Anda di halaman 1dari 10

LABORATORIUM TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI EKSPLORASI DAN PRODUKSI


UNIVERSITAS PERTAMINA

PRAKTIKUM GP4101 INVERSI DAN ATRIBUT SEISMIK

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2019/2020

FAIRUS FADILLAH
101116071
TEKNIK GEOFISIKA

MODUL 2 dan 3
PICKING HORIZON DAN ATTRIBUTE SEISMIC

TANGGAL PRAKTIKUM
JUM’AT, 27 SEPTEMBER 2019

JAKARTA – INDONESIA
© 2019 – TEKNIK GEOFISIKA
LAPORAN PRAKTIKUM
Teknik Geofisika, Universitas Pertamina
Modul 2 dan 3 Picking Horizon Dan Attribute Seismic
Mata Kuliah GP3204 Interpretasi Seismik Refleksi

Nama : Fairus Fadillah


NIM : 101116071
Kelas : GP1
Shift : 2 – Jumat, 09.00-11.00 WIB
Tanggal Praktikum : 27 September 2019

I. PENDAHULUAN

1.1. TUJUAN
 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep mengenai well seismic tie.
 Mahasiswa mampu melakukan pembuatan seismogram sintetik.
 Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan parameter-parameter yang digunakan
dalam menentukan picking horizon.
 Mahasiswa diharapkan dapat melakukan picking dengan menggunakan konsep
geologi dan geofisika.
 Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan fungsi-fungsi dari atribut seismik
yang digunakan.
 Mahasiswa diharapkan dapat melakukan well seismic tie, picking horizon dan
melakukan proses seismik atribut menggunakan software Hampson Russel.

1.2. BATASAN MASALAH


Pada praktikum Modul 2 dan 3 ini hanya akan dibatasi pada hal-hal berikut ini.
 Pengolahan menggunakan Software HRS
 Pengolahan dilakukan sampai log correlation dengan diusahakan mempunyai
nilai current correlation sebesar 0.6
 Picking horizon dan menerapkan 3 seismik attribute
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Well Seismic Tie


Well Seismic Tie merupakan suatu cara untuk mengikatkan data sumur pada
penampang seismik. Well seismic tie dilakukan dengan menghubungkan seismogram
sintetik yang dihasilkan dari log dengan trace asli data seismik. Sebelum
dilakukannya well seismic tie, terlebih dahulu harus dilakukan koreksi chechshot
untuk mengubah domain kedalaman sumur menjadi domain waktu sesuai dengan
data seismik. Untuk memperoleh hasil well seismic tie yang bagus maka diperlukan
pembuatan sintetik.
Pada proses well tie terkadang perlu dilakukan proses “stretching and
squeezing” pada data log di titik” pengontrol untuk mengikat data seismic dengan
menggunakan reflektivitas yang ada. Data reflektivitas ini dihasilkan dari data log
sumur dan telah melalui proses konvolusi dengan wavelet yang dihasilkan dari data
seismik. Namun hal ini tidak disarankan, karena pada dasarnya stretching and
squeezing data memaksakan mengubah wavelet asli
2.2 Picking Horizon
Picking horizon dilakukan setelah memperoleh hasil well tie dengan korelasi
yang baik. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gridding pada suatu kumpulan data
seismik. Picking horizon ini dilakukan dengan memperhatikan keteraturan
kenampakan refleksi dan biasanya puncak formasi yang potensial. Referensi dam titik
ikat penarikan horizon adalah melalui data sumur yang ada (berdekatan atau
memotong line seismik). Terkadang jejak refleksi yang terletak diatas dan dibawah
garis horizon yang ditarik (sandwitch picking). Sistem ikatan perpotongan line
seismik ini dikenal dengan Looping. Penarikan horizon diutamakan pada refleksi
yang memiliki ciri dan penyebaran meluas dan regional, yang biasanya mencirikan
suatu stratigraphic marker. Penarikan secara lokal, harus dikaitkan pada horizon yang
memiliki penyebaran regional tersebut.
Ciri-ciri lain yang biasa digunakan dalam picking horizon adalah kedudukan
horizon pada oenampang seismik, komposisi frekuensi, kekuatan ampitudo, dan juga
kontinuitas horizon. Adapun faktor penimbang dalam picking horizon, yaitu
kontinuitas refleksi dan kontinuitas refleksi.
2.3 Attribute Seismik
Atribut seismik didefinisikan bermacam–macam, diantaranya Barness (2001)
mendefinisikan atribut seismik sebagai sifat kuantitatif dan deskriptif dari data
sesismik, sedangkan Brown (2000) mendefinisikan atribut seismik sebagai suatu
informasi dasar derivatif dari data seismik. Menurut Brown (2000) semua atribut yang
ada bukanlah merupakan informasi yang mandiri, melainkan menurut cara yang
berbeda–beda untuk menampilkan nilai tertentu suatu informasi dasar dari data
seismik. Informasi dasar yang dapat diturunkan dari data seismik adalah waktu,
amplitudo, frekuensi dan atenuasi yang kemudian digunakan sebagai dasar klasifikasi
atribut seismik.

Gambar 1. Klasifikasi Atribut (Brown,2002)

Seismik atribut ini didapatkan dari besraan spesifik yang diperolehdari data
seismik. Waktu, amplitude, frekuensi dan dimensi yang merupakan informasi dasar
dari geombang seismik memberikan klarifikasi atribut menjadi macam-macam
pengelompokkan atribut seismik.

III. METODOLOGI

3.1. DATA PENELITIAN

Data yang digunakan pada praktikum ini adalah data sumur sebanyak 3 data
(490252096500.las, 490251097300.las dan 490252304700.las) data checkshot
sebanyak 2 data (CKS 25-1-X-14.txt dan CKS 88-AX-28.txt)
3.2. PENGOLAHAN DATA
Well Tie
1. Proses ini dilakukan setelah input data yang telah dilakukan pada praktikum
sebelumnya
2. Lakukan checkshot correction untuk mengubah domain kedalaman sumur menjadi
domain waktu sesuai dengan data seismik dengan cara klik Processes > Log
Processing > Checkshot Correction.
3. Kemudian lakukan Log Correlation dengan cara klik Processes > Log Processing
> Log Correction . Pada proses ini kita melakukan stretching and squeezing sampai
mendapat hasil correlation yang telah ditentukan yaitu 0.6.

Gambar 2 Log Correlation

Picking Horizon

1. Picking horizon ini dilakukan setelah melakukan proses well tie


2. Untuk melakukan picking horizon, klik tab horizon > picking horizon > new pick
3. Lakukan pick pada well top yang sudah ditentukan, yaitu F1WC, F1WCbase,
F2WC dan F2WCbase di seluruh Inline dan Xline yang sudah ada dengan
increment 10 (semakin sedikit/rapat increment yang digunakan, base map yang
dihasilkan akan semakin bagus).

Gambar 3 Seismic Section


Attribute Seismik

1. Setelah picking horizon, langkah selanjutnya adalah menggunakan attribute seismik


pada data seismik yang sudah diolah sebelumnya.
2. Untuk menerapkan attribute seismic, klik Processes > Volume Attributes > Multi-
trace Filters > Single-trace Seismic Attributes.

Gambar 4. Instantaneous Frequency

Gambar 5. Instantaneous Phase

Gambar 6 Cosine Instantaneous Phase

Gambar 6. Cosine Instantaneous Phase


3.3 DIAGRAM ALIR

Start

Data Well

Data Checkshot

Well Tops

Data Seismik

Checkshot Correction

Log Correlation

Picking Horizon

Seismic Attributes

End

Gambar 7. Digram Alir


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum ini mahasiswa diminta untuk melakukan proses well tie sampai
penggunaan attribute seismic pada data seismik. Proses well tie dilakukan pada 2 sumur
yaitu sumur Lawrence ”X” #88-28 dan sumur NPR-3 25-1-X-14, namun yang
terealisasikan hanya 1 sumur, yaitu NPR-3 25-1-X-14, hal ini dikarenakan waktu
praktikum dan juga kecepatan mahasiswa dalam melakukan pemrosesan. Adapun
kesulitan lain ketika melakukan proses well tie ini yaitu saat picking data harus memilih
yang tepat sehingga hasil korelasi sesuai dengan yang diharapkan. Pada praktikum ini di
dapat nilai current correlation 0.511 dan max cor 0.654 dengan zero phae wavelet
(Gambar 2). Nilai ini sudah mendekati yang diinstruksikan yaitu 0.6. ini artinya hasil
korelasi sesuai dengan yang diharapkan.
Setelah melakukan well tie, selanjutnya adalah picking horizon yang sudah di mark
dimana data well top (F1WC, F1Wcbase, F2WC dan F2Wcbase) sudah dimasukkan.
Picking horizon ini dilakukan pada inline dan xline dengan increment sebesar 10. Hasil
picking horizon ini memperlihatkan bahwa adanya struktur geologi berupa antiklin
(Gambar 3). Dapat diketahui bahwa antiklin merupakan struktur geologi berupa lipatan
lapisan batuan sedimen atau batuan metamorfosis yang cembung ke atas. Antiklin di
bawah permukaan merupakan objek pencarian karena seringkali merupakan perangkap
minyak dan gas bumi. Jadi pada daerah tersbut dapat diindikasikan terdapat hidrokarbon.
Tahap selanjutnya yaitu menerapkan atribut seismic pada data seismic yang sudah
diolah sebelumnya. Pada praktikum ini, digunakan 3 atribut seismic diantaranya adalah
Instantaneous frequency, Instantaneous phase dan Cosine instantaneous phase yang
masing-masing akan dijelaskan dibawah ini:
 Instantaneous frequency
Atribut ini dalam interpretasi seismik berguna untuk melihat anomali hidrokarbon,
zona fracture yang memiliki nilai frekuensi rendah, dan dapat juga melihat
ketebalan suatu lapisan.
Dapat dilihat pada Gambar 4 bahwa horizon F2WC terindikasi adanya hidrokarbon
karena memiliki nilai frekuensi yang rendah
 Instantaneous Phase
Atribut ini dalam interpretasi digunakan untuk melihat kontinuitas lapisan secara
lateral, ketidakmenerusan, batas sekuen, konfigurasi perlapisan, dan digunakan
untuk menghitung kecepatan fasa.
Dapat dilihat pada Gambar 5 bahwa lapisan tersebut kontinuitas, hal ini dapat
diindikasikan sebagai body dari reservoir
 Cosine Instantaneous Phase
Atribut ini prinsipnya sama dengan instantaneous phase, hanya saja pada atribut ini
phase di-cosine-kan sehingga amplitude yang dihasilkan akan menjadi lebih
smooth dibandingan dengan amplitude pada instantaneous phase. Hal ini juga
menyebabkan bahwa pada cosine instantaneous phase akan memperlihatkan
lapisan yang lebih smooth dibandingkan dengan instantaneous phase

V. PENUTUP

5.1 SIMPULAN
Dari praktikum kali ini dapat diambil simpulan :
 Hasil well seismic tie pada sumur NPR-3 25-1-X-14 masih jauh dari instuksi yang
diberikan, yaitu current correlation bernilai 0.511 dan max correlation bernilai 0.654.
 Penentuan pick, start dan end window, frekuensi dan wavelet sangat berpengaruh
dalam menentukan nilai correlation, dibutuhkan banyak latihan dan pengalaman
dalam melakukannya.
 Proses stretching dan squeezing tidak disarankan dalam pemrosesan data seismik.
Karena pada dasarnya hal ini mengubah paksa suatu data.
 Semakin rapat/sedikit increment, maka base map yang dihasilkan akan semakin bagus

5.2 MANFAAT
Dari praktikum kali ini dapat diambil manfaat :
 Mahasiswa sudah dapat menjelaskan konsep dari well-seismic tie.
 Mahasiswa sudah mampu melakukan pembuatan seismogram sintetik.
 Mahasiswa sudah dapat menjelaskan parameter-parameter yang digunakan untuk
menentukan picking horizon.
 Mahasiswa sudah dapat melakukan picking horizon secara konsep geologi dan
geofisika
 Mahasiswa sudah dapat menjelaskan fungsi beberpa seismic atribut yang digunakan
 Mahasiswa sudah dapat melakukan well-seismic tie, picking horizon dan juga proses
seismic atribut pada aplikasi Humpson Russell.
REFERENSI

[1] Asisten Praktikum. 2019. Modul 2 : Picking Horizon. Universitas Pertamina, Jakarta.

[2] Asisten Praktikum. 2019. Modul 3 : Attribute Seismic. Universitas Pertamina,


Jakarta.

[3] Abdullah, A. 2007. Instantaneous Phase (Fasa Sesaat). Internet:

http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2007/06/instantaneous-phase-fasa-
sesaat.html

Anda mungkin juga menyukai