Anda di halaman 1dari 26

LEMBAR KOREKSI

P E R C O B A A N VI
ROTASI INERSIA
NAMA

: WIDYALOKA KUSUMASARI

STAMBUK

: A 241 14 035

KELOMPOK

: IV(EMPAT)

ASISTEN

: MOH. SHAFAR

NO

HARI/TANGGAL

PERBAIKAN

PARAF

1.

2.

PERCOBAAN VI
ROTASI INERSIA

I. TUJUAN:
1. Mampu menggunakan alat Pasco untuk menentukan nilai rotasi inersia suatu
benda.
2. Mampu memahami dan menentukan nilai rotasi inersia suatu benda.
3. Mampu membandingkan secara teori dan eksperimen nilairotasi inersia
suatu benda.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Large rod stand 1 buah
2. 30 cm Long Steel Rod
3. Mini-Rotational Accessory(Ring, disk, Pulley)
4. Mass and hanger 1 set
5. Rotary Motion Sensor 1 buah
6. Neraca Ohauss 1 buah
7. Jangka sorong digital 1 buah
8. 850 Universal Interface 1 buah
9. PASCO Capstone Software 1 buah

III. Dasar teori


Inersia adalah kecenderungan benda untuk mempertahankan keadaannya ( tetap
diam atau bergerak). Benda yang sukar bergerak dikatakan memiliki inersia yang
besar. Begitu juga bumi yang selalu dalam keadaan berotasi memiliki inersia
rotasi. Jadi, Momen Inersia adalah ukuran dari besarnya kecenderungan berotasi
yang ditentukan oleh keadaaan benda atau partikel penyusunnya.
Nilai momen inersia suatu benda bergantung kepada bentuk benda dan letak
sumbu putar benda tersebut. Misalkan kita memiliki sebuah batang ringan (massa
diabaikan) dengan panjang R. Salah satu ujung batang, yaitu titik P, ditetapkan
sebagai poros rotasi. Pada ujung batang yang lain dihubungkan dengan sebuah
partikel bermassa m. Jika sistem diputar terhadap poros P, momen inersia
dilambangkan dengan I, satuannya dalam SI adalah kgm2. Nilai momen inersia
sebuah partikel yang berotasi dapat ditentukan dari hasil kali massa partikel
dengan kuadrat jarak partikel tersebut dari titik pusat rotasi. Faktor m R2
merupakan momen inersia titik terhadap sumbu putarnya.
Benda yang terdiri atas susunan partikel (titik), jika melakukan gerak rotasi
memiliki momen inersia sama dengan hasil jumlah dari momen inersia partikel
penyusunnya.
a. Momen Inersia Partikel

Tinjau sebuah partikel berotasi. Partikel bermassa m diberikan gaya F


sehingga partikel berotasi terhadap sumbu rotasi O. Partikel berjarak r dari sumbu
rotasi. Mula-mula partikel diam (v = 0). Setelah digerakkan gaya F, partikel

berputar dengan kelajuan tertentu sehingga partikel mempunyai percepatan


tangensial (a tan). Hubungan antara gaya (F), massa (m), dan percepatan
tangensial (a tan) partikel dinyatakan melalui persamaan :

Partikel berotasi sehingga partikel mempunyai percepatan sudut. Hubungan antara


percepatan tangensial dengan percepatan sudut dinyatakan melalui persamaan :

Subtitusikan atau gantikan percepatan tangensial (a tan) pada persamaan 3 dengan


percepatan tangensial (a tan) pada persamaan 4.

Kalikan ruas kiri dan ruas kanan dengan r :

r F adalah momen gaya dan m r2 adalah momen inersia partikel. Persamaan 5


menyatakan hubungan antara momen gaya, momen inersia dan percepatan sudut
partikel yang berotasi. Persamaan 5 merupakan persamaan hukum II Newton
untuk partikel yang berotasi. Momen inersia partikel merupakan hasil kali antara
massa partikel (m) dengan kuadrat jarak partikel dengan sumbu rotasi (r2).

