil Δx, semakin tepat hasil pengukuran. Selain,
ketidakpastian mutlak ada pula ketidakpastian relatif. Makin tinggi ketidakpastian relatif, makin
tinggi ketelitian yang dicapai pada pengukuran.
Saat menghitung jawaban dari beberapa hasil pengukuran, yang masing-masing memiliki
ketepatan tertentu, kita harus memberikan hasil jawaban dengan jumlah angka penting yang benar.
Secara umum, angka penting dalam pengukuran adalah digit yang telah diketahui dan dapat
diandalkan (selain angka nol yang digunakanuntuk menentukan titik desimal) atau perkiraan digit
pertama. Saat mengalikan beberapa besaran, jumlah angka penting dalam jawaban akhir harus
sama dengan jumlah angka penting dalam besaran yang angka pentingnya paling sedikit.
Selain angka penting ada juga massa jenis (kerapatan) suatu zat. Massa jenis didefinisikan
sebagai massa per satuan volume. Zat yang berbeda juga memiliki massa jenis yang berbeda
karena perbedaan massa dan susunan atom.
Hukum-hukum fisika menyatakan hubungan antara besaran-besaran fisik, seperti panjang,
waktu, gaya, energi, dan suhu. Jadi, kemampuan untuk mendefinisikan besaran-besaran tersebut
secara tepat dan mengukur secara teliti merupakan suatu syarat dalam fisika. Pengukuran setiap
besaran fisik mencakup perbandingan besaran tersebut dengan beberapa nilai satuan besaran
tersebut, yang telah didefinisikan secara tepat.
Semua besaran fisik dapat dinyatakan dalam beberapa satuan-satuan pokok. Sebagai
contoh, kelajuan dinyatakan dalam satuan panjang dan satuan waktu, misalnya meter per sekon
atau mil per jam. Banyak besaran seperti gaya, momentum, kerja, energi, dan daya, dapat
dinyatakan dalam tiga besaran pokok, yaitu panjang, waktu dan massa. Pemilihan satuan standar
untuk besaran-besaran pokok ini mengahasilkan suatu sistem satuan. Sistem satuan yang
digunakan secara universal dalam masyrakat ilmiah adalah Sistem Internasional (SI).
Dalam SI, standar satuan untuk panjang adalah meter, satuan untuk waktu adalah sekon dan
standar satuan untuk massa adalah kilogram.
Alat ukur yang digunakan dalam pengukuran panjang :
1. Mistar
Penggaris atau mistar berbagai macam jenisnya, seperti penggaris yang berbentuk
lurus, berbentuk segitiga yang terbuat dari plastik atau logam, mistar tukang kayu, dan
penggaris berbentuk pita (meteran pita). Mistar mempunyai batas ukur sampai 1 meter,
sedangkan meteran pita dapat mengukur panjang sampai 3 meter. Mistar memiliki ketelitian
1 mm atau 0,1 cm. Posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap skala ketika membaca
skala mistar. Hal ini untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran akibat beda
sudut kemiringan dalam melihat atau disebut dengan kesalahan paralaks. Mistar digunakan
untuk mengukur panjang, lebar, dan tinggi sesuai dengan batas ukur dari mistar itu sendiri.
2. Jangka sorong
Jangka sorong mempunyai dua rahang dan satu penduga. Rahang dalam digunakan
untuk mengukur diameter dalam atau sisi dalam suatu benda. Rahang luar untuk mengukur
diameter luar atau sisi luar suatu benda. Sedangkan penduga digunakan untuk mengukur
kedalaman. Skala utama pada jangka sorong memiliki skala dalam cm dan mm. Sedangkan
skala nonius pada jangka sorong memiliki panjang 9 mm dan di bagi dalam 10 skala,
sehingga beda satu skala nonius dengan satu skala pada skala utama adalah 0,1 mm atau
0,01 cm.
Jadi, skala terkecil pada jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong
tepat digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, kedalaman tabung, dan
panjang benda sampai nilai 10 cm.
3. Mikrometer Skrup
Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur panjang benda yang memiliki
ukuran maksimum sekitar 2,50 cm, Benda yang akan diukur panjangnya dijepit diantara
bagian A dan B. Untuk menggerakan bagian B anda harus memutar sekrup bagian C. Pada
micrometer sekrup dalam 0,5 mm pada skala utama terbagi atas 50 skala putar, dan pada
setiap penunjukan tidak selalu terdapat skala utama yang berimpit dengan skala putar.
Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup dapat
digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis, seperti
mengukur ketebalan plat, diameter kawat, dan onderdil kendaraan yang berukuran kecil.
Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang putar, skala utama, skala putar, dan
silinder bergerigi. Skala terkecil dari skala utama bernilai 0,1 mm, sedangkan skala terkecil
untuk skala putar sebesar 0,01 mm.
Alat ukur yang digunakan pada pengukuran massa :
1. Neraca Ohauss 2610 gram
Pada neraca ini terdapat 3 (tiga) lengan dengan batas ukur yang berbeda-beda. Pada
ujung lengan dapat digandeng 2 buah beban yang nilainya masing-masing 1000 gram dan
1000 gram. Sehingga kemampuan atau batas ukur alat ini menjadi 2610 gram. Untuk
pengukuran dibawah 610 gram, cukup menggunakan semua lengan neraca dan diatas 610
gram sampai 2610 gram ditambah dengan beban gantung. Hasil pengukuran dapat
ditentukan dengan menjumlah penunjukan beban gantung dengan semua penunjukan
lengan-lengan neraca.
2. Neraca Ohauss 311 gram
Neraca ini mempunyai 4 lengan dengan nilai skala yang berbeda-beda, masing-
masing lengan mempunya batas ukur dan nilai skala yang berbada-beda. Untuk
mengggunakan neraca ini terlebih dahulu tentukan nilai skala masing-masing lengan NST
dari Neraca Ohauss 311 gram, diambil dari NST dari empat lengannya. Hasil pengukuran
ditentukan dengan menjumlahkan penunjukan semua lengan neraca yang digunakan.
3. Neraca Ohauss 310 gram
Neraca ini mempunyai 2 lengan dengan nilai skala yang berbeda-beda dan
dilengkapi dengan sebuah Skala Putar (skala utama) dan skala nonius. NST neraca Ohauss
310 gram dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan jangka sorong. Hasil
pengukuran ditentukan dengan menjumlahkan penunjukan semua lengan neraca
ditambahkan dengan nilai pengukuran dari skala putar dan noniusnya.
Alat ukur yang digunakan pada pengukuran suhu dan waktu :
1. Termometer
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur temperatur suatu zat. Ada
dua jenis termometer yang umum digunakan dalam laboratorium, yaitu termometer air
raksa dan termometer alkohol. Keduanya adalah termometer jenis batang gelas dengan
batas ukur minimum-10 0C dan batas ukur maksimum +110 0C. NST untuk kedua jenis
termometer tersebut dapat ditentukan seperti halnya menentukan NST mistar biasa, yaitu
dengan mengambil batas ukur tertentu dan membaginya dengan jumlah skala dari nol
sampai pada batas ukur yang diambil tersebut.
2. Stopwatch
Stopwatch merupakan salah satu alat ukur waktu yang paling sering digunakan di
laboratorium. Alat ukur ini dilengkapi dengan tombol untuk menjalankan, mematikan, dan
mengembalikan jarum ke posisi nol. Terdapat beberapa bentuk stopwatch dengan NST
yang berbeda-beda. Cara menentukan NST stopwatch sama dengan menentukan NST alat
ukur tanpa nonius.
METODE EKSPERIMEN
Alat dan Bahan
1. Alat
a. 1 buah Penggaris/Mistar
b. 1 buah Jangka sorong
c. 1 buah Mikrometer Sekrup
d. 1 buah Stopwatch
e. 1 buah Termometer
f. 1 buah Neraca Ohauss 2610 gram
g. 1 buah Neraca Ohauss 311 gram
h. 1 buah Neraca Ohauss 310 gram
i. 1 buah Gelas ukur
j. 1 buah Kaki tiga dan kasa
k. 1 buah Pembakar Bunsen
2. Bahan
a. 1 buah Balok besi
b. 1 buah Bola (kelereng)
c. Air secukupnya
Identifikasi Variabel
Kegiatan 1
1. Panjang
2. Lebar
3. Tinggi
4. Diameter
Kegiatan 2
1. Massa balok kubus
2. Massa bola (kelereng)
Kegiatan 3
1. Suhu
2. Waktu
Definisi Operasional Variabel
Kegiatan 1
1. Panjang adalah pengukuran yang dilakukan pada salah satu rusuk balok dengan cara
mengukur dimulai dari titik atas hingga bawah (rusuk) yang diukur menggunakan
mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup dengan satuan mm.
