Anda di halaman 1dari 17

Accelerat ing t he world's research.

Penentuan Nilai Momen Inersia Pada


Silinder
Andy S Warseno

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

206487728-LAPORAN-LENGKAP
Daniel Silalahi

LAPORAN LENGAKAP MEKANIKA ANALIT IK


Surit no Fayant o

Prakt is Belajar Fisika 2 Kelas 11 Aip Sripudin Dede Rust iawan K Adit Suganda
Ilham Fadhila
Penentuan Nilai Momen Inersia Pada Silinder

Alto Kholif B, Andy Saktia W, Fakhri M, Gesit Tali S, Nilam Rika M, Nur
Jakiyah, Wara R

Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

E-mail: wararosita@gmail.com

ABSTRAK

Pada percobaan ini akan dibahas tentang momen inersia suatu benda tegar dengan
cara menguji hubungan antara momen gaya dengan percepatan sudut. Metode
percobaan ini dengan melakukan percobaan sebanyak 3 kali dengan menggunakan
variasi dari lempengan dan variasi massa beban yang digantungkan pada katrol.
pada percobaan tersebut diketahui hubungan antara momen gaya dan percepatan
sudut. Dimana momen gaya mempunyai hubungan kesebandingan dengan
percepatan sudutnya sehingga semakin besar percepatan sudutnya maka momen
gayanya akan semakin besar dan sebaliknya. Dimana momen gaya merupakan
hasil kali antara momen inersia dan percepatan sudut yang dilakukan benda tegar.
Dari hasil pengolahan data dapat diperoleh momen inersia pada tiga buah
lempengan dengan jari-jari yang berbeda. diperoleh momen inersia dengan
metode perhitungan matematis sebesar 2,39 x10-2 kgm2; 2,36 x 10-2 kgm2dan
2,341 x10-2 kgm2 ,dengan menggunakan percepatan gravitasi pada literatur yaitu
9,8 m/s2 diperoleh momen inersia sebesar 7,01 x10-3 kgm2; 5,72 x10-3 kgm2; dan
3,9x10-3 kgm2; dan dengan grafik diperoleh momen inersia sebesar 12,5 x 10-
4
kgm2 ; 7,35 x 10-4 kgm2; dan 2,82 x10-4 kgm2.

PENDAHULUAN
Setiap benda memiliki kecenderungan untuk mempertahankan keadaan geraknya.
Jika dalam keadaan diam benda cenderung untuk tetap diam. Demikian pula jika
benda sedang bergerak lurus beraturan, benda cenderung tetap bergerak lurus
beraturan. Kecenderungan ini disebut inersia dan ukuran kecenderungan ini
dinamakan massa.
Konsep tersebut juga berlaku pada benda yang sedang berotasi, seperti halnya
planet-planet di dalam tata surya memiliki kecenderungan untuk tetap
mempertahankan keadaan gerak rotasinya. Kecenderungan ini disebut momen
inersia atau rotasi inersia. Hal ini dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Roda-roda sepeda yang berputar sebenarnya turut membantu pengendara agar
sepeda tetap berdiri. Hal ini dikarenakan roda-roda sepeda itu cenderung tetap
berputar pada bidang yang sama sehingga membuat sepeda lebih mudah untuk
dikendarai.

Kita telah mengetahui bahwa massa benda hanya bergantung pada jumlah
kandungan zat di dalam benda. Perbedaannya dengan momen inersia yang selain
bergantung pada kandungan zat di dalamnya atau massa benda, juga bergantung
pada posisi massa tersebut ke sumbu putarnya. Semakin jauh posisi massa benda
ke pusat rotasinya, semakin besar momen inersia benda tersebut.

Untuk lebih memahami tentang momen inersia maka dilakukanlah praktikum kali
ini yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara momen gaya dan
percepatan sudut pada gerak melingkar, menentukan besarnya nilai momen inersia
dan membandingkannya dengan nilai yang terprediksi, serta mengetahui
hubungan Inew (momen inersia benda terbebani) dengan I0 (momen inersia mula-
mula).

