Anda di halaman 1dari 39

GERAK MENGGELINDING

Ita Anggreni, Nurmilandari Syamsul, Nur Azizah, Syahrul

Mubarak*)

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA


Universitas Negeri Makassar 2015

Abstrak. Telah dilakukan praktikum tentang Gerak Menggelinding di


Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar. Praktikum ini bertujuan untuk
menjelaskan konsep-konsep fisika yang digunakan dalam membahas gerak
menggelinding dan menentukan momen inersia dari silinder dan bola. Pada
praktikum ini, dilakukan percobaan dengan menggelindingkan silinder dan
bola dari titik A ke titik B. Sebelum menggelindingkan benda, yang pertama
dilakukan adalah mengukur massa dan diameter benda yang digunakan,
kemudian menentukan panjang lintasan dan ketinggian bidang miring, dimana
ada 5 data ketinggian bidang miring yang digunakan. Untuk mengukur massa
benda, alat yang digunakan adalah Neraca Ohauss 311 gram, untuk
mengukur diameter benda digunakan jangka sorong, serta untuk mengukur
panjang lintasan dan ketinggian bidang miring digunakan meteran. Setelah
melakukan pengukuran terhadap benda dan papan landasan, maka
selanjutnya adalah mengukur waktu yang dibutuhkan benda untuk
menggelinding dari titik A ke titik B dengan menggunakan stopwatch. Data
hasil pengukuran yang dilakukan kemudian dicatat pada laporan sementara
praktikum. Data yang diperoleh dari praktikum kemudian digunakan untuk
menghitung momen inersia masing-masing benda, dimana untuk menghitung
momen inersia digunakan 2 cara, yaitu dengan persamaan berdasarkan teori
dan berdasarkan data hasil praktikum. Untuk yang berdasarkan teori,
1
digunakan persamaan yaitu I =
m R2 untuk silinder pejal, I = mR2 untuk
2
2 2
silinder berongga, dan I =
mR untuk bola pejal. Untuk yang
5
berdasarkan hasil praktikum, digunakan persamaan I = cmR2 dimana c =
2g 2
t -1
2 x2

Kata Kunci : Bola pejal, gerak rotasi, momen inersia, silinder

RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja konsep fisika yang membahas tentang gerak menggelinding?
2. Bagaimana cara menentukan momen inersia dari silinder dan bola?

TUJUAN
1. Menjelaskan konsep-konsep fisika yang digunakan dalam membahas gerak
menggelinding
2. Menentukan momen inersia dari silinder dan bola

TEORI SINGKAT
Gambar berikut menunjukkan sebuah silinder yang bergerak
menggelinding.Pada saat menggelinding tanpa selip, silinder berotasi
sambil bertranslasi.Sehingga untuk membahas gerak menggelinding,
maka perlu dipahami hubungan antara gerak rotasi dan gerak
translasi. Pada gerak menggelinding murni, saat silinder berotasi
dengan sudut , bagian tengahnya bergerak (pusat massanya) linier
dengan jarak s sebesar,
s = Rθ ...
(1)

Gambar 1. Ilustrasi gerak menggelinding

Oleh karena itu, kelajuan linier dari pusat massa untuk gerak
menggelinding dinyatakan oleh,
ds dθ
vCM= dt =R dt =Rω ...

(2)
Dimana ω merupakan kelajuan sudut silinder. Persamaan 2
berlaku jika silinder atau bola menggelinding tanpa selip dan
merupakan kondisi gerak menggelinding bumi. Besar percepatan linier
dari pusat massa untuk gerak menggelinding murni adalah
d v CM
αCM = dt = Rα ...

(3)
Dimana ω merupakan percepatan sudut silinder atau bola. Jika
sebuah benda kaku berotasi terhadap suatu sumbu tetap dengan
kelajuan sudut ω, energi kinetik rotasinya dapat dituliskan,
1
2
KR = 2 Iω ...

(4)
Dimana I adalah momen inersia terhadap sumbu rotasi. Momen
inersia dari benda kaku dapat diperoleh melalui persamaan,

I= ∫ r2 dm ...

(5)
Dimana r adalah jarak dari elemen massa dm ke sumbu rotasi.
Jika sebuah benda kaku yang berotasi bebas terhadap sumbu tetap
memiliki torsi luar yang bekerja padanya, maka benda tersebut
menngalami percepatan sudut α, dengan

∑F = ma ...

(6)
Dimana besar torsi yang berkaitan dengan gayaF yang bekerja
adalah
τ =Fd ...

(7)
Dimana d adalah lengan momen gaya yang merupakan jarak
tegak lurus dari sumbu rotasi ke garis aksi dari gaya. Torsi merupakan
ukuran kecenderungan gaya mengubah rotasi benda terhadap suatu
sumbu.
Perhatikan gambar berikut, sebuah silinder pejal diletakkan di
puncak bidang miring, ketika silinder dilepas, silinder akan bergerak
menggelinding sepanjang bidang miring.
Gambar 2. Ilustrasi benda menggelinding

Dengan menerapkan hukum Newton II pada gerak translasi


∑ F=mα ...

(8)
dan persamaan (6) dan (7) pada gerak rotasi, akan diperoleh
mgsin ⁡θ
α=
1 ...
+m
R2

(9)
Untuk memudahkan analisis misalkan momen inersia benda tegar
adalah,
2
I = c (m R ) ...

(10)
Maka persamaan (9) akan menjadi
g sin ⁡θ
c= −1 ...(11)
α

Percepatan a dapat diperoleh dengan menerapkan persamaan


GLBB dan akan diperoleh
gh 2
c= t -1
2 x2 ...

(12)
Dengan mengukur tinggi bidang miring (h), panjang bidang miring
(x), dan waktu tempuh (t) benda dari puncak ke dasar bidang miring,
nilai konstanta (c) dapat dihitung.

METODE EKSPERIMEN

Alat dan Bahan


1. 1 buah silinder pejal
2. 1 buah silinder berongga
3. 2 buah bola pejal
4. 1 buah landasan (badang miring)
5. 1 buah stopwatch
6. 1 buah meteran
7. 1 buah neraca ohauss 311 gram

Identifikasi Variabel
1. Variabel Kontrol : panjang lintasan (cm)
2. Variabel Manipulasi : tinggi bidang miring (cm)
3. Variabel Respon : waktu tempuh (second)

Definisi Operasional Variabel


1. Variabel Kontrol
Panjang lintasan adalah jarak yang ditempuh benda pada saat
menggelinding dari ketinggian tertentu di titik A menuju titik B
2. Variabel Manipulasi
Tinggi bidang miring adalah ketinggian titik A sebagai titik tempat
benda mulai menggelinding
3. Variabel Respon
Waktu tempuh adalah waktu yang digunakan benda untuk
menggelinding dari suatu ketinggian tertentu di titik A menuju titik
B.