2. Lebar adalah pengukuran yang dilakukan pada rusuk balok yang lain dan pada
umumnya lebih pendek dari panjang, kecuali pada kubus karena semua rusuknya sama
panjang. Lebar diukur menggunakan alat ukur mistar, jangka sorong, dan mikrometer
sekrup dengan satuan mm.
3. Tinggi adalah pengukuran yang dilakukan pada salah satu rusuk balok yang ditandai,
selain rusuk yang telah ditandai sebagai panjang dan lebar. Tinggi diukur dengan mistar,
jangka sorong, dan mikrometer sekrup dengan satuan mm.
4. Diameter adalah jarak yang diukur dari suatu titik ketitik sebelanya dengan tegak lurus.
Bisa pula dikatakan bahwa diameter adalah dua kali dari jarak titik pusat suatu benda
(kelereng) ke pinggir terluarnya diukur menggunakan alat ukur mistar, jangka sorong,
dan mikrometer sekrup dengan satuan mm.
Kegiatan 2
1. Massa balok kubus merupakan berat balok yang diukur dengan menggunakan neraca
ohauss 2610 gram, 311 gram, dan 310 gram dengan satuan gram.
2. Massa bola (kelereng) merupakan berat bola (kelereng) yang diukur dengan
menggunakan neraca ohauss 2610 gram, 311 gram, dan 310 gram dengan satuan gram.
Kegiatan 3
1. Suhu merupakan besaran pokok dengan satuan standar Kelvin tapi dalam praktikum ini
menggunakan satuan Celcius. Suhu yang diukur adalah suhu air yang dipanasi diukur
setiap interval waktu 1 menit.
2. Waktu digunakan sebagai pengontrol dan batas pengukuran suhu pada air yang sedang
dipanasi untuk mengetahui kenaikan suhu setiap interval waktu 1 menit dengan satuan
sekon.
Prosedur Kerja
Kegiatan 1
Langkah pertama yaitu mengambil mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup kemudian
menentukan NST. Kemudian mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk panjang,
lebar, dan tinggi balok berbentuk kubus yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat
ukur tersebut. Selanjutnya mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil pengamatan dengan
disertai ketidakpastiannya. Selanjutnya mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk
diameter bola (mengukur ditempat berbeda) yang disediakan dengan menggunakan ketiga
alat ukur tersebut. Setelah itu mencatat hasil pengukuran pada tabel hasil pengamatan
dengan disertai ketidakpastiannya.
Kegiatan 2
Langkah pertama menentukan NST masing-masing neraca. Kemudian mengukur massa
balok kubus dan bola (yang digunakan di pengukuran panjang) sebanyak 3 kali secara
berulang. Selanjutnya mencatat hasil pengukuran yang dilengkapi dengan ketidakpastian
pengukuran.
Kegiatan 3
Langkah pertama yaitu menyiapkan gelas ukur, bunsen pembakar lengkap dengan kaki
tiga dan lapisan asbesnya dan sebuah termometer. Selanjutnya adalah mengisi gelas
ukur dengan air hingga ½ bagian dan letakkan di atas kaki tiga tanpa ada pembakar.
Kemudian mengukur temperaturnya sebagai temperatur mula-mula (To). Langkah
selanjutnya adalah menyalakan bunsen pembakar dan tunggu beberapa saat hingga
nyalanya terlihat normal, kemudian meletakkan bunsen pembakar tadi tepat di bawah
gelas kimia bersamaan dengan menjalankan alat pengukur waktu. Terakhir adalah
mencatat perubahan temperatur yang terbaca pada termometer tiap selang waktu 1
menit sampai diperoleh 6 data.
