Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN VII

KEKEKALAN MOMENTUM SUDUT

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VIII

NURHASNI A 241 18 013

YULI ASTRIANI A 241 18 017

TRY OKTAVIA A 241 18 036

I PUTU HARDI HARIYANTO A 241 18 040

EKARUFIKA H. HIDAYAT A 241 18 096

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2019
LEMBAR KOREKSI

KEKEKALAN MOMENTUM SUDUT

KELOMPOK : VIII (DELAPAN)

NAMA ASISTEN : WAHYU PRASETYA PRATAMA

NO HARI, TANGGAL KOREKSI PARAF


PERCOBAAN VII

KEKEKALAN MOMENTUM SUDUT

I. Tujuan
1. Menyelidiki kekakalan momentum sudut pada cincin yang
dijatuhkan pada cakram yang berputar.
2. Menentukan kecepatan sudut melalui grafik ω-t.
3. Menentukan rotasi inersia awal dan akhir.
4. Menentukan momentum sudut awal dan akhir.
5. Menentukan energi kinetik rotasi awal dan akhir.

II. Alat dan Bahan


1. Sensor gerak rotasi 1 Buah
2. Aksesori Rotasi
a. Cincin 1 Buah
b. Cakram 1 Buah
c. Katrol 1 Buah

3. Jangka sorong 2 Buah


4. Large Rod Statif 1 Buah
5. Statif 45 cm 1 Buah
6. 850 universal interface 1 Buah
7. PASCO Capstone Software 1 Buah
8. Neraca Digital 1 Buah
9. Mistar 30 cm 2 Buah
10. Komputer 1 Set
III. Dasar Teori

Momentum linear adalah momentum yang dimiliki oleh benda-benda


yang bergerak pada lintasan lurus, sedangkan momentum sudut merupakan
momentum yang dimiliki oleh benda-benda yang melakukan gerak rotasi.
Dikatakan sudut, karena ketika melakukan gerak rotasi, setiap benda
mengitari sudut tertentu. Dalam hal ini, benda berputar terhadap poros alias
sumbu rotasi. Persamaan momentum sudut itu mirip dengan persamaan
momentum linear. Kita tinggal menggantikan besaran-besaran linear
(besaran gerak lurus) pada persamaan momentum dengan besaran-besaran
sudut (besaran gerak rotasi).

Momentum angular sebuah partikel didefinisikan dalam sebuah


partikel yang bergerak dalam lingkaran berjari-jari r dengan kecepatan
angular ω. Momentum angular L relatif terhadap pusat lingkaran didefinisikan
sebagai hasil kali besarnya momentum linear mv dan jari-jari r:

L = mvr = m(rω)r = mr2 ω = I ω

dengan I = mr2 adalah momen inersia partikel terhadap sumbu yang melalui
pusat lingkaran dan tegak lurus bidang gerakan. Arah L sama dengan
arah ω . untuk gerakan berlawanan arah jarum jam, ω dan L biasanya
diambil positif; sehingga untuk gerakan searah jarum jam, nilai besaran itu
adalah negatif.

Untuk gerakan umum, momentum angular sebuah partikel relatif


terhadap titik asal O didefinisikan sebagai

L = mvr﬩ = mvr sin θ

dengan v adalah kecepatan partikel dan r﬩ = r sin θ adalah jarak tegak lurus
dari garis gerakan ke titik asal O. Partikel memiliki momentum angular
terhadap titik O walaupun partikel tidak bergerak dalam lingkaran.
Momentum angular total benda yang berputar didapatkan dengan
menjumlahkan momentum angular semua elemen dalam benda. Misalnya
pada sebuah cakram yang berputar bermassa mi. Momentum angular elemen
adalah

L i = mir 2 ω

Bila dijumlahkan semua elemen cakram,


diperoleh

L = ∑i Li = ∑i mi ri2 ω = I ω

Persamaan tersebut berlaku untuk benda-benda yang berputar


terhadap sumbu yang tetap dan juga untuk benda-benda yang berputar
terhadap sebuah sumbu yang bergerak sedemikian sehingga benda tersebut
tetap sejajar dengan dirinya sendiri, seperti bila sebuah silinder atau bola
menggelinding sepanjang suatu garis.