Keterangan:
I = momen inersia partikel, m = massa partikel, r = jarak antara partikel dengan
sumbu rotasi.
Persamaan 6 digunakan untuk menentukan momen inersia partikel yang berotasi.

b. Momen Inersia Benda Tegar


Secara umum, Momen Inersia setiap benda tegar bisa dinyatakan sebagai berikut :
I =mr 2

(13.1)

I = mr + mr + mr + mr
= jumlah

Benda tegar bisa kita anggap tersusun dari banyak partikel yang tersebar di
seluruh bagian benda itu. Setiap partikel-partikel itu punya massa dan tentu saja
memiliki jarak r dari sumbu rotasi. jadi momen inersia dari setiap benda
merupakan jumlah total momen inersia setiap partikel yang menyusun benda itu.
Ini cuma persamaan umum saja. Bagaimanapun untuk menentukan Momen
Inersia suatu benda tegar, kita perlu meninjau benda tegar itu ketika ia berotasi.
Walaupun bentuk dan ukuran dua benda sama, tetapi jika kedua benda itu berotasi
pada sumbu alias poros yang berbeda, maka Momen Inersia-nya juga berbeda.
c. Momen inersia benda tegar homogen
Benda tegar tersusun dari banyak partikel yang tersebar di seluruh bagian benda.
Momen inersia suatu benda tegar merupakan jumlah semua momen inersia
masing-masing partikel penyusun benda tegar

Untuk menentukan momen inersia suatu benda tegar, benda ditinjau ketika sedang
berotasi karena letak sumbu rotasi mempengaruhi nilai momen inersia. Selain
bergantung pada letak sumbu rotasi, momen inersia (I) partikel bergantung juga
pada massa partikel (m) dan kuadrat jarak partikel dari sumbu rotasi (r 2). Massa

semua partikel penyusun benda sama dengan massa benda tersebut. Persoalannya,
jarak setiap partikel dari sumbu rotasi berbeda-beda.

Tinjau penurunan rumus momen inersia sebuah cincin tipis berjari-jari R dan
bermassa M. Jika sumbu rotasi terletak di pusat cincin maka semua partikel
penyusun cincin berjarak r dari sumbu rotasi. Momen inersia cincin tipis sama
dengan jumlah momen inersia semua partikel penyusun cincin.

Setiap partikel penyusun cincin tipis berjarak r dari sumbu rotasi sehingga r 1 = r2 =
r3 = r = R.
Rumus momen inersia cincin tipis :
I = M R2
Keterangan:

I = momen inersia cincin tipis, M = massa cincin tipis, R = jari-jari cincin tipis.
a tan = r.

(13.2)

Sekarang kita masukan a tangensial ke dalam persamaan di atas :


F = ma a = r tan tan
F = mr
di kalikan ruas kiri dan ruas kanan dengan r :
rF = r(mr )

(13.3)

rF = mr 2

(13.4)

Perhatikan ruas kiri, rF = Torsi, untuk gaya yang arahnya tegak lurus sumbu
(bandingan dengan gambar di atas). Persamaan ini bisa ditulis menjadi :
= (mr 2 )

(13.5)

mr2 adalah momen inersia partikel bermassa m, yang berotasi sejauh r dari sumbu
rotasi. persamaan ini juga menyatakan hubungan antara torsi, momen inersia dan
percepatan sudut partikel yang melakukan gerak rotasi. Istilah kerennya, ini
adalah persamaan Hukum II Newton untuk partikel yang berotasi. Jadi,Momen
Inersia partikel merupakan hasil kali antara massa partikel itu (m) dengan kuadrat
jarak tegak lurus dari sumbu rotasi ke partikel (r2). Untuk mudahnya, bandingkan
dengan gambar di atas.
Secara matematis, momen inersia partikel dirumuskan sebagai berikut :
I = mr 2
Keterangan :
I = momen inersia
m = massa partikel
r = jarak partikel dari sumbu rotasi

(13.6)

d. Momen Inersia Benda-Benda yang Bentuknya Beraturan


Selain bergantung pada sumbu rotasi, Momen Inersia (I) setiap partikel juga
bergantung pada massa (m) partikel itu dan kuadrat jarak (r2) partikel dari sumbu
rotasi. Total massa semua partikel yang menyusun benda = massa benda itu.
Persoalannya, jarak setiap partikel yang menyusun benda tegar berbeda-beda jika
diukur dari sumbu rotasi. Ada partikel yang berada di bagian tepi benda, ada
partikel yang berada dekat sumbu rotasi, ada partikel yang sembunyi di pojok
bawah, ada yang terjepit di tengah. amati gambar di bawah :