Prosedur Kerja
Pertama, mengecek semua alat ukur yang digunakan dan
memastikan semua sudah dapat beroperasi dengan baik. Setelah itu
mengukur panjang bidang miring dan ketinggian bidang miring, serta
massa dan diameter benda yang digunakan. Kemudian, meletakkan
silinder pejal di posisi A, kemudian melepaskannya dan
membiarkannya menggelinding, lalu mengukur waktu yang dibutuhkan
benda dari titik A ke titik B dan melakukan pengukuran berulang
sebanyak 3 kali. Selanjutnya mengubah ketinggian h sebanyak 5 kali,
dan melakukan percobaan yang sama dengan kegiatan sebelumnya.
Terakhir adalah mengulang kegiatan sebelumnya dengan mengganti
benda yang digunakan menjadi silinder berongga, bola pejal 1 dan bola
pejal 2, lalu kemudian mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil
pengamatan.

HASIL DAN ANALISIS

Hasil Pengamatan
Massa silinder pejal = │50,050  0,005│ gram
Massa silinder berongga = │17,035  0,005│ gram
Massa bola 1 = │66,705  0,005│ gram
Massa bola 2 = │32,565  0,005│ gram
Diameter silinder pejal = │1,960  0,005│ cm
Diameter luar silinder berongga = │1,585  0,005│ cm
Diameter dalam silinder berongga = │1,390  0,005│ cm
Diameter bola 1 = │2,535  0,005│ cm
Diameter bola 2 = │1,990  0,005│ cm
Panjang bidang miring = │195,50  0,005│ cm

Tabel 1. Momen inersia benda tegar


Tinggi bidang Waktu tempuh dari A
Nama benda miring ke B
(cm) (s)
Silinder pejal │2,5  0,1│
│23,00  0,05│ │2,4  0,1│
│2,6  0,1│
│3,2  0,1│
│16,00  0,05│ │3,3  0,1│
│3,3  0,1│
│3,7  0,1│
│11,70  0,05│ │3,8  0,1│
│3,5  0,1│
│4,6  0,1│
│7,60  0,05│ │4,7  0,1│
│4,7  0,1│
│3,40  0,05│ │6,6  0,1│
│6,7  0,1│
│6,7  0,1│
│3,8  0,1│
│23,00  0,05│ │3,0  0,1│
│3,2  0,1│
│3,7  0,1│
│16,00  0,05│ │3,6  0,1│
│3,8  0,1│
│4,2  0,1│
Silinder berongga │11,70  0,05│ │4,2  0,1│
│4,4  0,1│
│5,3  0,1│
│7,60  0,05│ │5,2  0,1│
│5,1  0,1│
│8,3  0,1│
│3,40  0,05│ │7,9  0,1│
│8,0  0,1│
│2,6  0,1│
│23,00  0,05│ │2,7  0,1│
│2,5  0,1│
│3,3  0,1│
│16,00  0,05│ │3,0  0,1│
│3,2  0,1│
│3,7  0,1│
Bola pejal 1 │11,70  0,05│ │3,6  0,1│
│3,6  0,1│
│4,6  0,1│
│7,60  0,05│ │4,4  0,1│
│4,6  0,1│
│6,8  0,1│
│3,40  0,05│ │6,7  0,1│
│6,6  0,1│
Bola pejal 2 │2,5  0,1│
│23,00  0,05│ │2,4  0,1│
│2,3  0,1│
│3,2  0,1│
│16,00  0,05│ │3,2  0,1│
│3,0  0,1│
│11,70  0,05│ │3,4  0,1│
│3,4  0,1│
│3,6  0,1│
│4,5  0,1│
│7,60  0,05│ │4,4  0,1│
│4,6  0,1│
│6,2  0,1│
│3,40  0,05│ │6,3  0,1│
│6,4  0,1│

Analisis Data
A. Menghitung momen inersia benda berdasarkan teori yang ada
1. Momen inersia silinder pejal
1
I =
mR 2
2
1
=
×50,050× ( 0,980 )2
2
= 24,03401 gram cm2
∂I ∂I
∆I =
│ │∆m+│ │∆R
∂m ∂R

1 2
=
│ R │∆m+│mR│∆R
2

∆I
I =

1 2
R ∆m
2 mR∆R
│ │+│ │
1 2 1 2
mR mR
2 2

∆m 2∆R
=
│ │+│ │I
m R

∆m 2∆R
∆I =
│ + │I
m R

0,005 2 ( 0,005 )
= │ + │ 24,03401
50,050 1,960
= 0,24765 gram cm2
∆I
KR =
×100%
I

0,24765
= 24,03401
100

= 1,03% (3 AB)
I =│2,40  0,02│ 10 gram cm2
I =│2,40  0,02│ 10-6 kg m2
2. Momen inersia silinder berongga
I = mR 2

= 17,035× ( 0,7925 )2
= 10,69894 gram cm2
∂I ∂I
∆I =
│ │∆m+│ │∆R
∂m ∂R

= │ R2 │∆m+│2 mR│∆R

∆I
I =

R2 ∆m 2mR∆R
│ 2
│+│ │
mR m R2

∆m 2∆R
=
│ │+│ │I
m R

∆m 2∆R
∆I =
│ + │I
m R

0,005 2 ( 0,005 )
= │ + │ 10,69894
17,035 0,7925

= 0,13814 gram cm2


∆I
KR =
×100%
I
0,13814
= 10,69894
100

= 1,29% (3 AB)
I =│1,07  0,01│ 10 gram cm 2

I =│1,07  0,01│ 10-6 kg m2


3.
Momen inersia bola pejal 1

2
I =
mR 2
5
2
=
×66,705× ( 1,2675 )2
5
= 42,86613 gram cm2
∂I ∂I
∆I =
│ │∆m+│ │∆R
∂m ∂R

2
2 4
= │ 5 R │∆m+│ 5 mR│∆R

∆I
I =

2 2 4
R ∆m mR∆R
5 5
│ │+│ │
2 2 2 2
mR mR
5 5

∆m 2∆R
=
│ │+│ │I
m R

∆m 2∆R
∆I =
│ + │I
m R

0,005 2 ( 0,005 )
= │ + │ 42,86613
66,705 1,2675

= 0,34141 gram cm2


∆I
KR = I
×100%

0,34141
=
100
42,86613

= 0,80% (3 AB)
I =│4,29  0,03│ 10 gram cm2
I =│4,29  0,03│ 10-6 kg m2
4. Momen inersia bola pejal 2
2
I =
mR 2
5
2 2
=
×32,565× ( 0,995 )
5
= 12,89606 gram cm2
∆m 2∆R
∆I =
│ + │I
m R