Hukum kedua Newton untuk rotasi dapat dinyatakan dalam sebuah


bentuk yang analag dengan persamaan

𝑑𝐿 𝑑(𝑙𝜔)
𝜏𝑁𝑒𝑡𝑡𝑜 = =
𝑑𝑡 𝑑𝑡

dengan τnetto adalah torsi eksternal pada sistem. Adapun torsi eksternal
netto yang bekerja pada system sama dengan laju perubahan momentum
angular sistem. Bila torsi eksternal netto yang bekerja pada sistem adalah nol,
maka didapatkan

𝑑𝐿
= 0 atau L = konstan
𝑑𝑡

Persamaan tersebut adalah pernyataan dari hukum kekekalan momentum angular.

“jika torsi eksternal neto yang bekerja pada sebuah system adalah nol, maka
momentum angular total system adalah nol.

Jika sebuah sistem terisolasi dari sekitarnya, sehingga tidak ada


gaya atau torsi eksternal yang bekerja padanya, maka energi,
momentum linear, dan momentum angular adalah kekal. Hukum kekekalan
momentum angular adalah hukum alam yang fundamental.

Kemudian dalam tumbukan dua buah cakram, energi mekanik tidak


kekal. Hal tersebut dapat dilihat dengan menuliskan energi dalam
momentum angular. Secara umum, jika sebuah sistem dengan momen inersia
I berputar dengan kecepatan angular ω, maka energi kinetiknya adalah

1 2
(𝐼𝜔)2
𝐾 = 𝐼𝜔 =
2 2𝐼

Akan tetapi, I ω adalah momentum angular L. Karena itu, energy kinetic


dihubungkan dengan momentum angular oleh

𝐿2
𝐾=
2𝐼

Energi kinetik awal adalah


𝐿2
𝐾=
2𝑙𝑖

dan energi kinetik akhir adalah

𝐿2
𝐾=
2(𝑙1 + 𝑙2 )

Jika momentum angular akhir Lf sama dengan momentum angular awal Li,
energi kinetik akhir adalalah lebih kecil dari pada energi kinetik awal
dengan faktor I1/(I1+I2). Interaksi cakram ini analog dengan tumbukan dua
benda tak elastik satu dimensi.
IV. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada percobaan ini.
2. Menimbang massa cincin, cakram, dan katrol menggunakan neraca digital.
3. Mengukur diameter dalam dan diameter luar cincin serta diameter cakram dan katrol
menggunakan jangka sorong.
4. Menyusun alat seperti pada gambar di bawah ini.

5. Menghubungkan sensor gerak rotasi dengan input 850 universal interface yang
terhubung dengan PASCO Capstone software pada komputer.
6. Memegang cincin dan memusatkannya pada cakram 2 sampai 3 mm di atasnya.
7. Menekan tombol RECORD bersamaan dengan memutar cakram searah jarum jam
sekitar 20-30 rad/sec.
8. Menjatuhkan cincin ke cakram yang berputar setelah 2 detik.
9. Berhenti mengumpulkan data dengan menekan tombol STOP pada PASCO
software setelah 2-4 detik selanjutnya.
10. Menyimpan data dengan label "Cincin 1".
11. Mengukur jarak minimum antara cincin dan tepi cakram untuk memperoleh nilai x.
12. Mengulangi langkah 6-11 sebanyak dua kali. Dan memberikan Label perlakuan
"Cincin 2" dan "Cincin 3”.
13. Memasukkan data ke dalam tabel hasil pengamatan
V. Hasil Pengamatan

D (m) Ωawal ωakhir


No Benda Massa (kg) X (m)
Rluar (m) Rdalam (m) (rad/s) (rad/s)
1 Katrol 6,98 x 10-3 2,4 x 10-2
2 Cakram 1,20 x 10-1 4,6 x 10-2
3 Cincin 1 8,9 x 10-2 39,113 7,051
-2 -2
3,8 x 10 2,7 x 10
4 Cincin 2 4,67 x 10-1 9 x 10-2 35,677 6,833
5 Cincin 3 8,7 x 10-2 34,322 7,579