HASIL DAN ANALISIS
Hasil Percobaan
A. Pengukuran Panjang
Batas ukur 1cm
NST mistar :
= = 0,1 cm
Jumla h skala 10 skala
= 1,95 mm
NST = 2 – 1,95
NST Mikrometer sekrup :
Nilai skalamendatar
NST = Jumla h skala putar
0.5
= 50
Tabel 1. Hasil pengukuran panjang
B. Pengukuran Massa
Neraca Ohauss 2610 gram
Nilai Skala lengan 1 = 100 gram
Nilai Skala lengan 2 = 10 gram
Nilai Skala lengan 3 = 0,1 gram
Massa Beban Gantung = 0 gram
| 29 ± 0,5| ℃
Tabel 5. Hasil pengukuran waktu dan suhu
Perubahan
No Waktu (s) Temperatur (°C)
Temperatur (°C)
1 | 60,0 ± 0,1 | | 30,0 ± 0,5 | | 1,0 ± 1,0 |
2 | 120,0 ± 0,1 | | 31,0 ± 0,5 | | 2,0 ± 1,0 |
3 | 180,0 ± 0,1 | | 34,0 ± 0,5 | | 5,0 ± 1,0 |
4 | 240,0 ± 0,1 | | 36,0 ± 0,5 | | 7,0 ± 1,0 |
5 | 300,0 ± 0,1 | | 39,0 ± 0,5 | | 10,0 ± 1,0 |
6 | 360,0 ± 0,1 | | 42,0 ± 0,5 | | 13,0 ± 1,0 |
Analisis Data
20,0+ 19,0+20,0
= 3
= 19,6667 mm
b. Lebar rata-rata
l 1+l2+l 3
ĺ = 3
20,0+ 20,0+19,0
= 3
= 19,6667 mm
c. Tinggi rata-rata
t 1+ t 2+t 3
t́ = 3
20,0+ 19,0+20,0
= 3
= 19,6667 mm
= 19,9667 mm
b. Lebar rata-rata
l 1+l2+l 3
ĺ = 3
= 19,9333 mm
c. Tinggi rata-rata
t 1+ t 2+t 3
t́ = 3
19,90+19,90+ 20,00
= 3
= 19,9333 mm
= 20,0850 mm
b. Lebar rata-rata
l 1+l2+l 3
ĺ = 3
19,980+19,900+ 19,920
= 3
= 19,9333 mm
c. Tinggi rata-rata
t 1+ t 2+t 3
t́ = 3
19,995+19,995+ 20,005
= 3
= 19,9983 mm
∆V = {| | | | | |}
∆P ∆ L ∆T
P
+
L
+
T
V
{|
0,6667 mm
+ ||
0,6667 mm
+
0,6667 mm
19,6667 mm 19,6667 mm 19,6667 mm ||
×7606,6683 mm 3 |}
= |0,0339 + 0,0339 + 0,0339| 7606,6683 mm3
c. Angka berarti
∆V
KR =
x 100%
V
773,5981 mm3
KR = 7606,6683 mm3 × 100 % = 10,17 % ( 2 AB )
V = |V ± ∆V|
3
= |7606,6683 ± 773,5981| mm
V = |7 , 6 ± 0, 7| × 103 mm 3
2. Jangka Sorong
a. Hasil perhitungan
V = p× l× t
= (19,9667 x 19,9333 x 19,9333) mm
V = 7933,4977 mm3
b. Ketidakpastian
∆V = {| | | | | |}
∆P ∆ L ∆T
P
+
L
+
T
V
∆V = 65 ,8480 mm 3
c. Angka berarti
∆V
KR =
x 100%
V
65,8480 mm 3
KR = 7933,4977 mm3 × 100 % = 0,82 % ( 3 AB )
V = |V ± ∆V|
= |7933,4977 ± 65,8480| mm 3
3 3
V = |7,93 ± 0,06| × 10 mm
3. Mikrometer Sekrup
a. Hasil perhitungan
V = p× l× t
= (20,0850 x 19,9333 x 19,9983) mm
V = 8006,5259 mm3
b. Ketidakpastian
∆V = {| | | | | |}
∆P ∆ L ∆T
P
+
L
+
T
V
{| 0, 0300 mm
+ ||
0, 0467 mm
+ ||
0,0067 mm
20,0850 mm 19, 9333 mm 19, 9983 mm |}
×8006,5259 mm3
∆V = 56 , 8463 mm 3
c. Angka berarti
∆V
KR =
x 100%
V
3
54,2787 mm
KR = 7645,0267 mm3 × 100 % = 0,71 % ( 3 AB )
V = |V ± ∆V|
3
= |8006,5259 ± 56, 8463 | mm
19,0+18,0+ 19,0
= 3
= 18,6667 mm
19,90+19,80+ 19,90
= 3
= 19,8667 mm
19,945+19,895+19,915
= 3
= 19,9183 mm
= (0,52) (6504,3311)
= 3382,2522 mm3
b. Ketidakpastian
∆d
∆V =|3 d |V
0,6667
=|3 18,6667 | 3382,2522 mm3
3
= |0,1071|×3382,2522 mm
3
= 362,2392 mm
c. Angka berarti
∆V
KR = V 100%
362,2392 mm3
= 3382,2522 mm3 100% = 10,71 ( 2 AB )
V = |V́ ± ∆ V|
2. Jangka Sorong
a. Hasil perhitungan
1
V =
πd 3
6
1
= 6 (3,14) (19,8667)3
= (0,52) (7841,1037)
= 4077,3739 mm3
b. Ketidakpastian
∆d
∆V =|3 d |V
0,0667
=|3 19,8667 | 4077,3739 mm
3
= 40,7737 mm3
c. Angka berarti
∆V
KR = V 100%
40,7737
= 4077,37 39 .100% = 0,0099 % (3 AB)
V = |V́ ± ∆ V|
3. Mikrometer Sekrup
a. Hasil perhitungan
1
V =
πd 3
6
1
= 6 (3,14) (19,9183)3
= (0,52) (7902,3599)
= 4109,2271 mm3
b. Ketidakpastian
∆d
∆V =|3 d |V
0,0267
= | 3 19,9183 | 4109,2271 mm3
= |0,0013|×4109,2271 mm3
¿ 16,0259 mm3
c. Angka berarti
∆V
KR = V 100%
16,0259
= 4109,2271 100% = 0,38% ( 4 AB )
V = |V́ ± ∆ V|
62,30+ 62,25+62,30
= 3
= 62,2833 gram
60,000+ 60,040+60,000
= 3
= 60,0133 gram
62,40+ 62,39+62,40
= 3
= 62,3967 gram
= 32,6667 gram
= 31,4450 gram
32,68+ 32,54+32,54
= 3
= 32,5867 gram
= 0,0079 g/mm3
b. Ketidakpastian
∆� = |{ ∆mm|+|∆vv |}ρ
= {| 0,0267
60,0133
+ ||
773,5981
7606,6683 |}× 0,0079 g/ mm 3
0, 0008
= 0,0079 100% = 10,12% ( 2 AB )
� = |ρ́ ± ∆ ρ|
∆� = {| | | |}
∆m ∆v
m
+
v
ρ
= |{ 60,0133
0,0267
7933,4977 |}
|+|65,8480 × 0,0076 g/ mm 3
0, 000066
= 0,0076 100% = 0,88% ( 3 AB )
� = |ρ́ ± ∆ ρ|
= {| 0,0267
60,0133
+ ||
56,8463
8006,5259 |}× 0,007 4 g/ mm 3
c. Angka berarti
∆ρ
KR = ρ 100%
0, 000055
= 0,0074 100% = 0,75% ( 3 AB )
� = |ρ́ ± ∆ ρ|
∆� = {| | | |}
∆m ∆v
m
+
v
ρ
= {|0,0200
31,4450
+ ||
362,2392
3382,2522 |}
× 0,0 092 g/ mm3
= {|0,00 06| +|0,1 0 71|} × 0,0092 g/ mm3
0, 0009
= 0,0092 100% = 9,78% ( 2 AB )
� = |ρ́ ± ∆ ρ|
= 0,0077 g/mm3
b. Ketidakpastian
∆� = |{ ∆mm|+|∆vv |}ρ
= {| 0,0200
31,4450
+ ||
40,7737
4077,3739 |}
× 0,0077 g/ mm 3
� = |ρ́ ± ∆ ρ|
∆� = {| | | |}
∆m ∆v
m
+
v
ρ
= {| 0,0200
31,4450
+ ||
16,0259
4109,2271 |}
× 0, 0076 g/ mm3
0,00003 4
= 0,0076 100% = 0,45% ( 4 AB )
� = |ρ́ ± ∆ ρ|
0,6667 |
Panjan
| 19,6667 ±
Mistar g |7 , 6 ± 0,7| × 103
Lebar
0,6667 |
Tinggi
| 19,6667 ±
0,6667 |
Jangka Sorong Panjan
| 19,9667 ± |7,93 ± 0,06| × 103
g
0,0333 |
| 19,9333 ±
Lebar
0,0667 |
Tinggi
| 19,9333 ±
0,0667 |
| 20,0850 ±
0,0300 |
Panjan
Mikrometer | 19,9333 ±
g |8,01 ± 0,0 6|× 103
Sekrup Lebar
0,0467 |
Tinggi
| 19,9983 ±
0,0067 |
Diamet | 18,6667 ± | 3,4 ± 0,3 |
Mistar
er
0,6667 | x103
Diamet | 19,8667 ±
2 Bola Jangka Sorong | 4,07 ± 0,04 |×10 3
er
0,0667 |
Mikrometer Diamet | 19,9183 ±
|4,109 ± 0,016|× 103
Sekrup er
0,0267 |
Pada pengukuran massa, dilakukan juga pengukuran masing-masing
sebanyak 3 kali pada benda yang diukur panjangnya tadi. Alat ukur yang
digunakan adalah Neraca Ohausss 2610 gram, 311 gram, dan 310 gram. Dari
percobaan yang dilakukan, maka diperoleh hasil pengukuran yang berbeda-
beda setiap alat ukur yang digunakan. Berikut adalah tabel yang menunjukkan
massa benda yang diperoleh setiap alat ukur
Massa
No Benda Alat Ukur
(gram)
| 62,2833 ± 0,0333 |
Neraca 2610 gram
1 Balok Neraca 311 gram | 60,0133 ± 0,0267 |
Neraca 310 gram
| 62,3967 ± 0,0067 |
| 32,6667 ± 0,3333 |
Neraca 2610 gram
2 Bola Neraca 311 gram | 31,4450 ± 0,0200 |
Neraca 310 gram
| 32,5867 ± 0,0933 |
Diantara neraca tersebut yang paling teliti adalah neraca 310 gram dan
311 gram karena memiliki skala nonius. Akan tetapi pada Neraca ohauss 311
gram memiliki kesalahan mutlak 0,005, sedangkan Neraca ohauss 310 gram
memiliki kesalahan mutlak 0,01 sehingga dapat disimpulkan bahwa Neraca
ohauss 311 gram yang paling teliti. Karena dikatakan paling teliti, maka hasil
pengukuran massa dengan menggunakan Neraca ohauss 311gram digunakan
sebagai nilai yang dibagi pada perhitungan massa jenis selanjutnya dengan
pembaginya diambil dari data pengukuran volume dengan alat ukur mistar,
jangka sorong, dan volume. Berikut adalah hasil perhitungan massa jenis
balok dan bola yang telah dilakukan
Massa Jenis
No Benda Alat Ukur
(g/mm3)
|7,9 ± 0,8|×10-3
Mistar
Jangka Sorong |7, 60 ± 0, 07|×10 -3
1 Balok Mikrometer
Sekrup |7, 40 ± 0,06|× 10-3
|9,2 ± 0,9|× 10-3
Mistar
Jangka Sorong |7,70 ± 0,08|× 10- 3
2 Bola Mikrometer
Sekrup |7,600 ± 0,034|×10 -3
SIMPULAN
1. Pada praktikum dasar pengukuran dan ketidakpastian ini dapat disimpul bahwa
2. Setiap pengukuran dapat memiliki kesalahan yang berbeda-beda, tergantung kepada
keadaan alat ukur, perbedaan tingkat ketelitian alat ukur, metode yang digunakan dalam
mengukur, dan kemampuan orang yang mengukurnya. Dalam praktikum ini dapat
dibedakan antara mana alat ukur yang lebih teliti dan tepat dalam memperkecil kesalahan
saat pengukuran.
3. Untuk mengukur panjang, digunakan alat ukur mistar dengan NST 1 mm, jangka sorong
dengan NST 0,05 mm, dan mikrometer sekrup dengan NST 0,01 mm. Sedangkan untuk
mengukur massa digunakan alat ukur Neraca Ohauss 2610 gram, Neraca Ohauss 311
gram, Neraca Ohauss 310 gram. Kemudian pada pengukuran waktu dan suhu digunakan
alat ukur termometer dan stopwatch yang secara berturut-turut memiliki NST sebesar 1 C
dan 0,1 sekon.
4. Penggunaan angka berarti digunakan untuk menentukan penulisan hasil pengukuran
berulang, banyak angka berarti yang digunakan ditentukan dari besarnya kesalahan
relatif.
REFERENSI
[1] Subaer, dkk. 2013. Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika I Unit LaboratoriumFisika
Modern Jurusan Fisika FMIPA UNM
[2] Herman, asisten FLD. 2014. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Makassar: unit
Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA UNM
[3] Serway, Jewett. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jagakarsa, Jakarta: Salemba
Teknika