TINJAUAN PUSTAKA
Momen inersia merupakan sifat kelembaman suatu benda yang berotasi atau
dirotasikan terhadap sumbu tertentu. Momen inersia dinyatakan dengan simbol I,
merupakan suatu besaran yang memperlihatkan usaha dari suatu sistem benda
untuk menentang gerak rotasinya. Momen inersia juga menunjukkan
kecenderungan suatu sistem benda untuk terus berputar atau diam sebagai reaksi
terhadap gaya torsi dari luar. Jika suatu benda yang bebas berputar terhadap
sebuah sumbu sulit untuk dibuat berputar, maka momen inersianya terhadap
sumbu itu besar [1]

Ketika sudut benda tegar mengalami percepatan, berarti benda tersebut memiliki
percepatan sudut. Jika ω1 dan ω2 merupakan kecepatan sudut pada waktu t1 dan t2,
percepatan sudut rata-rata α11 dapat dihitung:
� −�
� = = ∆�
∆�
(1)

Percepatan sudut sesaat α adalah limit α11 pada saat ∆t mendekati 0


� = lim ∆� ��
= (definisi percepatan sudut) (2)
∆ → ∆� ��

Satuan percepatan sudut α adalah rad/sekon.[2]

Didefinisikan bahwa besarnya torsi yang terkait oleh gaya F oleh persamaan

� = � sin � = � (3)
dimana r merupakan jarak antara titik pusat dan titik yang diberi F, serta d adalah
jarak tegak lurus dari titik pusat ke garis arah F. Besaran d disebut lengan momen
(lengan pengungkit) dari F[5].

Gaya tangensial menghasilkan percepatan tangensial at dan

� = �a (4)
Besar torsi terhadap pusat lingkaran yang diakibatkan oleh gaya Ft adalah
�=� = �a (5)
Karena percepatan tangensial berhubungan dengan percepatan sudut dengan
persamaan a = � sehingga besarnya torsi menjadi
� = �� = � �

� = �� (6)
Artinya torsi yang bekerja pada partikel sebanding dengan percepatan sudutnya[2].
� adalah momen inersia partikel bermassa m, yang berotasi sejauh r dari
sumbu rotasi. persamaan ini juga menyatakan hubungan antara torsi, momen
inersia dan percepatan sudut partikel yang melakukan gerak rotasi. Istilah
kerennya, ini adalah persamaan Hukum II Newton untuk partikel yang berotasi.
Dari hukum II Newton kita ketahui bahwa: � = � a (7)

Torsi � berhubungan dengan gaya � yang bekerjaterhadap pusat dan


dinyatakan dengan

�= � =a �
�=� � (8)
Walaupun setiap elemen massa memiliki percepatan linier at yang berbeda, semua
memiliki percepatan sudut � yang sama. Dengan ini kita dapat mengintegralkan
persamaan diatas untuk mendapatkan jumlah torsi ∑ � pada O karena gaya luar :
∑� = ∫� � = �∫ �
∑ � = � � = �� (9)[3].

Momen inersia pada benda kaku yang homogen dengan bentuk geometris yang
berbeda[4].

Lingkaran Silinder berongga


atau
selongsong ���
silinder tipis = � � +�

��� = ��

Bidang segiempat
Silinder padat
atau Cakram ��� = � +

��� = ��

METODOLOGI PENELITIAN

Alat dan bahan yang diperlukan adalah seperangkat alat momen inersia
OGAWASEIKI. Kemudian bahan lainnya adalah lempengan sebanyak 3 buah
dengan diameter yang berbeda. Mistar untuk mengukur diameter lempengan,
neraca untuk menimbang lempengan dan juga beban serta katrol untuk tempat
mengurangi gesekan yang terjadi antara lempengan dan tali yang dihubungkan
dengan beban. Selain itu, dibutuhkan kertas pita sebagai lintasan yang
menunjukan percepatan sudut , beban untuk pemberat dan tali beban untuk
penghubung antara beban dan lempengan.

Penyusunan alat di mulai dengan meletakkan lempengan besar di atas alat momen
inersia ogawa seiki kemudian di lilitkan pita pada lempengan besar dan benang
yang di hubungkan pada katrol untuk di beri beban 0,05 kg yang berfungsi untuk
membuat adanya percepatan gerak. Setelah diberi beban maka beban dilepaskan
dan diamati jarak lintasan pada pita. Kemudian diulangi dengan variasi beban 0,07
kg dan 0,09 kg.

Dalam menentukan Inew juga dilakukan dengan langkah yang sama, dengan
meletakkan lempengan besar dan sedang di atas alat momen inersia kemudian
dililitak kertas pita pada lempengan besar dan benang pada lempengan sedang dan
dihubungkan dengan katrol yang diberi beban 0,05 kg. Kemudian beban
dilepaskan dan diamati jarak pada kertas pita. Kemudian diulangi untuk beban
0,07 kg dan 0,09 kg. Setelah variasi beban kemudian lempengan sedang diganti
dengan lempengan kecil dengan variasi beban. Setelah didapatkan data kemudian
dibuat grafik dan dibuat perhitungan.

DATA PENGAMATAN

Lempeng Besar Lempeng Sedang Lempeng Kecil


R (m) 0,15 0,075 0,035
M (kg) 1,04 0,074 0,024
Beban : 0,05 kg , 0,07 kg , 1 titik : 0,02 sekon.

A. Percobaan 1 ( lempeng besar )


R 10 titik (m)
t(s)
m: 0,05 kg m: 0,07 kg m: 0,09 kg
0,2
0,056 0,061 0,068
0,4
0,127 0,144 0,162
0,6
0,211 0,247 0,275
0,8
0,308 0,362 0,395

B. Percobaan 2 ( lempeng sedang )


R 10 titik (m)
t(s)
m: 0,05 kg m: 0,07 kg m: 0,09 kg
0,2
0,043 0,053 0,05
0,4
0,093 0,144 0,144
0,6
0,149 0,185 0,185
0,8
0,211 0,263 0,263

C. Percobaan 3 ( lempeng kecil )


R 10 titik (m)
t(s)
m: 0,05 kg m: 0,07 kg m: 0,09 kg
0,2
0,030 0,030 0,040
0,4
0,064 0,063 0,086
0,6
0,100 0,099 0,130
0,8
0,140 0,139 0,192

PEMBAHASAN

Prinsip dari percobaan ini adalah suatu benda yang mengalami gerak rotasi atau
melingkar terhadap suatu kerangka acuan tertentu akan mempunyai momen
inersia. Momen inersia bergantung pada jenis dan bentuk bendanya. Karena
adanya gerak melingkar maka disana terdapat suatu kecepatan sudut (�).
Kecepatan sudut tersebut di hitung persatuan waktu sehingga di dapat percepatan
sudut (� = Δ�/Δ . Besar percepatan sudut itu sendiri dipengaruhi oleh berat
dari massa benda yang di kaitkan. Semakin besar beban, maka dalam waktu yang
sama, titik yang di hasilkan menjadi lebih panjang jaraknya, hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar percepatannya yang merupakan pengaruh dari gaya
kebawah yang semakin besar.

Dari gerak rotasi yang dilakukan mengakibatkan adanya kecepatan sudut, momen
inersia serta momen gaya. Saat terjadi gerak rotasi , kecepatan linear setiap bagian
benda berbeda-beda pada pusat sumbu terjadi gerak yang lebih pelan di
bandingkan dengan gerak yang ada di tepi yang cenderung lebih cepat. Besarnya
percepatan yang terjadi dapat diketahui dari jarak titik yang ada pada kertas pita.
Jarak 1 titik dengan titik lain adalah jarak yang di tempuh selama selang waktu
0,02 sekon. Dengan adanya pengaruh dari beban, mengakibatkan adanya
percepatan, yang di tunjukkan dengan jarak titik nya semakin renggang.

Pada praktikum dilakukan 3 kali percobaan , dimana ketiganya menggunakan


lempengan yang berbeda. Lempengan besar berjari-jari 0,15 m dan massa 1,04 kg.
lempengan sedang 0,075 m dan massa 0,074 kg serta lempengan kecil dengan
massa 0,024 kg dan jari jari 0,035 m. Dari masing-masing percobaan di dapat
hasil yang sama, yaitu besarnya percepatan yang di tandai oleh titik, serta selang
waktu tempuhnya. Besarnya percepatan dapat di hitung dengan metode grafik
yaitu hubungan antara jarak (s) dengan kuadrat waktu tempuh (t2).

S= V0t + at2

Vo dianggap 0 , karena kcepatan mula mula piringan sebelum di ukur adalah 0 m ,


sehingga persamaannya menjadi
S= at2

Dibuat menjadi persamaan linear , s sebagai variabel terikat oleh t2 sebagai


variabel bebas. Sehingga akan di dapat kemiringan yang nilainya sama dengan a.

