Abstrak
Pada hari Kamis tanggal 23 dan 30 Oktober 2014 kelompok 5
melakukan eksperimen dengan judul Dasar Pengukuran Dan
Ketidakpastian. Tujuan eksperimen ini agar mampu menggunakan alatalat ukur dasar, mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran
tunggal dan berulang serta memahami penggunaan angka berarti.
Pelaksanaaneksperimendilakukandengancaramempersiapkanalatdanbaha
neksperimenyaitu mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, stopwatch,
termometer, balok besi, bola , neraca ohausss, gelas ukur, kaki tiga dan
kasa, pembakar bunsen serta air secukupnya. Untuk kegiatan 1,
mengukur panjang, lebar dan tinggi balok besi serta diameter bola dengan
menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup. Untuk
kegiatan 2, mengukur massa pada neraca ohausss 2610, 311 dan 3610
gram. Untuk pengukuran suhu dan waktu, mengukur perubahan suhu air
yang diletakkan di atas kaki tiga dengan kasa dengan termometer dalam
setiap menitnya menggunakan stopwatch hingga waktu yang ditentukan.
Mencatat semua hasil pengamatan dalam tabelyang telah ditentukan dari
mulai pengukuran panjang, massa serta suhu. Semua hasil yang
dimencatat harus menggunakan aturan penulisan dalam fisika. Simpulan,
setiap alat ukur memiliki cara yang berbeda dalam menggunakannya,
ketidakpastian suatu alat ukur berbeda pada pengukuran tunggal dan
berulang serta penulisan suatu angka berarti harus melalui pencarian
dengan ketidakpastian relatif (KR).
3.
berulang ?
Bagaimana cara penggunaan angka berarti ?
TUJUAN
1
2
3
METODOLGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang
dijadikan sebagai patokan. Dalam fisika pengukuran merupakan sesuatu yang sangat
vital. Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran.
Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejala-gejala
peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat. Namun bagaimanapun juga
ketika kita mengukur suatu besaran fisis dengan menggunakan instrumen, tidaklah
mungkin akan mendapatkan nilai benar X0, melainkan selalu terdapat ketidakpastian.
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian
tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik
nol, kesalahan pegas, adanya gesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran
dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan pengamat. Dengan demikian
amat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran.
Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya satu kali saja,
adapun ketidakpastian pada pengkuran tunggal sitetapkan sama dengan setengah
skala terkecil (x = x skala terkecil).
Pengukuran Berulang
Pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakaukan berulang.Pada pengukuran
berulang nilai x ditentukan dari nilai rata-rata sampel. Misal suatu besaran fisis yang diukur
N kali pada kondisi yang sama, dan diperoleh hasil-hasil pengukuran X 1, X2, X3, . . ., XN,
maka nilai rata-ratanya dicari dengan persamaan berikut:
1
Ketidakpastian relative sekitar 10% berhak atas 2 angka penting.
2
Ketidakpastian relative sekitar 1% berhak atas 3 angka penting.
3
Ketidakpastian relative sekitar 0,1% berhak atas 4 angka penting.
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi,
inilah yang disebut Nilai Skala Terkecil (NST).Ketelitian alat ukur bergantung pada
NST ini.Untuk membantu mengukur dengan lebih teliti melebihi yang dapat
ditunjukkan oleh NST, maka digunakanlah nonius. Skala nonius akan meningkatkan
ketelitian pembacaan alat ukur. Umumnya terdapat suatu pembagian sejumlah skala
utama dengan sejumlah skala nonius yang akan menyebabkan garis skala titik nol dan
titik maksimum skala nonius berimpit dengan skala utama.
Alat ukur adalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu
kuantitas atau variabel fisis.Pada umumnya alat ukur dasar terbagi menjadi dua, yaitu
alat ukur analog dan digital.Ada dua sistem pengukuran yaitu sistem analog dan
sistem digital.Alat ukur analog memberikan hasil ukuran yang bernilai kontinyu,
misalnya penunjukkan temperatur yang ditunjukkan oleh skala, petunjuk jarum pada
skala meter, atau penunjukan skala elektronik Alat ukur digital memberikan hasil
pengukuran yang bernilai diskrit. Hasil pengukuran tegangan atau arus dari meter
digital merupakan sebuah nilai dengan jumlah digit terterntu yang ditunjukkan pada
panel display-nya.
Beberapa alat ukur dasar yang sering digunakan dalam praktikum adalah
jangka sorong, mikrometer skrup, barometer, neraca teknis, penggaris, busur derajat,
stopwatch, dan beberapa alat ukur besaran listrik. Masing masing alat ukur memiliki
cara untuk mengoperasikannya dan juga cara untuk membaca hasil yang terukur.
3
Ketidakpastian Pengukuran
Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
berbagai fenomena yang terjadi di alam. Ilmu ini didasarkan
pada pengamatan dan percobaan. Pengamatan merupakan
pengkajian suatu gejala yang terjadi di alam. Hanya saja,
sayangnya suatu gejala alam yang muncul secara alamiah
belum tentu terjadi dalam waktu tertentu, sehingga
menyulitkan pengamatan. Untuk mensiasati ini, maka
dilakukan percobaan yang menyerupai gejala alamiah itu di
bawah kendali dan pengawasan khusus. Tanpa percobaan ini,
ilmu fisika tak mungkin berkembang seperti saat sekarang
ini.
Dan selanjutnya, dalam suatu percobaan kita hrus
berusaha menelaah dan mempelajarinya. Caranya, kita harus
mempunyai data kuantitatif atas percobaan yang kita
lakukan. Sanada dengan pendapat Lord Kelvin yang
mengungkapkan kalau kita belum belajar sesuatu bila kita
tak bisa mendapatkan sebuah data kuantitatif. Untuk itulah
dalam fisika dibutuhkan sebuah pengukuran yang akurat.
Akan tetapi, ternyata tak ada pengukuran yang mutlak tepat.
Setiap pengukuran pasti memunculkan sebuah ketidakpastian
pengukuran, yaitu perbedaan antara dua hasil pengukuran.
Ketidakpastian Bersistem
Kesalahan kalibrasi
Kesalahan dalam memberi skala pada waktu alat ukur sedang dibuat sehingga
tiap kali alat itu digunakan, ketidakpastian selalu muncul dalam tiap
pengukuran.
Kesalahan titik nol skala alat ukur tidak berimpit dengan titik nol jarum
4
5
2
1
terpengaruh.
Frekuensi Tegangan listrik, perubahan pada tegangan PLN, baterai, atau aki
3
4
3
pengukuran
yang
spesifik.
Semua
alat
ukur
dapat
berada
diantara
5,1
dan
5,3.
Persentase
Alat
Penggaris/mistar
Jangka sorong
Mikrometer sekrup
Stopwatch
Termometer
Bahan
Balok besi
Bola/kelereng
Air secukupnya
f. Neraca ohauss
g. Gelas ukur
h. Kaki tiga dan kasa
i. Pembakar bunsen
Identifikasi Variabel
Panjang, lebar, tinggi, diameter, suhu dan waktu
DefinisiOperasionalVariabel
1
Panjang adalah penunjukan nila jarak yang ukur pada ujung panjang balok
dengan menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup yang
dinyatakan dalam milimeter.
Lebar adalah penunjukan nila jarak yang ukur pada ujung lebar balok dengan
dengan ujung kutub yang lain pada bola dengan menggunakan mistar, jangka
5
pada termometer.
Waktu adalah selang waktu dalam perubahan temperatur pada temperatur
dalam satuan detik.
ProsedurKerja
Kegiatan 1
1
Mengukur
masing-masing
sebanyak
kali
untuk
diameter
bola
Menyiapkan gelas ukur, bunsen pembakar lengkap dengan kaki tiga dan
terlihat normal.
Mengukur temperaturnya, lalu menentukan temperatur mula-mula pada
5
6
kenaikan 1 derajatnya.
Bersamaan dengan itu stopwatcnya dinyalakan.
Menmencatat perubahan temperatur yang terbaca pada thermometer tiap
selang waktu 1 menit sampai dengan 6 menit.
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA
HasilPengamatan
Pengukuran panjang
NST Mistar
: 0,1 cm = 1 mm
3,9
20
= 0,195
0,5
50
= 0,01 mm
Besaran
Panjang
1.| 19,5
| 20 0.05
2. | 19,5
| 20 0.05
| 20,37
3. | 19,5
| 20 0.05
| 19,825
| 20 0.05
| 19,795
| 20 0.05
| 19,82
| 20 0.05
| 19,728
| 20,05
| 19,365
Diameter
| 20,05
| 19,37
| 20,20
| 19,375
| 25,25
| 25,26
| 24,8
Pengukuran massa
Neraca Ohauss 2610 gram
:
500
=100
50
100
=10
10
10
=0,1
100
Massa beban gantung : Tabel Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 2610 gram
Massa benda
| 22,2 0.05
| 22,3 0.05
| 22,3 0.05
| 21,6 0.05
| 21,7 0.05
| 21,7 0.05
200
=100
2
100
=10
: 10
10
=1
: 10
1
=0,01
: 100
200
=100
: 2
NST Neraca Ohauss 310 gram
10 SN =
100
19 SU
=10
: 10
=1, 9 g
1
SN
=
1
=0,1
1,9
: 10
=0,19
10
: 10
10
=1
10
NST stopwatch :
1
=0,1
10
Temperatur mula-mula
(To)
: 31C
Tabbel Hasil pengukuran wakutu dan suhu
Waktu
Temp
Peru
b
a
h
a
| 33
| 35,5
| 38
| 41
n
T
e
m
p
e
r
a
t
u
r
(
C
)
|2
0
.
5
|
C
| 4,5
0
.
5
|
C
|7
0
.
5
|
C
| 10
| 44
| 47
0
.
5
|
C
| 13
0
.
5
|
C
| 16
0
.
5
|
Analaisis Data
1
Pengukuran Panjang
maks =
1
1
|x x|
, maks =
x x
x
, PF =
Balok ( v = p l t )
Mistar
Panjang rata-rata
[ x ] =
19,5+19,5+ 19,5
3
1 = |19,519,5|=0
2 = |19,519,5|=0
3 = |19,519,5|=0
= 19,5 mm
max. = x =0 , maka x
2
= |19,5 0,05| mm
PF
Lebar rata-rata
20+ 20+20
[ x ] =
= 20 mm
3
1= |2020|=0
2= |2020|=0
3 = |2020|=0
max. = x =0 , maka x
PF = |20 0,05| mm
3
Tinggi rata-rata
1 = |2020|=0
2 =
|2020|=0
3 = |2020|=0
max. = x =0 , maka
PF = |20 0,05| mm
Volume balok
v=p l t
= 19,5 20 20
3
= 7800 mm
|vp| dp + |vl |
v
v
dl
| | dt
v
v
v
v
| | dp
l. t
v
dl
l
l
l
t
t
v =
dt
| pl..tl .t | dp
| |
p.t
p . l .t
p
p
| pv. t | dl + | pv, . l|
v
v =
dt
t
v
t
dp
p
dl
|pp + l l + t t |
=
0,05 0,05
+
+
|0,05
19,5 20
20 | 780
+
0
| pp. l.l.t |
v
v
1
p dp +
dl +
1
t
dt
dt
1
l
59,28 mm3
KR
V=|v v |
= | 7800 59,28 |
V
X 100
V
mm3
=
59,28
X 100
7800
=0,76 %
Jangka Sorong
Panjang rata-rata
[ x ] =
20+ 20+20
3
= 20 mm
1 = |2020|=0
2 = |2020|=0
3 = |2020|=0
max. = x =0 , maka x
pengukuran tunggal
PF = |20 0,05| mm
5
Lebar rata-rata
[ x ] =
20+ 20+20
3
= 20 mm
1= |2020|=0
2= |2020|=0
3 = |2020|=0
max. = x =0 , maka x
pengukuran tunggal
PF = |20 0,05| mm
6
Tinggi rata-rata
[ x ] =
= 20,10 mm
1= |20,1020,05|=0 ,05
2= |20,1020,05|=0,05
3 = |20,1020,20|=0,10
max. = x =0,10
PF = |20,10 0,10| mm
Volume balok
v=p l t
= 20 20 20,10
3
= 8040 mm
|vp| dp + |vl |
dl
| pp. .l t.t |
|vt | dt
v
v
|l.vt | dp
| | dl + | |
p.t
v
dt
| pl..tl .t | dp
v
v =
p,.l
v
| pp. l.l.t |
+
v
v
dl +
dl
1
t
dt
1
p dp +
dt
1
l
v
v
dp
p
dl
l
0,05 0,10
+
+
|0,05
20
20 20,10| 80
dt
t
v
v
p
p
l
l
3
40 mm
=
t
t
v =
|0,0025+0,0025+ 0,0049|
p l t
+ +
p
l
t
8040
v
=
KR =
79,596 mm3
V
X 100
V
v
=
79,596
X 100
8040
=|
804
= 0,99 %
0
79,5
V = | v
Mikrometer Sekrup
Panjang rata-rata
9|
mm3
[ x ] =
20+ 20,37+20,45
3
= 20,2733 mm
1 = |20,273320|=0,2733
2 = |20,273320,37|=0 ,0967
3 = |20,273320,45|=0 ,1767
max. = x =0,2733
PF = |20,2733 0,2733| mm
8
Lebar rata-rata
[ x ] =
19,795+20,32+19,728
3
= 19,9476
mm
= |19,947619,795|=0,1526
1
2= |19,947620,32|=0,3724
3 = |19,947619,728|=0,2196
max. = x =0 , maka x
pengukuran tunggal
PF = |19,9476 0,3724| mm
9
Tinggi rata-rata
[ x ] =
20,365+ 20,37+20,375
3
1= |20,3720,365|=0 ,005
2= |20,3720,37|=0
3 = |20,3720,375|=0,005
max. = x =0,10
PF = |20,37 0,005| mm
Volume balok
= 20,37 mm
v=p l t
= 20,2733 19,9476 20,37
3
= 8237.7029 mm
|vp| dp + |vl |
v
v
v
v =
v
v
1
p dp +
v
v
dp
p
v
v
|vt | dt
dl +
v =
v =
p
p
1
l
dl
l
+
+
dl +
|pp + l l + t t |
| pp. l.l.t |
dt
dt
t
l
l
1
t
dl +
t
t
8237.7029
= 265,254 mm
dt
dt
KR =
V
X 100
V
V = | v
265,254
X 100
8237.7029
|
= | 8237 265 |
= 3.22 %
mm
Bola ( v =
1
d3
)
6
Mistar
Diameter rata-rata
[ d ] =
25+ 25+25
3
= 25 mm
1= |2525|=0
2= |2525|=0
3 = |2525|=0
max. = d =0 , maka x
pengukuran tunggal
PF = |25 0,05| mm
v
1
d3
= 6
1
3
= 6
3,14 25
3
= 8177,0833 mm
| | dd
1
v
v
6
d
| |
1
3 d2
6
1
d3
6
v
v
v
v
3 dd
= d
v
v
d
= 3 d
dd
d
v= | 3
d |v
=|
0,05
25 |8177,0833
=|0,006|8177,0833
=49,0624 mm
KR=
V = | v
V
X 100
V
v
=
49,0624
X 100
8177,0833
= 0,6 %
Jangka sorong
Diameter rata-rata
|
= | 8177 49,06|
mm3
[ d ] =
= 25,4 mm
1= |25,425,4|=0
2= |25,425,4|=0
3 = |25,425,4|=0
max. = d =0 , maka x
pengukuran tunggal
PF = |25,4 0,05| mm
v
1
d3
= 6
1
3
= 6
3,14 25,4
= 8575,8968 mm
| | dd
1
v
v
6
d
v
v
| |
v
v
3 dd
d
v
v
d
= 3 d
1
3 d2
6
1
d3
6
d
v= | 3
d |v
dd
=|
0,05
25,4 |8575,8968
=|0,006|8575,8968
=51,4553 mm
KR=
=
V
X 100
V
51,4553
X 100
8575,8968
= 0,6 %
V=|v v |
3
= | 8575 51,45 | mm
Mikrometer sekrup
Diameter rata-rata
[ d ] =
25,25+ 25,26+24,8
3
1= |25,1025,25|=0,15
2= |25,1025,26|=0,16
3 = |25,1024,80|=0,30
max. = d = 0,52
PF = |25,10 0,30| mm
v
1
d3
= 6
1
3
= 6
3,14 25,10
3
= 8275,6013 mm
= 25,10 mm
| | dd
1
v
v
6
d
| |
1
3 d2
6
1
d3
6
v
v
v
v
3 dd
= d
v
v
d
= 3 d
dd
d
v= | 3
d |v
=|
0,30
25,10 |8275,6013
=|0,035|8275,6013
=289,6460 mm
KR=
=
V
X 100
V
289,6460
X 100
8275,6013
= 3,5 %
V=|v v |
3
= | 8275 289| mm
Pengukuran Massa
Neraca ohauss 2610 gram
1=
= 22,26 mm
PF = |22,26 0,06|
mm
Massa rata-rata bola
21,6 +21,7+21,7
[ m ] =
3
= 21,67 mm
= |21,6721,6|=0,07
1
|22,2622,2|=0,06
2=
2= |21,6721,7|=0,03
3 = |21,6721,7|=0,03
|22,2622,3|=0,04
max. = m = 0,07
3 =
PF =
|22,2622,3|=0,04
|21,67 0,07|
max. = m = 0,06
mm
1=
|22,4222,43|=0,01
2=
|22,4222,44|=0,02
3 =
|22,4222,41|=0,01
max. = m = 0,01
1= |21,6021,60|=0
PF = |22,42 0,01|
2= |21,6021,59|=0,01
3 = |21,6021,61|=0,01
mm
max. = m = 0,07
PF = |21,60 0,01| mm
21,60 mm
PF = |22,42 0,01|
mm
= 22,42 mm
1=
|22,4222,43|=0,01
21,60 mm
= |21,6021,60|=0
1
2=
|22,4222,44|=0,02
3 =
2= |21,6021,59|=0,01
3 = |21,6021,61|=0,01
max. = m = 0,07
Massa jenis (
10
m
v
Mistar
Balok
m=22,42 gram v =7800
Bola
m= 21,60 gram v
mm
3
=8177,0833 mm
m = 0,01gram v =
m = 0,07gram v
59,28 mm
m
=
v
=49,06 mm
m
=
v
=
22,42
7800
21,60
8177,0833
=0,
002
6
=0,002
8
g/mm3
g/mm3
dm+ dv
m
v0,01 22,42
+
59,28
7800 78002
v
v =
|1v|
dm +
||
|
m
v2
1
m
m+ 2 v
v
v
dv
0,0
028
=
|0,000001+0,00057| 0,00
28
= |0,0000588| 0,0028
= 0,00000016 g/mm3
X 100
KR=
=
0,00000016
X 100
0,0028
v
v =
|1v|
dm +
||
|
m
v2
dv
1
m
m+ 2 v
v
v
= 0,005%
= |
0,07 21,60
+
49,06
8177 8177 2
0,0
026
=
|0,0000085+0,00015| 0,0
026
= |0,0001585| 0,0026
=|
0,02
8
= 0,00000041 g /mm3
1
10
KR=
|
0,01
6
X 100
10
0,00002366
X 100
0,0026
= 0,01%
||
g/mm3
= |
dm+ dv
m
v
=|
0,02
6
0,04
1
105
101
||
11
g/mm
Jangka sorong
m= 21,60 gram v =8575
Balok
m=22,42 gram v =8040
mm
mm3
m = 0,01gram v =
m = 0,07gram v
79,59 mm
m
=
v
=51,45 mm
m
=
v
=0,0027
22,42
8040
21,60
8177,0833
=0,002
5
g/mm3
g/mm3
Bola
m v
+ 2
m
v
|0,0000012+0,000027| 0,
0,01 22,42
+
79,59
8040 80402
027
0027
= |0,0000288| 0,0027
0,0
= 0,0000004 g/mm3
KR=
X 100
|0,0000081+0,000023| 0,
0025
0,0000004
X 100
0,0027
= |0,0000314| 0,0025
= 0,002%
= |
= 0,000000075 g /mm3
KR=
X 100
|
1
= | 0,027 10
4
10
| 0,004
= |
m v
+ 2
m
v
0,07 21,60
+
79,59
8575 85752
025
= 0,003%
||
0,000000075
X 100
0,0025
g/mm
0,0
=|
0,02
5
101
|
0
5
, 075 10
||
g/mm3
12
Micrkmeter sekrup
Balok
m=22,4
2
gra
mv
=82
37
mm3
m
7
g/mm3
Bola
m=
21,60
gra
mv
=82
75
mm
=
0,01
gra
m
v
=
0,07
gra
m
=
265
mm
=
m
v
22,42
8237
=0,
002
=
289
mm
=
m
v
21,60
8275
g/mm3
=0,002
6
=
m v
+ 2
m
v
0,01 22,42
+
265
8237 8237 2
|
|
m v
+ 2
m
v
0,07 21,60
+
289
8275 82752
,0026
=
,0027
=
|0,0000012+0,000087| 0,
|0,0000081+0,000091| 0,
0026
0027
= |0,000088| 0,0027
= 0,0000002 g /mm3
KR=
1
0
X 100 = | 0,027 10
, 002 10
= |0,000172| 0,0026
= 0,00000045 g /mm3
KR=
=
X 100
g/mm
0,000000172
X 100
0,0026
= 0,017%
0,0000002
X 100
0,0027
= |
= 0,008%
= |
|
=|
0,02
6
101
0,04
5
105
|
g/mm
PEMBAHASAN
Dalam kegiatan-kegiatan yang telah kami lakukan, yakni
pengukuran panjang, massa serta suhu dan waktu. Pada
pengukuran panjang yang menggunakan alat ukur mistar,
jangka sorong dan mikrometer sekrup dalam penggunaannya
memiliki cara yang berbeda. Ada yang menurut saya mudah,
misal mistar hingga yang perlu tenaga sedikit seperti
mikrometer sekrup dalam memutar skala nonius. Tingkat
ketelitian alat ukur panjang tersebutpun berebeda-beda.
Mikrometer sekrup yang memiliki kesalahan mutlak relatif
yang paling rendah jika dalam pengukuran tunggal adalah
alat ukur yang tingkat ketelitiannya sanagat teliti.
Dalam eksperimen pengukuran panjang terjadi perbedaan
hasil pengukuran dalam pengukuran berulang ini terjadi
karena adanya kesalahan pada praktikan dan alat ukur.
Kesalahan praktikan dapat terjadi karena kurang telitinya
melihat skala yang berimpit atau kurang bertenaganya
memutar skala nonius. Kesalahan alat ukur terjadi jika alat
ukur yang kita gunakan sudah lama sehingga menyebabkn
alat ukur tidak spesifik lagi.
Pengukuran massa, terdapat 3 neraca yang digunakan
dalam pengukuran ini, yakni neraca ohauss 2610, 311 dan
310 gram. Dalam ketiga penggunaan aalt ukur ini sebenarnya
sama, dikarenakan ketika kita mengukur massa benda kita
harus mengatur seluruh lengan-lengan yang ada pada ketiga
neraca tersebut. Setelah itu, kita harus menunggu neraca
dalam keadaan seimbang. Adapun pada nerca ohauss 310
gram memiliki skala putar sebagai skal noniusnya. Di
pengukuran massa ini, terjadi juga perbedaan massa benda
yang diukur ini terjadi karena adanya faktor eksternal
misalnya angin dari AC atau nafas praktikan. Karena ketiga
neraca ini sangat sensitif terhadap massa yang rendahpun.
Adapun pada pencarian massa jenis balok dan bola pada
neraca ohauss 310, saya mengalami kesulitan karena
banyaknya bilangan selisih anatara pembagi dan yang dibagi
Penggunaan alat-alat ukur yang telah kami gunakan mempunyai cara yang
berbeda dalam penggunaanya.
Penentuan ketidakpastian pengukaran berulang cukup menulis ketidakpastian
max
alat ukur tersebut, sedangkan pengukuran berulang kita perlu mencari
dari hasil pengurangan hasil pengukuran rata-rata dan pengukuran tunggal.
Jadi dengan kata lain cara penentuan ketidakpastian pengukuran tunggal dan
berulang berbeda.
Penulisan angka berarti memerlukan analisis yang teliti dengan cara mencari
KR yang memerlukan konsentarisi yang baik.
DAFTAR RUJUKAN
Tim Dosen Fisika Dasar I. 2014. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Makassar: Jurusan
Fisika FMIPA UNM.