Gambar contoh sebuah benda tegar


Ini contoh sebuah benda tegar. Benda-benda tegar bisa ianggap tersusun dari
partikel-partikel. Pada gambar, partikel diwakili oleh titik berwarna hitam. Jarak
setiap partikel ke sumbu rotasi berbeda-beda. Ini cuma ilustrasi saja.
Cara praktis untuk mengatasi hal ini (menentukan MI benda tegar) adalah
menggunakan kalkulus. Ada jalan keluar yang lebih Lingkaraaan tipis dengan jarijari R dan bermassa M (sumbu rotasi terletak pada pusat)

Gambar lingkaran partikel.

Lingkaran tipis ini mirip seperti cincin tapi cincin lebih tebal. Jadi,semua partikel
yang menyusun lingkaran tipis berada pada jarak r dari sumbu rotasi. Momen
inersia lingkaran tipis ini sama dengan jumlah total momen inersia semua partikel
yang tersebar di seluruh bagian lingkaran tipis.
Momen Inersia lingkaran tipis yang berotasi seperti tampak pada gambar di atas,
bisa diturunkan sebagai berikut :
I =mr 2
I = mr + mr + mr + mr
Jumlah massa partikel (m) = massa benda (M)
II=Mr+r+r++r

(13.8)

Perhatikan gambar di atas. Setiap partikel pada lingkaran tipis berada pada jarak r
dari sumbu rotasi. dengan demikian :
r1 = r2 = r3 = r4 = r5 = r6 = R
I = MR

IV. Prosedur kerja

1. Menyiapakan alat dan bahan yang akan digunakan pada percobaan ini.
2. Merangkai alat seperti pada gambar dibawah ini :

3. Menghubungkan

850 Universal Interface

dengan komputer.
4. Membuka

aplikasi

pasco

pada

komputer.
5. Untuk Pengukuran secara teori:
i.
Mencari massa ring, disk, dan pulley menggunakan neraca ohaus.
ii. Mengukur diameter dalam dan diameter luar dan menghitung jarijari R1 dan R2 untuk ring, R untuk disk, serta R untuk pulley
menggunakan jangka sorong digital.
6. Menemukan Percepatan terhadap waktu Ring, Disk dan pulley.
a. Menggantung beban sebesar 25 g pada pengantung beban.
b. Mengklik record pada layar monitor untuk menampilkan gelombang
pada layar monitor.
c. Menyimpan gambar gelombang yang telah dihasilkan pada percobaan.
d. Menyalin hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan.
7. Menentukan percepatan terhadap waktu pada Disk dan Pulley.
a. Mengulangi langkah a d pada langkah kerja poin 6.
8. Menentukan perceptan terhadap waktu pada pulley.
a. Mengulangi langkah a d pada langkah kerja poin 6 dengan
mengurangi beban penggantung sebesar 20 gram.

V. Hasil pengamatan.
1. massa disk

: 118,5 x 10-3 kg

2. massa ring

: 467,0 x 10-3 kg

3. massa pulley

: 7 x 10-3 kg

4. diameter dalam ring

: 32,15 x 10-4 m

5. diameter luar ring

: 54,12 x 10-4 m

6. diameter disk

: 73,7 x 10-4 m

7. diameter pulley

: 8,70 x 10-4 m

1. Untuk ring, disk, dan pulley (beban 25 g)

: 2,818 rad/s2

: 4,280 s

2. Untuk disk dan pulley (beban 25 g)

:22,680 rad/s2

:1,000 s

3. Untuk pulley (beban 5 gram)

: 35,085 rad/s2

: 1,760 s

Grafik hubungan antara kecepatan angular dengan waktu


a. Ring + Disk + Pulley

b. Disk + Pulley

c. Pulley

VI. Analisa data

Secara Teori

Inersia Pulley
1
2
I= M R
2
= 7 x 10-3 kg (4,350 x 10-4 m)2
= 6,623 x 10-10 kg.m2

Inersia Disk
1
2
I= M R
2
= 118,5 x 10-3 kg (3,685 x 10-3 m)2
= 8,046 x 10-6 kg.m2

Inersia Ring
1
2
2
I = M ( R 1+R 2)
2
= 467,0 x 10-3 kg ((1,608 x 10-3 m)2 + (2,706 x 10-3 m)2)
= 2,314 x 10-6 kg.m2

Secara Eksperimen
Inersia Pulley
Disk + Pulley
a
= r
4,350 x 10-4 m x 35,085 rad/s2
= 1,526 x 10-2 m/s2

= m(g a)
= 7 x 10-3 kg (10 m/s2 - 1,526 x 10-2 m/s2)
= 6,989 x 10-2 N
= rF

= 4,350 x 10-4 m x 6,989 x 10-2 m/s2


= 3,040 x 10-5

Ipulley

3,040 x 105
35,085 rad / s2

= 8,666 x 10-7 kg.m2

Inersia Disk
a

= r

4,350 x 10-3 m x 22,680 rad/s2


= 9,866 x 10-3 m/s2
F

= m(g a)
= 118,5 x 10-3 kg (10 m/s2 - 9,866 x 10-2 m/s2)
= 1,173 N

= rF
= 4,350 x 10-3 m x 1,173 N
= 5,103 x 10-3

Ipulley + disk

5,103 x 103
22,680 rad /s2

= 2,250 x 10-4 kg.m2


Sehingga diperoleh rotasi inersia untuk disk :
Idisk = Ipulley + disk - Ipulley
Idisk = (2,250 x 10-4 kg.m2) (8,666 x 10-7 kg.m2)
Idisk = (2,250 x 10-4 kg.m2) (0,008666 x 10-4 kg.m2)
Idisk = 2,241 x 10-4 kg.m2

Inersia Ring
a

= r
x 10-4 m x 2,818 rad/s2
= 1,226 x 10-3 m/s2

= m(g a)
= 467,0 x 10-3 kg (10 m/s2 1,226 x 10-3 m/s2)
= 4,669 N

= rF
= x 10-4 m x 4,669 N
= 2,031 x 10-3

Ipulley+disk+ring

2,031 x 103
2
2,818 rad /s

= 7,207 x 10-4 kg.m2

Sehingga diperoleh nilai rotasi inersia untuk ring :


Iring = Ipulley+disk+ring - Ipulley + disk
Iring = (7,207 x 10-4 kg.m2) (2,250 x 10-4 kg.m2)
Iring = 4,957 x 10-4 kg.m2

VII. Pembahasan
Inersia adalah kecenderungan benda untuk mempertahankan keadaannya
( tetap diam atau bergerak). Benda yang sukar bergerak dikatakan memiliki
inersia yang besar. Begitu juga bumi yang selalu dalam keadaan berotasi
memiliki inersia rotasi. Jadi, Momen Inersia adalah ukuran dari besarnya
kecenderungan berotasi yang ditentukan oleh keadaaan benda atau partikel
penyusunnya.
Nilai momen inersia suatu benda bergantung kepada bentuk benda dan letak
sumbu putar benda tersebut. Misalkan kita memiliki sebuah batang ringan (massa
diabaikan) dengan panjang R. Salah satu ujung batang, yaitu titik P, ditetapkan
sebagai poros rotasi. Pada ujung batang yang lain dihubungkan dengan sebuah
partikel bermassa m. Jika sistem diputar terhadap poros P, momen inersia
dilambangkan dengan I, satuannya dalam SI adalah kgm2. Nilai momen inersia
sebuah partikel yang berotasi dapat ditentukan dari hasil kali massa partikel