X = 9,5 x 10-2 m – Jarak minimum

Jarak minimum cincin 1 = 6 x 10-3 m

Jarak minimum cincin 2 = 5 x 10-3 m

Jarak minimum cincin 3 =8 x 10-3 m

NST Neraca Digital = 1 x 10-5 kg

NST Jangka sorong = 5 x 10-5 m

NST Mistar = 1 x 10-3


 Gambar Grafik Cincin I

 Gambar Grafik Cincin II

 Gambar Grafik Cincin III


VI. Analisa Data
1. Menghitung Momen Inersia
1
𝐼𝐾𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 = 2
𝑀𝑅 2

1
= 2
(6,98 x 10-3 kg) (2,4 x 10-2m)2

= 2,01 x 10-6 kgm2


1
𝐼𝑖 = 𝐼𝐶𝑎𝑘𝑟𝑎𝑚 = 𝑀𝑅2
2
1
= 2
(1,20 x 10-1 kg) (4,6 x 10-2 m)2

= 1,27 x 10-4 kgm2


1
𝐼𝐶𝑖𝑛𝑐𝑖𝑛 = 𝑀 (𝑅1 2 + 𝑅2 2 )
2

1
= 2 (4,67 x 10-1 kg) ) [(3,8 x 10-2)2 + (2,7 x 10-2)2]

= 5,07 x 10-4 kgm2

Icincin1 = Icincin2 = Icincin3 = 5,07 x 10-4 kgm2

1
𝐼𝑅𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖1 = 2
𝑀 (𝑅1 2 + 𝑅2 2 ) + MX2

1
= 2
(4,67 x 10-1 kg) )[( 3,8 x 10-2)2 +(2,7 x 10-2)2] + (4,67 x

10-kg) (8,9 x 10-2)2


-3
= 8,43 x 10 kgm2
1
𝐼𝑅𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖2 = 2
𝑀 (𝑅1 2 + 𝑅2 2 ) + MX2

1
= 2
(4,67 x 10-1 kg) )[( 3,8 x 10-2)2 +(2,7 x 10-2)2] + (4,67 x

10-kg)
(9 x 10-2)2
= 8,61 x 10-3 kgm2

1
𝐼𝑅𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖3 = 2
𝑀 (𝑅1 2 + 𝑅2 2 ) + MX2

1
= 2
(4,67 x 10-1 kg) )[( 3,8 x 10-2)2 +(2,7 x 10-2)2] + (4,67 x 10

kg) (8,7 10-2)2


-3
= 8,08 x 10 kgm2
𝐼𝑓1 = 𝐼 𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 + 𝐼 𝑐𝑎𝑘𝑟𝑎𝑚 + 𝐼 𝑐𝑖𝑛𝑐𝑖𝑛 + 𝐼 𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖1

= 2,01 x 10-6 kgm2 + 1,27 x 10-4 kgm2 + 5,07 x 10-4 kgm2 + 8,43 x 10-3
kgm2
= 9, 07 x 10-3 kgm2
𝐼𝑓2 = 𝐼 𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 + 𝐼 𝑐𝑎𝑘𝑟𝑎𝑚 + 𝐼 𝑐𝑖𝑛𝑐𝑖𝑛 + 𝐼 𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖2

= 2,01 x 10-6 kgm2 + 1,27 x 10-4 kgm2 + 5,07 x 10-4 kgm2 + 8,61 x 10-3
kgm2
= 9, 25 x 10-3 kgm2
𝐼𝑓3 = 𝐼 𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 + 𝐼 𝑐𝑎𝑘𝑟𝑎𝑚 + 𝐼 𝑐𝑖𝑛𝑐𝑖𝑛 + 𝐼 𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖3

= 2,01 x 10-6 kgm2 + 1,27 x 10-4 kgm2 + 5,07 x 10-4 kgm2 + 8,08 x 10-3
kgm2
= 8, 72 x 10-3 kgm2

