LAPORAN
Dimana : defleksi statis dari poros yang mengalami pembebanan W = Mg pada titik
tengahnya (m)
kecapatan kritis angular dari sistem
Lalu didapat :
( )
Jika , maka , ini merupakan kondisi untuk terjadinya whirling yang besar.
Maka :
√
√
̈
Dengan penyelesaian :
Jika t = 0, maka :
, maka :
̇ , maka :
Karena tidak selalu 0, maka B = 0
( )
Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa peredaman dalam sistem terjadi karena
amplitudo gerakan berkurang secara kontinu. Setiap setengah siklus, amplitudo getaran
berkurang sebesar ( ).
̈ ( )
Dengan :
̇ ̇ dan ̈ ̈
Maka :
̈
Sehingga :
Dalam frekuensi :
Dalam perioda :
Dalam percobaan, akan dilakukan perbandingan antara massa objek yang diukur dengan
timbangan dengan massa objek yang didapat dengan menggunakan rumus :
1 25,5 35 980
2 25,5 40 840
3 25,5 45 790
4 25,5 50 780
5 25,5 55 750
D beban = 67 mm = 0,067 m
R beban = 0,0335 m
Tebal = 15 mm = 15 x 10-3 m = 0,015 m
Material = Aluminium
E = 69 GPa
ρ = 2700 kg/m3
Nc teoritis = √ x 60 (rpm)
I (momen Inertia) =
= 9,887 x 10-7 m4
Penghitungan Nc teoritis:
No. a (m) b (m) m (kg) E (kPa) I (m^4) L (m) Nc teo (rpm)
Penghitungan %Error
N0. Nc eks (rpm) Nc teo (rpm) %E (%)
4.1.2. Grafik
Percobaan pertama, Whirling Shaft
Grafik b vs %E
71
70,5
70
69,5
%E (% Error)
69
68,5
68
67,5
67
66,5
66
0,35 0,4 0,45 0,5 0,55
b (Jarak poros 2, m)
Grafik b vs Nc
4500
4000
3500
3000
2500
Nc
2000 Series2
1500 Series1
1000
500
0
0,35 0,4 0,45 0,5 0,55
b (Jarak poros 2, m)
370
360
350
Series1
340
330
320
310
0,07 0,08 0,09 0,1 0,11
Xo (Posisi Awal, m)
400
390
380
%E (% Error, %)
370
360
350
340
330
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12
Xo (Posisi Awal, m)
Grafik T vs %E
1,56
1,54
1,52
T (Periode, s)
1,5
1,48
1,46 Series1
1,44
1,42
1,4
0,07 0,08 0,09 0,1 0,11
Xo (Posisi Awal, m)
1,55
1,54
1,53
1,52
T (Periode, s)
1,51
1,5
1,49
1,48
1,47
1,46
1,45
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12
Xo (Posisi Awal, m)
4.2. Analisis Data
Percobaan pertama, Whirling Shaft
Pada percobaan ini, hasil data eksperimen yang diperoleh memiliki perbedaan nilai
yang cukup besar dengan hasil data perhitungan secara teoritis. Perbedaan itu adalah dalam
rentang 67% sampai 71%. Perbedaan yang cukup mungkin ini terjadi karena beberapa factor.
Faktor pertama adalah ketidak akuratan praktikan dalam membaca hasil yakni pada
indicator jarum. Ketidak akuratan ini dipengaruhi oleh dua factor, yakni pertama karena
disebabkan kesulitan untuk membaca sehingga hasil yang didapatkan adalah merupakan
hasil-hasil pembulatan atau pendekatan dan yang kedua adalah kesulitan menentukan
kecepatan yang paling sesuai dimana putaran kritis terjadi. Sehingga ada kemungkinan hasil
yang didapatkan bukan lah merupakan kecepatan yang menyebabkan putaran kritis. Hal ini
tentu menimbulkan perbedaan yang cukup besar antara hasil eksperimen dengan hasil
penghitungan.
Faktor kedua adalah kesulitan dalam menentukan posisi titik tumpu shaft. Hal ini
dikarenakan ketidak tersediaan titik tengah pada bheban maupun pada bearing. Hal ini
menimbulkan ketidak akuratan praktikan dalam menentukan jarak b. Sehingga dalam
eksperimen praktikan tidak dapat mengambil atau menentukan hasil yang presisi. Hal ini
tentu dapat juga menimbulkan perbedaan yang cukup signifikan antara hasil eksperimen
dengan hasil penghitungan atau teoritis.