0,005 2 ( 0,005 )
= │ + │ 12,89606
32,565 0,995

= 0,13159 gram cm2


∆I
KR =
×100%
I

0,13159
=
100
12,89606

= 1,02% (3 AB)
I =│1,29  0,01│ 10 gram cm2
I =│1,29  0,01│ 10-6 kg m2

B. Menghitung momen inersia benda berdasarkan hasil percobaan


praktikum
I = c(mR2)
∂I ∂I ∂I
∆I =
│ │∆c+│ │∆m+│ │∆R
∂c ∂m ∂R
2 2
= │m R │∆c+│c R │∆m+│2cmR│∆R
∆I m R2 c R2 2cmR
= │ │∆c+│ │∆m+│ │∆R
I cm R 2
cm R 2
cm R2
∆c ∆m 2∆R
=
│ │+│ │+│ │
c m R
∆c ∆m 2∆R
∆I =
│ + + │I
c m R
dimana
gh 2
t -1
c = 2x
2

∂c ∂c ∂c
∆c =
│ │∆h+│ │∆x+│ │∆t
∂h ∂x ∂t

gh 2 gh 2 gh 2
= │ 2x
2

(
t -1
│∆h+│

2x2 )
t -1
│∆x+│

2 x2 (
t -1
│∆t
) ( )
∂h ∂x ∂t

g t2 gh t 2 ght
= │ 2 x 2 │∆h+│- x 3 │∆x+│ x 2 │∆t

g t2 gh t 2 ght
∆c = │ 2
│∆h+│ 3
│∆x+│ 2 │∆t
2x x x

1. Momen inersia silinder pejal


a. Momen inersia jika h = │23,00  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

2,5 +2,4 + 2,6


= 3

= 2,5 s

δ1 =│t1 – t́ │=│2,5 – 2,5│= 0,0 s

δ2 =│t2 – t́ │=│2,4 – 2,5│= 0,1 s

δ3 =│t3 – t́ │=│2,6 – 2,5│= 0,1 s

δmax = 0,1 s Sehingga ∆t = 0,1 s


Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │2,5 ± 0,1│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×23,00
× ( 2,5 )2−1
c = 2× (195,50 )
2

= 0,84294
∆c =

980× (2,5 )2 980×23,00× ( 2,5 )2 980×23,00×2,5


│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 +│ │0,1
2× ( 195,50 ) (195,50 ) ( 195,50 )2
= 0,00401 + 0,00094 + 0,14743
= 0,15238
0,15238
KR =
×100%
0,84294
= 18,07% (2 AB)
c =│8,4 1,5│10 -1

maka
I = 0,84294  50,050  (0,98)2
= 40,51846 gram cm2
0,15238 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ 0,84294 + 50.050 + 0,98 │ 40,51846

= 7,74212 gram cm2


7,74212
KR =
×100%
40,51846
= 19,11% (2 AB)
I =│4,0  0,8│ 10 gram cm2
I =│4,0  0,8│ 10-6 kg m2
b. Momen inersia jika h = │16,00  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

3,2+3,3+3,3
= 3

= 3,26667 s

δ1 =│t1 – t́ │=│3,2 – 3,26667│= 0,06667 s

δ2 =│t2 – t́ │=│3,3 – 3,26667│= 0,03333 s


δ3 =│t3 – t́ │=│3,3 – 3,26667│= 0,03333 s

δmax = 0,06667 s Sehingga ∆t = 0,06667 s

Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │3,26667  0,06667│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×16,00
× ( 3,26667 )2−1
c = 2× (195,50 )2

= 1,18894
∆c =

980× (3,26667 )2 980×16,00× ( 3,26667 )2 980×16,00


│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 + │
2× ( 195,50 ) ( 195,50 ) ( 195,
= 0,09731
0,09731
KR =
×100%
1,18894
= 8,18% (3 AB)
c =│1,19  0,09│
maka
I = 1,18894 50,050  (0,98)2
= 57,14999 gram cm2
0,09731 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ + + │ ×57,14999
1,18894 50.050 0,98
= 5,26637 gram cm2
5,26637
KR =
×100%
57,14999
= 9,21% (2 AB)
I =│5,7  0,5│ 10 gram cm2
I =│5,7  0,5│ 10-6 kg m2
c. Momen inersia jika h = │11,70  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

3,7+3,8+3,5
= 3

= 3,66667 s

δ1 =│t1 – t́ │=│3,7 – 3,66667│= 0,03333 s


δ2 =│t2 – t́ │=│3,8 – 3,66667│= 0,13333 s

δ3 =│t3 – t́ │=│3,5 – 3,66667│= 0,16667 s

δmax = 0,16667 s Sehingga ∆t = 0,16667 s

Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │3,66667  0,16667│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×11,70
× ( 3,66667 )2−1
c = 2× (195,50 )
2

= 1,01666
∆c =

2 2
980× (3,66667 ) 980×11,70× (3,66667 ) 980×11,70×
│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 + │
2× ( 195,50 ) (195,50 ) ( 195,
= 0,19298
0,19298
KR =
×100%
1,01666
= 18,98% (2 AB)
c =│1,0  0,2│
maka
I = 1,01666  50,050  (0,98)2
= 48,86883 gram cm2
0,19298 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ 1,01666 + 50.050 + 0,98 │ × 48,86883

= 9,77971 gram cm2


9,77971
KR =
×100%
48,86883
= 20,01% (2 AB)
I =│4,9  0,9│ 10 gram cm 2

I =│4,9  0,9│ 10-6 kg m2


d. Momen inersia jika h = │7,60  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

4,6+4,7+4,7
= 3

= 4,66667 s
δ1 =│t1 – t́ │=│4,6 – 4,66667│= 0,06667 s

δ2 =│t2 – t́ │=│4,7 – 4,66667│= 0,03333 s

δ3 =│t3 – t́ │=│4,7 – 4,66667│= 0,03333 s

δmax = 0,06667 s Sehingga ∆t = 0,06667 s

Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │4,66667  0,06667│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×7,60
× ( 4,66667 )2−1
c = 2× (195,50 )2