Seperti yang ditunjukkan pada grafik seperti pada gambar berikut:

Grafik hubungan S(m) terhadap t2 (s2) pada lempengan besar S1


S2
S3
0,40

0,35

0,30

0,25
S (m)

Equation y = a + b*x
0,20 Weight No Weighting
Residual Sum of 4,11202E-4 5,72558E-4 9,24039E-4
Squares

0,15 Pearson's r 0,99418 0,99436 0,99227


Adj. R-Square 0,9826 0,98311 0,97691
Value Standard Error
Intercept 0,0519 0,01188
0,10 S1
Slope 0,41202 0,03156
Intercept 0,05542 0,01401
S2
Slope 0,4936 0,03724

0,05 S3
Intercept 0,06448 0,0178
Slope 0,53508 0,04731

0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7


t2 (s2)

Gambar 1 grafik hubungan S(m) terhadap t2 (s2) pada lempengan besar


Dari hubungan tersebut diketahui bahwa a=2m. Dari grafik di dapat nilai a pada
lempeng besar untuk beban 0,05 kg sebesar 0,824 m/s2 untuk beban 0,07 kg
sebesar 0,986 m/ s2 dan untuk beban 0,09 kg sebesar 01,070 m/s2 pada lempeng
kecil untuk beban 0,05 kg sebesar 0,356 m/s2 untuk beban 0,07 kg sebesar 0,354
m/s2 dan untuk beban 0,09 kg sebesar 0,490 m/s2. Pada lempeng sedang untuk
beban 0,05 kg sebesar 0,548 m/s2 untuk beban 0,07 kg sebesar 0,644 m/s2 dan
untuk beban 0,09 kg sebesar 0,736 m/s2.
Setelah di dapatkan nilai a, dimasukkan ke persamaan kedua yang telah di
turunkan di depan . Persamaan ini dapat di gunakan untuk mencari besarnya nilai
momen inersia (I) .

1/a =
� .� .�
. +

1/a sebagai variable terikat yang besarnya bergantung pada 1/m yang merupakan
variable bebasnya. Perpotongan di sumbu y senilai dengan 1/g serta

kemiringannya m ~ . Sehingga nilai I ~ m.Ra.Rb.g dan g ~ 1/c. Hasil data
� .� .�

yang diperoleh dapat di buat grafik hubungan antara 1/a terhadap 1/m seperti di
bawah ini:
Grafik hubungan 1/a (s2/m) terhadap 1/m (kg-1)
2,8 Equation y = a + b*x
Weight No Weighting
Residual 2,60332E-4 0,1686 4,95365E-4
2,6 Sum of
Squares 0,99684 0,7617 0,99774
Pearson's r
2,4 Adj. R-Squar 0,9874 0,1605 0,99096
Value Standard Err
Intercept 0,5728 0,03944
2,2 1/abesar
Slope 0,0318 0,00253
Intercept 1,4114 1,00378
1/akecil
1/a (s2/m)

2,0 Slope 0,0757 0,06446


Intercept 0,7939 0,05441
1/asedang
Slope 0,0518 0,00349
1,8

1,6

1,4 1/abesar
1/akecil
1,2 1/asedang

1,0
10 12 14 16 18 20
1/m (kg-1)

Gambar 2. Grafik hubungan 1/a (s2/m) terhadap 1/m (kg-1)


Selain menggunakan metode grafik, perhitungan momen inersia juga dilakukan
secara manual, dengan menggunakan percepatan gravitasi 9,8 m/s2. Hasil dari
perhitungan grafik dan manual sangatlah berbeda. Nilai gravitasi dari grafik
didapatkan pada persamaan pertama untuk Io sebesar 1,745 m/s2 untuk Isedang
sebesar 1,259 m/ s2 dan untuk Ikecil sebesar 0,709 m/s2. Nilai gravitasi pada grafik
masing- masing percobaan berbeda dan sangat jauh dari literatur. Hal tersebut
disebabkan berbagai faktor diantaranya karena dalam perhitungan grafik semua
komponen diperhitungkan seperti massa dan jari-jari termasuk presentase
kesalahan relatif di hitung sedangkan pada perhitungan manual hanya dihitung
sesuai rumus dan ketelitiannya juga tidak terlalu besar.
Selain di tentukan momen inersia dari masing masing lempengan, di cari pula
besar nilai I0 yang merupakan besar momen inersia dari lempengan besar.
Kemudian dicari Inew yang merupakan penggabungan nilai momen inersia.

Inew = Σ I0

Inew = Σ I0 + I2 + …

Semakin besar massa dan jari-jari silinder , maka nilai momen inersia menjadi
semakin besar .Hal ini dapat dilihat dari persamaan I0 = MR2 , dimana hubungan
antara massa dan momen inersia menunjukkan kesebandingan. Pada percobaan
yang telah dilakukan , terdapat beberapa ketidakakuratan, yang di sebabkan oleh
system maupun praktikan itu sendiri . Kesalahan system seperti Gerak rotasi yang
tidak sempurna akibat pengaruh getaran maupun yang lainnya . Serta seringkali
terdapat kesalahan praktikan yang kurang akurat dalam membaca jarak antar titik
– titik percepatannya.
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Hubungan antara momen gaya dengan percepatan sudut dalam gerak melingkar
� = �� dengan : �/�

Besarnya momen gaya sebanding dengan percepatan sudut , dimana besarnya


dipengaruhi oleh jarak dan waktu tempuh.

2. Besarnya nilai momen inersia dengan menggunakan metode grafik dan manual


= . + dengan g : 1/c
1/a � .� .� �

� Sehingga I = m.Ra.Rb.g
�=
� .� .�

1/m
Sedangkan secara matematis :
I = m.Ra.Rb.g dengan g =9,8 m/s2
hasil yang diperoleh sangatlah berbeda
I (kg/m2)
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
Matematis 2,39 x10-2 2,36 x10-2 2,341 x10-2
Grafik (g=9,8 m/s2) 7,01 x10-3 5,72 x10-3 3,900 x10-3
Grafik 12,5 x10-4 7,35 x10-4 2,820 x10-4

3. Hubungan antara Inew dengan I0


Inew = Σ I0
Inew = Σ I0 + I2 + …

Dengan, I = MR2 Inew semakin besar seiring bertambahnya I0.


DAFTAR PUSTAKA
[1]
Bueche, Fredrick J.(2006). Schaum’s Outlines: Fisika Universitas Edisi 10.
Jakarta: Erlangga
[2]
Giancoli, Douglas.C. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga
[3]
Marshall,L. 2010. Modern Physics for Science and Engineering. Tuskeajee
University
[4]
Serway, Jewett. 2010. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I. Jakarta: Salemba
Teknik
[5]
Tipler,PA,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I. Jakarta: Erlangga
LAMPIRAN

A. Perhitungan matematis
1. Lempengan besar

R = 0,15 m

m = 2,08 kg
� = ��
= . , ��. , �

= , ���

2. Lempengan kecil

R = 0,035 m

m = 0,024 kg
� � � =� + ��

= , ��� + . , ��. , �
= , ���
3. Lempengan sedang
R = 0,075 m
m = 0,074 kg
� � � =� + ��
= , ��� + . , ��. , �

= , ���

Metode Grafik

1. Hubungan S terhadap t2
a. Lempengan besar

S (m)
No t2 (s2)
S1 S2 S3
1 0,056 0,061 0,068 0,04
2 0,127 0,144 0,162 0,16
3 0,211 0,247 0,275 0,36
4 0,308 0,362 0,395 0,64
Grafik Hubungan antara S (m) terhadap t2 (s2) pada lempeng besar
S1
S2
S3
0,40

0,35

0,30

0,25
S (m)

Equation y = a + b*x
0,20 Weight No Weighting
Residual Sum of 4,11202E-4 5,72558E-4 9,24039E-4
Squares

0,15 Pearson's r 0,99418 0,99436 0,99227


Adj. R-Square 0,9826 0,98311 0,97691
Value Standard Error
Intercept 0,0519 0,01188
0,10 S1
Slope 0,41202 0,03156
Intercept 0,05542 0,01401
S2
Slope 0,4936 0,03724

0,05 S3
Intercept 0,06448 0,0178
Slope 0,53508 0,04731

0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7


t2 (s2)

a1 = 2m1 = 2 . 0,412 m/s2 = 0,824 m/s2


a2 = 2m2 = 2 . 0,493 m/s2 =0,986 m/s2
a3 = 2m3 = 2 . 0,535 m/s2 = 1,070 m/s2

b. Lempengan kecil

S (m)
No t2 (s2)
S1 S2 S3
1 0,030 0,030 0,040 0,04
2 0,064 0,063 0,086 0,16
3 0,100 0,099 0,130 0,36
4 0,140 0,139 0,192 0,64

Grafik Hubungan antara S (m) terhadap t2 (s2) pada lempeng kecil


S1
S2
S3
0,20

0,18

0,16

0,14

0,12
S (m)

Equation y = a + b*x
0,10 Weight No Weighting
Residual Sum 1,31488E-4 1,17725E-4 1,59535E-4
of Squares
0,08 Pearson's r 0,99015 0,99104 0,99364
Adj. R-Square 0,97059 0,97325 0,98098
Value Standard Error
0,06 S1
Intercept 0,02995 0,00672
Slope 0,17849 0,01785
Intercept 0,02958 0,00635
S2
0,04 Slope 0,17723 0,01689
Intercept 0,0384 0,0074
S3
Slope 0,24535 0,01966
0,02 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
t2 (s2)

a1 = 2m1 = 2 . 0,178 m/s2 = 0,356 m/s2


a2 = 2m2 = 2 . 0,177 m/s2 =0,354 m/s2
a3 = 2m3 = 2 . 0,245 m/s2 = 0,490 m/s2

c. Lempengan sedang

S (m)
No t2 (s2)
S1 S2 S3
1 0,043 0,053 0,05 0,04
2 0,093 0,144 0,144 0,16
3 0,149 0,185 0,185 0,36
4 0,211 0,263 0,263 0,64
Grafik Hubungan antara S (m) terhadap t2 (s2) pada lempeng sedang

S1
S2
0,30 S3

0,25

0,20

Equation y = a + b*x
S (m)

0,15 Weight No Weighting


Residual Sum 2,6062E-4 0,00146 3,13953E-4
of Squares
Pearson's r 0,99167 0,96774 0,99443
0,10 Adj. R-Square 0,97513 0,9048 0,98334
Value Standard Error
Intercept 0,04191 0,00946
S1
Slope 0,27364 0,02513
0,05 S2
Intercept 0,06448 0,02234
Slope 0,32258 0,05938
Intercept 0,04609 0,01038
S3
Slope 0,36802 0,02758
0,00 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
t2 (s2)

a1 = 2m1 = 2 . 0,274 m/s2 = 0,548 m/s2


a2 = 2m2 = 2 . 0,322 m/s2 =0,644 m/s2
a3 = 2m3 = 2 . 0,368 m/s2 = 0,736 m/s2
2. Hubungan dengan

a (m/s2) 1/a (s2/m) 1/m


No m (kg)
abesar akecil asedang 1/abesar 1/akecil 1/asedang (kg-1)
1 0,824 0,356 0,548 0,05 1,21359 2,80899 1,82482 20
2 0,986 0,354 0,644 0,07 1,0142 2,82486 1,5528 14,2857
3 1,07 0,49 0,736 0,09 0,93458 2,04082 1,3587 11,1111

Grafik Hubungan antara 1/a (s2/m) terhadap 1/m (kg-1)

2,8 Equation y = a + b*x


Weight No Weighting
Residual 2,60332E-4 0,1686 4,95365E-4
2,6 Sum of
Squares 0,99684 0,7617 0,99774
Pearson's r
2,4 Adj. R-Squar 0,9874 0,1605 0,99096
Value Standard Err
Intercept 0,5728 0,03944
2,2 1/abesar
Slope 0,0318 0,00253
Intercept 1,4114 1,00378
1/akecil
1/a (s2/m)

2,0 Slope 0,0757 0,06446


Intercept 0,7939 0,05441
1/asedang
Slope 0,0518 0,00349
1,8

1,6

1,4 1/abesar
1/akecil
1,2 1/asedang

1,0
10 12 14 16 18 20
-1
1/m (kg )

B. Perhitungan grafik dengan g = 9,8 m/s2


� = �� � �
= 0,0318 . 0,15 . 0,15 . 9,8

= 0,00701 kgm2

� � � = �� � �
= 0,0758 . 0,035 . 0,15 . 9,8
= 0,00390 kgm2
� � � = �� � �
= 0,0519 . 0,075 . 0,15 . 9,8
= 0,00572 kgm2

C. Perhitungan grafik dengan g dari grafik g = 1/c


1. Lempeng besar
�= = = , �/
,
� = �� � �
= 0,0318 . 0,15 . 0,15 .
, 7
= 0,00125 kgm2

2. Lempeng kecil
�= = = , �/
,

� � � = �� � �
= 0,0758 . 0,035 . 0,15 . ,
= 0,000282 kgm2

3. Lempeng sedang
�= = = , �/
,

� � � = �� � �
= 0,0519 . 0,075 . 0,15 .
,79
= 0,000735 kgm2

Anda mungkin juga menyukai