2. Momentum Sudut
𝐿𝑖 = 𝜔𝑖 × 𝐼𝑖

𝐿1 = 𝜔1 × 𝐼1

= 39,113 rad/s x 1,27 x 10-4 kgm2


= 4,97 x 10-3 kgm2/s
𝐿2 = 𝜔2 × 𝐼2

= 35,677 rad/s x 1,27 x 10-4 kgm2


= 4,53 x 10-3 kgm2/s
𝐿3 = 𝜔3 × 𝐼3

= 34,322 rad/s x 1,27 x 10-4 kgm2


= 4,36 x 10-3 kgm2/s
𝐿𝑓 = 𝜔𝑓 × 𝐼𝑓

𝐿1 = 𝜔1 × 𝐼𝑓1

= 7,051 rad/s x 9,07x10-4 kgm2


= 6,80 x 10-2 kgm2/s
𝐿2 = 𝜔2 × 𝐼𝑓2

= 6,833 rad/s x 9,25x 10-4 kgm2


= 6,31 x 10-2 kgm2/s
𝐿3 = 𝜔3 × 𝐼𝑓3

= 7,579 rad/s x 1,27 x 10-4 kgm2


= 6,61 x 10-2 kgm2/s
3. Energi Kinetik
1
𝐸𝐾𝑖 = 2 𝐼𝑖 ∙ 𝜔𝑖2

1
EK= 2 (1,27 x 10-4 kgm2) (39,113rad/s)2 = 9,71 x 10-2 J
1
EK= 2 (1,27x 10-4 kgm2) (35,677rad/s)2 = 8,07 x 10-2 J
1
EK= 2 (1,27 x 10-4 kgm2) (34,322rad/s)2 = 7,47 x 10-2 J

1
𝐸𝐾 = 𝐼𝑓∙ 𝜔𝑓2
2
1
EK= 2
(9,07 x 10-3 kgm2) (7,051rad/s)2 = 2,55 x 10-1 J
1
EK= 2
(9,25 x 10-3 kgm2) (6,833rad/s)2 = 2,16 x 10-1 J
1
EK= (8,72 x 10-3 kgm2) (7,579 rad/s)2 = 2,50 x 10-1 J
2
VII. Pembahasan

Momentum angular sebuah partikel didefinisikan dalam sebuah partikel yang


bergerak dalam lingkaran berjari-jari r dengan kecepatan angular ω. Momentum
angular L relatif terhadap pusat lingkaran didefinisikan sebagai hasil kali besarnya
momentum linear mv dan jari-jari r, L = mvr = m(rω)r = mr2 ω = I ω, dengan I = mr2
adalah momen inersia partikel terhadap sumbu yang melalui pusat lingkaran dan
tegak lurus bidang gerakan. Dimana momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu
benda untuk berotasi terhadap porosnya. Arah L sama dengan arah ω . Untuk
gerakan berlawanan arah jarum jam, ω dan L biasanya diambil positif, sehingga untuk
gerakan searah jarum jam, nilai besaran itu adalah negatif. Partikel yang berotasi juga
mempunyai energi kinetik yang dinamakan energi kinetik rotasi atau energi kinetik
angular. Energi kinetik rotasi adalah energi kinetik yang dimiliki oleh benda yang
bergerak rotasi.

Fungsi alat dan bahan pada percobaan ini adalah sebagai berikut, untuk
sensor gerak rotasi digunakan untuk mendeteksi gerakan dari cincin yang berputar
pada cakram yang dihubungkan dengan universal interface dan pasco software,
aksesori rotasi merupakan perlengkapan-perlengkapan rotasi yang berupa katrol,
cakram, dan cincin. Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter dari cincin,
katrol, dan cakram yang nilainya akan digunakan untuk memperoleh jari-jari dari
alat. Large Rod Statif yaitu dasar statif untuk menahan atau menopang statif agar
tegak. Statif untuk meletakkan sensor gerak dan aksesori rotasi. Neraca digital
digunakan untuk mengukur massa dari aksesori pendulum. Mistar digunakan untuk
mengukur jarak minimum antara cincin dan tepi cakram yang nilainya akan
digunakan untuk memperoleh nilai X pada hasil pengamatan. Universal Interface
adalah alat yang berhubungan dengan Pasco Capstone Software untuk mendeteksi
sensor gerak dari rotasi yang akan menampilkan grafik dari gerak tersebut.
Komputer digunakan untuk mengakses dan menggunakan Pasco Capstone Software
serta menyimpan hasil grafik percobaan.

Adapun prosedur kerjanya yaitu dengan terlebih dahulu mengukur massa dan
jari-jari dari aksesori pendulum. Kemudian memulai perlakuan dengan meletakkan
cincin di atas cakram yang berputar ketika cakram telah berputar 2 sekon sekitar 20
30 rad/s yang ditampilkan pada pascro software. Kemudian mengukur jarak
minimum antara cincin dan tepi cakram. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan
dengan cincin yang sama.

Pada hasil pengamatan di peroleh hasil untuk massa cincin sebesar 4,67 x 10-1
kg dengan dimeter luar 3,8 x 10-2 m dan diameter dalam sebesar 2,7 x 10-2 m. Untuk
massa cakram sebesar 1,20 x 10-1 kg dengan diameter 4,6 x 10-2 m, dan untuk katrol
bermassa 6,98 x 10-3 kg dengan diameter 2,4 x 10-2 m. Untuk perlakuan pertama,
kecepatan awal cakram sebelum dijatuhkan cincin pertama adalah sebesar 39,113
rad/s dan setelah cincin itu dijatuhkan, kecepatan kecepatan cakram berkurang
menjadi 7,051 rad/s dengan jarak minimum cincin dengan tepi cakram adalah 6 x 10-3
m. Untuk perlakuan kedua, kecepatan awal cakram adalah 35,677 rad/s dan kecepatan
akhirnya sebesar 6,833 rad/s dan jarak minimumnya sebesar 5 x 10-3 m. Serta untuk
perlakuan terakhir, kecepatan awal cakram sebesar 34,322 rad/s dan kecepatan akhir
berkurang menjadi 7,579 rad/s jarak minimumnya sebesar 8 x 10-3 m.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, dapat diperoleh nilai dari momen


inersia, momentum sudut, dan energi kinetik rotasi pada percobaan ini. Pada analisa
data, diperoleh nilai dari momen inersia untuk katrol, cakram, dan cincin berturut-
turut yaitu 2,01 x 10-6 kgm2, 1,27 x 10-4 kgm2, dan 5,07 x 10-4 kgm2 dan untuk
momen inersia rotasi cincin pada cakram untuk cincin 1 sebesar 8,43 x10-3 kgm2,
untuk cincin 2 sebesar 8,61x10-3 kgm2, dan untuk cincin 3 sebesar 8,08x10-3 kgm2.
Serta untuk momen inersia akhir yaitu untuk cincin 1 sebesar 9,07x10-3 kgm2 ,
untuk cincin 2 sebesar 9,25x10-3 kgm2 serta untuk cincin 3 sebesar 8,72x10-3 .
Kemudian melalui nilai dari momen inersia cakram yang sama dengan momen
inersia awal, dapat diperoleh besarnya momentum sudut awal melalui perkalian
antara momen inersia awal dengan kecepatan sudut pada percobaan yaitu 4,97x10-
3
kgm2/s, 4,53x10-3 kgm2/s, 4,36x10-3 kgm2/s. Dan untuk momentum sudut akhir
tiap perlakuan, besarnya berturut-turut yaitu 6,80x10-2kgm2/s, 6,31x10-2kgm2s,
dan 6,61x10-2 kgm2/s. Serta energi kinetik rotasi awal dan akhir juga dapat dihitung
melalui percobaan ini. Untuk energi kinetik rotasi awal sebesar 9,71x10-2 J, 8,07x10-
2
J , dan 7,47x10-2 J. Sedangkan energi kinetik rotasi akhir sebesar 2,55x10-1J,
2,16x10-1Jdan2,55x10-1J.
Pada hasil pengamatan juga terlihat grafik hubungan antara kecepatan sudut
dengan waktu. Adapun hubungannya yaitu berbanding terbalik, dimana semakin lama
waktu berotasi, kecepatan sudut akan semakin kecil. Dan kecepatan sudut semakin
besar pada waktu yang singkat. Hal ini dikarenakan ketika cincin dijatuhkan momen
inersianya semakin besar, sehingga kecepatan sudutnya semakin kecil.

Pada saat cincin belum dijatuhkan ke atas cakram, kecepatan awal cakram
sangat besar, dan kecepatan cakram menurun secara drastis ketika cincin dijatuhkan.
Hal ini disebabkan karena momentum sudut adalah kekal. Ketika cakram berputar
sebelum dijatuhkan cicin momen inersianya lebih kecil dibandingkan ketika telah
dijatuhkan cicin. Agar momentum sudut L tetap sama seperti semula, maka
kecepatan sudut ω akhir harus lebih kecil dibandingkan kecepatan sudut ω awal.
Menurut Hukum kekekalan momentum sudut, jika tidak ada momen gaya luar yang
bekerja pada sistem atau τ sama dengan nol, maka momentum sudut sistem selalu
konstan artinya tidak berubah sepanjang waktu baik itu besar maupun arahnya. Pada
hasil analisa data, dapat dilihat bahwa momentum sudut awal (Li) diperoleh nilai
4,97x10-3kgm2/s, 4,53x10-3 kgm2/s, 4,36x10-3 kgm2/s hasil yang didapatkan
berbeda dengan momentum sudut akhir (Lf) yaitu 6,80x10-2kgm2/s, 6,31x10-2kgm2s,
dan 6,61x10-2 kgm2/s.. Hal ini menandakan, bahwa pada percobaan kekekalan
momentum sudut ini, kami belum dapat membuktikan Hukum kekekalan momentum
sudut, yang menyatakan “Jika tidak ada momen gaya luar yang bekerja pada sistem
atau τ sama dengan nol, maka momentum sudut sistem selalu konstan artinya tidak
berubah sepanjang waktu baik itu besar maupun arahnya”. Adapun hal yang
menyebabkan adanya perbedaan tersebut, dapat disebabkan oleh adanya momen gaya
akibat gaya luar seperti dorongan angin atau dorongan lain dari luar ataupun adanya
factor kesalahan yang dilakukan pada saat praktikum.

Adapun kesalahan yang terjadi pada praktikum ini yaitu adanya kesalahan
paralaks, yaitu kesalahan pada saat melakukan pengukuran diameter bahan (cincin,
cakram, dan katrol) yang akan di gunakan dalam percobaan ini, dimana arah pandang
pengamat dalam membaca skala suatu alat ukur tidak lurus dengan skalannya. Selain
itu, kesalahan dalam menimbang massa bahan, dimana ketika mengukur diameter
bahan neraca digital yang kami gunakan tidak stabil. Kemudian ada kesalahan
praktikan, dimana praktikan kurang begitu mahir dalam menggunakan alat yang akan
digunakan, menyebabkan hasil yang diperoleh tidak menghasilkan nilai yang
diharapkan mampu membuktikan kekekalan momentum sudut.
Selain itu, kesalahan praktikan lainnya yaitu dengan tidak memperhatikan kecepatan awal
pada saat cincin dijatuhkan. Dimana seharusnya cincin dijatuhkan pada kecepatan awal 20
rad/s sampai 30 rad/s. Namun, yang kita lakukan,cincin dijatukan pada kecepatan awal lebih
dari yang ditentukan. Sehingga berpengaruh pada hasil perhitungan yang kami peroleh.
VIII. Kesimpulan
1. Momentum angular sebuah partikel didefinisikan dalam sebuah
partikel yang bergerak dalam lingkaran berjari-jari r dengan kecepatan
angular ω.

2. Hukum kekekalan momentum sudut menyatakan bahwa Jika sebuah


sistem terisolasi dari sekitarnya, sehingga tidak ada gaya atau torsi
eksternal yang bekerja padanya, maka energi, momentum linear, dan
momentum angular
adalah kekal.

3. Adapun grafik hubungan antara kecepatan sudut terhadap waktu, antara


lain;
Untuk Cincin 1

Untuk Cincin 2
Untuk Cincin 3

4. Pada hasil pengamatan, diperoleh


Untuk Cincin 1 Untuk Cincin 2
Ωi = 39,113 rad/s ωi = 35,677 rad/s
Ωf = 7,051 rad/s ωf = 6,833rad/s
-4 2
Ii = 1,27 x 10 kgm Ii = 1,27 x 10-4 kgm2
If = 9,07 x 10-3 kgm2 If = 9,25 x 10-3 kgm2
Li = 4,97 x 10-3 kgm/s Li = 4,53 x 10-3 kgm/s
Lf = 6,80 x 10-2 kgm/s Lf = 6,31 x 10-2 kgm/s
Eki = 9,71 x 10-2 J Eki = 8,07 x 10-2 J
Ekf = 2,55 x 10-1 J Ekf =2,16 x 10-1 J

Untuk Cincin 3
ωi = 34,322 rad/s
ωf = 7,579 rad/s
Ii = 1,27 x 10-4 kgm2
If = 8,72x 10-3 kgm2
Li = 4,36 x 10-3 kgm/s
Lf = 6,61 x 10-2 kgm/s
Eki = 7,47 x 10-2 J
Ekf =2,50 x 10-1 J
DAFTAR PUSTAKA

Arifudin, M. Achya. 2010.Fisika.Jakarta:Gramedia.


Puwanto, Bambang.2009. Asas-Asas Fisika.Jakarta:Yudistira.

Sari, Melda. 2011. Angular Momentum. [online]


https://www.scribd.com/doc/66927698/ Angular-Momentum#scribd, diakses 02
November 2019 Pukul 20:00
Tim Penyusun. 2019. Penuntun Praktikum Mekanika PASCO. Palu: Lab. Fisika,
Universitas Tadulako
Tipler, Paul A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai