Anda di halaman 1dari 27

Kelompok I

:
Instrumentasi adalah alat-alat (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem
yang lebih besar dan lebih kompleks. Instrumentasi bisa berarti alat untuk menghasilkan efek suara, seperti pada
instrumen musik , namun secara umum instrumentasi mempunyai 3 fungsi utama:
sebagai alat pengukuran

sebagai alat analisis, dan

sebagai alat kendali.


Instrumentasi sebagai alat pengukuran meliputi instrumentasi survey/ statistik, instrumentasi pengukuran
suhu, dll. Contoh dari instrumentasi sebagai alat analisis banyak dijumpai di bidang kimia dan kedokteran,
misalnya, sementara contoh instrumentasi sebagai alat kendali banyak ditemukan dalam bidang elektronika,
industri dan pabrik-pabrik. Sistem pengukuran, analisis dan kendali dalam instrumentasi ini bisa dilakukan
secara manual (hasilnya dibaca dan ditulis tangan), tetapi bisa juga dilakukan secara otomatis dengan
menggunakan komputer (sirkuit elektronik). Untuk jenis yang kedua ini, instrumentasi tidak bisa dipisahkan
dengan bidang elektronika dan instrumentasi itu sendiri.
Instrumentasi sebagai alat pengukur sering kali merupakan bagian depan/ awal dari bagian-bagian selanjutnya
(bagian kendalinya), dan bisa berupa pengukur dari semua jenis besaran fisis, kimia, mekanis, maupun besaran
listrik. Beberapa contoh di antaranya adalah pengukur: massa, waktu, panjang, luas, sudut, suhu, kelembaban,
tekanan, aliran, pH (keasaman), level, radiasi, suara, cahaya, kecepatan, torque, sifat listrik (arus listrik, tegangan
listrik, tahanan listrik), viskositas, density.
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan
ukur. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir
semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau indeks kepercayaan konsumen.
Pengukuran ada beberapa macam alat yaitu: micro meter,jangka sorong,dial indikator,viler gauge dll
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung, dinyatakan dengan angka dan mempunyai
satuan.Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa sesuatu itu dapat dikatakan sebagai besaran harus mempunyai 3
syarat yaitu
1. dapat diukur atau dihitung
2. dapat dinyatakan dengan angka-angka atau mempunyai nilai
3. mempunyai satuan
Bila ada satu saja dari syarat tersebut diatas tidak dipenuhi maka sesuatu itu tidak dapat dikatakan sebagai besaran.
Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Besaran Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena diperoleh dari pengukuran maka
harus ada alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa. Massa merupakan besaran fisika karena massa dapat
diukur dengan menggunakan neraca.
2. Besaran non Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan. Dalam hal ini tidak diperlukan alat
ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator. Contoh besaran non fisika adalah Jumlah.
Besaran Fisika sendiri dibagi menjadi 2 :
1. Besaran Pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepatan para ahli fisika. Besaran
pokok yang paling umum ada 7 macam yaitu Panjang (m), Massa (kg), Waktu (s), Suhu (K), Kuat Arus
Listrik (A), Intensitas Cahaya (cd), dan Jumlah Zat (mol). Besaran pokok mempunyai ciri khusus antara
lain diperoleh dari pengukuran langsung, mempunyai satu satuan (tidak satuan ganda), dan ditetapkan
terlebih dahulu.
2. Besaran Turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Besaran ini ada banyak macamnya
sebagai contoh gaya (N) diturunkan dari besaran pokok massa, panjang dan waktu. Volume (meter kubik)
diturunkan dari besaran pokok panjang, dan lain-lain. Besaran turunan mempunyai ciri khusus antara lain :
diperoleh dari pengukuran langsung dan tidak langsung, mempunyai satuan lebih dari satu dan diturunkan
dari besaran pokok.
Saat membahas bab Besaran dan Satuan maka kita tidak akan lepas dari satu kegiatan yaitu pengukuran.
Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai
satuan.
Pengertian Satuan
Satuan didefinisikan sebagai pembanding dalam suatu pengukuran besaran. Setiap besaran mempunyai satuan
masing-masing, tidak mungkin dalam 2 besaran yang berbeda mempunyai satuan yang sama. Apa bila ada dua
besaran berbeda kemudian mempunyai satuan sama maka besaran itu pada hakekatnya adalah sama. Sebagai
contoh Gaya (F) mempunyai satuan Newton dan Berat (w) mempunyai satuan Newton. Besaran ini kelihatannya
berbeda tetapi sesungguhnya besaran ini sama yaitu besaran turunan gaya. Untuk melihat berbagai rumus dalam
bab besaran dan satuan
Besaran berdasarkan arah dapat dibedakan menjadi 2 macam

1. Besaran vektor adalah besaran yang mempunyai nilai dan arah sebagai contoh besaran kecepatan,
percepatan dan lain-lain.
2. Besaran sekalar adalah besaranyang mempunyai nilai saja sebagai contoh kelajuan, perlajuan dan lainlain.

Karakteristik alat ukur


Mengetahui karakteristik alat ukur adalah penting agar pekerjaan pengukuran secara menyeluruh
(persiapan, pelaksanaan dan analisis) dapat diandalkan keberhasilannya. Seseorang tidak akan dapat merancang
pengukuran dengan benar tanpa mengetahui arti karakteristik dari alat ukur. Beberapa karakteristik penting dari alat
ukur adalah:
a. Ketelitian atau Keseksamaan (Accuracy)
Ketelitian atau accuracy didefenisikan sebagai ukuran seberapa jauh hasil pengukuran mendekati harga sebenarnya
dari pada besaran yang diukur. Ukuran ketelitian sering dinyatakan dengan dua cara, atas dasar perbedaan atau
kesalahan (error) terhadap harga yang sebenarnya, yaitu :
Contoh :
Sebuah amperemeter menunjukkan arus sebesar 10A sedangkan accuracy 1% maka kesalahan pengukurannya
adalah 1% X 10A = 0,1A sehingga harga sebenarnya dari hasil pengukurannya adalah (10 + 0,1)A.
b. Kecermatan atau Keterulangan (Precision/Repeatibility)
Adalah yang menyatakan seberapa jauh alat ukur dapat mengulangi hasilnya untuk harga yang sama. Atau derajat
dekat tidaknya hasil pengukuran satu terhadap yang lain. Dengan kata lain, alat ukur belum tentu akan dapat
memberikan hasil yang sama jika diulang, meskipun harga besaran yang diukur tidak berubah. Hal diatas berarti
bahwa jika suatu mikrometer menghasilkan angka 0,0002 mm, dan hasil yang hampir sama akan diperoleh kembali
meskipun pengukuran diulang-ulang, dikatakan bahwa mikrometer tersebut sangat cermat dan ketepatannya
(presisi) tinggi.
c. Resolusi
Adalah kemampuan sistem pengukur termasuk pengamatnya, untuk membedakan harga-harga yang hampir sama.
Resolusi adalah nilai perubahan terkecil yang dapat dirasakan oleh alat ukur. Contoh : suatu timbangan pada jarum
penunjuk yang menunjukkan perubahan 0,1 gram (terkecil yang dapat dilihat) maka dikatakan bahwa resolusi dari
timbangan tersebut adalah 0,1 gram. Harga resolusi sering dinyatakan pula dalam persen skala penuh.
Kemudahan pembacaan skala adalah sifat yang tergantung pada instrumen dan pengamatnya. Ini
menyatakan angka yang signifikan (mudah diamati) dan dapat direkam/dicatat sebagai data. Pada meter analog, ini
tergantung pada ketebalan tanda skala dan jarum penunjuknya. Pada meter digital, digit terakhir (least significant)
dapat dipakai sebagai ukuran kemudahan pembacaan skala.
d. Sensitivitas (Sebsitifity)
Sensitifitas adalah rasio antara perubahan pada output terhadap perubahan pada input. Pada alat ukur yang linier,
sensitivitas adalah tetap. Dalam beberapa hal harga sensitivitas yang besar menyatakan pula keunggulan dari alat
ukur yang bersangkutan. Alat ukur yang terlalu sensitif adalah sangat mahal, sementara belum tentu bermanfaat
untuk maksud yang kita inginkan.
Kepekaan (sensitivitas) menyatakan berapa besarnya harga pengukuran untuk setiap satuan harga sinyal input.
Sinyal input yang paling kecil yang memberikan sinyal output dan dapat diukur dinamakan sensitivitas alat ukur.

Pengertian Dimensi
Dimensi adalah sebuah sistem yang diukur dari kemungkinan gerak bebasnya. Misalnya saja ketika ada
kemungkinan gerak hanya ke depan dan ke belakang dia disebut dimensi satu, sedangkan ketika dia bisa ke atas
dan ke bawah maka dia disebut dua dimensi. Dalam kenyataannya kita adalah makhluk yang hidup di tiga dimensi
plus waktu. Ada beberapa dimensi yang kita kenal, saya akan mencoba menggambarkan beberapa dimensi itu.
Dimensi Nol. Dimensi nol adalah titik. Bukan dalam pengertian dari dimensi lain, karena titik dalam dimensi lain
bisa jadi memiliki panjang, lebar bahkan tinggi. Tapi titik sempurna. Dimensi ini disebut dimensi nol karena dalam
sistem ini tidak bisa bergerak ke manapun. Mungkin pilihan yang ada bagi sebuah titik adalah ada dan tidak ada.
Seperti berkedip.
Selanjutnya ketika kita tarik garis maka kita mendapatkan satu dimensi. Dalam satu dimensi sistem ini memiliki
satu kebebasan yaitu gerak ke kiri dan ke kanan. Coba bayangkan sebuah titik, dia bisa bergerak dengan bebas ke
posisi manapun dalam garis. Sebuah garis yang kecil misalnya bisa bergerak ke kanan dan ke kiri dan berhenti di
posisi manapun di dimensi ini. Namun bagaimanapun mereka bergerak mereka tak akan bisa bergerak seperti gerak
dimensi lain yaitu atas bawah.
Selanjutnya adalah dua dimensi. Dalam dimensi ini ditambah kebebasan untuk gerak ke atas dan ke bawah. Contoh
dari benda yang memiliki dimensi ini adalah gambar kubus atau segitiga. Mereka bisa bergerak bebas dalam suatu
hamparan bidang dua dimensi, seperti sebuah kertas.
Tiga dimensi adalah tempat kita hidup. Dimensi ini memiliki panjang, lebar dan tinggi. Dalam dimensi ini gerak menjadi lebih
bebas. Kita bisa bergerak ke atas, bawah kiri,kanan depan belakang.

Kelompok 2
Arus Bolak Balik
Arus bolak-balik (AC/alternating current) adalah arus listrik dimana besarnya dan arahnya arus berubahubah secara bolak-balik. Berbeda dengan arus searah dimana arah arus yang mengalir tidak berubah-ubah
dengan waktu. Bentuk gelombang dari listrik arus bolak-balik biasanya berbentuk gelombang sinusoida,
karena ini yang memungkinkan pengaliran energi yang paling efisien. Namun dalam aplikasi-aplikasi
spesifik yang lain, bentuk gelombang lain pun dapat digunakan, misalnya bentuk gelombang segitiga
(triangular wave) atau bentuk gelombang segi empat (square wave).
Secara umum, listrik bolak-balik berarti penyaluran listrik dari sumbernya (misalnya PLN) ke kantorkantor atau rumah-rumah penduduk. Namun ada pula contoh lain seperti sinyalsinyal radio atau audio yang disalurkan melalui kabel, yang juga merupakan listrik arus bolak-balik. Di
dalam aplikasi-aplikasi ini, tujuan utama yang paling penting adalah pengambilan informasi yang
termodulasi atau terkode di dalam sinyal arus bolak-balik tersebut.

Karakteristik Beban pada Listrik AC


Dalam sistem listrik arus bolak-balik, jenis beban dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
Beban resistif (R)
Beban induktif (L)
Beban kapasitif (C)
1. Beban Resistif (R)
Beban resistif (R) yaitu beban yang terdiri dari komponen tahanan ohm saja (resistance), seperti elemen
pemanas (heating element) dan lampu pijar. Beban jenis ini hanya mengkonsumsi beban aktif saja dan
mempunyai faktor daya sama dengan satu. Tegangan dan arus sefasa. Persamaan daya sebagai berikut :
P = VI
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V = tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yng mengalir pada beban (A)

Gb. Gelombang resistif pada rangkaian AC

Gb. Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Resistif


2. Beban Induktif (L)
Beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparat kawat yang dililitkan pada suatu inti, seperti
coil, transformator, dan solenoida. Beban ini dapat mengakibatkan pergeseran fasa (phase shift) pada arus
sehingga bersifat lagging. Hal ini disebabkan oleh energi yang tersimpan berupa medan magnetis akan
mengakibatkan fasa arus bergeser menjadi tertinggal terhadap tegangan. Beban jenis ini menyerap daya
aktif dan daya reaktif. Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai berikut :
P = VI cos
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V = tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yang mengalir pada beban (A)
= sudut antara arus dan tegangan

Gb. Rangkaian Induktif Gelombang AC

Gb. Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Induktif

Untuk menghitung besarnya rektansi induktif (XL), dapat digunakan rumus :


Dengan :
XL = reaktansi induktif
F = frekuensi (Hz)
L = induktansi (Henry)
3. Beban Kapasitif (C)
Beban kapasitif (C) yaitu beban yang memiliki kemampuan kapasitansi atau kemampuan untuk
menyimpan energi yang berasal dari pengisian elektrik (electrical discharge) pada suatu sirkuit.
Komponen ini dapat menyebabkan arus leading terhadap tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif
dan mengeluarkan daya reaktif. Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai berikut :
P = VI cos
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V= tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yang mengalir pada beban (A)
= sudut antara arus dan tegangan

Gb. Rangkaian Kapasitif Gelombang AC

Gb. Grafik Arus dan Tegangan Pada Beban Kapasitif


Untuk menghitung besarnya rektansi kapasitif (XC), dapat digunakan rumus seperti dibawah ini :

Dengan :
XL = reaktansi kapasitif
f = frekuensi

C = kapasitansi (Farad)
Daya dalam rangkaian arus bolak balik
Daya resistif dan reaktif dalam rangkaian arus bolak balik
Tenaga listrik mempunyai kedudukan yang vital dalam kehidupan masyarakat karena menyangkut hajat hidup orang banyak,
tenaga listrik sebagai hasil pengolahan sumber daya energi mempunyai fungsi vital sebagai sarana penghidupan dan prasarana
pembangunan sosial ekonomi.
Dalam artikel ini akan dibahas hal yang sangat penting tentang komponen dasar kelistrikan dan pengaruhnya terhadap daya
listrik. Pengelolaan, perawatan serta pengembangan kelistrikan harus mengikuti kaidah-kaidah yang ada agar tercapai maksud
dan tujuan dari pemanfaatan energi tersebut sehingga energi tersebut tidak berbalik memanfaatkan lingkungannya, oleh karena
itu pemahaman dan pengetahuan tentang ketenaga listrikan mutlak diperlukan agar rugi-rugi dapat ditekan sekecil mungkin
agar nilai keekonomiannya berimbang.
Didalam sebuah rangkaian listrik arus bolak-balik (alternating current, ac) satu phasa, sumber tegangan 220 Volt, 50 Hz
dengan beban resistif akan mendisipasi daya seperti yang diperlihatkan oleh Gbr.1 di bawah ini:

Dalam contoh ini, arus yang mengalir ke beban resistif murni sebesar 4,4 Ampere kuadrat arus(rms), Irms. Disipasi daya pada
beban akan menjadi 968 Watt. Karena beban resistif murni (tidak ada reaktansi), arus dalam rangkaian memiliki phasa yang
sama dengan tegangan dan dalam perhitungan tampak seperti setara rangkaian arus searah(direct current, dc).
Jika kita plot bentuk gelombang arus, tegangan dan daya pada rangkaian ini, akan terlihat seperti dalam Gbr.2 di bawah ini.
Dalam Gbr.2 tampak bahwa bentuk gelombang daya akan selalu positif dan tak pernah negatif untuk rangkaian resistif. Ini
artinya bahwa selalu terjadi disipasi daya pada beban resistif, dan tidak pernah kembali ke sumber seperti halnya dengan beban
reaktif.
Jika sumber adalah generator mekanik, rangkaian ini akan menyerap sebanyak 968 watt energi mekanik atau sekitar 1,3 kali
tenaga kuda (1,3 PK) untuk memutar poros. Juga tampak bahwa gelombang daya tidak pada frekuensi yang sama terhadap
gelombang tegangan ataupun arus tapi sebaliknya, frekuensi daya dua kali lipat dari bentuk gelombang tegangan atau arus.
Frekuensi yang berbeda ini menyebabkan kita tak dapat menyatakan daya
dengan menggunakan notasi komplex (rectangular atau polar) seperti halnya
yang digunakan pada notasi tegangan, arus dan impedansi karena bentuk ini
menyiratkan simbolisme matematika hubungan phasa yang tidak berubah.
Ketika frekuensi tidak sama, maka hubungan phasa perubahan terus-menerus
sehingga cara terbaik untuk melanjutkan perhitungan listrik arus bolak-balik
adalah dengan menggunakan notasi skalar dan untuk menangani hubungan
phasa yang relevan adalah dengan menggunakan notasi trigonometri.
Sebagai perbandingan, mari kita perhatikan sebuah rangkaian arus bolak-balik
sederhana dengan beban reaktif murni seperti pada Gbr.3 di bawah ini. Jika di
plot bentuk gelombang dari arus, tegangan dan daya dari rangkaian tersebut akan terlihat seperti dalam Gbr.4 di bawah ini.
Perhatikan bahwa daya berubah secara seimbang antara siklus positif dan negatif.
Isyarat ini menyatakan bahwa daya sedang bergantian di serap dari dan kembali ke sumbernya. Jika sumber adalah generator
mekanik, hampir tidak ada energy yang terserap dari jaringan mekanik untuk memutar poros, karena tidak ada daya yang
digunakan oleh beban. Poros generator akan mudah berputar, dan induktor tidak menjadi panas sebagaiman sebuah resistor.

Sekarang, mari kita asumsikan rangkaian arus bolak-balik dengan beban yang terdiri dari induktansi dan resistansi seperti
diperlihatkan pada Gbr.5 di bawah ini:
Pada frekuensi 50 Hz, induktansi 150 mH memberikan reaktansi induktif sebesar 47,145 . Reaktansi induktif ini bergabung
dengan resistif 50 , membentuk impedansi beban total 50 + j47,145 , atau 68,722 43,315o.
Jika kita mengabaikan sudut phasa, kita dapat menghitung arus yang mengalir di dalam rangkaian tersebut dengan mengambil
besaran polar dari sumber tegangan 220 Volt dan membaginya dengan besaran polar impedansi 68,722 . Dengan tegangan
listrik 220 Volt rms, beban saat ini adalah sebesar 3,201 A.
Besaran ini akan diindikasikan oleh sebuah ampere meter rms jika dihubungkan secara seri
dengan resistor dan induktor. Kita telah ketahui bahwa komponen reaktif tidak mendisipasi
daya, karena komponen ini sama-sama menyerap daya dari dan kembali ke sumber daya
pada seluruh rangkaian. Oleh karena itu, setiap beban reaktansi induktif juga tidak
mendisipasi daya. Satu-satunya komponen yang mendisipasi daya di sini adalah bagian
beban impedansi resistif.
Jika kita perhatikan plot dari bentuk gelombang tegangan, arus dan daya total pada rangkaian ini dapat diketahui bagaimana
kombinasi ini bekerja, seperti tampak pada Gbr.6 di bawah ini.

Seperti halnya sirkuit reaktif, perubahan bentuk gelombang daya antara positif dan negative merupakan nilai sesaat terhadap
waktu. Dalam sebuah rangkaian reaktif murni perubahan antara daya positif dan daya
negatif terbagi sama besar, mengakibatkan disipasi daya bersih adalah nol. Disipasi daya
hampir tidak terjadi pada reaktansi akan tetapi tidak demikian pada resistif. Namun di
sirkuit dengan resistansi dan reaktansi campuran seperti Gbr.5, bentuk gelombang daya
akan tetap berubah antara positif dan negatif, akan tetapi besar daya positif akan melebihi
besarnya daya negatif. Dengan kata lain, kombinasi beban induktif dengan beban resistif
akan mengkonsumsi lebih banyak daya dari pada daya yag kembali ke sumbernya.
Pada plot bentuk gelombang daya, tampak bahwa gelombang di sisi positif lebih besar dari pada di sisi negatif, ini
menunjukkan bahwa ada daya yang terserap lebih oleh beban dari pada yang kembali ke rangkaian. Adapun daya yang
kembali kerangkaian tersebut terjadi karena adanya reaktansi induktif, ketidak seimbangan gelombang daya positif terhadap
negatif ini disebabkan oleh resistensi yang menghamburkan daya keluar dari rangkaian dan biasanya dalam bentuk panas. Jika
sumber daya adalah generator mekanik maka jumlah energi mekanik yang diperlukan untuk memutar poros akan menjadi
jumlah daya rata-rata antara siklus daya positif dan siklus daya negatif.
Secara matematis yang mewakili daya dalam rangkaian arus bolak-balik menjadi sebuah pekerjaan yang menarik, karena
gelombang daya tidak pada frekuensi yang sama terhadap tegangan atau arus. Selanjutnya, sudut phasa daya sangat berbeda
dari sudut phasa tegangan ataupun arus, sedangkan sudut phasa tegangan atau arus diwakili oleh pergeseran waktu relative antara
dua gelombang, sudut phasa daya merupakan rasio antara disipasi daya yang dihamburkan terhadap daya yang kembali ke sumber.

Karena menggunakan cara yang berbeda dalam menentukan daya, tegangan atau arus dalam rangkaian listrik arus bolak-balik,
hal ini sesungguhnya untuk lebih memudahkan dalam menghitung besaran daya dari angka-angka kuantitas scalar dari
tegangan, arus, hambatan dan reaktansi dari pada mencoba menurunkannya dari vektor atau bilangan kompleks dari tegangan,
arus dan impedansi.
Kesimpulan:
Dalam rangkaian resistif murni, semua daya dalam rangkaian didisipasikan oleh resistor. Tegangan dan arus dalam phasa yang
sama. Dalam rangkaian reaktif murni, tidak ada daya dalam rangkaian yang didisipasikan oleh beban. Sebaliknya, daya
bergantian diserap dari dan kembali ke sumber. Tegangan dan arus berbeda phasa sebesar 90o antara satu sama lain.
Dalam sebuah rangkaian yang terdiri dari impedansi campuran, resistansi dan reaktansi, akan ada lebih banyak daya yang
dihamburkan oleh beban dibandingkan yang kembali ke sumber, tetapi beberapa daya pasti akan dihamburkan dan beberapa
hanya akan diserap dan dikembalikan. Tegangan dan arus dalam rangkaian tersebut akan berbeda phasa antara 0o dan 90o
Pengertian Listrik 1 Phasa
Listrik 1 phasa adalah instalasi listrik yang menggunakan dua kawat penghantar yaitu 1 kawat phasadan 1 kawat 0 (netral).
Pengertian sederhananya adalah listrik 1 phasa terdiri dari dua kabel yaitu 1bertegangan dan 1 netral. Umumnya listrik 1 phasa
bertegangan 220 volt yang digunakan banyakorang. Biasanya listrik 1 phasa digunakan untuk listrik perumahan, namun listrik
PLN di jalanan itumemiliki 3 phasa, tetapi yang masuk ke rumah kita hanya 1 phasa karena kita tidak memerlukandaya besar.
Misalnya yang ke rumah kita adalah PhaseR, tetangga kita mungkin PhaseS, dantetangga yang lain Phase T.
Pengertian Listrik 3 Phasa
Listrik 3 phasa adalah instalasi listrik yang menggunakan tiga kawat phasa dan satu kawat 0 (netral)atau kawat ground.
Menurut istilah Listrik 3 Phasa terdiri dari 3 kabel bertegangan listrik dan 1 kabelNetral. Umumnya listrik 3 phasa bertegangan
380V yang banyak digunakan Industri atau pabrik.Listrik 3 phasa adalah listrik AC (alternating current) yang menggunakan 3
penghantar yangmempunyai tegangan sama tetapi berbeda dalam sudut phase sebesar 120 degree.Ada 2 macam hubungan
dalam koneksi 3 penghantar, yaitu :1.
Hubungan bintang (Y atau star).
2. Hubungan delta.Ada 2 macam tegangan listrik yang dikenal dalam sistem 3 phasa ini, yaitu :
1.Tegangan antar phase (Vpp : voltage phase to phase atau ada juga yang menggunakan istilahVoltage line to line).
2.Tegangan phase ke netral (Vpn : Voltage phase to netral atau Voltage line to netral).Keuntungan Listrik 3 phasa yaitu :1.
Menyediakan daya listrik yang besar ( biasanya pada industri menengah dan besar ). Industriatau hotel memerlukan daya
listrik yang besar sehingga memerlukan line yang banyak. Tapipada output terakhir untuk pemakaian hanya memerlukan
satu phasa ( memilih salah satudari 3 phasa ). Listrik 3 phasa biasanya diperlukan untuk menggerakkan motor industri
yangmemerlukan daya besar.2.
Karena menggunakan tegangan yang lebih tinggi maka arus yang akan mengalir akan lebihrendah untuk daya yang sama.
Sehingga untuk daya yang besar, kabel yang digunakan bisalebih kecil.3.
Untuk motor induksi, listrik 3 phasa tidak memerlukan kapasitor.beda 3 fasa dan 1 fasaPengertian Listrik 3(tiga) phase :
Bila suatu alat membutuhkan catu daya listrik 3(tiga) phase, maka hubungannya dengan catu daya =R S T (phase to phase 380
Volt).Pengertian Listrik 1(satu) phase :Bila suatu alat membutuhkan catu daya listrik 1(satu) phase, maka hubungan nya
dengan catu daya= R dengan N atau S-N atau T-N. (phase to Neutral 220 Volt).Itu dari sisi koneksi (hubungan).Sedangkan dari
sisi effisiensi, pemakaian 3(tiga) phase dapat memperkecil Ampere (arus listrik) dansecara otomatis memperkecil diameter
penghantar (kabelBeda listrik 1 fase sama 3 fase ialah kalau satu fase hanya terdiri dari fasa dan netral (+&-) dgntegangan out
put 220V 3 fasa terdiri dari 3 arus positif dan satu netral dengan simbol (R,S,T,N) RSTadalah fasa dan N adalah netral
digunakan untuk motor 3 fasa atau instalasi satu fasa juga bisadengan out put R-N : 220V S-N:220V T-N 220V R-T:380V RS:380V T-S:380V.

Sistem 1 fasa dan 3 fasa


Di dalam jaringan listrik ada 2 sistem jaringan : jaringan 1 fasa dan jaringan 3 fasa.Jaringan 1 fasaatau di sebut juga
JTR ( jaringan tegangan rendah ) jaringan ini hanya melayani rumah rumah sajadan tegangan yang melalu ini hanya 220 Volt
teganagn ini untuk tegangan rumah rumahsaja.Jaringan 3 fasa atau sebut saja JTM (Jaringan tegangan menengah) jaringan
ini menampungbeban tinggi dan untuk pengaliran tegangan saja. setiap sistem jaringan,jaringan 1 fasa ataupun 3fasa
mempunyai kekurangan dan kelebihan sendiri sendiri.:
Kekurangan dan kelebihan jaringan 1 fasa:
1.Kekurangan sistem 1 fasa:
Hanya terdiri dari 2 penghanatar saja yaitu Fasa R dan Netral
Beban yang besar di tampung oleh 1 penghantar saja
Pada generator 1 fasa ,generator menjadi lebih besar.
2.Kelebihan sistem 1 fasa:
Lebih simpel karena terdiri hanya 2 Penghantar saja dalam jaringan
EkonomisKekurangan dan kelebihan sistem 3 fasa1.

Kekurangan sistem 3 fasa


Mahal
Waktu yang di perlukan lebih lama
2.Kelebihan sistem 3 fasa:tegangan yang besar mampu di bagi menjadi 3 Penghantar yaitu R,S,T dan N, Generator yang
menggunakan sistem ini ukuranya lebih kecil simple.

Kesalahan Alat Ukur,Keamanan dan Keselamatan Pengukuran


Andre Wahyu Ramadhan (2013-71-003)
Handika Nur Ikhsan

(2013-71-004)

Rahmat Rezky

(2013-71-009)

-Kesalahan dalam Pengukuran


Dalam proses pengukuran paling tidak ada tiga faktor yang terlibat yaitu alat ukur, benda ukur dan orang yang melakukan
pengukuran. Hasil pengukuran tidak mungkin mencapai kebenaran yang absolut karena keterbatasan dari bermacam faktor.
Yang diperoleh dari pengukuran adanya hasil yang dianggap paling mendekati dengan harga geometris obyek ukur. Meskipun
hasil pengukuran itu merupakan hasil yang dianggap benar, masih juga terjadi penyimpangan hasil pengukuran. Masih ada
faktor lain lagi yang juga sering menimbulkan penyimpangan pengukuran yaitu lingkungan. Lingkungan yang kurang tepat
akan mengganggu jalannya proses pengukuran.
1. Kesalahan pengukuran karena alat ukur
Di postingan sebelumnya telah disinggung adanya bermacam-macam sifat alat ukur. Kalau sifat-sifat yang merugikan ini
tidak diperhatikan tentu akan menimbulkan banyak kesalahan dalam pengukuran. Oleh karena itu, untuk mengurangi
terjadinya penyimpangan pengukuran sampai seminimal mungkin maka alat ukur yang akan dipakai harus dikalibrasi terlebih
dahulu. Kalibrasi ini diperlukan disamping untuk mengecek kebenaran skala ukurnya juga untuk menghindari sifat-sifat yang
merugikan dari alat ukur, seperti kestabilan nol, kepasifan, pengambangan, dan sebagainya.
2. Kesalahan pengukuan karena benda ukur
Tidak semua benda ukur berbentuk pejal yang terbuat dari besi, seperti rol atau bola baja, balok dan sebagainya. Kadangkadang benda ukur terbuat dari bahan alumunium, misalnya kotak-kotak kecil, silinder, dan sebagainya. Benda ukur seperti ini
mempunyai sifat elastis, artinya bila ada beban atau tekanan dikenakan pada benda tersebut maka akan terjadi perubahan
bentuk. Bila tidak hati-hati dalam mengukur benda-benda ukur yang bersifat elastis maka penyimpangan hasil pengukuran
pasti akan terjadi. Oleh karena itu, tekanan kontak dari sensor alat ukur harus diperkirakan besarnya.
Di samping benda ukur yang elastis, benda ukur tidak elastis pun tidak menimbulkan penyimpangan pengukuran misalnya
batang besi yang mempunyai penampang memanjang dalam ukuran yang sama, seperti pelat besi, poros-poros yang relatif
panjang dan sebagainya.
Batang-batang seperti ini bila diletakkan di atas dua tumpuan akan terjadi lenturan akibat berat batang sendiri. Untuk
mengatasi hal itu biasanya jarak tumpuan ditentukan sedemikian rupa sehingga diperoleh kedua ujungnya tetap sejajar. Jarak
tumpuan yang terbaik adalah 0.577 kali panjang batang dan juga yang jaraknya 0.544 kali panjang batang.
Kadang-kadang diperlukan juga penjepit untuk memegang benda ukur agar posisinya mudah untuk diukur. Pemasangan
penjepit ini pun harus diperhatikan betul-betul agar pengaruhnya terhadap benda kerja tidak menimbulkan perubahan bentuk
sehingga bisa menimbulkan penyimpangan pengukuran.
3. Kesalahan pengukuran karena faktor si pengukur
Bagaimanapun presisinya alat ukur yang digunakan tetapi masih juga didapatkan adanya penyimpangan pengukuran,
walaupun perubahan bentuk dari benda ukur sudah dihindari. Hal ini kebanyakan disebabkan oleh faktor manusia yang
melakukan pengukuran. Manusia memang mempunyai sifat-sifat tersendiri dan juga mempunyai keterbatasan. Sulit diperoleh
hasil yang sama dari dua orang yang melakukan pengukuran walaupun kondisi alat ukur, benda ukur dan situasi
pengukurannya dianggap sama. Kesalahan pengukuran dari faktor manusia ini dapat dibedakan antara lain sebagai berikut:
kesalahan karena kondisi manusia, kesalahan karena metode yang digunakan, kesalahan karena pembacaan skala ukur yang
digunakan.
1.Kesalahan Karena Kondisi Manusia
Kondisi badan yang kurang sehat dapat mempengaruhi proses pengukuran yang akibatnya hasil pengukuran juga kurang
tepat. Contoh yang sederhana, misalnya pengukur diameter poros dengan jangka sorong. Bila kondisi badan kurang sehat,
sewaktu mengukur mungkin

badan sedikit gemetar, maka posisis alat ukur terhadap benda ukur sedikit mengalami perubahan. Akibatnya, kalau tidak
terkontrol tentu hasil pengukurannya juga ada penyimpangan. Atau mungkin juga penglihatan yang sudah kurang jelas walau
pakai kaca mata sehingga hasil pembacaan skala ukur juga tidak tepat. Jadi, kondisi yang sehat memang diperlukan sekali
untuk melakukan pengukuran, apalagi untuk pengukuran dengan ketelitian tinggi.
2. Kesalahan Karena Metode Pengukuran yang Digunakan
Alat ukur dalam keadaan baik, badan sehat untuk melakukan pengukuran, tetapi masih juga terjadi penyimpangan
pengukuran. Hal ini tentu disebabkan metode pengukuran yang kurang tepat. Kekurangtepatan metode yang digunakan ini
berkaitan dengan cara memilih alat ukur dan cara menggunakan atau memegang alat ukur. Misalnya benda yang akan diukur
diameter poros dengan ketelitian 0,1 milimeter. Alat ukur yang digunakan adalah mistar baja dengan ketelitian 0,1 milimeter.
Tentu saja hasil pengukurannya tidak mendapatkan dimensi ukuran sampai 0,01 milimeter. Kesalahan ini timbul karena tidak
tepatnya memilih alat ukur.
Cara memegang dan meletakkan alat ukur pada benda kerja juga akan mempengaruhi ketepatan hasil pengukuran. Misalnya
posisi ujung sensor jam ukur, posisi mistar baja, posisi kedua rahang ukur jangka sorong, posisi kedua ujung ukur dari
mikrometer, dan sebagainya. Bila posisi alat ukur ini kurang diperhatikan letaknya oleh si pengukur maka tidak bisa dihindari
terjadinya penyimpangan dalam pengukuran.

3.Kesalahan Karena Pembacaan Skala Ukur


Kurang terampilnya seseorang dalam membaca skala ukur dari alat ukur yang sedang digunakan akan mengakibatkan banyak
terjadi penyimpangan hasil pengukuran. Kebanyakan yang terjadi karena kesalahan posisi waktu membaca skala ukur.
Kesalahan ini sering disebut, dengan istilah paralaks. Paralaks sering kali terjadi pada si pengukur yang kurang memperhatikan
bagaimana seharusnya dia melihat skala ukur pada waktu alat ukur sedang digunakan. Di samping itu, si pengukur yang
kurang memahami pembagian divisi dari skala ukur dan kurang mengerti membaca skala ukur yang ketelitiannya lebih kecil
daripada yang biasanya digunakannya juga akan berpengaruh terhadap ketelitian hasil pengukurannya.
Jadi, faktor manusia memang sangat menentukan sekali dalam proses pengukuran. Sebagai orang yang melakukan
pengukuran harus menetukan alat ukur yang tepat sesuai dengan bentuk dan dimensi yang akan diukur. Untuk memperoleh
hasil pengukuran yang betul-betul dianggap presisi tidak hanya diperlukan asal bisa membaca skala ukur saja, tetapi juga
diperlukan pengalaman dan ketrampilan dalam menggunakan alat ukur. Ada beberapa faktor yang harus dimiliki oleh
seseorang yang akan melakukan pengukuran yaitu:
1.Memiliki pengetahuan teori tentang alat ukur yang memadai dan memiliki ketrampilan atau pengalaman dalam
praktik-praktik pengukuran.
2.Memiliki pengetahuan tentang sumber-sumber yang dapat menimbulkan penyimpangan dalam pengukuran dan
sekaligus tahu bagaimana cara mengatasinya.
3.Memiliki kemampuan dalam persoalan pengukuran yang meliputi bagaimana menggunakannya, bagaimana,
mengalibrasi dan bagaimana memeliharanya.
4. Kesalahan karena faktor lingkungan
Ruang laboratorium pengukuran atau ruang-ruang lainnya yang digunakan untuk pengukuran harus bersih, terang dan teratur
rapi letak peralatan ukurnya. Ruang pengukuran yang banyak debu atau kotoran lainnya sudah tentu dapat menganggu
jalannya proses pengukuran. Disamping si pengukur sendiri merasa tidak nyaman juga peralatan ukur bisa tidak normal
bekerjanya karena ada debu atau kotoran yang menempel pada muka sensor mekanis dan benda kerja yang kadang-kadang
tidak terkontrol oleh si pengukur. Ruang pengukuran juga harus terang, karena ruang yang kurang terang atau remang-remang
dapat mengganggu dalam membaca skala ukur yang hal ini juga bisa menimbulkan penyimpangan hasil pengukuran.
Akan tetapi, untuk penerangan ini ruang pengukuran sebaiknya tidak banyak diberi lampu penerangan. Sebeb terlalu banyak
lampu yang digunakan tentu sedikit banyak akan mengakibatkan suhu ruangan menjadi lebih panas. Padahal, menurut standar
internasional bahwa suhu atau temperatur ruangan pengukur yang terbaik adalah 20C apabila temperatur ruangan pengukur
sudah mencapai 20C, lalu ditambah lampu-lampu penerang yang terlalu banyak, maka temperatur ruangan akan berubah.
Seperti kita ketahui bahwa benda padat akan berubah dimensi ukurannya bila terjadi perubahan panas. Oleh karena itu,
pengaruh dari temperatur lingkungan tempat pengukuran harus diperhatikan.

-Kelas Alat Ukur


1. Alat Ukur Panjang
Penggaris/mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup merupakan contoh alat ukur panjang. Setiap alat ukur
memiliki ketelitian yang berbeda, sehingga kamu harus bisa memilih alat ukur yang tepat untuk sebuah pengukuran. Pemilihan
alat ukur yang kurang tepat akan menyebabkan kesalahan pada hasil pengukuran.
a. Mistar

Gambar 1
Alat ukur panjang yang sering kamu gunakan adalah mistar atau penggaris.
Pada umumnya, mistar memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm. Mistar mempunyai
ketelitian pengukuran 0,5 mm, yaitu sebesar setengah dari skala terkecil yang dimiliki
oleh mistar. Pada saat melakukan pengukuran dengan menggunakan mistar, arah
pandangan hendaknya tepat pada tempat yang diukur. Artinya, arah pandangan harus
tegak lurus dengan skala pada mistar dan benda yang di ukur. Jika pandangan mata
tertuju pada arah yang kurang tepat, maka akan menyebabkan nilai hasil pengukuran
menjadi lebih besar atau lebih kecil. Kesalahan pengukuran semacam ini di
sebut kesalahan paralaks.
b. Jangka Sorong

Gambar 2
Jangka sorong terdiri atas dua bagian, yaitu rahang tetap dan
rahang geser. Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap
merupakan skala utama, sedangkan skala pendek yang terdapat pada
rahang
geser
merupakan skala nonius atau vernier. Nama
vernier
diambilkan dari nama penemu jangka sorong, yaitu Pierre Vernier, seorang
ahli teknik berkebangsaan Prancis.
Skala utama pada jangka sorong memiliki skala dalam cm dan
mm. Sedangkan skala nonius pada jangka sorong memiliki panjang 9 mm
dan di bagi dalam 10 skala, sehingga beda satu skala nonius dengan satu skala pada skala utama adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
Jadi, skala terkecil pada jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
Jangka sorong tepat digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, kedalaman tabung, dan panjang benda
sampai nilai 10 cm. Untuk lebih memahami tentang tentang jangka sorong, perhatikan Gambar.
c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup sering digunakan untuk mengukur tebal benda-benda tipis dan mengukur diameter benda-benda
bulat yang kecil seperti tebal kertas dan diameter kawat. Mikrometer sekrup terdiri atas dua bagian, yaitu poros tetap dan poros
ulir. Skala panjang yang terdapat pada poros tetap merupakan skala utama, sedangkan skala panjang yang terdapat pada poros
ulir merupakan skala nonius.
Skala utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam mm, sedangkan skala noniusnya terbagi dalam 50 bagian.
Satu bagian pada skala nonius mempunyai nilai 1/50 0,5 mm atau 0,01 mm. Jadi, mikrometer sekrup mempunyai tingkat
ketelitian paling tinggi dari kedua alat yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu 0,01 mm. Perhatikan gambar berikut!

Gambar 3
2. Alat Ukur Massa
Massa benda menyatakan banyaknya zat yang terdapat dalam suatu benda. Massa tiap benda selalu sama dimana pun
benda tersebut berada. Satuan SI untuk massa adalah kilogram (kg).

Gambar 4
Alat untuk mengukur massa disebut neraca. Ada beberapa jenis neraca, antara lain, neraca ohauss, neraca lengan,
neraca langkan, neraca pasar, neraca tekan, neraca badan, dan neraca elektronik. Setiap neraca memiliki spesifikasi
penggunaan yang berbeda-beda. Jenis neraca yang umum ada di sekolah Anda adalah neraca tiga lengan dan empat lengan.
Pada neraca tiga lengan, lengan paling depan memuat angka satuan dan sepersepuluhan, lengan tengah memuat angka
puluhan, dan lengan paling belakang memuat angka ratusan.
Cara menimbang dengan menggunakan neraca tiga lengan adalah sebagai berikut.
a. Posisikan skala neraca pada posisi nol dengan menggeser penunjuk pada lengan depan dan belakang ke sisi kiri dan
lingkaran skala diarahkan pada angka nol!
b. Periksa bahwa neraca pada posisi setimbang!
c. Letakkan benda yang akan diukur di tempat yang tersedia pada neraca!
d. Geser ketiga penunjuk diurutkan dari penunjuk yang terdapat pada ratusan, puluhan, dan satuan sehingga tercapai keadaan
setimbang!
e. Bacalah massa benda dengan menjumlah nilai yang ditunjukkan oleh penunjuk ratusan, puluhan, satuan, dan
sepersepuluhan!
3. Alat Ukur Waktu

Gambar 6
Standar satuan waktu adalah sekon atau detik. Alat yang digunakan untuk mengukur waktu biasanya adalah jam atau
arloji. Untuk mengukur selang waktu yang pendek di gunakan stopwatch. Stopwatchmemiliki tingkat ketelitian sampai 0,01
detik. Alat ukur yang paling tepat adalah jam atom. Jam ini hanya digunakan oleh para ilmuwan di laboratorium.
Arloji ada dua jenis, yaitu arloji mekanis dan arloji digital. Jarum arloji mekanis digerakkan oleh gerigi mekanis yang
selalu berputar, sedangkan arloji digital berdasarkan banyaknya getaran yang dilakukan oleh sebuah kristal kuarsa yang sangat
kecil. Arloji akan bekerja sepanjang sumber energinya masih ada. Ketelitian arloji adalah 1 sekon. Kelemahan arloji mekanis
maupun digital adalah selalu bergerak sehingga sulit dibaca secara teliti.
Waktu yang terbaca pada arloji mekanis ditunjukkan oleh kerja ketiga jarum, yaitu jarum jam, jarum menit, dan jarum
detik. Jarum jam bergerak satu skala tiap satu jam, jarum menit bergerak satu skala tiap satu menit, jarum detik bergerak satu
skala tiap satu detik. Cara membaca untuk arloji digital sangat mudah sebab angka yang ditampilkan pada arloji sudah
menunjukkan waktunya.
Keselamatan kerja
Keselamatan kerja dalam pengukuran merupakan poin penting yang harus diperhatikan setiap praktikan pada
saat melakukan pengukuran atau percobaan di ruang laboratorium. Hal ini perlu menjadi perhatian setiap siswa karena dapat
membahayakan keselamatan bersama, mengingat di laboratorium banyak bahan berbahaya atau peralatan yang dapat melukai
praktikan itu sendiri.
Keselamatan kerja dalam pengukuran merupakan poin penting yang harus diperhatikan setiap siswa pada saat melakukan
pengukuran atau percobaan di ruang laboratorium. Hal ini perlu menjadi perhatian setiap siswa karena dapat membahayakan
keselamatan bersama, mengingat di laboratorium banyak bahan berbahay atau peralatan yang dapat melukai.

Keselamatan Kerja Dalam Pengukuran

Belajar fisika tidak dapat dipisahkan dari kegiatan laboratorium. Dalam melaksanakan percobaan dan
kegiatan di laboratorium mungkin saja terjadi kecelakaan. Oleh karena itu, penting sekali untuk menjaga
keselamatan dalam bekerja. Salah satu usaha menjaga keselamatan kerja dan mencegah terjadinya
kecelakaan adalah dengan memperhatikan dan melaksanakan tata tertib di laboratorium.

Pentingnya Mengutamakan Keselamatan Kerja Dalam Pengukuran


Mengapa kecelakaan dapat terjadi? Kecelakaan di laboratorium dapat terjadi disebabkan beberapa hal,
antara lain :
1

tidak mematuhi tata tertib laboratorium,

tidak bersikap baik dalam melaksanakan kegiatan laboratorium,

kurangnya pemahaman dan pengetahuan terhadap alat, bahan, serta cara penggunaannya,

kurangnya penjelasan dari guru atau tenaga laboratorium, dan

tidak menggunakan alat pelindung.

Adapun bahaya-bahaya yang mungkin perlu diantisipasi di lingkungan laboratorium adalah sebagai berikut:
1

luka bakar akibat panas,

bahaya listrik,

bahaya radioaktif, dan

bahaya kebakaran.

Kejadian-kejadian diatas tidak akan terjadi apabila setiap orang dilingkungan laboratorium saling mengutamakan keselamatan
kerja dalam pengukuran.
Keselamatan Kerja dalam PengukuranKeselamatan kerja dalam melakukan kegiatan percobaan
sangatpenting, baik keselamatan pelakumaupunkeselamatan alat yangdigunakan dalam percobaan.
Berikut ini adalah hal-hal yang dapatdilakukan selama melakukan percobaan.
1.Tanamkan sikap hati-hati dalam melakukan setiap kegiatanagar kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dapat berhasildengan baik dan alat-alat yang digunakan tidak mengalamikerusakan.
2.Alat-alat yang terbuat dari bahan gelas atau kaca, seperti
tabung reaksi, gelas kimia, alat konveksi zat cair, dan alat ukurlistrik memerlukan perlakuan khusus
karena mudah pecah jikaterjatuh.
3.Berhati-hati dalam menggunakan bahan kimia. Bahan-bahankimia tertentu dapat menimbulkan
iritasi jika mengenai kulit bahkanada yang bersifat racun jika terhirup atau tertelan.Setelah selesai
melakukan percobaan menggunakan bahankimia, segera mencuci alat-alat yang digunakan
dalampercobaan itu. Cuci tangan dengan sabun cuci atau bahanpembersih lainnya, kemudian bilas
dengan air hingga bersih.
4.Berhati-hati ketika menggunakan sumber arus listrik PLN. Pegangsteker dengan baik dan benar
ketika akanmenghubungkannyapada stop kontak, demikian juga ketika melepasnya dari stopkontak.
Pegang bagian yang berisolasi dan tarik steker itu dalam arah lurus sehingga mudah
melepaskannya.
5.Ketika melakukan percobaan untuk membuat rangkaian listrik,buat rangkaian listrik itu dengan
baik dan benar sesuai denganpetunjuk percobaan, kemudian hubungkan ke sumber aruslistrik PLN.
Jika dalam percobaan kamu menemui kesulitanatau keraguan, minta bimbingan guru.
6.Jika dalam percobaanmu menggunakan api atau pembakarspiritus, matikan api setelah percobaan
selesai. Sebelum
pembakar spiritus disimpan di gudang, pastikan bahwa apinyasudah mati.
7.Untuk mendapatkan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, gunakan alat dengan
baik dan bacalahalat ukur yangkamu gunakan dengan benar. Pengamatan yang tidak benarakan
menghasilkan data yang tidak tepat. Pembacaan alat ukuryang benar adalah ketika melakukan
pengamatan, posisi mataberimpit atau segaris dengan skala alat yang diamati.

8.Jika yang diamati adalah alat yang memiliki jarum penunjuk,misalnya stopwatch dan alat ukur
listrik, posisi mata harus lurus dengan jarum penunjuk pada alat tersebut sehingga data yang
diperoleh benar dan dapat dipertanggungjawabkan

KEL4

Alat ukur dan pengukuran listrik


Macam-Macam Alat Ukur Listrik Dan Fungsinya.
Alat ukur listrik merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besaran-besaran listrik seperti hambatan
listrik (R), kuat arus listrik (I), beda potensial listrik (V), daya listrik (P), dan lainnya. Terdapat dua jenis alat ukur
yaitu alat ukur analog dan alat ukur digital.
Berikut adalah macam-macam alat ukur :

Amper-meter

Voltmeter

Ohm-meter

Galvano meter

1.Amperemeter / Ampere Meter

Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik. Umumnya alat ini dipakai oleh
teknisi elektronik dalam alat multi tester listrik yang disebut avometer gabungan dari fungsi amperemeter,
voltmeter dan ohmmeter.
Amper meter dapat dibuat atas susunan mikroamperemeter dan shunt yang berfungsi untuk deteksi arus
pada rangkaian baik arus yang kecil, sedangkan untuk arus yang besar ditambahkan dengan hambatan shunt.
Amperemeter bekerja sesuai dengan gaya lorentz dan gaya magnetis. Arus yang mengalir pada kumparan
yang selimuti medan magnet akan menimbulkan gaya lorentz yang dapat menggerakkan jarum amperemeter.
Semakin besar arus yang mengalir maka semakin besar pula simpangannya.
Rumus Amperemeter :
I=V/R
V=Tegangan(volt)
I =Arus(ampere)
R= Hambatan (ohm)
Prinsip kerja Amperemeter
Amperemeter bekerja berdasarkan prinsip gaya magnetik (Gaya Lorentz). Ketika arus mengalir melalui
kumparan yang dilingkupi oleh medan magnet timbul gaya lorentz yang menggerakan jarum penunjuk
menyimpang. Apabila arus yang melewati kumparan besar, maka gaya yang timbul juga akan membesar

sedemikian sehingga penyimpangan jarum penunjuk juga akan lebih besar. Demikian sebaliknya, ketika kuat arus
tidak ada maka jarum penunjuk akan dikembalikan ke posisi semula oleh pegas. Besar gaya yang dimaksud sesuai
dengan Prinsip Gaya Lorentz F = B.I. L.
Kemampuan amperemeter dapat ditingkatkan dengan memasang hambatan shunt secara parallel terhadap
amperemeter. Besar hambatan shunt tergantung pada berapa kali kemampuannya akan ditingkatkan. Misalnya
mula-mula arus maksimumnya adalah I, akan ditingkatkan menjadi I = n.I, maka besar hambatan shunt.

2. Voltmeter / Volt Meter


Voltmeter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur
tegangan listrik. Dengan ditambah alat multiplier akan dapat
meningkatkan kemampuan pengukuran alat voltmeter berkali-kali
lipat.
Gaya magnetik akan timbul dari interaksi antar medan magnet dan
kuat arus. Gaya magnetic tersebut akan mampu membuat jarum alat
pengukur voltmeter bergerak saat ada arus listrik. Semakin besar arus
listrik yang mengalir maka semakin besar penyimpangan jarum yang terjadi.
Jenis-Jenis Voltmeter
Ada 2 jenis voltmeter, yaitu :
1

Voltmeter analog

Voltmeter digital

Kedua jenis voltmeter tersebut mempunyai fungsi sama, yang membedakan adalah tampilannya,
jika voltmeter analog menggunakan jarum penunjuk sedangkan voltmeter digital menggunakan LCD ( liquid
crystal display ).

Prinsip Kerja Voltmeter


Hampir sama dengan Amperemeter karena desainnya juga terdiri dari galvanometer dan hambatan seri atau
multiplier. Galvanometer menggunakan prinsip hukum Lorentz, dimana interaksi antara medan magnet dan kuat
arus akan menimbulkan gaya magnetic. Gaya magnetik inilah yang menggerakan jarum penunjuk sehingga
menyimpang saat dilewati oleh arus yang melewati kumparan.

3. Ohmmeter / Ohm Meter

Ohm meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik yang merupakan suatu
daya yang mampu menahan aliran listrik pada konduktor. Alat tersebut menggunakan galvanometer untuk
melihat besarnya arus listrik yang kemudian dikalibrasi ke satuan ohm.

Jenis Jenis Ohm- Meter


Pada ohm-meter ada dua bentuk yaitu bentuk ohm-meter analoq dan bentuk ohm-meter digital.
a. Ohm-Meter Analog
Ohm-meter analog lebih banyak dipakai untuk kegunaan sehari-hari, seperti para tukang servis TV atau
komputer kebanyakan menggunakan jenis yang analog.
b. Ohm-Meter Digital
Ohm-meter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih banyak jika dibandingkan
dengan multimeter analog. Yaitu memiliki tambahan-tambahan satuan yang lebih teliti, dan juga opsi pengukuran
yang lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt, dan ohm saja.

Cara Kerja Ohmmeter:


Ohmmeter adalah perangkat yang mengukur jumlah listrik yang dihasilkan pergeseran seperti elektron
melewati sebuah konduktor listrik. Juga dikenal sebagai hambatan listrik, nilainya dinyatakan dalam satuan ohm.
Pengukuran ini diatur oleh Hukum Ohm, yang menyatakan bahwa arus yang melalui rangkaian listrik berbanding
lurus dengan jumlah tegangan yang diberikan. Ketika ditulis sebagai persamaan aljabar, fenomena alam ini akan
terlihat seperti ini: R = V / I, dimana R adalah Resistensi, V Tegangan, dan I mewakili Arus. Ini ilustrasi dari
hubungan antara nilai-nilai tersebut diberikan untuk abad ke-19 fisikawan Jerman dan guru, Georg Simon Ohm.
Mekanisme bagaimana ohmmeter kerjanya sangat sederhana. Pertama, ohmmeter harus mampu
menghasilkan aliran internal saat ini, oleh karena itu, dilengkapi dengan baterai sendiri. Perangkat ini juga terdiri
dari dua arah, dari mana resistensi di antara mereka diukur. Ujung merah dihubungkan ke terminal positif sesuai
unit listrik sedang diuji, sedangkan hitam melekat ke negatif. Ketika arus mengalir dari baterai dan melalui unit,
ohmmeter mengukur penurunan tegangan, atau hambatan, yang terjadi.
Jika ada terbuka di sirkuit, hasil yang dihasilkan disebut hambatan tak terbatas, dan ditunjukkan oleh
jarum instrumen memperluas ke kiri dari skala logaritmik. Hal ini mungkin tampak aneh karena sebagian besar
perangkat pengukuran lain listrik berayun ke ujung kanan untuk menunjukkan tingkat maksimum. Di sisi lain, jika
tidak ada hambatan, ohmmeter akan memberikan pembacaan nol. Namun, jika resistensi yang diharapkan, maka
bacaan ini menunjukkan bahwa ada pendek di unit yang diuji.
Sementara perangkat pertama hanya menggunakan dua petunjuk, generasi berikutnya terdiri dari empat.
Satu pasang mengarahkan aliran arus, sedangkan resistansi lainnya diukur. Peningkatan ini dimaksudkan untuk
mengkompensasi perbedaan dalam regulasi tegangan antara dua petunjuk yang dapat membahayakan akurasi,
terutama ketika mencoba untuk mengukur resistansi yang sangat rendah. Akhirnya, ohmmeter modern yang
digunakan saat ini menyediakan bacaan digital dengan lebih presisi, peningkatan yang ditandai dibandingkan
pendahulunya analog.
Terlepas dari yang analog atau digital, ohmmeter tidak boleh terhubung ke unit listrik yang memiliki
sumber tegangan sendiri. Untuk satu hal, instrumen yang dirancang untuk mengukur resistensi berdasarkan aliran
arus yang dihasilkan oleh baterai sendiri. Setiap gangguan dari sumber lain saat ini akan melemahkan fungsi dan
menghasilkan pembacaan palsu. Selain itu, jika sumber sekunder tegangan cukup tinggi, mungkin kerusakan
ireversibel ohmmeter.
4. Galvanometer
Galvanometer adalah alat ukur listrik yang digunakn untuk mengukur kuat arus dan beda potensial listrik
yang relatif kecil. Galvanometer tidak dapat digunakan untuk mengukur kuat arus maupun beda potensial listrik
yang relatif besar, karena komponen-komponen internalnya yang tidak mendukung . Galvanometer bisa digunakan
untuk mengukur kuat arus maupun beda potensial listrik yang besar, jika pada galvanometer tersebut dipasang
hambatan eksternal (pada voltmeter disebut hambatan depan, sedangkan pada ampermeter disebut hambatan shunt)
Cara kerja galvanometer:

Yaitu berputanya kumparan karena munculnya dua gaya Lorentz sama


besar tetapi berlawan arah. Yang bekerja pada dua sisi kumparan yang saling
berhadapan. Kawat tembaga dililitkan pada inti besi lunak berbentuk selinder
membentuk satu kumparan, dan diletakkan diantara kutub-kutub sebuah
magnet permanen. Arus listrik memasuki dan meninggalkan kumparan
melalui pegas spiral yang terpasang diatas dan dibawah kumparan, maka sisi
kumparan yang dekat dengan kutub utara dan kutub selatan mengalami gaya
Lorentz yang sama tetapi berlawanan arah, yang akan menyebabkan
kumparan berputar jarum untuk menunjukkan pada skala tertentu. Angka
yang ditunjukkan oleh skala menyatakan besar arus listrik yang diukur.

KEL5

Earth Tester
Earth Tester adalah alat untuk mengukur nilai resistansi dari grounding,berikut ini adalah cara penggunaan earth
tester:
Pada switch pilih mode . Tekan push button. Lihat penunjuk voltase tanah apabila jarum bergerak dengan cepat
sampai mentok ke ujung volt meter, check kembali instalasi kabel. Adjust ohm meter sampai nilai voltase pada
galvanometer 0 volt. Lakukan instalasi earth tester seperti tampak jarak L adalah sebesar 5 meter. Baca nilai
resistansi yang terbaca pada alat tersebut. Itulah nilai resistansi tanah.
Groundingsuatuperalatanlistriksangatvital,baikitu
untukperalatanitusendirimaupununtukkeselamatan
orang. Contoh sederhana di rumah adalah kulkas
(mesinpendingin),kulkasmemilikimotorlistrikuntuk
menggerakkan freon yang dinamakan compressor.
Compressor ini pada saat hidup bisa saja terjadi
kebocoran arus listrik. Bila grounding kulkas tidak
bagus,makabisamembahayakanorangyangmenyentuhnya.Iniadalahcontohsederhanadirumah.

ContohgroundingmenaradengankabelBC
Contohlaindipabrikadalahmesinmesinyangmenggunakanmotormotorlistrikatau
transformator.Biasanyamotormotortersebutarusampernyabesarbesar,sehinggabila
terjadi kebocoran arus listrik, maka bisa membahayakan keselamtan operator mesin
tersebut.OlehsebabitudalamISOtentangK3,makagroundingtermasuksyaratutama
ISO

Contohgroundingmenaradengan
coaxialcable
Syarat utama sebuah grounding itu baik adalah tahanan
groundingitusamadengan0Ohminiadalahtahanangrounding
ideal,tetapikenyataannyabolehsampai5Ohm.Jadibilaterjadi
hubunganpendekataushortcircuitsuatuperalatanlistrik,maka
dengancepatkebocoranitudibuangkebumiataugrounding.
Bila goundingtidak bagus, maka peralatan bisa terbakar dan
bisamembahayakankeselamatanorang
Penangkal petir tidak akan bekerja / berfungsi tanpa sistem
grounding(pentanahan)yangbenar(maksimalnilairesistansi5
Ohm).Jadigroundingberfungsisebagaisaranapengaraharus
petir yang bisa menyebar ke segala arah yang kemudian langsung diarahkan ke dalam tanah. Yang perlu
diperhatikandalamperancangansistempentanahanadalahtidaktimbulnyabahayateganganyangmengalir.
Namundemikianbaikburuknyasistempentanahansangatmenentukanrancangansistempenangkalpetirinternal,
semakintingginilairesistansisuatupentanahan,akanmenyebabkansemakintinggipulateganganyangterdapat
padapenyamapotensial(PotensialEqualizingBonding),sehinggaupayaproteksiinternalnyaakanakankurang
efektif. Dengan demikian kita harus menyadari bahwa betapa perlunya sistem pentanahan untuk menghindari
resikokerugianyanglebihbesardaribahayasambaranpetir
Pada sistem tenaga listrik, sistem tidaklagi dibiarkan terapung atau sistem delta, tetapi titik netral sistem itu
diketanahkanmelaluitahananataureaktansi.Pengetanahanituumumnyadilakukandenganmenghubungkantitik
netraltransformatordayadengantanah.
Lakukanpemilihanlokasipenanamangroundingroad,rencanakanberapatitikyangakanditanamkan.Pemasangan
groundingroadyangmakinbanyakakanmenghasilkansistimpentanahanyangbaik.Jikaandaakanmemasang
beberapa buah grounding road usahakan jangan terlalu berdekatan, supaya pembumian menyebar dan untuk

menjagabilasalahsatugroundingrodsitimpembumiannyatidakbagusmakabisadibumikanolehgroundingrod
lainnya.
Contohgroundingroaddiparaleljadisatu
Harusdiperhatikanbahwamasingmasinggroundingroadsemuaharusterhubung.
Sehingga perlu diatur supaya sistim kabel penghubungnya mudah dipasangkan.
Lakukanpencariantanahyangmudahditancapkan.Hindaripenanamangrounding
roaddidaerahtanahberbatuatauberpasir,disampingpenancapannyayangsusah,
jugakurangbagusuntukpembumian.
Contohpenanamangroundingroad
Usahakan lokasi penempatan grounding road
tidakterlalujauhdaribangunanataugedung,tapiharusdiingatjangansampai
merusak sistim instalasi yang telah ada. Usahakan penempatan antara
groundingroaddalamgarislurus,tidakterlalubanyakberbelokbelok.

Contohgroundingroaddaritembaga
Pemilihangroundingroaddankabelgroundingyangakandiinstalasiharussesuaistandar,baikjenismaupun
ukurannya. Grounding road yang paling bagus adalah pipa padat yang
terbuatdaritembaga.Disampingsebagaidayahantaryangkuat,tembaga
tidakmudahberkarat.Perlumemeriksabarangtersebutsaatpembelian,
karenakadangkadangbanyakpipayangdijualkelihatannyaterbuatdari
bahan tembaga padahal bagian dalamnya adalah besi biasa tapi bagian
luarnya disepuh dengan tembaga. Untuk menchecknya anda bisa
memotongsecaradiagonal,makaakankelihatanapakahasliatautidak.
Penggunaan besi biasa harus dihindari karena bahan ini sangat mudah
berkarat.
Contohgroundingroaddaritembaga
Teknikmenanamgroundingroad.Lakukanpenggaliantanahukuran30x30
cmkedalaman50cmCobatancapkangroundingroadtersebutapakahmudah
ataususahditancapkan.Jikaagaksusah,buatkanlubangdimanagroundingrod
akan ditanamkan. Tuangkan air kedalam lubang tersebut hingga penuh.
Tancapkan grounding rod kedalam lubang tersebut dan tekan secara pelan
pelanhinggabeberapacentimeter.Angkatsedikitgroundingrod,danbiarkan
air turun kebawah. Tekan kembali grounding rod. Tuangkan kembali air
kedalam lubang, lalu ulangi menekan grounding rod. Sepanjang anda tidak
menemukan tanah yang keras atau tanah berbatu, air akan membantu anda
untukmenggeserlumpurataupasirdidalamtancapanhinggagroundingroda
tertancapsampaihabis.
Contohpasanggroundingroad
Jika anda mengalami kesulitan saat penancapan grounding road, anda bisa
menggunakanalatbantuberupapaluuntukmemukulujungatasgroundingroadhingga
tertancapsemuanya,ataubisajugadenganmenggunakanalatbantustangpipa,lakukan
penjepitanstangpipakegroundingroadkemudianandaberdiridistangpipasambil
menekangroundingroadkebawah.

Contohpemborantanahuntukpasanggroundingroad
Untukhaltertentuandakemungkinanpenanamangroundingroadyanglebihdalam
dariukuranpanjanggroundingroadmisalnyasampaikedalaman30m,sehingga
penancapantidakbisadilakukanlagi.Andabisamemintabantuantukangboruntuk
melakukanpengeboranlubang.Setelahkedalamanyangdibutuhkantercapai,anda
kemudian menanamkan grounding road ke dalamnya. Sebelumnya lakukan
pengikatan)antaragroundingroddengankabelroad.Denganmenggunakanpipa
besiyangbisadisambung,lakukanpendorongangroundingroadkedalamlubang.
Andabisamenandaijarakdariujunggroundingroaddankabelgroundinguntuk
memastikanpenanamankabelsudahsesuaidengankedalamanyangdiinginkan.
Contohkabelgroundingdaritembaga
Carayangbiasadigunakanuntukpenyambungangroundingroddankabelgrounding
dengan menggunakan clamp. Sebelum dilakukan penimbunan kabel grounding,
lakukan pengukuran tahanan grounding terlebih dahulu, bilamana nilai yang
dihasilkanbelumsesuaistandardmakalakukanpenambahangroundingroad.Jika
nilaitahanansudahsesuaistandardlakukanpenimbunankabeldengansegera.
Contohpengukurantahanangrounding
Lakukanpenggaliantanahdarititikdimanagrounding
menuju masing masing titik
grounding yang saling terhubung. Dan lakukan
penggalian ke arah terminal
grounding. Buat galian di sepanjang jalur lintasan
dengankedalamanantara50
60 cm. Tarik kabel grounding melalui jalur kabel
tersebut,

kemudian
tempatkan di bawah galian. Pastikan panjang kabel
sudah cukup hingga proses
pengikatandengangroundingroadtidakakansusah.
Setelahsemuatersambung,
berikanpipamarkingditempatgroundingrodtersebut.
GunakanpipaPVCdan
ditutupdoppipa.Kemudianlakukanpenimbunantanah
didaerahgaliansampai
ketinggian20cm.Lalupadatkan.Kemudianberitanda
misalnyabatubatasupayadikemudianharijikaadapenggaliandisepanjangarealpenanamankabel,makakabel
akanaman.Setelahbataterpasangsemua,kemudianntimbunkembalihinggapenuh.Lakukanpenimbunanhingga
betulbetulpadat
Untukmengetahuigroundingyangbaik,tentunyakitaharustahusistemgroundingyangmanayangandaterapkan?
Apakahandamenerapkaninsulatedgroundeduntukperalataninstrument?atauandamenerapkansinglegrounding
connection.
Ataumenggabungkansistempentahandayadanpentanahanperalatan.Mungkinandajadibingungkokada
perbagaipentanahan,yahmemanginiyangadadilapangan.Cobarenungkandulupentanahanyangsayasebutkan
diatas?Kalausudahlihatlihatsiapatahuakanlebihmudahmenjelaskannya.

KELVIN DOUBLE BRIDGE

Jembatan Kelvin (disebut juga Jembatan ganda Kelvin dan


pada beberapa negara disebut Jembatan Thomson) adalah
sebuah alat ukur yang ditemukan oleh William Thomson
kecuali kehadiran dari resistor tambahan. resistor nilai rendah
tambahan ini dan pengaturan internal dari jembatan adalah
pengubahan untuk secara substansial mengurangi kesalahan
pengukuran yang diakibatkan oleh turunnya voltase pada arus
tinggi (hambatan rendah) pada lengan jembatan. Ini terdiri dari
dua set lengan rasio. Perangkat luar yang pertama dari lengan
rasio adalah resistor yang biasa dikenal & lengan rasio dibagian
dalam menolong menghubungkan satu terminal dari
galvanometer pada titik yang sesuai (yang merupakan kerugian
dari Jembatan Kelvin versi pertama). Jembatan ini digunakan untuk pengukuran hambatan rendah.
Ketelitian
Terdapat alat yang dijual untuk mencapai keakuratan sampai 2% untuk jarak hambatan dari 0.000001 sampai 25 .
Sering kali, ohmmeter termasuk jembatan Kelvin, di antara alat ukur yang lain, untuk memperoleh jarak
pengukuran
yang
besar,
sebagai
contoh,
Valhalla
4100
ATC
Low-Range
Ohmmeter.
Alat yang digunakan untuk mengukur nilai sub-ohm sering dimaksud dengan ohmmeter hambatan rendah, milliohmmeter, mikro-ohmmeter, dll.
Prinsip Kerja
Pengukuran dihasilkan dengan menyesuaikan jembatan, dan keseimbangan dapat diperoleh ketika:

Hambatan R harus serendah mungkin (lebih rendah dari nilai pengukuran) dan untuk alasan itu biasanya dibuat
batang pendek yang tebal dari tembaga. Jika kondisi R3R`4 = R`3R4 bertemu (dan nilai dari R rendah), maka
komponen
terakhir
pada
persamaan
dapat
diabaikan
dan
dapat
diasumsikan
bahwa:

yaitu persamaan dari Jembatan Wheatstone.

Pengukuran Listrik
Pengukuran Tahanan
Pengukuran tahanan dapat diklasifikasikan berdasarkan besarnya tahanan
yang akan diukur. Klasifikasi besar tahanan adalah sebagai berikut :
1. Tahanan rendah, yaitu tahanan yang bernilai lebih kecil dari 1 ohm
2. Tahanan sedang, yaitu tahanan yang bernilai antara 1 sampai dengan
100.000 ohm
3. Tahanan besar, yaitu tahanan yang bernilai lebih besar dari 100.000 ohm
Pengukuran Tahanan Rendah
Tahanan rendah, yaitu tahanan yang bernilai lebih kecil dari 1 ohm. Pengukuran ini harus dilakukan dengan ketelitian yang
cukup tinggi. Hal ini dilaksanakan karena nilai tahanan yang diukur sangat kecil.
Beberapa metoda pengukuran tahanan rendah antara lain:
1. Amperemeter-Voltmeter Method
2. Kelvin Double Bridge Method
3. Ohmmeter Method

Pengukuran Tahanan Rendah dengan Metoda Amperemeter Voltmeter


Pengukuran tahanan rendah dilakukan dengan cara mengukur arus yang melewati tahanan tersebut dan mengukur drop
tegangan di antara tahanan tersebut dalam suatu rangkaian kemudian dihitung harga tahanannya sesuai dengan rumus V = IR.
Pengukuran dengan metode ini mempunyai tingkat ketilitian yang rendah. Hal itu disebabkan oleh :
1. Apabila Voltmeter dipasang paralel sebelum Amperemeter (gambar 2.1.1.a), maka sesungguhnya tegangan yang terukur oleh
Voltmeter sesungguhnya adalah tegangan dari tahanan dalam amperemeter dan beban, yang terhubung seri.
2. Apabila Amperemeter dipasang seri sebelum Voltmeter (gambar 2.1.1.b), maka sesungguhnya arus yang terukur oleh
Amperemeter adalah penjumlahan arus yang masuk ke tahanan dalam Voltmeter dan beban, yang terhubung paralel.
Pengukuran Tahanan Rendah dengan Metoda Jembatan Dobel Kelvin
Jembatan double Kelvin adalah modifikasi dari jembatan Wheatstone, dimana terpasang 2 pasang ratio arm. Ditemukan oleh
William Thomson. Jembatan Dobel Kelvin ini biasanya digunakan untuk mengukur tahanan yang <1. Cara kerjanya sama
dengan jembatan Wheatstone, hanya tahanan yang dipakai bukan 4 tetapi 7.
Pada saat mengukur tahanan yang rendah menggunakan jembatan Wheatstone maka tahanan dari sebuah penghantar tidak
dapat diabaikan dan biasanya dapat mempengaruhi pengukuran, untuk itu perlu digunakan beberapa modifikasi harus
dilakukan.
Jika rasio dari R 3 / R 4 dan R 1 / R 2 seimbang dan senilai, maka Jembatan kelvin akan menjadi seimbang, maka akan didapat
keadaan seperti pada jembatan Wheatstone.
Sebagai hasil modifikasi ini maka didapatkanlah alat ukur baru Jembatan double Kelvin. Terdapat banyak alat- alat yang
menggunakan prinsip ini mencapai keakuratan 2% dari tahanan dengan range 0.0017 - 25. Bahkan banyak ohmmeter pun
menggunakan prinsip ini guna untuk membeperbesar range ukur.
Pengukuran Tahanan Rendah dengan Metoda Ohmmeter
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan ohmmeter khusus untuk mengukur tahanan rendah, yaitu Ducter Ohmmeter.
Ducter ohmmeter khusus untuk mengukur tahanan rendah dengan ketelitian yang cukup tinggi.
Ketika mengukur tahanan nenggunakan ohm meter, kita harus memastikan :
1. Tidak ada sumber tegangan di rangkaian.
2. Tahanan tidak terhubung seri ataupun paralel dengan resistor lain.
Pengukuran Tahanan Medium
Tahanan medium, yaitu tahanan yang bernilai lebih antara 1 sampai 100.000 ohm. Beberapa metoda pengukuran tahanan
medium antara lain :
1. Amperemeter-Voltmeter Method
2. Wheatstone Bridge Method
Pengukuran Tahanan Medium dengan Metoda Amperemeter Voltmeter
Untuk cara ini, pemasangan rangkaian dan prinsip kerjanya sama dengan pengukuran tahanan rendah menggunakan metoda
Amperemeter - Voltmeter. Tingkat ketelitiannya juga paling rendah.
Pengukuran Tahanan Medium dengan Metoda Jembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone ditemukan oleh Samuel Hunter Christie pada tahun 1833 kemudian diimprovisasi dan dipopulerkan oleh
Sir Charles Wheatstone pada tahun 1843. Ini biasanya digunakan untuk mengukur tahanan yang harganya tidak diketahui
dengan menyeimbangkan 2 kaki dari sebuah rangkaian jembatan, dimana salah satu dari kaki tersebut terdapat tahanan yang
harganya tidak diketahui.
Di dalam sirkuit di bawah, pada sisi kanan R x adalah tahanan yang tidak diketahui harganya, R 1 , R 2 dan R 3 adalah tahanan
yang telah diketahui harganya, dan R 2 adalah sebuah potensiometer (R variabel). Jika rasio dari kedua tahanan di dalam kaki
yang diketahui harganya ( R 2 / R 1 ) sama dengan rasio dari kaki yang tidak diketahui harganya ( R x / R 3 ), maka tegangan
di 2 titik tengah (B dan D) akan menjadi 0 dan tidak akan ada arus yang mengalir kedalam galvanometer. R 2 terus diatur
hingga kondisi seprti yang disebutkan di atas dapat terpenuhi. Arah galvanometer akan menunjukan apakah R 2 terlalu tinggi
atau teralu rendah.
Pengukuran Tahanan Tinggi
Seringkali pada pengukuran tahanan rendah, tahanan dari penghantar-penghantar, gaya gerak listrik termis adalah sumber
kesalahan utama. Tetapi pada pengukuran tahanan tinggi yang jadi masalah adalah arus-arus bocor. Sehingga cara-cara untuk
memperoleh pengukuran yang akuratpun berbeda-beda.
Untuk mengukur tahanan tinggi digunakan alat yang disebut dengan mega ohm meter, pada dasarnya prinsip kerja mega omh
meter sama dengan ohm meter biasa tetapi memiliki sensitifitas yang tinggi, dan ada sedikit perbedaan dalam rangkaian.
Pengukuran tahanan tinggi sangat penting untuk keprluan perlindungan peralatan listrik dan manusia, misalnya:
# Tahanan isolasi (kabel, mesin listrik, dsb)
# Tahanan dari elemen rangkaian tegangan tinggi pada tabung hampa
# Tahanan bocor kapasitor, tahanan volume, dan tahanan permukaan.
Pengukuran Tahanan Tinggi dengan Direct Deflection Method

Pengukuran Tahanan Tinggi dengan Direct Deflection Method yaitu dengan memberikan tegangan pada bahan isolasi dan
kemudian mengukur arusnya dengan menggunakan galvanometer, harga tahannya dihitung menggunakan hukum Ohm.

JEMBATAN WHEATSTONE
A. PENGERTIAN
Jembatan Wheatstone adalah alat ukur yang ditemukan oleh Samuel Hunter
Christie pada 1833 dan meningkat kemudian dipopulerkan oleh Sir Charles
Wheatstone pada tahun 1843. Ini digunakan untuk mengukur suatu yang tidak
diketahui hambatan listrik dengan menyeimbangkan dua kali dari rangkaian
jembatan, satu kaki yang mencakup komponen diketahui kerjanya mirip dengan
aslinya potensiometer. Jembatan Wheatstone adalah suatu alat pengukur, alat ini
dipergunakan untuk memperoleh ketelitian dalam melaksanakan pengukuran
terhadap suatu tahanan yang nilainya relatif kecil sekali umpamanya saja suatu
kebocoran dari kabel tanah/ kartsluiting dan sebagainya. Jembatan Wheatstone
adalah alat yang paling umum digunakan untuk pengukuran tahanan yang teliti dalam daerah 1 sampai 100.000 .
Jembatan Wheatstone terdiri dari tahanan R 1, R2, R3, dimana tahanan tersebut merupakan tahanan yang diketahui
nilainya dengan teliti dan dapat diatur.
Metode Jembatan Wheatstone adalah susunan komponen-komponen elektronika yang berupa resistor dan catu
daya seperti tampak pada gambar berikut:
Hasil kali antara hambatan hambatan berhadapan yang satu akan sama dengan hasil kai hambatan hambatan
berhadapan lainnya jika beda potensial antara c dan d bernilai nol. Persamaan R1 . R3 = R2 . R4 dapat diturunkan
dengan menerapkan Hukum Kirchoff dalam rangkaian tersebut. Hambatan listrik suatu penghantar merupakan
karakteristik dari suatu bahan penghantar tersebut yang mana adalah kemampuan dari penghantar itu untuk
mengalirkan arus listrik, yang secara matematis dapat dituliskan:
R = p. (L/A)
Dimana:
R : Hambatan listrik suatu penghantar ()
: Resitivitas atau hambatan jenis (. m)
L : Panjang penghantar (m)
A : Luas penghantar ( m)
B. Hukum dasar rangkaian listrik yang berhubungan dengan jembatan wheatstone:

Hukum Ohm
Hukum Ohm menyatakan Jika suatu arus listrik melalui suatu penghantar, maka kekuatan arus tersebut adalah
sebanding-larus dengan tegangan listrik yang terdapat diantara kedua ujung penghantar tadi.
Hukum ini dicetuskan oleh Georg Simon Ohm, seorang fisikawan dari Jerman pada tahun 1825 dan dipublikasikan
pada sebuah paper yang berjudul The Galvanic Circuit Investigated Mathematically pada tahun 1827.
Hukum Ohm :
1 Tegangan dinyatakan dengan nilai volt, disimbolkan E dan V.
2 Arus dinyatakan dengan Ampere, disimbolkan I
3 Hambatan dinyatakan dengan Ohm, disimbolkan R
Jika luas penampang A yang diperhatikan cukup kecil dan tegak lurus kearah J (misalnya panjang konduktor besar
sekali dibanding dengan luas penampangnya), maka J dapat dianggap sama pada seluruh bagian penampang
hingga I = J . A maka untuk beda potensial berlaku V = E . dl dan juga integrasi diambil sepanjang suatu garis
gaya V = E . dl
Terlihat bahwa faKtor yang berupa integrasi hanya tergantung dari konduktornya dan merupakan sifat khusus
konduktornya dan biasa disebut sebagai tahanan (R) atau resistansinya. Dapat dituliskan V = I .
Rumus Hukum Ohm
Secara matematis, hukum Ohm ini dituliskan
V = I.R
atau
I=V/R
Dimana:
I = arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar (Ampere)
V = tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar (Volt)
R = hambatan listrik yang terdapat pada suatu penghantar (Ohm)
Hukum Kirchoff I
Dipertengahan abad 19, Gustav Robert Kichoff (1824-1887) menemukan cara untuk menentukan arus listrik pada
rangkaian bercabang yang kemudian dikenal dengan hukum Kirchoff. Hukum Kirchoff berbunyi Jumlah kuat arus
yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan.
Jumlah I masuk = I keluar

Hukum Kirchoff II
Hukum Kirchoff II berbunyi, Dalam rangkaian tertutup, jumlah aljabar GGL (E) dan jumlah penurunan potensial
sama dengan nol.

Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak adanya energi listrik yang hilang dalam
rangkaian
tersebut
atau
dalam
arti
semua
energi
bisa
digunakan
atau
diserap.
C. Pengertian Galvanometer
Galvanometer adalah alat yang digunakan untuk deteksi dan pengukuran arus. Kebanyakan alat itu kerjanya
tergantung pada momen yang berlaku pada kumparan di dalam medan magnet.
Bentuk mula-mula dari galvanometer adalah seperti alat yang dipakai Oersted yaitu jarum kompas yang diletakkan
dibawah kawat yang dialiri arus yang akan diukur. Kawat dan jarum diantara keduanya mengarah utara-selatan
apabila tidak ada arus di dalam kawat. Kepekaan galvanometer semacam ini bertambah apabila kawat itu dililitkan
menjadi kumparan dalam bidang vertical dengan jarum kompas ditengahnya. Dan instrument semacam ini dibuat
oleh Lord Kelvin pada tahun 1890, yang tingkat kepekaanya jarang sekali dilampaui oleh alat-alat yang ada pada
waktu ini.
D. Prinsip Kerja Jembatan Wheatstone

Hubungan antara resitivitas dan hambatan, yang berarti setiap penghantar memiliki besar hambatan
tertentu. Dan juga menentukan hambatan sebagai fungsi dari perubahan suhu.
Hukum Ohm yang menjelaskan tentang hubungan antara hambatan, tegangan dan arus listrik. Yang mana
besar arus yang mengalir pada galvanometer diakibatkan oleh adanya suatu hambatan.
Hukum Kirchoff 1 dan 2, yang mana sesuai dari hukum ini menjelaskan jembatan dalam keadaan
seimbang karena besar arus pada ke-2 ujung galvanometer sama besar sehingga saling meniadakan

E. Aplikasi Jembatan Wheatstone


Salah satunya adalah dalam percobaan mengukur regangan pada benda uji berupa beton atau baja.
Dalam percobaan kita gunakan strain gauge, yaitu semacam pita yang terdiri dari rangkaian listrik untuk mengukur
dilatasi benda uji berdasarkan perubahan hambatan penghantar di dalam strain gauge. Strain gauge ini direkatkan
kuat pada benda uji sehingga deformasi pada benda uji akan sama dengan deformasi pada strain gauge. Seperti
kita ketahui, jika suatu material ditarik atau ditekan, maka terjadi perubahan dimensi dari material tersebut sesuai
dengan sifat2 elastisitas benda. Perubahan dimensi pada penghantar akan menyebabkan perubahan hambatan
listrik, ingat persamaan R = .L/A. Perubahan hambatan ini sedemikian kecilnya, sehingga untuk mendapatkan
hasil eksaknya harus dimasukkan kedalam rangkaian jembatan Wheatstone. Rangkaian listrik beserta jembatan
Wheatstonenya sudah ada di dalam strain gauge.
F. Kelebihan Jembatan Wheatstone
Dapat mengukur perubahan hambatan yang sangat kecil pada penghantar.
Contoh aplikasi : strain gauge, yang digunakan untuk mengukur regangan material (baja atau beton) didasarkan
pada perubahan kecil penghantar yang berdeformasi akibat gaya eksperimen. Perubahan kecil dimensi
penampang dihitung dari peribahan hambatan pada rangkaian jembatan wheatstone yang dihubungkan sensor ke
alat pencatat data logger untuk setiap transducer.
G. Manfaat Jembatan Wheatstone di bidang Perikanan
Perancangan dan pembuatan perhitungan ikan secara otomatis diciptakan alat-alat yang bertujuan untuk
mempermudah tugas manusia dalam pekerjaan sehari-hari. Dalam bidang perikanan perlu diciptakan suatu alat
yang dapat menmggantikan tugas manusia untuk menghitung jumlah ikan-ikan saat beri makan ikan-ikan, akan
menjaga jumlah ikan-ikan dalam jumlah banyak sehingga tugas manusia dapat digantikan oleh alat ini juga dapat
mempercepat proses perhitungan ikan otomatis ini dapat dihitung jumlah ikan dalam jumlah banyak, dalam waktu
yang relatif cepat.
H.

Alat dan Fungsi


Rangkaian jembatan wheatstone jenis kawat geser untuk menentukan nilai suatu hambatan (L 1 dan L2)

Power supply untuk mengubah arus AC bolak-balik menjadi arus DC (searah)

Galvanometer untuk mendeteksi arus listrik kecil yang mengalir

RS (Resistor standart) tahanan standart yang telah diketahui nilainya (10, 12 , 15 , 33 , 47 )


RX (Resistor Variable) (tahanan yang akan ditentukan besarannya) untuk sebagai resistor yang akan
dicari nilainya
Kabel penghubung untuk menghubungkan arus listrik yang mengalir
Kontak geser untuk memutuskan atau mengalirkan arus listrik (saklar)
Kawat mikron sebagai media stabilitas arus listrik (hambatannya konstan)

I. Kesalahan Pada Jembatan Wheatstone


Jembatan Wheatstone dipakai secara luas pada pengukuran presisi tahanan dari sekitar 1 sampai
rangkuman mega ohm rendah. Sumber kesalahan utama terletak pada kesalahan batas dari ketiga tahanan yang
diketahui. Kesalahan-kesalahan lain bisa mencakup:
1 Sensitivitas detektor nol yang tidak cukup
2 Perubahan tahanan lengan-lengan jembatan karena efek pemanasan arus melalui tahanan-tahanan
tersebut. Efek pemanasan (I2R) dari arus-arus lengan jembatan dapat mengubah tahanan yang diukur.
Kenaikan temperatur bukan hanya mempengaruhi tahanan selama pegukuran yang sebenarnya, tetapi
arus yang berlebihan dapat mengakibatkan perubahan yang permanen bagi nilai tahanan. Hal ini tidak
boleh terjadi, karena pengukuran-pengukuran selanjutnya akan menjadi salah karena itu disipasi daya
dalam lengan-lengan jembatan harus dihitung sebelumnya sehingga arus dapat dibatasi pada nilai yang
aman.
3 GGL termal dalam rangkaian jembatan atau rangkaian galvanometer dapat juga mengakibatkan masalah
sewaktu mengukur tahanan-tahanan rendah. Untuk mencegah ggl termal, kadang-kadang galvanometer
yang lebih sensitif dilengkapi dengan sistem kumparan tembaga dari sistem suspensi tembaga yakni untuk
mencegah pemilikan logam-logam yang tidak sama yang saling kontak satu sama lain dan untuk
mencegah terjadinya ggl termal.
4 Kesalahan-kesalahan karena tahanan kawat sambung dan kontak-kontak luar memegang peranan dalam
pengukuran nilai-nilai tahanan yang sangat rendah.
Untuk menentukan apakah galvanometer mempunyai sensitivitas yang diperlukan untuk mendeteksi kondisi
setimbang atau tidak, arus galvanometer perlu ditentukan. Galvanometer-galvanometer yang berbeda bukan
hanya memerlukan arus satu per satuan defleksi yang berbeda (sensivitas arus), tetapi juga dapat mempunyai
tahanan dalam yang berbeda. Adalah tidak mungkin mengatakan tanpa menghitung sebelumnya, galvanometer
mana yang akan membuat rangkaian jembatan lebih sensitif terhadap suatu kondisi tidak setimbang. Sensitivitas
ini dapat ditentukan dengan memecahkan persoalan rangkaian jembatan pada ketidaksetimbangan yang kecil.
Pendekatan ini didekati dengan mengubah jembatan Wheatstone menjadi rangkaian Thevenin.

Anda mungkin juga menyukai