dengan kuadrat jarak partikel tersebut dari titik pusat rotasi. Faktor m R2
merupakan momen inersia titik terhadap sumbu putarnya.
Benda yang terdiri atas susunan partikel (titik), jika melakukan gerak rotasi
memiliki momen inersia sama dengan hasil jumlah dari momen inersia partikel
penyusunnya.
Pada percobaan ini adapun Fungsi alat dan bahan yang digunakan pada
percobaan ini yaitu Ring, disk dan pulley yang berfungsi sebagai objek yang akan
diamati. Jangka sorong berfungsi untuk mengukur diameter ketiga objek tersebut.
Rotary Motion Sensor berfungsi untuk membaca sensor rotasi pada ring,disk dan
pulley. 45 cm Long Steel Rod(statif) berfungsi sebagai tempat untuk memasang
Rotary Motion Sensor secara horizontal. 850 Universal Interface berfungsi
sebagai alat penghubung antara Rotary Motion Sensor dan software PASCO
capstone pada komputer. PASCO Capstone Software berfungsi untuk menghitung
dan menampilkan hasil dari praktikum uji coba berupa grafik beserta keterangan
nilai-nilai yang dihasilkannya pada layar komputer. hanger berfungsi sebagai
tempat untuk menggantungkan massa. Neraca Ohauss berfungsi untuk mengukur
massa dari objek yang akan diamati (ring, disk, dan pulley).
Adapun prosedur kerja yang dilakukan yaitu : pertama-tama menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan, kemudian merangkai alat seperti pada prosedur
kerja, kemudian menghubungkan 850 Universal Interface dengan komputer serta
membuka aplikasi pasco pada komputer, Untuk Pengukuran secara teori:

Pertama-tama mencari massa ring, disk, dan pulley dengan menggunakan neraca
ohaus, kemudian mengukur diameter dalam dan diameter luar dan menghitung
jari-jari R1 dan R2 ring, R disk, serta R pulley menggunakan jangka sorong
digital, dan menemukan Percepatan terhadap waktu Ring, Disk dan pulley,
menggantungkan beban sebesar 25 g pada pengantung beban/hanger, mengklik
record pada layar monitor untuk menampilkan gelombang pada layar monitor,
menyimpan gambar gelombang yang telah dihasilkan pada percobaan, menyalin
hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan, menentukan percepatan terhadap
waktu pada Disk dan Pulley, mengulangi langkah a d pada langkah kerja poin 6.
menentukan perceptan terhadap waktu pada pulley, dan mengulangi langkahlangkah diatas pada langkah kerja poin 6 dengan mengurangi beban penggantung
sebesar 20 gram.
Pada percobaan ini diperoleh nilai hasil perhitungan sebagai berikut :
Secara Teori nilai Inersia pada Pulley diperoleh sebesar 6,623 x 10-10 kg.m2, untuk
Inersia Disk diperoleh 8,046 x 10-6 kg.m2, sedangkan untuk Inersia Ring 2,314 x
10-6 kg.m2. Secara Eksperimen untuk nilai inersia yang diperoleh pada Inersia
Pulley Disk + Pulley nilai percepatan a diperoleh sebesar 1,526 x 10-2 m/s2, nilai
gaya/F sebesar 6,989 x 10-2 N dan untuk diperoleh nilainya sebesar 3,040 x 10-5,
sedangkan untuk Ipulley nilanya sebesar 8,666 x 10-7 kg.m2. untuk Inersia Disk nilai
a diperoleh sebesar 9,866 x 10-3 m/s2, F sebesar 1,173 N, dan untuk sebesar
5,103 x 10-3, sedangkan untuk Ipulley + disk diperoleh hasil sebesar 2,250 x 10-4 kg.m2,
Sehingga diperoleh rotasi inersia untuk disk sebesar 2,241 x 10-4 kg.m2. Untuk
Inersia Ring diperoleh nilai-nilai sebagai berikut : percepatan (a) sebesar 1,226 x

10-3 m/s2, untuk gaya/F diperoleh sebesar 4,669 N, dan untuk sebesar 2,031 x
10-3 , dan untuk Ipulley+disk+ring, diperoleh sebesar

7,207 x 10-4 kg.m2, Sehingga

diperoleh nilai rotasi inersia untuk ring (Iring) sebesar 4,957 x 10-4 kg.m2.
Adapun kesalahan yang terjadi pada kegiatan praktikum ini, yaitu
kurangnya keterampilan atau pengetahuan dasar praktikan dalam melakukan
percobaan ini, kurang telitinya praktikum dalam melakukan percobaan, adapun
kesalahan dalam pembacaan data oleh praktikan sehingga hasil yang diperoleh
dari perhitungan terdapat perbedaan.

VIII. Kesimpulan

1. Momen inersia adalah kelembaman suatu benda yang berotasi yang


dirotasikan terhadap sumbu tertentu. Momen Inersia (I) adalah suatu
besaran yang memperlihatkan tentang usaha suatu sistem benda untuk
menentang gerak rotasinya.
2. Rumus yang digunakan untuk menentukan momen inersia pada praktikum
ini yaitu:
Secara teori
-

Untuk Ring

Untuk Disk dan Pulley

Secara Eksperimen
i.
ii.

a = r
F = m(g a)

1
2
2
I = M ( R 1+ R 2)
2
1
I = M R2
2
:
iii.

= rF

iv.

I=

3. Nilai inersia yang didapatkan yaitu:


Secara teori
- Untuk Ring
: 2,314 x 10-6 kg.m2
- Untuk Disk
: 8,046 x 10-6 kg.m2
- Untuk Pulley
: 6,623 x 10-10 kg.m2
Secara Eksperimen
- Untuk Ring
: 4,957 x 10-4 kg.m2
- Untuk Disk
: 2,241 x 10-4 kg.m2
- Untuk Pulley
: 8,666 x 10-7 kg.m2
v.

DAFTAR PUSTAKA
vi.

vii.

Anonim.

2015.

pengertian

momen

inesia.http://ilmufisikatkj.blogspot.co.id/2011/
viii. 06/pengertian -momen-inersia.html (diakses : 12/9/2015,12;27)

ix.

Anonim. 2015. Momen inersia.https://gurumuda.net/momeninersia.htm (diakses: 12/9/2015,13;02)


x.

Anonim.

2013.

BAB

13

MOMEN

INERSIA.

http://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/
xi.Bahan

Ajar/Asnal/Fisika/BAB%2013%20Momen%20Inersia.pdf

(diakses : 12/9/2015,15;17)
xii.

Tim Penyusun. 2015. Penuntun Praktikum Mekanika. Palu : Universitas


Tadulako
xiii.
xiv.
xv.
xvi.

xvii.
xviii.
xix.
xx.
xxi.
xxii.
xxiii.
xxiv.

LAPORAN SEMENTARA
xxv.

PERCOBAAN VI

xxvi.

ROTASI INERSIA
xxvii.

xxviii.
xxix.
xxx.

I. WAKTU DAN TEMPAT : 19 Desember 2015, Lab. Mekanika.


II. TUJUAN:

1. Mampu menggunakan alat Pasco untuk menentukan nilai rotasi inersia


suatu benda.

xxxi.

2. Mampu memahami dan menentukan nilai rotasi inersia suatu benda.

xxxii.

3. Mampu membandingkan secara teori dan eksperimen nilairotasi inersia


suatu benda.

xxxiii.
xxxiv.

III. Hasil Pengamatan


xxxv. 1. massa disk

: 118,5 x 10-3 kg

xxxvi. 2. massa ring

: 467,0 x 10-3 kg

xxxvii. 3. massa pulley

: 7 x 10-3 kg

: 32,15 x 10-4 m

xxxviii. 4. diameter dalam ring


xxxix. 5. diameter luar ring

: 54,12 x 10-4 m
: 73,7 x 10-4 m

xl. 6. diameter disk


xli. 7. diameter pulley

: 8,70 x 10-4 m

xlii. 8. Massa Beban A

: 25 g

xliii. 9. Massa Beban B

:5g

xliv.
xlv.
xlvi.

xlvii.
xlviii.
xlix.
l.
li.

1. Untuk ring, disk, dan pulley (beban 25 g)

: 2,818 rad/s2

: 4,280 s

2. Untuk disk dan pulley (beban 25 g)

:22,680 rad/s2

:1,000 s

3. Untuk pulley (beban 5 gram)

lii.

: 35,085 rad/s2

liii.

: 1,760 s

liv.
lv.
lvi.

KELOMPOL IV :

1.
2.
3.
4.
5.

KARTINI NURSETYA
PUTRI YANTI
AZIZAH S. PAIRUNAN
WIDYALOKA
ARIFAYO R. M.

lvii.

lviii.
lix.
lx.

ASISTEN,

lxi.
lxii.

(MOH. SHAFAR)

Anda mungkin juga menyukai