= 1,12193
∆c =

980× ( 4,66667 )2 980×7,60× ( 4,66667 )2 980×7,60×4


│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 + │
2× ( 195,50 ) (195,50 ) ( 195,50
= 0,07567
0,07567
KR =
×100%
1,12193
= 6,74% (3 AB)
c =│1,12  0,08│
maka
I = 1,12193  50,050  (0,98)2
= 53,92895 gram cm2
0,07567 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ 1,12193 + 50.050 + 0,98 │ ×53,92895

= 4,19299 gram cm2


4,19299
KR =
×100%
53,92895
= 7,78% (2 AB)
I =│5,4  0,4│ 10 gram cm2
I =│5,4  0,4│ 10-6 kg m2
e. Momen inersia jika h = │3,40  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3
6,6+6,7+6,7
= 3

= 4,66667 s

δ1 =│t1 – t́ │=│6,6 – 6,66667│= 0,06667 s

δ2 =│t2 – t́ │=│6,7 – 6,66667│= 0,03333 s

δ3 =│t3 – t́ │=│6,7 – 6,66667│= 0,03333 s

δmax = 0,06667 s Sehingga ∆t = 0,06667 s

Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │6,66667  0,06667│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×3,40
× ( 6,66667 )2−1
c = 2× (195,50 )
2

= 0,93731
∆c =

2 2
980× ( 6,66667 ) 980×3,40× ( 6,66667 ) 980×3,40×6
│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 + │
2× ( 195,50 ) ( 195,50 ) ( 195,50
= 0,06823
0,06823
KR =
×100%
0,93731
= 7,28% (2 AB)
c =│9,3  0,7│ 10 -1

maka
I = 0,93731  50,050  (0,98)2
= 45,05463 gram cm2
0,06823 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ 0,93731 + 50.050 + 0,98 │ × 45,05463

= 3,74392 gram cm2


3,74392
KR =
×100%
45,05463
= 8,31% (2 AB)
I =│4,5  0,4│ 10 gram cm2
I =│4,5  0,4│ 10-6 kg m2
maka,
I 1 + I2 + I3 + I 4 + I 5
Irata-rata = 5
-6
(4,0+5,7+4,9+5,4+4,5)× 10
= 5
= 4,9  10-6 kg m2

δ1 =│I1 – Í │=│4,0 – 4,9│= 0,9  10-6 kg m2

δ2 =│I2 – Í │=│5,7 – 4,9│= 0,8  10-6 kg m2

δ3 =│I3 – Í │=│4,9 – 4,9│= 0,0  10-6 kg m2

δ4 =│I4 – Í │=│5,4 – 4,9│= 0,5  10-6 kg m2

δ5 =│I5 – Í │=│4,5 – 4,9│= 0,4  10-6 kg m2

δmax = 0,9  10-6 kg m2 Sehingga ∆I = 0,9  10-6 kg m2

Jadi, Irata-rata = │ Í + ∆I│ = │4,9  0,9│ 10-6 kg m2

2. Momen inersia silinder berongga


a. Momen inersia jika h = │23,00  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

3, 8+3,0+3,2
= 3

= 3,33333 s

δ1 =│t1 – t́ │=│3,8 – 3,33333│= 0,46667 s

δ2 =│t2 – t́ │=│3,0 – 3,33333│= 0,33333 s

δ3 =│t3 – t́ │=│3,2 – 3,33333│= 0,13333 s

δmax = 0,46667 s Sehingga ∆t = 0,46667 s

Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │3,33333 ± 0,46667│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×23,00
× ( 3,33333 )2−1
c = 2× (195,50 )2

= 2,27632
∆c =

980× (3 ,33333 )2 980×23,00× ( 3,33333 )2


│ │0,05 +│ │0,05 +
2× ( 195,50 )2 ( 195,50 )3
980×23,00×3,33333
│ │0, 46667
( 195,50 )2
= 0,92618
0,92618
KR =
×100%
2,27632
= 40,68 % (2 AB)
c =│2,3  0,9│
maka
I = 2,27632  17,035  (0,7925)2
= 24,35421 gram cm2
0 , 92618 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ 2,27632 + 17,035 + 0,7925 │ 24,3 5421

= 10,22360 gram cm2


10,22360
KR =
×100%
24,35 421
= 41,98 % (2 AB)
I =│2,4  1,0 │ 10 gram cm2
I =│2,4  1,0 │ 10-6 kg m2
b. Momen inersia jika h = │16,00  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

3,7+3,6+3,8
= 3

= 3,7 s

δ1 =│t1 – t́ │=│3,7 – 3,7│= 0,0 s

δ2 =│t2 – t́ │=│3,6 – 3,7│= 0,1 s


δ3 =│t3 – t́ │=│3,8 – 3,7│= 0,1 s

δmax = 0,1 s Sehingga ∆t = 0,1 s

Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │3,7  0,1│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×16,00
× ( 3,7 )2−1
c = 2× (195,50 )2

= 1,80819
∆c =

980× (3, 7 )2 980×16,00× ( 3,7 )2 980× 16,00× 3,7


│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 + | │0,1
2× ( 195,50 ) ( 195,50 ) ( 195,50 )2

= 0,16201
0 , 16201
KR =
×100%
1, 80819
= 8,96 % (2 AB)
c =│1,8  0,2│
maka
I = 1,80819 17,035  (0,7925)2
= 19,34571 gram cm2
0,16201 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ 1,8081 9 + 17,035 + 0, 7925 │ × 19,34571

= 1,98312 gram cm2


1,98312
KR =
×100%
19,34571
= 10,25 % (2 AB)
I =│1,9  0,2│ 10 gram cm2
I =│1,9  0,2│ 10-6 kg m2
c. Momen inersia jika h = │11,70  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

4,2+4,2+4,4
= 3

= 4,26667 s
δ1 =│t1 – t́ │=│4,2 – 4,26667│= 0,06667 s

δ2 =│t2 – t́ │=│4,2 – 4,26667│= 0,06667 s

δ3 =│t3 – t́ │=│4,4– 4,26667│= 0,13333 s

δmax = 0,13333 s Sehingga ∆t = 0,13333 s

Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │4,26667  0,13333│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×11,70
× ( 4,2666 7 )2−1
c = 2× (195,50 )2

= 1,73063
∆c =

980× ( 4,2666 7 )2 980×11,70× ( 4,2666 7 )2 980×11,70


│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 + │
2× ( 195,50 ) ( 195,50 ) ( 195
= 0,18373
0,18373
KR =
×100%
1,73063
= 10,61 % (2 AB)
c =│1,7  0,2│
maka
I = 1,73063  17,035  (0,7925)2
= 18,51590 gram cm2
0,18373 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ 1,73063 + 17,035 + 0,7925 │×18,51590

= 2,20479 gram cm2


2,20479
KR =
×100%
18,51590
= 11,91 % (2 AB)
I =│1,8  0,2│ 10 gram cm2
I =│1,8  0,2│ 10-6 kg m2
d. Momen inersia jika h = │7,60  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3
5,3+5,2+5,1
= 3

= 5,2 s

δ1 =│t1 – t́ │=│5,3 – 5,2│= 0,1 s

δ2 =│t2 – t́ │=│5,2 – 5,2│= 0,0 s

δ3 =│t3 – t́ │=│5,1 – 5,2│= 0,1 s

δmax = 0,1 s Sehingga ∆t = 0,1 s

Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │5,2  0,1│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×7,60
× ( 5,2 )2−1
c = 2× (195,50 )
2

= 1,63465
∆c =

2 2
980× (5,2 ) 980×7,60× ( 5,2 ) 980×7,60×5,2
│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 + │ │0 ,1
2× ( 195,50 ) ( 195,50 ) ( 195,50 )2
= 0,12001
0, 12001
KR =
×100%
1,6346 5
= 7,34 % (2 AB)
c =│1,6  0,1│
maka
I = 1,63465  17,035  (0,7925)2
= 17,48901 gram cm2
0,1 2001 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ 1,63464 + 17,035 + 0, 7925 │× 17, 48901

= 1,50979 gram cm2


1,50979
KR =
×100%
17, 48901
= 8,63 % (2 AB)
I =│1,7  0,2│ 10 gram cm2
I =│1,7  0,2│ 10-6 kg m2
e. Momen inersia jika h = │3,40  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

8,3+7,9+8,0
= 3

= 8,06667 s

δ1 =│t1 – t́ │=│8,3 – 8,06667│= 0,23333 s

δ2 =│t2 – t́ │=│7,9 – 8,06667│= 0,16667 s

δ3 =│t3 – t́ │=│8,0 – 8,06667│= 0,06667 s

δmax = 0,23333 s Sehingga ∆t = 0,23333 s

Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │8,06667  0,23334│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×3,40 2
× ( 8,0666 7 ) −1
c = 2× (195,50 )2

= 1,83642
∆c =

980× ( 8,06667 )2 980×3,40× ( 8,06667 )2 980×3,40×8


│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 + │
2× ( 195,50 ) ( 195,50 ) (195,50
= 0,20725
0,20725
KR =
×100%
1,83642
= 11,28 % (2 AB)
c =│1,8  0,2│
maka
I = 1,83642  17,035  (0,7925)2
= 19,64774 gram cm2
0,20725 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ 1,83642 + 17,035 + 0, 7925 │× 19,64774

= 2,47104 gram cm2


2,47104
KR =
×100%
19,6477 4
= 12,58 % (2 AB)
I =│2,0  0,2│ 10 gram cm 2
I =│2,0  0,2│ 10-6 kg m2
maka,
I 1 + I2 + I3 + I 4 + I 5
Irata-rata = 5

(2,4+1,9+1,8+1,7+2,0)× 10-6
= 5
= 1,96  10-6 kg m2

δ1 =│I1 – Í │=│2,4 – 1,96│= 0,44  10-6 kg m2

δ2 =│I2 – Í │=│1,9 – 1,96│= 0,06  10-6 kg m2

δ3 =│I3 – Í │=│1,8 – 1,96│= 0,16  10-6 kg m2

δ4 =│I4 – Í │=│1,7 – 1,96│= 0,26  10-6 kg m2

δ5 =│I5 – Í │=│2,0 – 1,96│= 0,04  10-6 kg m2

δmax = 0,44  10-6 kg m2 Sehingga ∆I = 0,44  10-6 kg m2

Jadi, Irata-rata = │ Í + ∆I│ = │1,96  0,44│ 10-6 kg m2

3. Momen inersia bola pejal 1


a. Momen inersia jika h = │23,00  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

2,6+ 2,7+2,5
= 3

= 2,6 s

δ1 =│t1 – t́ │=│2,6 – 2,6│= 0,1 s

δ2 =│t2 – t́ │=│2,7 – 2,6│= 0,1 s

δ3 =│t3 – t́ │=│2,5 – 2,6│= 0,1 s

δmax = 0,1 s Sehingga ∆t = 0,1 s

Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │2,6 ± 0,1│ s


2) Momen inersia pada ketinggian h
980×23,00
× ( 2,6 )2−1
c = 2× (195,50 )2

= 0,99332
∆c =

980× (2,6 )2 980×23,00× ( 2,6 )2 980×23,00×2,6


│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 +│ │0,1
2× ( 195,50 ) ( 195,50 ) ( 195,50 )2
= 0,11171
0,11171
KR =
×100%
0,99332
= 11,25% (2 AB)
c =│9,9 1,1│10-1
maka
I = 0,99332  66,705  (1,2675)2
= 106,44947 gram cm2
0,11171 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ 0,99332 + 66,705 + 1,2675 │ 106,44947

= 12,81925 gram cm2


12,81925
KR =
×100%
106,44947
= 12,04% (2 AB)
I =│1,1  0,1│ 10 gram cm2
2

I =│1,1  0,1│ 10-5 kg m2


b. Momen inersia jika h = │16,00  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

3,3+3,0+3,2
= 3

= 3,16667 s

δ1 =│t1 – t́ │=│3,3 – 3,16667│= 0,13333 s

δ2 =│t2 – t́ │=│3,0 – 3,16667│= 0,16667 s

δ3 =│t3 – t́ │=│3,2 – 3,16667│= 0,03333 s

δmax = 0,16667 s Sehingga ∆t = 0,16667 s


Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │3,16667  0,16667│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×16,00
× ( 3,16667 )2−1
c = 2× (195,50 )2

= 1,05697
∆c =

980× (3,16667 )2 980×16,00× ( 3,16667 )2 980×16,00


│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 + │
2× ( 195,50 ) ( 195,50 ) ( 195,
= 0,22401
0,22401
KR =
×100%
1,05697
= 21,19% (2 AB)
c =│1,0  0,2│
maka
I = 1,05697  66,705  (1,2675)2
= 113,27054 gram cm2
0,22401 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ 1,05697 + 66,705 + 1,2675 │ × 113,27054

= 24,90825 gram cm2


24,90825
KR =
×100%
113,27054
= 21,99% (2 AB)
I =│1,1  0,2│ 102 gram cm2
I =│1,1  0,2│ 10-5 kg m2
c. Momen inersia jika h = │11,70  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

3,7+3,6+3,6
= 3

= 3,63333 s

δ1 =│t1 – t́ │=│3,7 – 3,63333│= 0,06667 s

δ2 =│t2 – t́ │=│3,6 – 3,63333│= 0,03333 s


δ3 =│t3 – t́ │=│3,6 – 3,63333│= 0,03333 s

δmax = 0,06667 s Sehingga ∆t = 0,06667 s

Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │3,63333  0,06667│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×11,70
× ( 3,63333 )2−1
c = 2× (195,50 )2

= 0,98015
∆c =

980× (3,63333 )2 980×11,70× ( 3,63333 )2 980×11,70×


│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 + │
2× ( 195,50 ) ( 195,50 ) ( 195,
= 0,08214
0,08214
KR =
×100%
0,98015
= 8,38% (2 AB)
c =│9,8  0,8│ 10 -1

maka
I = 0,98015  66,705 (1,2675)2
= 105,03810 gram cm2
0,08214 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ + + │ × 105,03810
0,98015 66,705 1.2675
= 9,63914 gram cm2
9,63914
KR =
×100%
105,03810
= 9,18% (2 AB)
I =│1,0  0,1│ 102 gram cm2
I =│1,0  0,1│ 10-5 kg m2
d. Momen inersia jika h = │7,60  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

4,6+4,4+4,6
= 3

= 4,53333 s

δ1 =│t1 – t́ │=│4,6 – 4,53333│= 0,06667 s


δ2 =│t2 – t́ │=│4,4 – 4,53333│= 0,13333 s

δ3 =│t3 – t́ │=│4,6 – 4,53333│= 0,06667 s

δmax = 0,13333 s Sehingga ∆t = 0,13333 s

Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │4,53333  0,13333│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×7,60
× ( 4,53333 )2−1
c = 2× (195,50 )
2

= 1,00240
∆c =

2 2
980× ( 4,53333 ) 980×7,60× ( 4,53333 ) 980×7,60×4
│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 + │
2× ( 195,50 ) ( 195,50 ) ( 195,50
= 0,13198
0,13198
KR =
×100%
1,00240
= 13,17% (3 AB)
c =│1,0  0,1│
maka
I = 1,00240  66,705  (1,2675)2
= 107,42253 gram cm2
0,13198 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ 1,00240 + 66,705 + 1,2675 │ × 107,42253

= 14,99925 gram cm2


14,99925
KR =
×100%
107,42253
= 13,96% (2 AB)
I =│1,1  0,1│ 10 gram cm2
2

I =│1,1  0,1│ 10-5 kg m2


e. Momen inersia jika h = │3,40  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

6,8+6,7+6,6
= 3

= 6,7 s
δ1 =│t1 – t́ │=│6,8 – 6,7│= 0,1 s

δ2 =│t2 – t́ │=│6,7 – 6,7│= 0,0 s

δ3 =│t3 – t́ │=│6,6 – 6,7│= 0,1 s

δmax = 0,1 s Sehingga ∆t = 0,1 s

Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │6,7  0,1│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×3,40
× ( 6,7 )2−1
c = 2× (195,50 )2

= 0,95673
∆c =

980× ( 6,7 )2 980×3,40× ( 6,7 )2 980×3,40×6,7


│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 + │ │0,1
2× ( 195,50 ) ( 195,50 ) ( 195,50 )2
= 0,08819
0,08819
KR =
×100%
0,95673
= 9,22% (2 AB)
c =│9,6  0,9│ 10 -1

maka
I = 0,95673  66,705  (1,2765)2
= 103,98948 gram cm2
0,08819 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ 0,95673 + 66,705 + 1,2675 │ × 103,98948

= 10,41382 gram cm2


10,41382
KR =
×100%
103,98948
= 10,01% (2 AB)
I =│1,0  0,1│ 102 gram cm2
I =│1,0  0,1│ 10-5 kg m2
maka,
I 1 + I2 + I3 + I 4 + I 5
Irata-rata = 5

(1,1+1,1+1,0+1,1+1,0)× 10-5
= 5
= 1,06  10-6 kg m2
δ1 =│I1 – Í │=│1,1 – 1,06│= 0,04  10-5 kg m2

δ2 =│I2 – Í │=│1,1 – 1,06│= 0,04  10-5 kg m2

δ3 =│I3 – Í │=│1,0 – 1,06│= 0,06  10-5 kg m2

δ4 =│I4 – Í │=│1,1 – 1,06│= 0,04  10-5 kg m2

δ5 =│I5 – Í │=│1,0 – 1,06│= 0,06  10-5 kg m2

δmax = 0,06  10-5 kg m2 Sehingga ∆I = 0,06  10-5 kg m2

Jadi, Irata-rata = │ Í + ∆I│ = │1,06  0,06│ 10-5 kg m2

4. Momen inersia bola pejal 2


a. Momen inersia jika h = │23,00  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

2,5+ 2,4 +2,3


= 3

= 2,4 s

δ1 =│t1 – t́ │=│2,5 – 2,4│= 0,1 s

δ2 =│t2 – t́ │=│2,4 – 2,4│= 0,0 s

δ3 =│t3 – t́ │=│2,3 – 2,4│= 0,1 s

δmax = 0,1 s Sehingga ∆t = 0,1 s

Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │2,4 ± 0,1│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×23,00
× ( 2,4 )2−1
c = 2× (195,50 )
2

= 0,69845
∆c =

980× (2,4 )2 980×23,00× ( 2,4 )2 980×23,00×2,4


│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 +│ │0,1
2× ( 195,50 ) ( 195,50 ) ( 195,50 )2
= 0,14610
0,14610
KR =
×100%
0,69845
= 20,92% (2 AB)
c =│6,9 1,5│10-1
maka
I = 0,69845  32,565  (0,995)2
= 22.51814 gram cm2
0,14610 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ 0,69845 + 32,565 + 0,995 │ 22,51814

= 4,94006 gram cm2


4,94006
KR =
×100%
22,51814
= 21,94% (2 AB)
I =│2,2  0,5│ 10 gram cm 2

I =│2,2  0,5│ 10-6 kg m2


b. Momen inersia jika h = │16,00  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

3,2+3,2+3,0
= 3

= 3,13333 s

δ1 =│t1 – t́ │=│3,2 – 3,13333│= 0,06667 s

δ2 =│t2 – t́ │=│3,2 – 3,13333│= 0,06667 s

δ3 =│t3 – t́ │=│3,0 – 3,13333│= 0,13333 s

δmax = 0,13333 s Sehingga ∆t = 0,13333 s

Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │3,13333  0,13333│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×16,00
× ( 3,13333 )2−1
c = 2× (195,50 )2

= 1,01388
∆c =

980× (3,13333 )2 980×16,00× ( 3,13333 )2 980×16,00


│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 + │
2× ( 195,50 ) ( 195,50 ) ( 195,
= 0,17871
0,17871
KR =
×100%
1,01388
= 17,62% (2 AB)
c =│1,0  0,2│
maka
I = 1,01388  32,565  (0,995)2
= 32,68766 gram cm2
0,17871 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ + + │ × 32,68766
1,01388 32,565 0,995
= 6,09518 gram cm2
6,09518
KR =
×100%
32,687 66
= 18,65% (2 AB)
I =│3,3  0,6│ 10 gram cm2
I =│3,3  0,6│ 10-6 kg m2
c. Momen inersia jika h = │11,70  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

3,4+3,4+3,6
= 3

= 3,46667 s

δ1 =│t1 – t́ │=│3,4 – 3,46667│= 0,06667 s

δ2 =│t2 – t́ │=│3,4 – 3,46667│= 0,06667 s

δ3 =│t3 – t́ │=│3,6 – 3,46667│= 0,13333 s

δmax = 0,13333 s Sehingga ∆t = 0,13333 s


Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │3,46667  0,13333│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×11,70
× ( 3,46667 )2−1
c = 2× (195,50 )2

= 0,80266
∆c =

980× (3,46667 )2 980×11,70× (3,46667 )2 980×11,70×


│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 + │
2× ( 195,50 ) (195,50 ) ( 195,
= 0,14729
0,14729
KR =
×100%
0,80266
= 18,35% (2 AB)
c =│8,0  1,4│ 10 -1

maka
I = 0,80266  32,565  (0,995)2
= 25,87789 gram cm2
0,14729 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ 0,80266 + 32,565 + 0,995 │ × 25,87789

= 5,01271 gram cm2


5,01271
KR =
×100%
25,87789
= 19,37% (2 AB)
I =│2,6  0,5│ 10 gram cm2
I =│2,6  0,5│ 10-6 kg m2
d. Momen inersia jika h = │7,60  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

4,5+4,4+4,6
= 3

= 4,5 s

δ1 =│t1 – t́ │=│4,5 – 4,5│= 0,0 s

δ2 =│t2 – t́ │=│4,4 – 4,5│= 0,1 s


δ3 =│t3 – t́ │=│4,6 – 4,5│= 0,1 s

δmax = 0,1 s Sehingga ∆t = 0,1 s

Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │4,5  0,1│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×7,60
× ( 4,5 )2−1
c = 2× (195,50 )2

= 0,97306
∆c =

980× ( 4,5 )2 980×7,60× ( 4,5 )2 980×7,60×4,5


│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 + │ │0,1
2× ( 195,50 ) ( 195,50 ) ( 195,50 )2
= 0,10168
0,10168
KR =
×100%
0,97306
= 10,45% (3 AB)
c =│9,7  1,0│ 10 -1

maka
I = 0,97306  32.565  (0,995)2
= 31.37161 gram cm2
0,10168 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ + + │ × 31,37161
0,97306 32,565 0,995
= 3,59829 gram cm2
3,59829
KR =
×100%
31,37161
= 11,46% (2 AB)
I =│3,1  0,4│ 10 gram cm2
I =│3,1  0,4│ 10-6 kg m2
e. Momen inersia jika h = │3,40  0,05│ cm
1) Waktu tempuh dari titik A ke B
t 1 + t2 + t3
t́ =
3

6,6+6,7+6,7
= 3

= 6,66667 s

δ1 =│t1 – t́ │=│6,6 – 6,66667│= 0,06667 s


δ2 =│t2 – t́ │=│6,7 – 6,66667│= 0,03333 s

δ3 =│t3 – t́ │=│6,7 – 6,66667│= 0,03333 s

δmax = 0,06667 s Sehingga ∆t = 0,06667 s

Jadi, t = │ t́ + ∆t│ = │6,66667  0,06667│ s

2) Momen inersia pada ketinggian h


980×3,40
× ( 6,66667 )2−1
c = 2× (195,50 )
2

= 0,93731
∆c =

2 2
980× ( 6,66667 ) 980×3,40× ( 6,66667 ) 980×3,40×6
│ 2
│0,05 +│ 3
│0,05 + │
2× ( 195,50 ) ( 195,50 ) ( 195,50
= 0,06823
0,06823
KR =
×100%
0,93731
= 7,28% (2 AB)
c =│9,3  0,7│ 10-1
maka
I = 0,93731  50,050  (0,98)2
= 45,05463 gram cm2
0,06823 0,005 2 ( 0,005 )
∆I = │ 0,93731 + 50.050 + 0,98 │ × 45,05463

= 3,74392 gram cm2


3,74392
KR =
×100%
45,05463
= 8,31% (2 AB)
I =│4,5  0,4│ 10 gram cm 2

I =│4,5  0,4│ 10-6 kg m2


maka,
I 1 + I2 + I3 + I 4 + I 5
Irata-rata = 5

(2,2+3,3+2,6+3,1+4,5)× 10-6
= 5
= 3,14  10-6 kg m2
δ1 =│I1 – Í │=│2,2 – 3,14│= 0,94  10-6 kg m2

δ2 =│I2 – Í │=│3,3 – 3,14│= 0,16  10-6 kg m2

δ3 =│I3 – Í │=│2,6 – 3,14│= 0,54  10-6 kg m2

δ4 =│I4 – Í │=│3,1 – 3,14│= 0,04  10-6 kg m2

δ5 =│I5 – Í │=│4,5 – 3,14│= 1,36  10-6 kg m2

δmax = 1,36  10-6 kg m2 Sehingga ∆I = 1,36  10-6 kg m2

Jadi, Irata-rata = │ Í + ∆I│ = │3,14  1,36 │ 10-6 kg m2

Tabel 2. Perbandingan momen inersia berdasarkan teori dengan


percobaan

Momen inersia benda (kg m2)


No Nama benda
Berdasarkan
Berdasarkan teori
percobaan
I1 =│4,0  0,8│ 10-6
I2 =│5,7  0,5│ 10-6
I =│2,40  0,01│ I3 =│4,9  0,9│ 10-6
1 Silinder Pejal
10-6 I4 =│5,4  0,4│ 10-6
I5 =│4,5  0,4│ 10-6
Irata-tara =│4,9  0,9│ 10-6
I1 =│2,2  0,5│ 10-6
I2 =│3,3  0,6│ 10-6
I3 =│2,6  0,5│ 10-6
Silinder I =│1,07  0,01│
2 I4 =│3,1  0,4│ 10-6
Berongga 10-6
I5 =│4,5  0,4│ 10-6
Irata-tara =│1,96  0,44│
10-6
I1 =│1,1  0,5│ 10-5
I2 =│1,1  0,6│ 10-5
I3 =│1,0  0,5│ 10-5
I =│4,29  0,01│
3 Bola Pejal 1 I4 =│1,1  0,4│ 10-5
10-6
I5 =│1,0  0,4│ 10-5
Irata-tara =│1,06  0,06│
10-5
4 Bola Pejal 2 I =│1,29  0,01│ I1 =│2,2  0,5│ 10-6
10-6 I2 =│3,3  0,6│ 10-6
I3 =│2,6  0,5│ 10-6
I4 =│3,1  0,4│ 10-6
I5 =│4,5  0,4│ 10-6
Irata-tara =│3,14  1,36│
10-6

PEMBAHASAN
Pada praktikum tentang gerak menggelinding ini, dilakukan pengamatan terhadap
benda yang menggelinding dari titik A ke titik B. Benda yang digunakan adalah silinder
pejal, silinder berongga, dan 2 buah bola pejal. Yang menjadi tujuan utama dari
praktikum kali ini adalah agar dapat memahami konsep-konsep fisika yang digunakan
dalam membahas gerak mengggelinding, kemudian menghitung momen inersia dari
silinder pejal, silinder berongga, dan bola pejal.
Untuk menghitung momen inersia dari benda, digunakan 2 cara yaitu dengan
menggunakan persamaan berdasarkan teori menggunakan persamaan berdasarkan hasil
percobaan yang dilakukan. Berdasarkan teori yang ada, maka untuk menghitung momen

1
2
inersia silinder pejal adalah dengan persamaan I = 2 mR , silinder berongga dengan

2
persamaan I = mR2, dan bola pejal dengan persamaan I =
m R 2 . Berdasarkan
5

teori, maka diperoleh momen inersia silinder pejal yaitu │2,40  0,02│ 10-6 kg
m2, momen inersia silinder berongga yaitu │1,07  0,01│ 10-6 kg m2, momen
inersia bola pejal 1 yaitu │4,29  0,03│10-6 kg m2, serta momen inersia bola
pejal 2 yaitu │1,29  0,01│ 10-6 kg m2
Untuk yang berdasarkan hasil praktikum, digunakan persamaan I =

2g 2
t -1
cmR2 dimana c = 2 x2 . Dari hasil praktikum, dapat diperoleh nilai

momen inersia rata-rata silinder pejal yaitu │4,9  0,9│ 10-6 kg m2, momen
inersia rata-rata silinder berongga yaitu │1,96  0,44│ 10-6 kg m2, momen
inersia rata-rata bola pejal 1 yaitu │1,06  0,06│10-5 kg m2, serta momen
inersia rata-rata bola pejal 2 yaitu │3,14  1,36│ 10-6 kg m2
Jika dibandingkan antara momen inersia yang dihitung dengan
menggunakan persamaan berdasarkan teori dengan yang berdasarkan hasil
percobaan, maka dapat ditari kesimpulan bahwa percobaan kali ini tidak
terlalu berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari momen inersia silinder
pejal, jika dibandingkan antara momen inersia yang diperoleh menggunakan
persamaan berdasarkan teori dengan berdasarkan hasil percobaan, yaitu
│ 2,40  0,02│ 10-6 kg m2 berbanding │ 4,9  0,9│ 10-6 kg m2, dimana
perbedaan nilai yang dapat dikatakan cukup jauh antara keduanya. Momen
inersia bola pejal 1 justru lebih menunjukkan nilai yang sangat jauh berbeda
antara │ 4,29  0,03│10-6 kg m2 dengan │ 1,06  0,06│10-5 kg m2.
Namun, ada juga momen inersia yang diperoleh dapat menunjukkan
hasil yang baik, yaitu momen inersia dari silinder berongga, dimana nilai
momen inersia yang diperoleh dengan menggunakan persamaan berdasarkan
teori dengan berdasarkan hasil percobaan tidak terlalu jauh berbeda, yaitu
│ 1,07  0,01│ 10-6 kg m2 berbanding │ 1,96  0,44│ 10-6 kg m2.
Adanya perbedaan nilai momen inersia yang diperoleh menggunakan
persamaan berdasarkan teori dan berdasarkan hasil praktikum disebabkan
oleh banyak hal. Salah satu di antaranya adalah bahwa praktikan yang kurang
teliti mengukur waktu yang dibutuhkan benda menggelinding dari titik A ke
titik B atau praktikan kurang teliti menggunakan alat ukur yang dipakai. Selain
itu, kesalahan alat juga mempengaruhi hasil dari praktikum ini, dimana papan
landasan yang digunakan tidak rata sehingga pada saat benda
menggelinding, kadang benda keluar dari papan dan tidak sampai di titik B,
bahkan karena papan landasan yang tidak rata ini menyebabkan jarak tempuh
benda pasti berbeda dengan jarak yang telah diukur. Ini karena pada saat
mengukur panjang lintasan, diambil garis lurus di bagian tengah sebagai
perwakilan dari papan landasan yang diukur, sedangkan pada saat benda
menggelinding jalur yang dilalui tidak lurus seperti yang telah diukur,
melainkan berbelok arah.
Namun, meskipun demikian tetap saja percobaan kali ini tetap dapat
dikatakan baik karena tujuan dari praktikum ini dapat tercapai, dimana
praktikan sudah dapat menghitung momen inersia benda dengan
menggunakan persamaan bedasarkan teori yang ada dan persamaan
berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan.

SIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat disimpulakan bahwa semakin besar
massa semakin besar pula momen inersia suatu benda, begitupun dengan jari-jari,
semakin besar jari-jari, semakin besar pula momen inersianya. Semakin besar massa
benda, semakin besar kecepatan gerak translasinya.

REFERENSI
[1] Serway dan Jewet. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik (diterjemahkan oleh Chriswan
Sungkono). Jakarta: Salemba Teknika.

[2] David dan Resnick, Robert. 1999. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga (Terjemahan). Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai